Anda di halaman 1dari 16

Nama : Fatikhatus Sholikhah

NIM : 16410183
Review Psikologi Faal (B)

Pembelajaran dan Memori

1. Sifat Dasar Pembelajaran

Beberapa aspek psikologis aktivitas belajar itu misalnya: motivasi, penguasaan


keterampilan dan ilmu pengetahuan, pengembangan kejiwaan dan seterusnya. Bahwa
setiap saat dalam kehidupan mesti terjadi suatu proses belajar, baik disengaja atau tidak,
disadari maupun tidak. Dari proses ini diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut
sebagai hasil belajar. Tapi untuk memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar
harus dilakukan dengan sadar dan sengaja dan terorganisasi dengan baik dan rapi. Atas
dasar ini, maka proses belajar mengandung makna: proses internalisasi sesuatu ke dalam
diri subyek didik; dilakukan dengan sadar dan aktif, dengan segenap panca indera ikut
berperan.

Sumadi Suryabrata (1983:5) menjelaskan pengertian belajar dengan mengidentifikasikan


ciri-ciri yang disebut belajar, yaitu: “Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan
perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual
maupun potensial; perubahan itu pada pokoknya adalah diperolehnya kemampuan baru,
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama; perubahan itu terjadi karena usaha”.  
Menurut Begge (1982:1-2), belajar adalah suatu perubahan yang berlangsung dalam
kehidupan individu sebagai upaya perubahan dalam pandangan, sikap, pemahaman atau
motivasi dan bahkan kombinasi dari semuanya. Belajar selalu menunjukkan perubahan
sistematis dalam tingkah laku yang terjadi sebagai konsekwensi pengaalaman dalam
situasi khusus. Bertolak dari pemahaman di atas dapatlah ditegaskan, bahwa belajar
senantiasa  merupakan perbuatan tingkah laku dan penampilah dengan serangkaian
aktivitas misalnya: membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Dengan demikian, belajar juga bisa dilihat secara makro dan mikro, luas dan
khusus. Dalam arti makro, luas, belajar dapat diartikan sebagai aktivitas ruhani-jasmani
menuju perkembangan pribadi yang utuh. Seperti yang dijelaskan oleh Bloom (1979),
bahwa belajar itu mencakup tiga ruang lingkup, yaitu cognitive domain yang berkaitan
dengan pengetahuan hapalan dan pengembangan intelektual, affective domain, yang
berkaitan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan apresiasi dan penyesuaian,
psychomotor domain, yang berkaitan dengan prilaku yang menuntut koordinasi syaraf.

Paul Suparno Sj (dalam M.Saekhan:2008) menyatakan bahwa model pembelajaran


doanggap tepat menurut teori konstruktivisme adalah model pembelajaran yang
demokratis dan dialogis. Pembelajaran harus memberikan ruang kebebasan untuk siswa
melakukan kritik, memiliki peluang yang luas untuk mengungkapkan ide atau
gagasannya, guru tidak memiliki jiwa otoriter dan diktator.

Pembelajaran akan efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain (a)
Pengetahuan (knowledge) yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sarana untuk
timbuh kembangnya pengetahuan bagi siswa. (b) Ketrampilan (skill) yaitu pembelajaran
harus benar-benar memberikan ketrampilan bagi siswa baik ketrampilan kognitif, afektif
maupun psikomotorik. (c) Sifat Alamiah (disposisions) yaitu proses pembelajaran harus
benar-benar berjalan secara alamiah, tanpa adanya paksaan dan tidak semata-mata
rutinitas belaka. (d) Perasaan (feeling) yaitu perasaan ini bermakna perasaan atau emosi
atau kepekaan, pembelajaran harus mampu menumbuhkan kepekaan social terhadap
dinamika dan problematika kehidupan masyarakat.

Guru adalah seorang yang bertanggung jawab atas jalannnya suatu proses pembelajaran.
Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik harus bisa merancanng suatu pembelajaran yang
mampu mengaktifkan siswanya Serta dalam konteks ini guru harus memiliki kesadaran
penuh bahwa guna pembelajaran adalah untuk siswa bukan untuk gurunya. Sehingga
seorang guru pastinya akan memiliki trik-trik khusus untuk merancang pembelajaran
yang bisa membuat siswanya aktif dan selalu antusias untuk mengikuti pelajaran yang
ada.

2. Plastisitas Sinapsis: potensiasi Jangka Panjang dan Depresi Jangka Panjang

Memori jangka panjang (MLP) adalah toko memori yang sangat tahan lama
dengan kapasitas yang tampaknya tidak terbatas. Memori jangka panjang dapat bertahan
dari beberapa jam hingga beberapa tahun.
Kenangan yang mencapai ingatan jangka pendek dapat menjadi ingatan jangka panjang
melalui proses yang disebut "konsolidasi." Ini melibatkan pengulangan, asosiasi yang
signifikan dan emosi.

Menurut faktor-faktor ini, ingatan mungkin lebih kuat (tanggal lahir Anda) atau lebih
lemah atau lebih sulit untuk dipulihkan (konsep yang Anda pelajari bertahun-tahun lalu di
sekolah).

Secara umum, memori jangka pendek lebih akustik dan visual. Sementara dalam memori
jangka panjang, informasi dikodekan, terutama, secara visual dan semantik (lebih terkait
dengan asosiasi dan makna). Mengenai bidang fisiologis, memori jangka panjang
melibatkan proses perubahan fisik dalam struktur dan koneksi neuron, sel-sel otak kita.
Proses ini dikenal sebagai pemberdayaan jangka panjang (PLP). Dan itu menyiratkan
bahwa, ketika kita mempelajari sesuatu, sirkuit neuronal baru diciptakan, dimodifikasi,
diperkuat atau dilemahkan. Artinya, ada reorganisasi saraf yang memungkinkan kita
menyimpan pengetahuan baru di otak kita. Dengan cara ini otak kita terus berubah.

Hippocampus adalah struktur otak tempat informasi disimpan sementara, dan berfungsi
untuk mengonsolidasikan ingatan dari penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan
jangka panjang. Diyakini bahwa ia dapat berpartisipasi dalam modulasi koneksi neuron
untuk periode lebih dari 3 bulan setelah pembelajaran pertama. Hippocampus memiliki
koneksi dengan banyak area otak. Tampaknya agar ingatan itu tetap ada di otak kita,
hippocampus mentransmisikan informasi ke area kortikal tempat mereka disimpan
dengan cara yang langgeng. Jelas, jika struktur otak ini rusak dengan cara apa pun,
beberapa bentuk memori jangka panjang akan terganggu. Inilah yang terjadi pada pasien
dengan amnesia. Juga, tergantung pada area otak yang rusak, beberapa jenis memori atau
memori akan terpengaruh, tetapi yang lain tidak. Jenis-jenis memori yang ada dijelaskan
di bawah ini.

Di sisi lain, ketika kita melupakan sesuatu, yang terjadi adalah koneksi sinaptik yang
bertanggung jawab atas pengetahuan itu melemah. Meskipun mungkin juga terjadi bahwa
jaringan saraf baru diaktifkan yang tumpang tindih dengan yang sebelumnya,
menyebabkan gangguan.

Itulah sebabnya ada perdebatan tentang apakah kita bisa menghapus informasi secara
pasti dalam ingatan kita atau tidak. Mungkin data yang disimpan tidak pernah
sepenuhnya dihapus dari memori jangka panjang kita, tetapi menjadi lebih sulit untuk
dipulihkan.

Pemberdayaan jangka panjang, seperti yang telah ditemukan, ketika kita berada dalam
konteks pembelajaran, ada pelepasan glutamat yang lebih besar.

Ini menghasilkan aktivasi keluarga reseptor tertentu, yang pada gilirannya menyebabkan
masuknya kalsium ke dalam sel saraf yang terlibat. Kalsium menembus terutama melalui
reseptor yang disebut NMDA.

Begitu jumlah kalsium yang tinggi terakumulasi dalam sel yang melebihi ambang batas,
apa yang dikenal sebagai "potensiasi jangka panjang" dipicu. Yang berarti bahwa
pembelajaran yang lebih tahan lama sedang berlangsung.

Kadar kalsium ini memicu aktivasi berbagai kinase: Protein kinase C (PKC), calmodulin
kinase (CaMKII), mitogen-activated kinases (MAPK) dan tirosine kinase..

Masing-masing dari mereka memiliki fungsi yang berbeda, memicu mekanisme


fosforilasi. Sebagai contoh, calmodulin kinase (CaMKII) berkontribusi pada penyisipan
reseptor AMPA baru dalam membran pascasinaps. Ini menghasilkan kekuatan dan
stabilitas sinapsis yang lebih besar, mempertahankan pembelajaran.

CaMKII juga menyebabkan perubahan sitoskeleton neuron, mempengaruhi aktif. Ini


menghasilkan peningkatan ukuran tulang belakang dendritik yang dihubungkan dengan
sinaps yang lebih stabil dan tahan lama.

Di sisi lain, protein kinase C (PKC) membangun jembatan pengikatan antara sel-sel
presinaptik dan postinaptik (Cadherin-N), menghasilkan koneksi yang lebih stabil.
Selain itu, gen ekspresi awal yang terlibat dalam sintesis protein akan berpartisipasi. Jalur
MAPK (mitogen-activated kinases) mengatur transkripsi genetik. Ini akan menyebabkan
koneksi neuron baru.

Dengan demikian, sementara ingatan jangka pendek melibatkan modifikasi protein yang
ada dan perubahan kekuatan sinapsis yang sudah ada sebelumnya, ingatan jangka panjang
membutuhkan sintesis protein baru dan pertumbuhan koneksi baru..

Berkat jalur PKA, MAPK, CREB-1 dan CREB-2, memori jangka pendek menjadi
memori jangka panjang. Ini sebagai hasilnya tercermin dalam perubahan ukuran dan
bentuk duri dendritik. Serta perluasan tombol terminal neuron. Secara tradisional
dianggap bahwa mekanisme pembelajaran ini hanya terjadi di hippocampus. Namun,
telah ditunjukkan pada mamalia bahwa potensiasi jangka panjang dapat terjadi di banyak
daerah seperti otak kecil, thalamus atau neokorteks. Juga telah ditemukan bahwa ada
tempat-tempat di mana hampir tidak ada reseptor NMDA, dan, meskipun demikian,
pemberdayaan jangka panjang muncul.

Depresi Jangka Panjang, yaitu informasi lain yang tidak ditangani, atau
dilupakan, proses ini disebut depresi jangka panjang (DLP) Ini berfungsi untuk
menghindari kejenuhan dan terjadi ketika ada aktivitas di neuron presinaptik, tetapi tidak
di postsinaptik atau sebaliknya. Atau, ketika aktivasi memiliki intensitas yang sangat
rendah. Dengan cara ini, perubahan struktural yang disebutkan di atas secara bertahap
dibalik.

Memori jangka panjang dan tidur, Telah ditunjukkan dalam berbagai penelitian bahwa
istirahat yang cukup sangat penting untuk menyimpan ingatan dengan cara yang stabil.

Tampaknya tubuh kita menggunakan periode tidur untuk mengatur ingatan baru, karena
tidak ada gangguan dari lingkungan luar yang membuat prosesnya sulit.

Dengan demikian, dalam vigil kami menyusun dan memulihkan informasi yang sudah
tersimpan, sementara saat tidur kami mengkonsolidasikan apa yang kami pelajari di siang
hari.
Agar ini menjadi mungkin, telah diamati bahwa selama reaktivasi tidur berlangsung di
jaringan saraf yang sama yang diaktifkan saat kami sedang belajar. Artinya, potensiasi
jangka panjang (atau depresi jangka panjang) dapat diinduksi saat kita tidur.

Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa tidur setelah belajar memiliki efek


menguntungkan pada memori. Baik selama tidur 8 jam, tidur siang 1 atau 2 jam, dan
bahkan tidur 6 menit.

Selain itu, semakin kecil waktu yang melewati antara masa belajar dan mimpi, semakin
banyak manfaat yang didapatnya dalam penyimpanan memori jangka panjang.

Gangguan memori jangka panjang, Ada beberapa kondisi di mana memori jangka
panjang dapat terpengaruh. Misalnya, dalam situasi di mana kita lelah, ketika kita tidak
tidur dengan benar atau mengalami masa-masa stres. Memori jangka panjang juga
cenderung memburuk secara bertahap seiring bertambahnya usia.

Di sisi lain, kondisi patologis yang paling terkait dengan masalah memori diperoleh
kerusakan otak dan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer. Jelas, setiap
kerusakan yang terjadi pada struktur yang mendukung atau berpartisipasi dalam
pembentukan memori (seperti lobus temporal, hippocampus, amygdala, dll.) Akan
menghasilkan gejala sisa di toko memori jangka panjang kami. Masalah dapat terjadi baik
untuk mengingat informasi yang sudah disimpan (retrograde amnesia), dan untuk
menyimpan memori baru (anterograde amnesia).

3. Pembelajaran perseptual

Pembelajaran perseptual mengacu pada setiap modifikasi persepsi yang bisa dihubungkan
untuk belajar. Empat definisi pembelajaran yang penting yaitu:
(1). Belajar adalah suatu kesimpulan, yang berarti bahwa itu bukanlah sesuatu yang
secara langsung diamati.
(2). Konsep pembelajaran berkaitan dengan kinerja tetapi tidak sama dengan kinerja.
(3). Konsep pembelajaran terkait dengan kondisi praktik.
(4). Belajar adalah suatu proses yang relatif permanen.
Persepsi adalah proses yang disimpulkan dari perubahan kinerja/penampilan
karena kondisi stimulus. Perbedaan utama terletak pada sifat kondisi pendahuluan/awal,
kondisi awal untuk persepsi adalah stimulus sedangkan kondisi awal untuk belajar adalah
kondisi praktek.
Persepsi seperti juga pembelajaran merupakan konsep relasional disimpulkan dari
perubahan kinerja dan input stimulus, sehingga definisi belajar persepsi sebagai
perubahan dalam persepsi akibat praktek menjadi sangat jelas.

Tugas-Tugas Perseptual
Kajian pembelajaran perseptual berfokus pada bagaimana kondisi latihan
menghasilkan perubahan didalm persepsi. Sebuah tangapan mendasar tentang tugas
perceptual yang relevan dengan persepsi telah dikembangkan yang terdiri dari 5 respon
dasar yaitu sebagaimana berikut:
a. Pendeteksian, merupakan suatu tugas dimana pengamat melaporkan keberadaan atau
ketidak beradaan sebuah stimulus.
b. Pendiskriminasian, pelaporan suatu perbedaan diantara dua stimulus.
c. Pengingatan, dalam sebuah proses pengingatan, pengamat akan melaporkan jika sebuah
stimulus adalah baru (sudah dikenal) atau lama (belum dikenal).
d. Pengidentifikasian, suatu tugas perceptual untuk dapat memberikan respon yang unik
untuk setiap stimulus.
e. Pertimbangan, yakni program respon perceptual yang mengacu kepada penempatan
atau penyusunan stimulus dengan beberapa skala.

Hal-Hal Yang Dipelajari Dalam Belajar Perseptual


Usaha yang paling tegas untuk dapat mengidentifikasi apa yang dipelajari dalam
pembelajaran perceptual telah diuraikan oleh Eleonor Gipson sebagai berikut;
a. Meningkatkan ketegasan dalam menjawab, peningkatan pembelajaran perceptual tidak
merupakan pembelajaran respon, tetapi ia dipandang sebagai pemberian respon
terhadap variable stimulus yag tidak direspon sebelumnya.
b. Pendeteksian bentuk-bentuk yang berbeda, banyak stimulus kompleks yag harus
dibedakan berdasarkan atas dasar berbagai karakteristik dari pada satu karakteristik.
c.  Pendeteksian properti dan pola, keteraturan yang terdeteksi adalah aspek lain dari
pembelajaran perseptual.
Implikasi-Implikasi Praktis
Kajian tentang pembelajaran perceptual berfokus pada keadaan stimulus didalam tugas
pembelajaran. Penekanan terletak pada bagaimana stimulus yang kompleks dan
membingungkan pada mula menjadi berbeda karena peranan kerakteristik struktual dari
stimulus dalam pembelajaran. Sehingga dalam hal membaca, keterampilan membaca
dipandang sekurang-kurangnya ada 4 tahap :
1.    Berlangsung untuk beberapa tahun adalah tahap belajar bicara
2. Pada tahap selanjutnya anak-anak mulai membedakan huruf-huruf yang dicetak.
3.    Mengkodekan huruf menjadi bunyi yaini belajar mengkombinasikan huruf menjadi
bunyi.
4.    Anak-anak harus mempelajari unit-unit yang tersusun lebih rumit semua kata, frasa,
dan kalimat.

4. Pengkondisian Klasik
Pengondisian klasik secara kebetulan ditemukan oleh Ivan Pavlov, psikolog
Rusia, yang membuat penelitian dengan menyelidiki air liur dari anjing-anjing. Untuk
mengumpulkan air liur untuk keperluan analisis, pembantu Pavlov membunyikan bel
untuk mendapat perhatian dari anjing itu. Pavlov segera meniupkan bubuk daging ke
mulut anjing itu yang menyebabkan anjing tersebut mengeluarkan air liur, dan air liur itu
ditampung pada tabung yang dipasang pada mulut anjing tersebut. Pada suatu hari,
pembantu Pavlov secara kebetulan membunyikan bel sebelum Pavlov siap meniup tepung
daging ke mulut anjing itu. Pavlov sangat kaget karena anjing itu mengeluarkan air liur.
Karena bel dan tepung daging sering berpasangan dalam percobaan sebelumnya, maka
bel sendirian mampu mendatangkan respons yang sebelumnya hanya dapat didatangkan
oleh tepung daging.

Pada umumnya, pengondisian klasik terjadi bila suatu stimulus yang mendatangkan
respons tertentu selalu berpasangan dengan suatu stimulus netral yang tidak
mendatangkan respons. Misalnya, makanan yang mendatangkan air liur berpasangan
dengan bunyi bel. Setelah kedua stimulus yang berpasangan itu diberi berulang-ulang,
maka stimulus itu sendiri yang sebe-lumnya netral mendatangkan respons. Misalnya,
bunyi bel mengakibatkan keluarnya air liur anjing. Stimulus yang pada mu-lanya
mendatangkan respons (makanan) disebut "stimulus tak terkondisi" (unconditioned sti-
mulus) dan stimulus netral yang memuat kemampuan untuk men-datangkan respons
(bunyi bel) disebut "stimulus terkondisi" (conditioned stimulus). Mungkin contoh yang
ter-kenal dari pengondisian klasik pada manusia adalah kasus "Al-bert cilik," yang
dikondisikan oleh Watson dalam usaha untuk memperlihatkan bahwa ketakut-an itu
adalah hasil belajar dan bukan bawaan. Pertama-tama Watson memberikan seekor tikus
putih kepada Albert cilik, yang tidak memperlihatkan rasa takut terhadap tikus itu dan
senang bermain-main dengannya. Ketika Watson kemudian memberikan tikus itu kepada
Albert, maka ia membunyikan gong dengan suara yang sangat keras yang menakutkan
anak itu. Prosedur yang sama tikus berpasangan dengan gong diulang berkali-kali, sampai
kemudian hanya tikus saja yang diberikan. Tetapi Albert segera menjadi takut. Dengan
cara ini, Watson telah mengondisikan Albert untuk menjadi takut terhadap stimulus yang
sebelumnya tidak menim-bulkan rasa takut.

Pengondisian klasik cocok untuk memahami tingkah laku abnormal karena pengondisian
klasik memberikan dasar bagi banyak respons emosional dan fisiologis, seperti ketakutan
Albert dalam percobaan tersebut di atas. Ketakutan Albert terhadap tikus jelas dilihat
sebagai hal yang abnormal. Albert menderita fobia (suatu ketakutan yang tidak rasional).

5. Pengkondisian Instrumental
Pengkondisian instrumental adalah istilah lain untuk pengkondisian operan, proses
pembelajaran yang pertama kali dijelaskan oleh B. F. Skinner. Dalam pengkondisian
instrumental, penguatan atau hukuman digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan
probabilitas bahwa perilaku akan terjadi lagi di masa depan. Misalnya, jika seorang siswa
diberi pujian setiap kali dia mengangkat tangannya di kelas, dia menjadi lebih mungkin
untuk mengangkat tangannya lagi di masa depan. Jika dia juga dimarahi ketika dia
berbicara di luar pergantian, dia menjadi lebih kecil kemungkinannya untuk mengganggu
kelas. Dalam contoh-contoh ini, guru menggunakan penguatan untuk memperkuat
perilaku dan hukuman yang mengangkat tangan untuk melemahkan pembicaraan tentang
perilaku giliran.

Pengondisian instrumental sering digunakan dalam pelatihan hewan juga. Misalnya,


melatih anjing untuk berjabat tangan akan melibatkan pemberian hadiah setiap kali
perilaku yang diinginkan terjadi.
Skinner mengidentifikasi dua jenis perilaku utama. Tipe pertama adalah perilaku
responden. Ini hanyalah tindakan yang terjadi secara refleks tanpa pembelajaran apa pun.
Jika Anda menyentuh sesuatu yang panas, Anda akan segera menarik kembali tangan
Anda sebagai respons. Pengkondisian klasik berfokus pada perilaku responden ini. Dalam
eksperimen klasik Pavlov dengan anjing, mengeluarkan air liur ke penyajian makanan
adalah perilaku responden. Dengan membentuk hubungan antara bunyi lonceng dan
penyajian makanan, bagaimanapun, Pavlov mampu melatih anjing untuk benar-benar
mengeluarkan air liur hanya dengan suara lonceng itu. Skinner menyadari bahwa
sementara pengkondisian klasik dapat menjelaskan bagaimana perilaku responden dapat
menyebabkan pembelajaran, itu tidak dapat menjelaskan setiap jenis pembelajaran.
Sebaliknya, dia menyarankan bahwa itu adalah konsekuensi dari tindakan sukarela yang
mengarah pada jumlah pembelajaran terbesar. Jenis perilaku kedua adalah apa yang
disebut Skinner sebagai perilaku operan. Ia mendefinisikan ini sebagai setiap dan setiap
perilaku sukarela yang bertindak terhadap lingkungan untuk menciptakan respons. Ini
adalah perilaku sukarela yang berada di bawah kendali kesadaran kita. Ini juga tindakan
yang bisa dipelajari. Konsekuensi dari tindakan kita memainkan peran penting dalam
proses pembelajaran.
6. Pembelajaran Relasional
a. Amnesia Anterograd pada Manusia
Istilah Amnesia Anterograd mengacu pada kesulitan dalam mempelajari informasi
baru. Seseorang dengan amnesia Anterograd murni dapat mengingat kejadian-kejadian
yang terjadi di masa lalu, dari sebelum kerusakan otak terjadi, tetapi tidak dapat
mempertahankan informasi yang ditemui setelah kerusakan terjadi. Amnesia Retrograd
mengacu pada ketidakmampuan unruk mengingat kejadian-kejadian yang terjadi sebelum
kerusakan otak terjadi. Amnesia anterograd murni jarang terjadi, biasanya juga akan ada
amnesia retrograd untuk kejadian-kejadian yang terjadi selama jangka waktu sebelum
kerusakan otak terjadi.
Amnesia Anterograd dapat disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada lobus
temporal. Scoville dan Milner (1957) melaporkan bahwa pengangkatan bilateral lobus
temporal medial menimbulkan gangguan ingatan pada manusia yang tampaknya identical
dengan yang terlihat pada sindroma korsakoff. Sindroma Korsakoff Amnesia anterograde
permanen yang disebabkan oleh kerusakan otak sebagai akibat dari alkoholisme kronis
atau kekurangan gizi.
Menurut psikolog pembelajaran terdiri dari 2 tahap, yaitu: memori jangka pendek
dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek sebagai sarana menyimpan informasi
dengan jumlah terbatas dan hanya sementara, sedangkan memori jangka panjang sebagai
sarana penyimpanan informasi dengan jumlah tak terbatas dan permanen.Model proses
memori yang paling sederhana menunjukkan bahwa informasi sensori memasuki memori
jangka pendek, latihan membuatnya tetap tersimpan disana dna kahirnya informasi
membuat jalan untuk memasuki memori jangka panjang, yang disimpan secara permanen.
Perubahan memori jangka pendek ke memori jangka panjang disebut “konsolidasi”
karena dapat dikatakan bahwa memori ‘dibuat solid”.
b. Kemampuan belajar yang tersisa
Johnson. Kim dan Risse (1985) menemukan bahwa pasien amnesia anterograde dapat
belajar mengenali wajah. Para Peneliti menampilkan foto 2 pria dengan cerita mengenai
kehidupan mereka. 1 pria dikatakan tidak jujur, licik dan kejam. Yang lainnya dikatakan
pria baik-baik sehingga pantas untuk diundang makan malam dirumah ( setengah dari
pasien mendengar bahwa 1 pria jahat sedangkan setengah pasien lainnya mendengar pria
yang satunya lagi yang jahat). 20 hari kemudian, pasien amnesia mengatakan bahwa
mereka lebih menyukai gambar pria yang “baik” daripada yang “jahat”.
Wooduff-Pak (1993) menemukan bahwa H.M dan pasien penderita amnesia anterograde
lainnya dapat belajar respons kedipan klasik terkondisikan. Pasien H.M bahkan
memperlihatkan bahwa ia mampu mengingat tugas 2 tahun lalu, Ia belajara respons lagi
dengan jumlah percobaan sepersepuluh dari yang dibutuhkan sebelumnya. Sidman,
Stoddard, dan Mohr (1968) berhasil melatih pasien H.M dalam tugas pengkondisian
unstrumental-tugas diskriminasi visual dengan memberikan uang untuk respons yang
tepat. Akhirnya sejumlah studi memperlihatkan pembelajaran motoric pada pasien
amnesia anterograde, Robert dan Squire (1998) menemukan bahwa subjek penderita
amnesia anterograde dapat belajar urutan penekanan tombol dalam seri tugas waktu
respons.
c. Memori Deklaratif dan Nondeklaratif
Eichenbaum, Otto dan Cohen (1992) Squire (1992) menyebutkan bahwa pasien dengan
amnesia anterograde mampu membentuk memori deklaratif (declarative memories), yang
telah ditnetukan sebagai yang “secara eksplisit tersedia untuk mengambil kembali ingatan
sebagai kenyataan, kejadian atau stimuli khusus”. Istilah deklaratif jelas berasal dari kata
declare yang berarti “untuk menyatakan, untuk mengumumkan”. Istilah tersebut
menggambarkan fakta bahwa pasien anterograde tidak dapat berbicara mengenai
pengalaman yang telah merekaalami sejak terjadi kerusakan otak mereka.
Menurut Squire dan kolegannya, memori deklaratif adaah memori kejadian dan fakta
yang ada dalam pikiran kita dan dapat kita bicarakan. Memori deklaratif dapat
dideskripsikan secara verbal, seperti memori kejadian-kejadian seseorang dimasa lalu.
Memori nondeklaratif merupakan memori bentuknya tidak tergantung pada formasi
hipokampus, suatu kumpulan istilah dari memori perseptual, stimulus respons dan
motoric.
d. Anatomi Amnesia Anterograd
Formasi Hipokampus terdiri atas Girus dentate, medan-medan CA hipokampus itu
sendiri, dan Subikulum. Masukan paling penting ke formasi hipokampus adalah korteks
entorinal, neuron-neuron disana memiliki akson-akson yang berujung di girus
dendata,CA3 dan CA1.
Formasi hipokampus menerima masukan dari wilayah-wilayah subkorteks melalui
forniks. Masukan-masukan ini menyeleksi dan memodulasi fungsi-fungsi formasi
hipokampus. Forniks mengangkut akson-akson dopaminergic dari area tegmental ventral,
akson-akson noradrenergic dari locus kocruleus, akson-akson serotonergic dari septum
medial. Forniks juga menyambungkan formasi hipokampus dengan badan-badan
mamilaris, yang terletak dihipotalamus posterior. Kerusakan otak yang paling menonjol
yang terlihat pada kasus-kasus sindroma korsakoff dan barangkali merupakan penyebab
amnesia anterograde adalah degenerasi badan-badan mamilaris.
e. Peran Formasi Hipokampus dalam Konsolidasi Memori Deklaratif
formasi Hipokampus berperan dalam proses, melalui memori deklaratif yang terbentuk.
Sebagian peneliti meyakini bahwa prosesnya adalah Hipokampus meneria informasi
mengenai apa yang terjadi pada korteks asosiasi visual maupun sensori serta pada
wilayah subkortikal, seperti gaglion basal, dan amigdala.
Studi pencitraan fungsional oleh Smith dan Squire (2009) menemukan bukti yang
mendukung perbedaan peran formasi hipokampus pada memori terakhir atau sebelumnya.
Mereka menggunakan tes yang digunakan oleh Bayley, Hopkins, dan Squire dalam
rangka pembangkitan pengambilan kembali memori pada sekelompok orang dengan unur
bervariasi, yang memiliki memori normal.
f. Memori Episodik dan Somatik
Memori episodic dan somatic merupakan bentuk yang berbeda dari memori deklaratif.
Memori episodic melibatkan korteks termasuk informasi tentang kapan dan dalam
kondisi apa peristiwa tertentu terjadi, dan dalam rangkaian kejadian yang mana peristiwa
itu berlangsung. Memori episodic adalah spesifik pada waktu dan tempat tertentu, karena
episode tertentu berdasarkan definiisinya terjadi hanya satu kali. Memori somatic
melibatkan fakta, tetapi tidak termasuk informasi tentang korteks fakta yang dipelajari.
Memori somatic tidka sesederhana memori perseptual. Gangguan saraf degenerative yang
disebut demensia somatic menunjukkan bahwa korteks temporal memainkan peran
penting dalam menyimpan iformasi somatic. Demensia somatic disebabkan oleh
degenerasi neokorteks di lobus temporal anterolateral.
g. Memori Spasial
Laria dkk (2003) melatih subjek untuk menavigasi melalui labirin virtual-reality yang
terkomputerisasi, yang memungkin kan mereka untuk mempelajari labirin, baik melalui
isyarat spasial dari jarak jauh meupun melalui serangkaian putaran. Setengah dari subjek
dengan spontan menggunakan isyarat spasial dan setengah lainnya secara spontan belajar
membuat urutan putaran tertentu pada lokasi tertentu pula. Studi pencitraan fungsional
memprlihatkan bahwa hipokampus di aktifkan pada subjek yang mengikuiti strategi
spasial dan nucleus kaudata diaktifkan pada subjek yang mengikuti strategi respons.
h. Pembelajaran relasional pada Hewan Percobaan
Penemuan yang menyatakan bahwa lesi hipokampus menibulkan amnesia anterograde
pada manusia menyebabkan timbulnya ketertarikan mengenai peran sesungguhnya
struktur ini dalam proses belajar.
i. Persepsi Spasial dan Pembelajaran
Luka pada hipokampus mengganggu dalam kemampuan menyimpan jejak dan mnegingat
lokasi spasial. Berbagai jenis studi menegaskan pentingnya hipokampus pada
pembelajaran spasial. Sebagai contoh, Gagliardo, Loale, dan Bingman (1999)
menemukan bahwa lesi pada hipokampus mengganggu navigasi merpati pos. lesi tidak
mengganggu kemampuan burung untuk memanfaatkan posisi matahari pada saat tertentu
tiap harinya, sebagi petunjuk yang menuntun ke sarang mereka. Sebaliknya lesi tersebut
mengganggu kemampuan mereka untuk mengetahui posisi lokasi ketika mereka sampai
di dekat akhir penerbangan, disaat burung-burung tersebut mulai memanfaatkan suatu
tempat utnuk menantukan keberadaan mereka.
ii. Sel Tempat pada Formasi Hipokampal
Bukti-bukti menunjukkan bahwa penembakan sel tempat hipokampal nampaknya
merefleksikan lokasi tempat hewan “pikir” ia berada. Skaggs dan McNaughton (1998)
membangu suatu peralatan yang terdiri dari dua ruangan yang hamper identic
dihubungkan dengan sebuah karidor. Setiap hari tikus ditempatkan disalah satu ruangan
dan sekumpulan elektroda dalam otak hewan merekam aktivitas sel tempat hipokampus.
Tiap tikus ditempatkan diruangan yang sama tiap harinya. Sejumlah sel tempat
memperlihatkan pola yang mirip pada aktivitas didalam ruangan, dan beberapa
menunjukkan pola yang berbeda.
i. Peran Formasi Hipokampal dalam Konsolidasi Memori
Dari hasil penelitian pencitraan fungsional dan dampak dari keruskan otak pada manusia
yang mengindikasikan bahwa formasi hipokampus berperan penting dalam konsolidasi
memori relasional dan pemindahannya kedalam korteks serebrum. Salah satu keuntungan
dari merekam sel tempat dalam hipokampus saat hewan melakukan tugas spasial adalah
bahwa peneliti dapat mendeteksi pola yang berbeda dari perubahan aktivitas dalam sel-sel
ini, seperti hewan yang bergerak melalui lingkungan yang berbeda atau “berpikir tentang”
bergerak melaluinya. Ulangan gerakan melalui lingkungan kebanyakan terjadi selama
tidur gelombang lambat tetapi juga terjadi saat hewan duduk tenang didalam labirin
kandangnya.
Girardeau et al. (2009) memperoleh bukti yang sangat mendukung hipotesis bahwa SWR
berperan dalam pembelajaran. Girardeau dan koleganya melatih tikus untuk melakukan
tugas ingatan spasial yang membuthkan beberapa hari untuk dipelajari dan yang telah
ditunjukkan oleh percobaan-percobaan sebelumnya, bergantung pada hipokampus yang
utuh. Setelah sesi pelatihan setiap hari, para peneliti memblokir berlangsungnya SWR
dengan memberikan satu denyut tunggal stimulasi listrik ke komisura hipokampus ventral
setiap kali SWR terjadi. Hewan-hewan control menerima denyut stimulasi listrik dalam
jumlah yang sama, namun diberikan sewaktu SWR tidak sedan berlangsung. Mencegah
SWR selama periode ini pada hewan-hewan percobaan menganggu kemampuan mereka
mempelajari sewaktu itu.
j. Rekonsolidasi Memori
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menyelidiki fenomena yang dikenal
dengan Rekonsilidasi, yang tampaknya melibatkan modifikasi memori jangka panjang.
Salah satu efek prosedur yang dikenal sebagai terapi elektrokonvulsif adalah periode
amnesia retrograde. Misanin, Miller dan Lewis (1968) menemukan bahwa memori jangka
panjang yang biasanya tidak berpengaruh oleh kejang-kejang rentang terhadap gangguan
sengatan elektrokonvulsif bila diberikan pengingat pengalaman pembelajaran yang
semula. Para peneliti telah menemukan bahwa ECS yang diberikan sehari kemudian.
Nampaknya serangan kejang yang diberikan tepat setelah pelatihan menganggu aktivitas
otak yang diawali oleh sesi pelatihan dan akibatnya menganggu konsolidasi. Serangan
kejang diberikan pada hari berikutnya tidak berpengaruh karena memori sudah
dikonsolidasikan. Meskipun demikian, jika hewan diberikan stimulus “pengingat” satu
hari setelah pelatihan, yang mungkin mengaktifkan kembali memori, pengobatan ECS
yang diberikan segera setalh itu menyebabkan amnesia untuk tugas yabg di ujikan kepada
hewan-hewan pada hari berikutnya.
k. Peran Neurogenesis HIpokampus dalam Konsolidasi

Neuron-neuron baru bias dihasilkan di hipokampus dan bulbus olfaktoris otak dewasa.
Sel-sel batang yang terletak di zona subgranular hipokampus membelah dan pada tikus
menghasilkan 5000 sampai 10000 sel granula setiapharinya, yang bermigrasi ke girus
dendata dan menjulurkan akson-akson sepanjang saluran serat yang penuh cabang.
Neuron-neuron baru membentuk sambungan dengan neuron-neuron dimedan CAS
(Kempermann, Wiskott dan Gage 2004). Tronel dkk (2010) menemukan bahwa
pematangan pohon dendritic darineuron baru dn integrase mereka kedalam sirkuit saraf
hipokampus dipercepat ketika hewan dilatuh pada tugas belajar spasial. Mereka juga
menemukan bahwa infuse pemblokir NMDA,AP5, ke dalam ventrikel lateral tidak
mempengaruhi laju neurogenesis, namun merusak pembelajarn dan mencegah terjadinya
perubahan-perubahan normal akibat pembelajaran dalam neurogenesis. Hasil-hasil ini
menunjukkan bahwa tampaknya potensial jangka panjang berperan dalam
dimasukkannya neuron-neuron yang baru terbentuk kedalam sirkuit-sirkuit yang
menyimpan ingatan baru.

Anda mungkin juga menyukai