Judul Percobaan:
Penentuan Komposisi Asam Amino dalam Sampel.
B. Hari / Tanggal Percobaan:
Kamis / 26 September 2019, Pukul 07.00 WIB.
C. Selesai Percobaan:
Kamis / 26 September 2019, Pukul 09.30 WIB.
D. Tujuan Percobaan:
Menentukan asam amino yang terdapat dalam sampel dengan
kromatografi kertas.
E. Tinjauan Pustaka
1. Asam Amino
a. Pengertian Asam Amino
Asam amino merupakan unit penyusun protein yang tersusun
atas gugus karboksilat dan gugus amino yang terikat pada atom C
yang sama. Pada asam amino, terdapat ikatan peptida yang
merupakan ikatan pendek dari dua atau lebih asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan kovalen. Hampir semua asam amino
mempunyai atom karbon asimetrik yang mampu mengikat empat
gugus substituen yang berbeda yakni gugus karboksil, gugus
amino, gugus R, dan atom hidrogen (Lehninger, 1982).
Asam memiliki dua gugus fungsi yaitu –NH2 dan –COOH.
Pada keadaan zwitter ion, biasanya gugus tersebut dalam keadaan
– NH4+ dan –COO-. Kecuali prolin, 20 jenis asam amino
pembentuk protein memiliki gugus karboksil bebas dan gugus
amino bebas tidak tersubstitusi yang terikat pada atom karbon α
sehingga dinamakan dengan α-asam amino. Berdasarkan
strukturnya, 20 jenis asam amino pembentuk protein, 19
diantaranya merupakan amina primer dan 1 amina sekunder
(prolin). Selain itu, 19 asam amino memiliki C kiral dan 1 akiral
(glisin).
Alanin Ala A
Prolin Pro P
Valin Val V
Leusin Leu L
Isoleusin Ile I
Metionin Met M
Gugus R Aromatik
Fenilalanin Phe F
Tirosin Tyr Y
Triptofan Trp W
Treonin Thr T
Sistein Cys C
Asparagin Asn N
Glutamin Glu Q
Bermuatan Positif
Gugus R
Lisin Lys K
Histidin His H
Arginin Arg R
Bermuatan Negatif
Gugus R
Aspartat Asp D
Glutamat Glu E
2. Kromatografi Kertas
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang
didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel di antara dua
fasa. Menurut pengertian ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa,
yaitu fasa diam (stationary phase) dan fase gerak (gerak phase). Fase
diam dapat berupa cairan dapat berupa eluen atau pelarut atau gas
pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini ini mengakibatkan
terjadinya migrasi diferensial komponen-komponen dalam sampel
(Soebagio, 2003).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu
kolom. Perbedaan kemampuan adsorbsi terhadap zat-zat yang sangat
mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang
disebut kromatogram (Khopkar, 2003). Kromatografi kertas
merupakan bidang khusus kromatografi cair-cair. Fase diam berupa
lapisan tipis air yang terserap oleh kertas. Selain airdapat juga dipakai
cairan lain. Pengerjaannya sangatsederhana. Penempatan satu tetes
larutan cupl;ikan pada ujung kertasdan kemudian mencelupkannya ke
dalam pelarut (eluen) sudah cukup untuk memisahkan komponen-
komponen cuplikan (Soebagio, 2003).
Kromatografi kertasatau KKtpada hakekatnya ialah KLT pada
lapisan tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum
KLT dan telah dipakai secara efektif selama bertahun-tahun untuk
pemisahan molekul biologi yang polar seperti asam amino, gula, dan
nukleotida. Metode ini merupakan KCC dengan fase diam cair
biasanya air, berada pada serabut kertas. KKt paling baik jika
dibandingkan dengan KLT pada lapisan tipis serbuk selulosa. KKt
tidak memerlukan pelat pendukung, dan kertas dapat dengan mudah
diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas saring. Lapisan sellulosa
harus dicetak atau dibeli khusus. Panjang serabut pada kertas lebih
panjang daripada serabut pada lapisan sellulosa yang lazim,
menyebabkan lebih banyak terjadi difusi ke samping dan bervak lebih
besar. Akhirnya lapisan selulosa lebih rapat dan pelarut cenderung
mengalir melaluinya lebih cepat dan menghasilkan pemisahan lebih
tajam (Gritter, 1991).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya
sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam
kromatografi kertas adalah kertas saring yakni selulosa. Sampel yang
akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja
beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat
digunakan (Gritter, 1991).
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi
dibandingkan dengan metode pemisahan lainnya ialah : (a) dapat
digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil (semi
mikro dan mikro); (b) cukup selektifterutama untuk senyawa-senyawa
organic multi komponen ; (c) proses pemisahan dapat dilakukan
dalam waktu yang relative singkat ; (d) sering kali murah dan
sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat mahal dan rumit
(Soebagio, 2003).
Perak, timbal, dan raksa dapat dipisahkan dengan kromatografi
kertas. Pengembangan atau elusi dilakukan dengan eluen campur air,
etil asetoasetat, n-butanol dan asam asetat glacial. Lokasi spotditandai
dengan menggunakan pereaksi yang dapat menghasilkan warna.
Identifikasi logam-logam dalam sampel dikerjakan dengan
membandingkan harga Rf dari logam yang bersangkutan. Rf
didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
dengan jarak yang dipergerakkan oleh permukaan pelarut.
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
(Soebagio, 2003).
Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatigram
lalu dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin.
Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa
berwarna, utamanya coklat atau ungu.
Gambar 5. Kertas Kromatogram setelah Ninhidrin
Asam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk
suatu produk yang disebut ungu Ruhmann. Reaksi ini biasanya
digunakan sebagai uji bercak untuk mendeteksi adanya asam amino
pada kertas kromatografi. Berikut terdapat tabel harga Rf standar pada
asam amino (Rodiatning & Kartini, 1981), yaitu:
No. Asam Amino Rf
1. Histidin 0.11
2. Glutamin 0.13
3. Lisin 0.14
4. Arginin 0.20
5. Asam Aspartat 0.24
6. Glisin 0.26
7. Serin 0.27
8. Asam Glutamat 0.30
9. Treonin 0.35
10. Alanin 0.38
11. Sistein 0.40
12. Prolin 0.43
13 Tirosin 0.45
14. Asparagin 0.50
15. Metionin 0.55
16. Valin 0.61
17. Triptofan 0.66
18. Fenilalanin 0.68
19. Isoleusin 0.72
20. Leusin 0.73
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Kertas kromatografi 4 x 10 cm 1 Buah
Labu pemisah 1 Buah
Pipa kapiler 4 Buah
Bejana/chamber 1 Buah
Botol semprot 1 Buah
Oven 1 Buah
2. Bahan
CH3COOH glasial 2.5 mL
n-butanol 0.6 mL
Ninhidrin Secukupnya
Larutan asam amino standar Secukupnya
Aquades Secukupnya
Tirosin Secukupnya
Lisin Secukupnya
Alanin Secukupnya
G. Alur Percobaan
1. Pembentukan Larutan Pengemulsi (fase gerak)
2. Menentukan Komponen Asam Amino
H. Hasil pengamatan
1. Pembuatan Larutan Pengemulsi (fase gerak) - n-butanol: - n-butanol + Urutan kepolaran eluen: Terjadi reaksi
larutan tidak asam asetat Aquades >n-butanol > asam esterifikasi ketika
berwarna glasial: asetat glasial pembuatan eluen.
Asam asetat larutan tidak Urutan kepolaran sampel:
glasial: berwarna Tirosin > Lisin >Alanin
larutan tidak - (+) aquades: C4H9OH(aq) +
berwarna larutan tak CH3COOH(aq) →
Aquades: berwarna CH3COOC4H9(aq) + H2O(l)
larutan tidak
berwarna
2. Menentukan Komposisi Asam Amino - Kertas - Kertas Tirosin + Ninhidrin Asam amino
kromatografi kromatografi dalam sampel
4 x 5 cm: dioven: adalah alanin,
kertas kertas + dibuktikan
berwarna berwarna dengan nilai Rf
putih putih Alanin dan
- Larutan - Ditotol (aq) sampel sama.
yang sampel (aq) Berdasarkan
ditotolkan: A,B,C,D: percobaan yang
A=tirosin: kertas telah dilakukan,
larutan yak berwarna didapatkan
berwarna putih da → (aq) + urutan kepolaran
B=Lisin: terlihat asam amino yaitu
larutan tak sedikit noda Tirosin>Lisin>
berwarna bekas Alanin.
C=Alanin: totolan
larutan tak - Dimasukkan
berwarna dalam eluen:
kertas
D = sampel: kromatografi (aq) + CO2(g) +
larutan tak basah NH3(g)
berwarna - Dioven :
Eluen: kertas
larutan kromatografi
tidak kering
berwarna - Disemprot
Ninhidrin: ninhidrin:
kertas (aq) + NH3(g)
larutan
tidak kromatografi
berwarna basah
- Dioven:
muncul noda
berwarna (aq) →
ungu muda
- Jarak noda
dari batas
bawah: (aq)+
A= 3 cm 3H2O(l)
B= 2.8 cm Lisin + Ninhidrin
C= 2.9 cm
D= 2.9 cm
(aq) +
(aq)→2 (aq) +
(aq) +
CO2(g)+2NH3(g)
2
(aq) + 2NH3(g)+
2 (aq) →
2
(aq) +
6H2O(l)
Alanin + Ninhidrin
(aq) + (aq) →
(aq) +
(aq) + CO2(g)+NH3(g)
(aq) + NH3(g) +
(aq) →
(aq) +
3H2O(l)
I. Analisis dan Pembahasan
Percobaan ini berjudul penentuan komposisi asam amino dalam
sampel yang bertujuan untuk menentukanasam amio yang terdapat pada
sampel dengan kromatografi kertas. Asam amino merupakan unit
penyusun protein yang tersusun atas gugus karboksilat dan gugus amino
yang terikat pada atom C yang sama. Pada asam amino, terdapat ikatan
peptida yang merupakan ikatan pendek dari dua atau lebih asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan kovalen. Hampir semua asam amino
mempunyai atom karbon asimetrik yang mampu mengikat empat gugus
substituen yang berbeda yakni gugus karboksil, gugus amino, gugus R,
dan atom hidrogen (Lehninger, 1982).
Berdasarkan gugus sampingnya, asam amino dibedakan menjadi 4
yaitu Gugus R (Non polar, alifatik) yang terdiri dari glisin, alanin, prolin,
valin, leusin, isoleusin, metionin; Gugus R aromatik terdiri dari
fenilalanin, tirosin, triptofan; Gugus R (bermuatan negatif) yang terdiri
dari aspartat dan glutamat; Gugus R (bermuatan positif) yang teeiri dari
lisin, histidin, dan arginin; Gugus R (polar, tidak bermuatan) yang terdiri
dari serin, treonin, sitein, asparagin, dan glutamin.
Penentuan asam amino pada percobaan ini menggunakan prinsip
kromatografi yaitu penentuan kadar asam amino dengan memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan tingkat kepolaran antara sampel dan pelarut
yang digunakan, dan jenis asam amino dapat ditentukan dari nilai Rf.
Percobaan ini meliputi dua tahapan yaitu pembuatan larutan pengemulsi
(fase gerak) dan menentukan komponen asam amino.
1. Pembuatan Larutan Pengemulsi (Fase Gerak)
Pembuatan larutan pengemulsi atau larutan eluen didasarkan pada
polaritas senyawa yang merupakan campuran dari beberapa cairan
yang berbeda polaritasya dikarenakan polaritas dari eluen sangat
berpengaruh pada Rf yang dihasilkan. Langkah pertama yang
dilakukan dalam percobaan ini yaitu menambahkan 2,5 mL n-butanol
merupakan larutan tidak berwarna yang bersifat semipolar dengan 0,6
mL asam asetat glasial merupakan larutan tidak berwarna yang
bersifat non polar berfungsi dalam menarik asam amino yang sifatnya
basa karena dari larutan yang suasananya asam sambil dikocok
sehingga menghasilkan larutan tidak berwarna. Selanjutnya, ditambah
2,5 mL aquades merupakan larutan tidak berwarna yang bersifat polar
berfungsi dalam meningkatkan kelarutan asam amino dalam air, cepat
menarik asama mino pada fasa geraknya, dan untuk menjenuhkan
eluennya sambil dikocok sehingga menghasilkan larutan tidak
berwarna.
Hasil pencampuran ketiga larutan tersebut kemudian ditempatkan
dalam lemari kromatografi dan dijenuhkan. Penjenuhan tesebut
dilakukan karena apabila chamber yang digunakan tidak jenuh maka
dalam chamber masih terdapat udara dengan tekanan yang berbeda
dengan uap eluen sehingga aliran eluen yang digunakan akan tertahan
dan pemisahannya tidak berjalan baik.
Dalam pembuatan eluen ini ditambahkan tiga larutan dengan sifat
kepolaran dari aquades >n-butanol> asam asetat glasial dengan
perbandingan 4,2:1;4,2 pada larutan n-butanol;asam asetat;aquades.
Penambahan asam asetat yang lebih sedikit dibandingkan yang
lainnya dengan tujuan agar eluen yang dihasilkan bersifat semipolar
sehingga noda yang dihasilkan tidak berjala dengan cepat dan keluar
dari plat. Larutan eluen yang dibuat bersifat polar. Dari pencampuran
ketiga larutan dihasilkan reaksi:
C4H9OH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COOC4H9(aq) + H2O(l)
Reaksi diatas merupakan reaksi esterifikasi yang dibuktikan dengan
terbentuknya hasil berupa butil asetat. Terjadinya reaksi esterifikasi
tersebut karena dipengaruhi adanya larutan aam asetat glasial yang
juga berfungsi dalam menghasilkan ester.
2. Menentukan Komponen Asam Amino
Pada tahapan ini, kertas kromatografi 4 x 5 cm ditandai 0,5 cm
dari tepi kanan, kiri, batas atas 0,5 cm, danatas bawah 1 cm.
Penandaan dilakukan menggunakan pensil dikarenakan jika
penandaan dilakukan menggunakan pensil akan terjadi penumpukan
noda pada kertas sehingga dapat mempengaruhi hasil. Selanjutnya
dioven pada suhu 100-105oC selama ± 1 menit dengan tujuan untuk
mengaktivasi dan membuka pori-pori KLT berbahan silika sehingga
distribusi eluen lebih mudah dan menghilangkan kandungan air yang
dapat mempengaruhi pergerakan noda. Penghilangan kandungan air
tersebut diperlukan dikarenakan air yang sifatnya polar dengan fasa
geraknya yang juga polar akan menyebabkan keduanya saling
mengikat sehingga saat diletakkan pada eluen fasa geraknya tidak
dapat naik.
Langkah selanjutnya ditetesi dengan larutan A,B,C,D secara
berdampingan dengan jarak 1 cm menggunakan pipa kapiler sehingga
terlihat sedikit noda bekas totolan. Tahap ini sangat mempengaruhi
dari hasi Rf yang didapatkan sehingga cara penotolonnya harus tepat.
Larutan A merupakan tirosin, larutan B merupakan lisin, larutan C
merupakan alanin, dan larutan D merupakan larutan sampel. Dari
ketiga larutan berdasarkan sifat kepolarannya tirosin>lisin>alanin.
Tirosin dan lisin sama-sama merupakan larutan polar tetapi lisin
mempunyai gugus R positif sedangkan tirosin merupakan asam amino
yang tidak bermuatan sehingga dengan tidak adanya muatan dapat
menjadikannya mempunyai sifat kepolaran lebih tinggi dibandingkan
lisin.
Kemudian diangin-angikan dan diulangi totolan sebanyak 3
kali. Pada tahapan ini lebih baik dilakukan dengan diangin-anginkan
daripada dioven karena pengovenan dapat menyebabkan asam amino
menguap, gugus R rusak, dan dapat terjadi proses pengaktivasi
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya pencampuran antara noda
satu dengan yang lainnya.Selanjutnya digantung dalam chamber
sampai eluen menuju tanda batas sehingga kertas kromatografi basah.
Dalam peletakan harus dilakukan lurus sehingga eluennya dapat
bergerak secara bersamaan.
Kertas kromatografi yang telah dialiri eluen dikeluarkan dan
dikeringkan dalam suhu ± 100 – 1050C selama ± 3 menit dengan
tujuan untuk pengeringan dan pengaktivasian. Selanjutnya disemprot
dengan ninhidrin dengan tujuan untuk memberikan warna pada noda.
Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu ± 100 – 1050C selama
± 3 menit. Setelah pengovenan dihasilkan noda yang berwarna dimana
jika warna yang dihasilkan ungu menandakan ada gugus 𝛼 amino
bebas sedangkan jika warna yang dihasilkan jingga maka menandakan
ada gugus 𝛼 amino yang tersubstitusi dalam cincin. Warna ungu
menandakan bahwa asam amino dan ninhidrin bereaksi membentuk
aldehid dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan
CO2. Noda yang dihasilkan ditandai dengan pensil. Reaksi yang
terjadi pada asam amino dengan ninhidrin membentuk kompleks ungu
ruheman yaitu:
Tirosin + Ninhidrin
(aq) (aq)
(aq) + (aq) +
CO2(g)+NH3(g)
→ (aq) + 3H2O(l)
Lisin + Ninhidrin
+ (aq)
(aq)
2 (aq) + (aq) +
CO2(g)+2NH3(g)
(aq) + NH3(g) +
2 (aq) →2 (aq) + 6H2O(l)
Alanin + Ninhidrin
+ →
+ 3H2O(l)
J. Kesimpulan
1. Pada pembuatan eluen dihasilkan larutan bersifat polar terjadi suatu
reaksi esterifikasi dengan menghasilkan produk butil asetat.
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sampel asam amino
adalah alanin. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori, Hal tersebut
terjadi karena saat tahapan penotolan dilakukan kurang tepat dan
kurang penekanan sehingga noda cenderung melebar dari titiknya.
Urutan kepolaran dari sampel yaitu tirosin>lisin>alanin
K. Daftar Pustaka
L. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah keuntungan dan kerugian dalam metode pemisahan dengan
Kromatografi Kertas ?
Jawab :
Keuntungan :
Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-
alat yang teliti. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan
peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana.
Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas
dan dapat segera diidentifikasikan.
Harganya lebih murah jika dibandingkan dengan KLT.
Kromatografi kertas preparatif diperlukan kertas yang lebih besar
dari pada untuk analisis, Keuntungannya yaitu bilangan Rf menjadi
besar sehingga pengukuran Rf merupakan parameter yang berharga
dalam memaparkan senyawa baru.
Kerugian :
Tidak bisa melakukan analisis kuantitatif pada komponen-
komponen sampel, hanya terbatas pada analisis kualitatif saja.
Waktunya lebih lama daripada adsorben lain, tapi lebih singkat
daripada KLT
Tidak bisa menggunakan pereaksi H2SO4 karena selulosa akan
terdekomposisi.
2. Apakah metode kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif ?
Jawab :
Ya dapat, metode kromatografi kertas dapat digunakan baik untuk
analisis yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan berdasarkan perbandingan Rf dari zat sampel dengan harga
Rf zat standar. Agar analisis kuantitatif dapat berhasil baik perlu
diperhatikan hal – hal berikut :
a. Kondisi percobaan harus sama, karena harg a Rf tergantung pada
kondisi tersebut
b. Adanya noda pada kromatogram belum berarti adanya zat tunggal
dalam sampel.
c. Harus dicoba dengan berbagai pelarut.
Analisis Kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi komponen
asam amino dari sampel terhadap suatu larutan asam amino yang telah
diketahui sebelumnya berdasarkan nilai Rf, Pada percobaan ini
ditandai dengan adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel yang
diselidiki lalu dibandingkan dengan harga Rf standarnya.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi Rf ?
Jawab :
Pelarut à disebabkan oleh pentingnya koefisien partisi, maka
perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut
dapat menyebabkan perubahan- perubahan harga Rf.
Kehadiran ion lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang
dilakukan dengan larutan-larutan nitrat.
Sifat dari campuranberbagai senyawa mengalami partisi diantara
volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Sifat
campuran hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan
satu terhadap lainnya hingga berpengaruh juga terhadap harga Rf.
Kertas à pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan
ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas
mempengaruhi kecepatan aliran dan mempengaruhi kesetimbangan
partisi.
Suhu à perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga
kecepatan aliran.
Ukuran dari bejana à volume dari bejana mempengaruhi
homogenitas dari atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan
penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana
besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien
partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi
mempengaruhi harga Rf.
Kualitas adsorben
Ketebalan lapisan , semakin tebal lapisan Rf nya semakin kecil
Kejenuhan ruang kromatografi
Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga
kecepatan aliran.
Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas
dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari
komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar
digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan
komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan
berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi
mempengaruhi harga Rf.
Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara
volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka
hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu
terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
M. Lampiran Perhitungan
Diketahui:
Jarak Noda A= 3 cm
3,5 𝑐𝑚
= 3 𝑐𝑚
= 0,857
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Rf B = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2,8 𝑐𝑚
= 3 𝑐𝑚
= 0,8
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Rf C = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2,9 𝑐𝑚
= 3 𝑐𝑚
= 0,828
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Rf D = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2,9 𝑐𝑚
= 3 𝑐𝑚
= 0,828
N. Dokumentasi