B
OMBANA yang dikenal sebagai wilayah Moronene, merupakan salah satu
dari sekian banyaknya etnis yang berada di Sulawesi Tenggara, dimitoskan
sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri). Konon katanya sang dewi pernah
turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto.
Pulau Kabaena juga termasuk wilayah Moronene sebab penduduk asli pulau
penghasil gula merah itu adalah suku Moronene. Meski demikian, pemerintahan
mokole di Kabaena bersifat otonom, tidak ada hubungan struktural maupun
hubungan afiliatif dengan kekuasaan mokole di daratan besar.
NEGERI Dewi Padi tak lebih dari sebuah mitos yang beredar.akan tetapi yang
sebenarnya ingin menggambarkan bahwa wilayah Moronene memiliki potensi lahan
pertanian yang bisa mendatangkan kemakmuran bagi penduduk yang kreatif dan
mau bekerja keras.
Sebaliknya, jika hanya bergantung pada kemurahan alam dan sulit menerima
perubahan, masyarakat akan tetap terjebak pada pola kehidupan yang statis,
sebagaimana gejala umum yang segera terlihat pada realitas kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Moronene, baik di daratan besar maupun di Pulau Kabaena.
Begitu banyak suku bugis yang tinggal di wilayah itu,dan mereka membuka
perkebunan kelapa,coklat hingga sampai saat ini mereka masih menjadi petani
yang sukses karena rata rata mereka menanam tumbuuhan seperti
nilam,cengke,merica cabai dan lain sebagainya , dan mereka memanfaatkan lahan
luas di wilayah pesisir. Perkebunan itu masih dinikmati generasi sekarang, bahkan
telah diversifikasi dengan tanaman komersial lain. Kecuali kelapa sebagai tanaman
pokok, lahan perkebunan tadi menghasilkan pisang dan cokelat.hingga kini wilayah
poleang timur tersebut masi terkenal dengan wilayah penghasil panen terbnyak
salah satunya kelapa dan lain sebagainya