Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PPKN

SUKU ASMAT
PROVINSI PAPUA

Oleh

Nama : Syarif Hidayatullah


No. Absen : 30

MTS. Kanjeng Sepuh


Sidayu Gresik
2020
DAFTAR ISI
A.SEJARAH LAHIRNYA SUKU ASMAT..........................................................................3
B.LOKASI KEBERADAAN SUKU ASMAT.......................................................................4
C.JUMLAH POPULASI SUKU ASMAT..............................................................................4
D.KEBUDAYAAN SUKU ASMAT......................................................................................5
1.SISTEM SOSIAL/ KEMASYARAKATAN..................................................................5
2.PERALATAN HIDUP/ TEKNOLOGI...........................................................................5
3.MATA PENCAHARIAN...............................................................................................7
4.AGAMA..........................................................................................................................7
5.KESENIAN.....................................................................................................................8
6.BAHASA........................................................................................................................8
7.SISTEM PENGETAHUAN /PENDIDIKAN.................................................................8
E.HAMBATAN / PERMASALAHAN SUKU ASMAT......................................................9
F.PENUTUP............................................................................................................................
9
G.DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

2
A. Sejarah Lahir Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil
ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang
tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua
populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur
sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian
yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku
Simai.

Gambar 1. Suku Asmat


Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo Jayawijaya dan di antara
berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya
yang berada di wilayah ini.
Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari
100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman,
dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-
umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah
pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan
dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan
kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu
dengan lainnya.
Suku Asmat meyakini bahwa mereka berasal dari keturunan dewa Fumeripitsy
yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat
matahari terbenam tiap hari. Menurut keyakinan mereka, dewa nenek-moyang itu
dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam
perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang
Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.
Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa
itu namanya Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia
diserang oleh seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam.
Sehingga terjadi perkelahian yang akhirnya ia dapat membunuh buaya tersebut,
tetapi ia sendiri luka parah. Ia kemudian terbawa arus dan terdampar di tepi sungai
Asewetsy, desa Syuru sekarang.
Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh
kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patung yang sangat
indah serta membuat sebuah genderang, yang sangat kuat bunyinya. Setelah ia
selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar
dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama
kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian
menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat.

3
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian
selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu.
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang
tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat
tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa
Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
B. Lokasi Keberadaan Suku Asmat

Gambar 2. Peta Geografis Suku Asmat


Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah
yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis
khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua
sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan
utara beriklim tropika lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara
1.500 – 7.500 mm pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara
dan di pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai
selatan. Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini
memiliki luas sekitar 10.000 mil persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau.
C. Jumlah Populasi Suku Asmat
Penduduk Kabupaten Asmat, berdasarkan hasil proyeksi penduduk, tahun 2015
adalah sebanyak 88.578 jiwa yang terdiri atas 45.579 jiwa penduduk laki-laki dan
42.999 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan hasil proyeksi penduduk
tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Asmat mengalami pertumbuhan sebesar
2,27 persen. Sementara itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk
laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 106. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Asmat tahun 2015 mencapai 2-3 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga 4-5 orang. Kepadatan Penduduk di 19 distrik cukup
beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Distrik Agats yaitu sebesar
10-11 jiwa/km2 dan terendah di Distrik Pulau Tiga sebesar 1 jiwa/km 2. Sementara itu
jumlah rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 1,99 persen dari tahun 2014.
Sesuai amanat Undang-Undang tahun 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Bagi Provinsi Papua, bahwa kebijakan Pembangunan Provinsi Papua diarahkan pada
perlindungan, keberpihakan, dan pemberdayaan Orang Asli Papua khususnya Orang
Asli Kabupaten Asmat yang jumlahnya mencapai 105.662 jiwa. Prinsip Perlindungan
diartikan bahwa prioritas pelaksanaan pembangunan diarahkan untuk pemenuhan
hak-hak dasar Orang Asli Papua, khususnya Anak Asli Kabupaten Asmat. Prinsif
Afirmatif diartikan bahwa pelaksanaan kebijakan di Kabupaten Asmat bertujuan agar
Orang Asli Papua (Asli Asmat) memperoleh kesempatan mendapatkan layanan yang
lebih dengan alasan perbedaan kondisi awal sehingga dapat memperoleh peluang
yang setara untuk bersaing dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama.
Prinsip Pemberdayaan, diartikan bahwa pelaksanaan pembangunan memberikan

4
kesempatan dan mengutamakan keterlibatan yang seluas-luasnya bagi Orang Asli
Papua (Suku Asmat) dalam segala bidang pembangunan.
D. Kebudayaan Suku Asmat
1. Sistem Sosial atau Kemasyarakatan
Sistem sosial atau kemasyarakatan Suku Asmat terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami
b. Keluarga Luas Uxorilokal
Yaitu keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga dari pihak
istri
c. Keluarga Ovunkulokal
Yaitu keluarga yang sudah menikah bediam di rumah keluarga istri pihak
ibu.
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung
seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap
ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter.
Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada
umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.

Gambar 3. Rumah Adat Suku Asmat


Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin
Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna
membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi
pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yang pandai berkelahi, kuat dan
bijaksana.
2. Peralatan Hidup atau Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau masyarakat masih sederhana,
karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara pembuatan dan tujuan
pemberian. Peralatan hidup terdiri dari:
a. Alat Produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang,
kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul ”Man
The Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan : pemukulan
(Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan (Chipping)
dan penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional
dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya,
alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat
pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi
berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan
sebagainya.

5
b. Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan
pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata
lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu,
berperang dan sebagainya.
c. Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan,
emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah
tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat. Ada
pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang. Selain tempat
penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau membawa barang
(transportasi).
d. Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-
daunan, buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
e. Pakaian
Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat
kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan
pakaian. Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangat sederhana.
Dari bahan mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan
dicelup. Ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat)
macam, yaitu :
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2) Lambang keunggulan
3) Simbo yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan
Pada masyarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan
bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan
status sosial budaya.
f. Perumahan
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia. Rumah tradisional
menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu, bambu, kulit
pohon .Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
1) Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
2) Rumah di atas tanah (surface dwellings)
3) Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke
dalam rumah tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap. Rumah menetap dapat
dibedakan menjadi : rumah tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat
tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci, rumah-rumah pemujaan dan
sebagainya
g. Alat Transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur
kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat
transportasi, walaupun sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional,
alat-alat transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat
seret dan binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakan binatang sebagai
alat transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi,

6
kerbau, keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara,
rusa Reider dan anjing menjadi binatang transpotasi yang penting. Untuk
mengangkut barang menggunakan alat yang disebut Travois dan alat seret
(sledge).
3. Mata Pencaharian
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana,
mata pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi:
berbur dan meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi,
beternak dan mencari ikan.
Berburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua dan
terjadi di berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya
dengan teknik tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib. Di samping itu ada
kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat maupun tetangga. Sisanya
diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke pasar-pasar. Bercocok tanam di
ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun diganti
dengan bercocok tanam menetap : bercocok tanam di ladang terdapat di daerah
rimba tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di
perairan sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi
tentang irigasi, konsumsi, distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan
di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta
kambing dan domba. Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini
dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
4. Agama
Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini
merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib. Dewa-dewa itu turun ke
bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Dari sana mereka
berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hingga tiba di daerah
mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenal adalah
Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk
Flaminggo
Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke
dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow.
b. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan.
c. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin
– ow.
Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk
berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi
perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung. Pembuatan benda-benda ini
biasanya dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian dan tarian serta peragaan
kisah petualangan dewa Fuumeripitsy dengan gerakan dan dialog.

7
5. Kesenian

Gambar 4. Contoh Salah Satu Kesenian Suku Asmat


Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng,
perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
a. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata
urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat
akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur
dalam perang melawan musuh.
b. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian
kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan.
Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian
badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing,
dan sebagainya.
c. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang
dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat.
Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-
garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
d. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C,
hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan
aladalh hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan
kepada roh nenek moyang, yaitu :
a. Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang.
b. Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew.
c. Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung.
d. Yamasy, adalah upacara perisai.
e. Mbipokumbu, adalah upacara topeng.
6. Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen kebudayaan.
Dengan bahasa, dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti secara aktif pada
suatu obyek materiil sehingga bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan.
Manusia dapat berkomunikasi karena ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai
alat penghubung.
7. Sistem Pengetahuan atau Pendidikan
Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan tentang:

8
a. Alam sekitarnya.
b. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya.
c. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya.
d. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan.
e. Tubuh manusia.
f. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia.
g. Ruang dan waktu.
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-
musim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam.
Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi
kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu
pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku
bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur
penting dalam makanan.
Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, benda-benda
sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak mungkin
dapatmempergunakan alat-alat hidup. Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam
kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran modern.
Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam
masyarakat pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang
hidup dalam masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan
tentang sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya. Pengetahuan tentang ruang
dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur, menimbang, untuk
mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
E. Hambatan atau Permasalahan
Berdasarkan Kompas (2018), terdapat beberapa permasalahn yang terjadi pada
Suku Asmat diantaranya yaitu:
1. Infrastruktur, daerahnya dikelilingi oleh rawa-rawa.
2. Air Bersih, adanya endapan sedimentasi mencapai 200 meter menyebabkan
sulitnya didapatkan air bersih.
3. Buruknya kualitas mandi cuci kakus (MCK) baik di rumah, puskesmas, maupun
sekolah.
4. Terjadinya pasang air laut.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, Suku Asmat adalah sebuah
suku di Papua yang letak geografisnya terdiri dari pantai selatan dan merupakan
wilayah yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Sistem sosial Suku Asmat terbagi
menjadi tiga yaitu keluarga inti monogamy dan kandung poligami, keluarga luas
uxorilokal yaitu keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga dari
pihak istri, keluarga ovunkulokal yaitu keluarga yang sudah menikah bediam di
rumah keluarga istri pihak ibu. Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau
masyarakat masih sederhana, karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara
pembuatan dan tujuan pemberian.
Sistem mata pencaharian masyarakat Suku Asmat meliputi: berburu dan
meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi, beternak dan
mencari ikan. Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat
sekarang ini merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib meliputi

9
tiga dewa yaitu arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow, arwah
nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan, dan arwah nenek moyang
yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin – ow.
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung,
topeng, perisai gaya seni patung Asmat. Dengan bahasa, dengan bahasa,
manusia dapat memberikan arti secara aktif pada suatu obyek materiil sehingga
bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi
karena ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat penghubung.
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-
musim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam
merupakan sistem pengetahuan dari Suku Asmat.
2. Saran
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada Suku Asmat maka diperlukan
adanya alternatif dalam pemenuhan infrastruktur pada daerah yang ada disekitar
rawa-rawa, penambahan obat-obatan dan pengobatan yang lebih baik dengan
adanya permasalahan mandi cuci kakus yang buruk. Dalam masalah kesenian
dari Suku Asmat perlu dijaga dan dilestarikan. Selain itu, perlu ditingkatkan
sistem pengetahuannya sehingga masyarakatnya memiliki pengetahuan yang
tidak ketinggalan dengan masyarakat pada daerah yang lebih maju dan dapat
mengatasi permasalahan yang ada pada sekitarnya.
G. Daftar Pustaka
Alam S, Henry Hidayat. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK
kelas XI. Jakarta:Erlangga
Koencoro Ningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Aksara Baru. Jakarta.
Nugroho Trirus Brata.1945. Antropologi untuk SMA dan MA kelas XI. ESIS:
UUD
W. Juhana Wijaya. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK kelas XI.
Bandung: Armico
https://penghubung.papua.go.id/5-wilayah-adat/anim-ha/kabupaten-asmat/
https://wulananggriani26.blogspot.com/2013/05/makalah-suku-asmat.html
https://ragamtugas.blogspot.com/2011/11/makalah-tentang-suku-asmat.html
https://www.gurupendidikan.co.id/suku-asmat/
https://www.romadecade.org/suku-asmat/
https://www.netsains.net/suku-asmat/

10

Anda mungkin juga menyukai