Anda di halaman 1dari 32

SEGALA HAL DARI

SUMATERA SELATAN

Segala hal dari sumatera selatan

Page 1

Suku - Suku di Sumatera Selatan


Indonesia memang kaya akan suku bangsanya, khusus dari daerah sumatera
selatan saja sudah menyumbang 12 suku besar yang terkenal, belum lagi
dengan suku - suku yang kurang terkenal.
Ingin tahu suku apa saja yang ada di Sumatera Selatan....??? berikut ini
daftarnya:
1. Suku Komering
Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra
Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering. Seperti halnya
suku-suku di Sumatra Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah sehingga
penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung. Suku Komering terbagi
atas dua kelompok besar: Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu Agung
dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja.
Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya marga Paku
Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga
Buay Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya Komering
merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah
budaya suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Selain itu, bila dilihat dari
karakter masyarakatnya, suku Komering dikenal memiliki temperamen yang
tinggi dan keras.
Berdasarkan cerita rakyat di masyarakat Komering, suku Komering dan suku
Batak, Sumatra Utara, dikisahkan masih bersaudara. Kakak beradik yang
datang dari negeri seberang. Setelah sampai di Sumatra, mereka berpisah.
Sang kakak pergi ke selatan menjadi puyang suku Komering, dan sang adik
ke utara menjadi puyang suku Batak.
2. Suku Palembang
Kelompok suku Palembang memenuhi 40 - 50% daerah kota palembang.
Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok : Wong Jeroo merupakan
keturunan bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang
istana dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo
adalah rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang
yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil
dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok suku
lainnya di Indonesia. suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa,
yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 2

Suku Palembang masih tinggal/menetap di dalam rumah yang didirikan di


atas air. Model arsitektur rumah orang Palembang yang paling khas adalah
rumah Limas yang kebanyakan didirikan di atas panggung di atas air untuk
melindungi dari banjir yang terus terjadi dari dahulu sampai sekarang. Di
kawasan sungai Musi sering terlihat orang Palembang menawarkan
dagangannya di atas perahu.
3. Suku Gumai
Suku Gumai adalah salah satu suku yang mendiami daerah di Kabupaten
Lahat. Sebelum adanya Kota Lahat, Gumai merupakan satu kesatuan dari
teritorial GUMAI, yaitu Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Ulu dan Marga
Gumai Talang.
Setelah adanya kota Lahat, maka Gumai menjadi terpisah dimana Gumai
Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang
sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Lahat.
4. Suku Semendo
Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim,
Propinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari
keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari
Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di
daerah Semendo.
Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih
diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah ini cukup subur,
karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut. Ada dua
komoditi utama dari daerah ini : kopi jenis robusta dengan jumlah produksi
mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah ini termasuk salah
satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan.
Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi oleh nafas
keIslaman yang sangat kuat. Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah dan
tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap kata
pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e."
5. Suku Lintang
Kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan tempat
tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku Lintang
merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi sungai
Musi di Propinsi Sumatera Selatan.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 3

Suku Melayu Lintang hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan : kopi,
beras, kemiri, karet dan sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing,
kerbau, ayam, itik, bebek, dll. Mereka tidak mencari nafkah di sektor
perikanan walaupun tinggal di tepi sungai.
Orang Lintang adalah penganut Islam yang cukup kuat. Hal ini terlihat
dengan banyaknya mesjid-mesjid dan pesantren untuk melatih kaum
mudanya.
6. Suku Kayu Agung
Suku Kayu Agung berdomisili di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten
Ogan Komering Ilir dengan ibukotanya Kayu Agung. Wilayah ini dialiri sungai
Komering. Bahasanya terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Kayu Agung dan
dialek Ogan.
Mata pencaharian suku ini bertani, berdagang, dan membuat gerabah dari
tanah liat. Bentuk pertanian kebanyakan bersawah tahunan karena
daerahnya terdiri dari rawa-rawa. Jadi sawah hanya dikerjakan saat musim
hujan.
Suku Kayu Agung mayoritas beragama Islam, tetapi mereka juga
mempertahankan kepercayaan lama, yaitu kepercayaan mengenai dunia
roh. Suku Kayu Agung percaya bahwa roh-roh nenek moyang dapat
mengganggu manusia. Oleh karena itu, sebelum mayat dikubur harus
dimandikan dengan bunga-bunga supaya arwah roh yang mati lupa jalan ke
rumahnya. Mereka juga percaya akan dukun yang membantu dalam upacara
pertanian, baik saat menanam maupun saat panen. Selain itu ada tempattempat keramat yang mereka anggap sebagai tempat bersemayamnya para
arwah.
7. Suku Lematang
Suku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di antara
Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Daerah ini berbatasan dengan
daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah di sepanjang sungai
Lematang, di sekitar kota Muaraenim dan kota Prabumulih.
Asal usul orang Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten
dan Wali Sembilan.
Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah dalam
menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk dan
keadaan daerah dan budayanya. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan
yang tinggi. Hal itu terbukti dari sikap gotong royong dan tolong menolong
Segala hal dari sumatera selatan

Page 4

bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri tetapi juga kepada


masyarakat luar.
8. Suku Ogan
Suku Ogan terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir.
Mereka mendiami tempat sepanjang aliran Sungai Ogan dari Baturaja
sampai ke Selapan. Orang ogan biasa juga disebut orang Pagagan. Suku
Ogan terbagi menjadi 3 (tiga) sub-suku, yakni: Suku Pegagan Ulu, Suku
Penesak, dan Suku Pegagan Ilir. Kelompok masyarakat ini adalah penduduk
asli dan bertani, tetapi banyak juga yang menjadi pegawai negeri. Makanan
pokok suku ini ialah hasil pertanian.
9. Suku Pasemah
Suku Pasemah adalah suku yang mendiami wilayah kabupaten Empat
Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan di sekitar kawasan
gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga
banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu.
menurut sejarah, suku ini berasal dari keturunan Raja Darmawijaya
(Majapahit) yang menyeberang ke Palembang (pulau Perca). Suku ini banyak
yang tersebar di pegunungan Bukit Barisan, khususnya di lereng-lerengnya.
Menurut mitologi nama Pasemah berasal dari kata Basemah yang berarti
berbahasa Melayu. Hasil utama masyarakat suku ini ialah kopi, sayursayuran dan cengkeh dengan makanan pokoknya ialah beras.
10. Suku Sekayu
Suku Sekayu terletak di Propinsi Sumatera Selatan. Dalam wilayah
Kabupaten Musi Banyuasin. Mayoritas penduduknya petani. Hasil
pertaniannya adalah padi, singkong, ubi, jagung, kacang tanah dan kedelai.
Hasil perkebunan yang menonjol adalah karet, cengkeh dan kopi. Industri
rakyat yang terkenal berupa bata dan genteng.
Suku Sekayu merupakan "manusia sungai" dan senang mendirikan rumahrumah yang langsung berhubungan dengan sungai Musi. Tidak seperti
umumnya suku-suku di Indonesia, suku Bugis, Minangkabau atau Jawa, suku
Sekayu jarang berpindah-pindah ke tempat yang jauh. Keinginan untuk lebih
maju dan mencari keberuntungan mereka lakukan hanya sampai di ibukota
propinsi.
Suku Sekayu yang tinggal di Palembang menduduki sektor-sektor pekerjaan
yang penting, mulai dari guru besar/dosen universitas, ahli riset, hartawan
dan pengembang lahan, pekerja galangan dan penarik becak.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 5

11. Suku Rawas


Suku ini terletak di wilayah propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar
dua aliran sungai Rawas dan sungai Musi bagian utara. Suku ini menempati
wilayah di Kecamatan Rawas Ulu, Rawas Ilir, dan Muararupit, di Kabupaten
Musi Rawas. Bahasa Rawas masih tergolong ke dalam rumpun melayu. Di
wilayah ini banyak terdapat kebun karet rakyat.
12. Suku Banyuasin
Suku ini terutama tinggal di kab. Musi Banyuasin yaitu di kec. Babat Toman,
Banyu Lincir, Sungai Lilin, dan Banyuasin Dua dan Tiga. Umumnya mereka
tinggal di dataran rendah yang diselingi rawa-rawa dan berada di daerah
aliran sungai. Sungai terbesar adalah sungai Musi yang memiliki banyak
anak sungai. Mata pencaharian pokoknya adalah bertani di sawah dan
ladang. Mereka masih percaya terhadap berbagai takhyul, tempat keramat
dan benda-benda kekuatan gaib. Mereka juga menjalani beberapa upacara
dan pantangan.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 6

Rumah Limas, Rumah Tradisional Sumatera Selatan

Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera


Selatan. Dari namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas.
Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk
setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas.
Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya ini,
Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas
dan seringkali digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara
adat. Luasnya mulai dari 400 hingga 1000 meter persegi. Bahan material
dalam membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu tembesu.
Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen
yang tahan air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru.
Kayu ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah
Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak
atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya Palembang juga dapat Anda rasakan dari
ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya. Selain berbentuk limas, rumah
tradisional Sumatera Selatan ini juga tampak seperti rumah panggung
dengan tiang-tiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis lingkungannya yang berada di daerah
perairan.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 7

Adat yang kental sangat mendasari pembangunan Rumah Limas. Tingkatan


yang dimiliki rumah ini disertai dengan lima ruangan yang disebut dengan
kekijing. Hal ini menjadi simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat,
yaitu usia, jenis, bakat, pangkat dan martabat. Detail setiap tingkatnya pun
berbeda-beda.
Pada tingkat pertama yang disebut pagar tenggalung, ruangannya tidak
memiliki dinding pembatas, terhampar seperti beranda saja. Suasana di
tingkat pertama lebih santai dan biasa berfungsi sebagai tempat menerima
tamu saat acara adat. Kemudia kita beranjak ke ruang kedua. Jogan, begitu
mereka menyebutnya, digunakan sebagai tempat berkumpul khusus untuk
pria. Naik lagi ke ruang ketiga yang diberi nama kekijing ketiga. Posisi lantai
tentunya lebih tinggi dan diberi batas dengan menggunakan penyekat.
Ruangan ini biasanya untuk tempat menerima para undangan dalam suatu
acara atau hajatan, terutama untuk handai taulan yang sudah separuh baya.
Beranjak ke kekijing keempat, sebutan untuk ruang keempat, yang memiliki
posisi lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan orang-orang yang dipersilakan
untuk mengisi ruangan ini pun memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat
dan dihormati, seperti undangan yang lebih tua, dapunto dan datuk. Nah,
ruang kelima yang memiliki ukuran terluas disebut gegajah. Didalamnya
terdapat ruang pangkeng, amben tetuo, dan danamben keluarga. Amben
adalah balai musyawarah. Amben tetuo sendiri digunakan sebagai tempat
tuan rumah menerima tamu kehormatan serta juga menjadi tempat
pelaminan pengantin dalam acara perkawinan. Dibandingkan dengan ruang
lainnya, gegajah adalah yang paling istimewa sebab memiliki kedudukan
privasi yang sangat tinggi. Begitulah setiap ruang dan tingkatan Rumah
Limas yang memiliki karakteristiknya masing-masing.
Garis Keturunan

Tingkat atau kijing yang dimiliki Rumah Limas menandakan garis keturunan
asli masyarakat palembang. Dalam kebudayaannya, dikenal tiga jenis garis
keturunan atau kedudukan seseorang, yaitu Kiagus, Kemas dan atau
Segala hal dari sumatera selatan

Page 8

Massagus, serta Raden. Tingkatan atau undakannya pun demikian. Yang


terendah adalah tempat berkumpul golongan Kiagus. Selanjutnya, yang
kedua diisi oleh garis keturunan Kemas dan atau Massagus. Kemudia yang
ketiga, diperuntukkan bagi golongan tertinggi yaitu kaum Raden.

Di sisi lain, hiasan atau ukiran yang ada di dalam Rumah Limas pun memiliki
simbol-simbol tertentu. Jika Anda melihat dengan seksama ke dalamnya,
akan terlihat ornamen simbar atau tanduk pada bagian atas atap. Simbar
dengan hiasan Melati melambangkan mahkota yang bermakna kerukunan
dan keagungan rumah adat ini. Tanduk yang menghiasi atap juga bermakna
tertentu sesuai dengan jumlahnya.
Saat ini pembangunan Rumah Limas Sumatera Selatan sudah jarang
dilakukan. Luas wilayahnya memakan biaya yang jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan membangun rumah tempat tinggal biasa. Namun
jangan khawatir, Anda dapat berkunjung ke Rumah Limas milik keluarga
Bayuki Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir,
Palembang. Di sini, Anda akan merasakan seperti berada di masa lalu
dengan nuansa rumah adat yang sangat kental pengaruh budayanya.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 9

Pakaian Adat Sumatera Selatan

Propinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Palembang ini di kenal juga


dengan sebutan Bumi Sriwijaya. Hal ini dikarenakan pada abad ke-7
sampai abad ke-13 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan maritim
terbesar dan terkuat di Indonesia yakni Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan
catatan sejarah pakaian adat yang dikenakan oleh masyarakat Sumatera
Selatan yang dipanggil dengan istilah Wong Kito Galo berasal dari jaman
kesultanan Palembang, dan terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang
pernah berjaya di wilayah sumatera selatan.
Pakaian Adat Sumatera Selatan

Sumber : http://www.skyscrapercity.com

Segala hal dari sumatera selatan

Page 10

Sumber : http://www.kaskus.co.id

Sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia, pakaian Adat


Sumatra Selatan dapat diartikan sebagai simbol peradaban budaya
masyarakat yang mendiami wilayah Sumatera Selatan. Hal ini didasarkan
pada unsur filosofi hidup dan keselarasan yang bisa dilihat dari pemilihan
warna dan corak serta kelengkapan yang menghiasi pakaian adat tersebut.
Pakaian adat Sumatera Selatan dikenal dengan nama Aesan Gede yang
melambangkan kebesaran dan Aesan Pesangkon yang melambangkan
keanggunan. Dalam adat Sumatera Selatan pakaian ini hanya digunakan
pada upacara
pernikahan.
Pakaian Adat Sumatera Selatan

Sumber : www.skyscrapercity.com

Segala hal dari sumatera selatan

Page 11

Sumber : http://insan-kamil-mistik.blogspot.com

Salah satu busana pengantin yang digunakan pada adat Palembang adalah
gaya Aesan Gede. Busana ini merupakan busana kebesaran raja Sriwijaya
yang kemudian diterjemahkan sebagai busana pengantin Palembang. Warna
merah jambu (pink) dan keemasan serta gemerlap perhiasan dan mahkota
yang dipadukan dengan baju dodot dan kain songket semakin mempertegas
keagungan bangsawan Sriwijaya. Kesan mewah pada pakaian adat Aesan
Gede ini tidak terlepas dari penggunaan perhiasan yang umumnya berupa
bungo cempako, mahkota Aesan Gede, kelapo standan, dan kembang
goyang.
Pakaian Adat Sumatera Selatan

Sumber : http://palembangbatangharisembilan.blogspot.com

Segala hal dari sumatera selatan

Page 12

Sumber : http://prasetyadamar.blogspot.com

Sama seperti Aesan Gede, baju adat Aesan Paksangkong juga mencerminkan
kebesaran. Warna yang mendominasi pakaian adat aesan paksangkong
adalah warna merah dan emas, untuk pakaian wanita biasanya mengenakan
baju kurung warna merah berhiaskan motif bertabur bunga bintang
keemasan yang dipadukan dengan kain songket lepus bersulam emas.
Busana ini dilengkapi dengan penutup dada, perhiasan, dan mahkota dengan
untaian bunga. Sedangkan untuk pakaian pria yang digunakan berupa jubah
bertabur bunga emas, celana, dan kain songket serta songkok emas sebagai
penghias kepala.
Pakaian Adat Sumatera Selatan

Sumber : http://www.travellers.web.id

Segala hal dari sumatera selatan

Page 13

Sumber : http://info-bisnis-usaha.blogspot.com

Disamping faktor sejarah yang kuat, bagi masyarakat Sumatera Selatan


penggunaan pakaian adat juga dianggap sebagai penghormatan kepada
leluhur sebagai upaya untuk menjunjung tinggi adat dan budaya mereka. Hal
paling terpenting dalam menjaga dan melestarikan hasil cipta karya budaya
manusia adalah sikap memegang teguh dan rasa bangga untuk tetap
menggunakan pakaian tradisional dalam setiap moment upacara adat.

Senjata Tradisional Sumatera Selatan

Senjata-senjata tradisional yang pernah dipakai pada masa Kesultanan


Palembang Darussalam untuk pertahanan diri dari serangan musuh. Terdapat
bermacam-macam jenis senjata yang di gunakan sebagai pertahanan diri
maupun menunjukan kelas sosial mereka dalam masyarakat Sebenarnya
Segala hal dari sumatera selatan

Page 14

banyak jenis senjata tradisional di wilaya Palembang seperti Tombak, Keris


Palembang, beberapa jenis Pedang, juga di kenal senjata Tombak Trisula
maupun
senjata
tradisonal
lainnya
bernama
Skin.
Jika dicermati, senjata-senjata tersebut merupakan bentuk dari akulturasi
budaya-budaya besar saat itu. Misalnya, kebudayaan Tionghoa, kebudayaan
India, dan kebudayaan Arab. Akulturasi tersebut merupakan bukti tingginya
peradaban anak negeri yang mampu menyerap berbagai budaya dan
menyatukannya
dalam
sebuah
budaya
berbeda
dari
aslinya.
Keris

Keris Palembang (http://tappikawali.blogspot.com)

Senjata tradisional yang terkenal di Sumatera Selatan adalah keris. Keris situ
ada yang berlekuk 7, 9 atau 13, yaitu dengan jumlah ganjil.
Tombak Trisula

Segala hal dari sumatera selatan

Page 15

Tombak (Trisula) - http://juansst.blogspot.com

Belum ada sumber yang bisa menjelaskan dengan pasti awal mula senjata
tombak dengan ujung berbentuk trisula ini. Ada sebagian ahli berasumsi
bahwa tombak trisula punya kaitan dengan perkembangan budaya Hindu
pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Kota
Palembang.
Namun, tombak trisula khas daerah Sumatera Selatan punya dua ujung sisi
yang bisa digunakan sebagai senjata. Salah satu ujungnya berbentuk trisula,
sedangkan ujung yang lainnya berupa mata tombak berbentuk segitiga yang
diukir
demikian
cantik.
Skin

Segala hal dari sumatera selatan

Page 16

Ilustrasi Skin (http://www.archipelago-sandata.com)


Skin yang sering juga disebut jembio, rambai ayam (berbentuk menyerupai
ekor ayam) atau taji ayam, adalah suatu artefak yang berupa senjata tusuk
genggam yang bentuknya meruncing dengan tajaman di salah satu sisi
bilahnya.
Skin mempunyai kedudukan yang penting bagi seseorang, sehingga
fungsinya tidak hanya sebagai senjata, melainkan juga sebagai benda
keramat yang memiliki unsur kimpalan mekam atau kimpalan sawah
(mempunyai
kekuatan
magis).

6 Tari Tradisional Sumatera Selatan dan


Penjelasannya
1. Tari Gending Sriwijaya
Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup
populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini
dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian
ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan
kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat
Nusantara Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan
Segala hal dari sumatera selatan

Page 17

zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama
Buddha di dunia.
Tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan ini dibawakan untuk
menyambut tamu-tamu agung. Biasanya tarian ini dibawakan oleh sebanyak
13 orang penari, yang terdiri dari 9 orang penari inti dan 4 orang
pendamping dan penyanyi :

Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih),

Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak),

Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri),

Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria),

Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya,

Dua orang pembawa tombak (pria).

Namun saat ini penyanti gending sriwijaya sudah banyak digantikan dengan
media digital dan elektronik seperti VCD maupun tape recorder.
2. Tari Tanggai
Tari Tanggai merupakan tarian tradisional dari Sumatera Selatan yang juga
dipersembahkan untuk menyambut tamu kehormatan. Berbeda dengan tari
Gending Sriwijaya, Tari Tanggai dibawakan oleh lima orang dengan memakai
pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul
malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan
tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana
khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah
dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke
daerahnya.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 18

3. Tari Mejeng Basuko


Tarian mejeng basuko adalah tarian khas muda mudi Sumatera Selatan
(Sumsel). Tarian ini menggambarkan muda mudi yang berkumpul dan
bersenda gurau untuk menarik hati lawan jenisnya. Tak jarang ada yang
sampai jatuh hati dan mendapatkan jodoh dari pertemuan tersebut.
4. Tari Rodat Cempako
Tarian Rodat Cempako adalah tarian khas masyarakat Sumsel yang
dipengaruhi oleh gerakan dari Timur Tengah. Tarian Rodat Cempako ini
merupakan tarian masyarakat Sumsel yang bernafaskan Islam.
5. Tari Tenun Songket
Tarian Tenun Songket dari Sumatera Selatan ini menggambarkan masyarkat
Sumsel khususnya kaum wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk
menenun kain songket dan kerajinan tangan.
6. Tari Madik / Nindai

Segala hal dari sumatera selatan

Page 19

Tari Madik / Nindai adalah tarian khas Sumatera Selatan yang


menggambarkan proses pemilihan calon menantu. Di Sumatera Selatan
terdapat kebiasaan dimana orang tua pria akan berkunjung ke rumah calon
menantunya untuk melihat dan menilai (Madik dan Nindai) kepribadian
sehari-hari calon menantu tersebut.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 20

Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan dengan ibukota Palembang, berbeda alat musik


tradisionalnya dengan daerah atau provinsi yang ada di Pulau Sumatera.
Perkembangan musik dan jenis musik dikota Palembang ini sangat
dipengaruhi situasi zaman yang melingkupinya. Dimasa Sriwijaya saya kira
banyak dipengaruhi oleh unsur musik India, Cina dan musik lokal. Nuansa
musiknya mungkin sekali banyak dipengaruhi unsur agama Budha yang
ketika itu adalah agama resmi Kerajaan Sriwijaya. Pada masa Kesultanan
Palembang, yang sudah tentu banyak pengaruh atau unsur budaya Islam
dan Arab, jadi nuansa musik dan jenis musik pun bernuansa keislaman dan
kearab-araban, contoh musiknya mungkin gambus, terbangan syarofalanam,
kasidahan dll. Group gambus yang terkenal sekitar tahun 1950-an adalah
group
musik
gambus
Sri
Palembang
pimpinan
Wak
Neng.
Menurut buku dengan judul Terbangan: alat musik tradisional Sumatera
Selatan, Pengarang: Sukanti, Penerbit: Departemen Pendidikan Nasional,
Kantor Wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Bagian Proyek Pembinaan
Permuseuman
Sumatera
Selatan,
1999,
31
halaman.
Sahabat, GPS Wisata Indonesia mencoba menyusun kembali alat musik
Segala hal dari sumatera selatan

Page 21

tradisional Sumatera Selatan sebagai berikut

Rebana (Terbangan)

Ilustrasi Rebana (Terbangan) - http://arifmuria.blogspot.com

Rebana (terbangan) merupakan alat musik alat musik terdiri empat rebana
Hadrah dan satu buah Jidur (Bedug kecil), biasanya berwarna merah, hitam,
dan emas, warna yang khas Sumatera Selatan. Terbangan, kadang-kadang
bersama dengan serunai (oboe seperti buluh ganda atau serdam) dan biola.
Seruling

Alat musik ini terbuat dari bambu. Seruling termasuk jenis alat musik tiup
melintang (transverse flute) yang dimainkan secara horizontal, salah satu
ujungnya diberi penyekat, dilengkapi enam lubang nada dan satu lubang
Segala hal dari sumatera selatan

Page 22

tiup. Seruling ini dapat dimainkan baik secara tunggal maupun berkelompok
dengan alat musik lainnya. Permainannya dapat diselaraskan untuk
mengiringi lagu-lagu daerah dan lagu-lagu yang mengungkapkan perasaan
hati.

Kulintang (Kolintang)

Kulintang (Kolintang) - http://masyarakat-komering.blogspot.com

Kulintang atau kolintang ada di masyarakat Komering, merupakan alat musik


yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar.

Kenong (Kenung Basemah)

Kenong (Kenung Basemah) - http://www.scribd.com


Segala hal dari sumatera selatan

Page 23

Alat musik tradisional kenong dapat ditemui juga di beberapa daerah di


Pulau Jawa. Kenong merupakan alat musik yang terbuat dari tembaga yang
merupakan salah satu alat musik tradisi yang melengkapi gamelan jawa. Di
Sumatera Selatan terdapat alat musik kenong khas gamelan suku Basemah
di daerah Pagar Alam Sumatera Selatan.

Burdah atau Gendang Oku (*)

Burdah atau Gendang Oku ini adalah alat musik tradisional dari Sumatera
Selatan sejenis rebana yang terbuat dari kayu dan kulit binatang.
Dibandingkan dengan rebana, ukuran burdah lebih besar. Di Sumatera
Selatan, alat musik tradisional Burdah / gendang oku ini dimainkan untuk
mengiringi lagu Islami (barjanji) pada acara keagamaan yang dimainkan
sendiri maupun berkelompok. Burdah juga sering digunakan untuk
mengiringi kesenian pencak silat.

Genggong (*)

Segala hal dari sumatera selatan

Page 24

Genggong (http://www.tradisikita.my.id)

Selain ditemukan di daerah Bali, ternyata Genggong juga ada di Sumatera


Selatan. Namun walaupun namanya sama ternyata bentuknya sangat
berbeda.

Genggong ini merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Besemah Kota Pagaralam, sejenis alat musik tiup yang
menghasilkan suara mirip harmonika.

Alat musik ini terbuat dari bilah bambu, kayu, pelepah enau atau logam dan
dimainkan dengan cara dipegang ditangan kiri dan bagian sisinya
ditempelkan ke bibir. Selanjutnya dengan mainkan lidah getar yang ada pada
genggong dengan tangan kanan maka genggong akan menghasilkan bunyi.
Sedangkan untuk mengubah nada-nada dalam melodi genggong dilakukan
dengan mengolah posisi rongga mulut yang juga berfungsi sebagai
resonator.

Alat Musik Tenun (*)

Segala hal dari sumatera selatan

Page 25

Alat musik tradisional dari Sumatera Selatan selanjutnya disebut dengan alat
musik tenun. Disebut alat musik tenun dikarenakan alat musik ini biasanya
dipergunakan sebagai penghibur para pekerja yang sedang menenun. Alat
musik tenun ini terbuat dari kayu yang berbentuk persegi panjang, dengan
ornamen segitiga berangkai ditengahnya. Segitiga berangkai yang berada di
tengah alat musik inilah yang dibunyikan dengan cara dipukul sehingga
menimbulkan bunyi dengan nada-nada tertentu.

Marawis (*)

Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan tali. Alat musik seperti
gendang berkepala ganda namun berbadan rendah, dimainkan sebagai
pengiring lagu bernuansa Islam saat acara keagamaan, selain itu dimainkan
untuk mengiringi tarian zapin.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 26

Gambus (*)

Alat musik ini terbuat dari kayu. Alat musik petik jenis lut yang memiliki
enam dawai. Bentuk gambus sangat khas dengan badan cembung.
Permainan gambus berfungsi sebagai pengiring lagu berirama timur tengah
dan Melayu.

Biola (*)

Alat musik ini terbuat dari kayu dan tali senar. Alat musik gesek menyerupai
biola Eropah. Instrumen ini memiliki empat dawai dan busur. Biola dimainkan
untuk mengiringi lagu-lagu upacara adat Melayu. Selain itu dimainkan untuk
mengiringi lagu-lagu daerah.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 27

Terompet (*)

Alat musik ini terbuat dari stenlis. Alat musik ini bentuknya seperti terompet
Eropah. Terompet ini merupakan bagian dari seperangkat alat musik jidor
atas blas karena dimainkan karena dimainkan oleh belasan orang. Dilihat
dari bentuknya, alat musik jidor ini banyak mendapat pengaruh dari Eropah,
seperti terompet, sak seto (saxofon alto), klarinet, tenorak, dan alat musik
khas Eropah lainnya. Alat musik ini dimainkan untuk mengiring
pengantin,tari
serta hiburan
lainnya.
Gong (*)

Alat musik ini terbuat dari kuningan. Gong dapat dimainkan secara tunggal
maupun berkelompok dengan alat musik lainnya. Dalam musik tradisional,
Segala hal dari sumatera selatan

Page 28

gong berfungsi sebagai suara bass. Gong digunakan pula sebagai media
pemberitahuan kepada khlayak ramai.

Segala hal dari sumatera selatan

Page 29

Ragam Bahasa Daerah Sumatera Selatan


Bahasa Komering
Bahasa Komering atau bahasa Kumoring adalah bahasa yang dituturkan oleh
suku Komering yang tersebar di sepanjang sungai Komering, dari danau
Ranau hingga dekat Palembang. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa
Lampung.
Bahasa Komering, Umum
Bahasa Komering, dialek Umum, adalah bahasa yang dituturkan
oleh suku Komering yang tersebar di sepanjang sungai Komering,
dari danau Ranau hingga dekat Palembang. Bahasa ini termasuk
dalam rumpun bahasa Lampung.
Bahasa Komering, Kayu Agung Asli
Bahasa Komering Kayu Agung Asli, adalah salah satu dialek
bahasa Komering yang dituturkan di daerah Kayu Agung.
Bahasa Komering, Kayu Agung Pendatang
Bahasa Komering Kayu Agung Pendatang, adalah bahasa yang
dituturkan oleh suku Komering, di Kayu Agung, Sumatra Selatan.
Bahasa ini kemungkinan berasal dari pendatang dari daerah
Lampung sejak ratusan tahun yang lalu, bahasa yang hampir
mirip dengan bahasa Komering Asli, tetapi mereka bukan
penduduk asli Sumatra Selatan.
Bahasa Komering (Ulu), Adumanis
Bahasa Komering (Ulu) Adumanis, adalah salah satu dialek
bahasa Komering yang dituturkan di daerah Adumanis, Sumatra
Selatan.
Bahasa Komering (Ulu), Damarpura
Bahasa Komering (Ulu), Damarpura, adalah salah satu dialek
bahasa Komering, yang dituturkan di Damarpura, Sumatra
Selatan.
Bahasa Komering (Ulu), Perjaya
Bahasa Komering (Ulu), Perjaya, adalah salah satu dialek bahasa
Komering, yang dituturkan di Perjaya, Sumatra Selatan.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 30

Bahasa Komering (Ilir), Palau Gemantung


Bahasa Komering (Ilir), Palau Gemantung, adalah salah satu
dialek dari bahasa Komering, yang diucapkan di Palau
Gemantung, Sumatra Selatan.

Kubu (Anak Dalam)


Bahasa Lahat
Bahasa Lahat, kadang disebut juga sebagai bahasa Pagar Alam, yang
dituturkan oleh masyarakat di Lahat dan Pagar Alam, Sumatra Selatan.
Bahasa ini adalah salah satu dialek dari rumpun bahasa Melayu.
Bahasa Lahat ini mempunyai keterkaitan dan kemiripan dengan
bahasa Muara Enim, Semende dan Ogan.
Melayu Palembang
Musi
Bahasa Ogan
Bahasa Ogan, adalah bahasa yang dituturkan sebagian besar
masyarakat yang terdapat di Kabupaten Ogan Ilir (Tanjungraja,
Inderalaya, Pemulutan, Muara Kuang), Ogan Komering Ilir (Pampangan,
Tulung Selapan), dan Ogan Komering Ulu (Baturaja), Sumatra Selatan.
Bahasa Ogan yang dituturkan oleh sebagian masyarakat yang tinggal
di pesisir atau tepian Sungai Ogan. Bahasa Ogan yang digunakan oleh
masyarakat di tepian sungai Ogan dikenal salah satu suku dari rumpun
Melayu yaitu suku Ogan. Batasan Suku Ogan dikenal adanya istilah,
Ulu Ogan (daerah Kelumpang), Ogan Ulu (daerah kecamatan
Pengandonan), Ogan Baturaja (Kota Baturaja), dan Ogan Ilir (daerah
Lubuk Batang dan Muara Kuang).
Bahasa Pasemah
Bahasa Pasemah, adalah bahasa yang diucapkan oleh suku Pasemah di
wilayah kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering
Ulu, dan di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung
Dempo di Sumatra Selatan. Bahasa Pasemah ini juga tersebar ke
daerah-daerah di provinsi Bengkulu.
Segala hal dari sumatera selatan

Page 31

Segala hal dari sumatera selatan

Page 32

Anda mungkin juga menyukai