Anda di halaman 1dari 14

i

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “pengelolaan
perpustakaan di SD”

PROFESI PUSTAKAWAN DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN

Dosen pengampu: Asriadi, S.Pd.,M.Pd.

OLEH

KELOMPOK 1

Nurkasmi (1647240024)

Wiwi Dwiyanti (1647241005)

Wahyunita (1647241012)

Rhizky Rahmadihny (1647242009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan kepada kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda Rasulullah
Saw.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
kami yaitu “pengelolaan perpustakaan di SD” yang memuat tentang profesi
pustakawan dan kode etik pustakawan.

Walaupun makalah ini kurang sempurna dan masih memiliki banyak


kekurangan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya juga
bermanfaat bagi penulis. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Watampone, 30 April 2019

Penyusun,

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Profesi Pustakawan dan Kode Etik Pustakawan 3


B. Kurangnya Penerapan Kode Etik Pustakawan 6
C. Solusi Untuk Mengatasi Kurangnyan Penerapan Kode Etik Pustakawan 8

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan adalah sebuah lembaga yang dimana didalamnya terdapat


berbagai macam informasi mengenai ilmu pengetahuan untuk menunjang aktifitas
pembelajaran dengan tujuan mencerdaskan bangsa. Selain sebagai tempat
pembelajaran, perpustakaan juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi yang
menyenangkan dan menambah wawasan pengunjung mengenai ilmu pengetahuan.
Perpustakaan yang baik dapat dilihat dan diukur dari keberhasilannya dalam
memenuhi kebutuhan pemustaka dan dapat melayani dengan kemampuan yang
dimiliki seorang pustakawan kepada masyarakat pemakainya.

Di dalam perpustakaan orang yang memiliki pendidikan ilmu perpustakaan


dan bekerja di perpustakaan dinamakan sebagai pustakawan. Pustakawan memiliki
tugas mengolah informasi dan memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan baik
dan benar serta menyelenggarakan kegiatan perpustakaan berdasarkan ilmu yang
dimiliki. Menurut Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2007 pasal 1 ayat (8)
pustakawan adalah “seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta punya tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengolahan dan pelayanan perpustakaan”.

Peningkatan kinerja yang berkualitas dapat diwujudkan bila pustakawan


mempunyai kompetensi dan keahlian yang dipersyaratkan dan peningkatan
kompetensi pustakawan pada perpustakaan merupakan keharusan karena
perkembangan teknologi yang begitu pesat dan kebutuhan masyarakat pengguna
perpustakaan yang sangat kompleks dan hal tersebut bukan saja menjadi tanggung
jawab institusi, melainkan juga tanggung jawab pustakawan itu sendiri.

Seorang pustakawan dikatakan professional apabila memahami kode etik


pustakawan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007
pasal 36 ayat (1) tentang perpustakaan menyatakan bahwa kode etik pustakawan
adalah “Norma atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pustakawan untuk
menjaga kehormatan, martabat, citra dan profesionalis”.

Namun, sampai saat ini masih ada pustakawan yang belum terlalu memahami
kode etik pustakawan sehingga kode etik pustakawan kurang diterapkan di
perpustakaan oleh pustakawan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud profesi pustakawan dan kode etik pustakawan?
2. Kurangnya penerapan kode etik pustakawan.
3. Solusi untuk mengatasi kurangnya penerapan kode etik pustakawan.
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan dapat:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan profesi pustakawan dank ode etik
pustakawan.
2. Mengatahui kurangnya penerapan kode etik pustakawan.
3. Mengetahui solusi untuk mengatasi kurangnnya penerapan kode etik
pustakawan.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Pustakawan dan Kode Etik Pustakawan


1. Profesi Pustakawan

Profesi adalah suatu pekerjaan atau sebuah sebutan pekerjaan. Untuk


menduduki pekerjaan tersebut memerlukan pendidikan atau pelatihan dalam
bidangnya. Profesional artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan atau merupakan
bagian dari profesi, sedangkan profesionalisme merupakan suatu paham dimana
dilakukannya kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, diperlukan keahlian yang
tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk
menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan gelapnya kehidupan
((Wignjosoebroto, 1999) dalam buku perpustakaan dan kepustakaan Indonesia).
Dengan demikian, seorang yang professional harus memiliki profesi tertentu yang
diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan khusus, di samping itu
ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) di dalam melaksanakannya
dengan kerja bias (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/atau
kekayaan material.

Profesionalisme pustakawan mempunyai arti pelaksanaan kegiatan


perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan pengabdian.
Mutu hasil kerja yang tidak dapat dihasilkan oleh tenaga yang bukan pustakawan,
serta selalu mengembangkan kemampuan dan keahliannya untuk memberikan hasil
kerja yang lebih bermutu dan sumbangan yang lebih besar kepada masyarakat
pemakai perpustkaan.

Keahlian adalah dasar dalam menularkan hasil kerja yang tidak sebarang
orang dapat menghasilkannya, dan dengan keahlian ini pustakawan diharapkan dapat
memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh orang lain. Tanggung jawab,
dalam arti bahwa kegiatan yang dilakukan kegiatan yang bermutu dan hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan lewat prosedur kerja yang benar.

Pengabdian berarti bahwa pustakawan melakukan kegiatan perpustakaan


bukan untuk kepentingan pribadi, tetap kepentingan masyarakat pemakai pada
perpustakaan pada khususnya dan kepentingan nusa dan bangsa pada umumnya.
Dalam hubungan ini, pustakawan dituntut pula untuk mengikut serta terus-menerus

3
4

serta menyeseuaikan kegiatan dengan perkembangan keperluan pemakainya serta


tujuan pembangunan.

Tugas pustakawan dapat dikatakan sebagai profesi karena telah memenuhi


syarat suatu profesi antara lain:

a. Memiliki pendidikan formal


b. Memiliki pengetahuan keterampilan khusus
c. Interpership yang terdiri dari ilmu murni dan ilmu terapan
d. Memiliki ototritas dan bersifat mandiri
e. Memiliki kode etik profesi
f. Berperilaku professional
g. Memiliki organisasi profesi

Dengan penguatan ini akan mempengaruhi anggapan masyarakat, penentuan


gaji/upah, kedudukan dan kesempatan berkarir, promosi dan tanggung jawab.
Berkaitan dengan itu, profesi ini belum sepenuhnya diakui oleh masyarakat karena
mereka secara langsung belum mendapatkan manfaat dan jasa dari pustakawan.
Namun demikian, peerintah RI telah mengakui eksistensi profesi pustakawan.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan


dalam pasal 1 ayat (15) dianyatakan bahwa “ pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
kepustakawan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustkaan. Pustakawan menyadari pentingnya
mensosialisasikan profesi pustakawan kepada masyarakat luas, dan perlu menyususn
kode etik sebagai pedoman kerja”.

Didalam keterbukaan informasi, peru akses informasi bagi kepentingan


masyarakat luas. Pustakawan ikut melaksanakan kelancaran arus informasi dan
pemikiran yang bertanggungjawab bagi keperluan generasi sekarang dan yang akan
datang. Pustakawan berperan aktif melakukan tugas sebagai pembawa perubahan dan
meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk mengantisipasi perkembangan dan
perubahan dimasa depan. Prinsip yang etrtuang dalam kode etik ini merupakan
kaidah umum Pustakawan Indonesia.

2. Profesionalisme Pustakawan

Kandani (2011) mengemukakan bahwa yang disebut dengan professional


yaitu seseorang yang melakukan suatu (kegiatan, aktivitas, usaha, pekerjaan)yang

4
5

dilakukan untuk mendapatkan (nafkah, kesenangan) atau memberi (kontribusi)


dengan mengandalkan (keahlian, keterampilan, kemahiran) yang tinggi dan
melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.

Sehubungan dengan sikap professional, Depdikbud (1989) merinci sikap yang


meliputi lima komponen, yaitu: (1) sikap mementingkan kepuasan pemakai; (2) sikap
efisien dan ekonomis; (3) sikap disiplin; (4) sikap selalu berupaya meningkatkan serta
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dibidangnya, serta (5) sikap
senantiasa memelihara rasa kesejawatan dengan teman-teman seprofesi. Disamping
kelima sikap tersebut, professional juga mengandung unsur pengembangan
kreativitas. Profesionalisme merupakan suatu bentuk perilaku, suatu tujuan atau suatu
rangkaian kualitas yang menggambarkankarakteristik suatu profesi baik dari aspek
kompetensi maupun aspek panggilan.

Pustakawan sebagia seorang professional harus memiliki kemampuan untuk


memperpadukan aspek keahlian atau kompetensi dalam bidangnya dengan aspek
mentalitas etis dan yang menjadi penilaian orang tentang suatu profesi ialah hasilnya,
yaitu tentang mutu jasa atau baik buruk penanganan fungsinya. Dalam situasi dan
tantangan yang penuh kompetitif, kunci keberhasilan profesi seorang pustakawan
terletak pada derajat keahliannya dalam menjalangkan tugas dan fungsinya yang
didapat melalui proses pembelajaran dan pelatihan sampai tingkat kesempurnaan
yang dipersyaratkan dan jelas kompetensi tersebut tidak bisa didapat melalui jalan
pintas.

Adapun sikap dasar pustakawan berdasarkan Kode Etik Pustakawan Indonesia


pasal 3 yaitu:

(1) Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada


umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya;
(2) Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan
berkewajiban mengikuti perkembangan;
(3) Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan
tugas profesi;
(4) Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya, berdasarkan pertimbangan
professional;
(5) Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali
atas jasa profesi;
(6) Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik baik
dalam ucapan maupun perbuatan.

5
6

3. Kode Etik Pustkawan

Menurut Suwarno (2010: 108-109) kode etik pustakawan adalah seperangkat


aturan atau norma yang menjadi standar tingkah laku yang berlaku bagi profesi
pustakawan dalam rangka melaksanakan kewajiban profesinya dalam kehidupan
masyarakat. Kode etik dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan yang
dirugikan dalam kelalaian entah sengaja atau tidak disengaja dari kaum professional.

Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui perkembanagan


selama 20 tahun melalui kongres yang diadakan berbagai kota. Kode etik yang
digunakan di Indonesia adalah kode etik yang dibuat oleh Ikatan Pustakawan
Indonesia (IPI) yaitu Kode Etik Pustakawan (KEP) indonesia. Kode etik pustakawan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari AD/ART IPI yang dimulai sejak 1993.
Kemudian diperbaharui oada tahuan 1997 dan disempurnakan kembali pada tahun
2002. Dan direvisi terakhir dari kode etik pustakawan hingga saat ini yaitu kode etik
yang diterbitkan bersamaan dengan AD/ART IPI pada tahun 2009.

Adapaun tujuan kode etik pustakawan berdasarkan Kode Etik Pustakawan


Indonesia pasal 2 yaitu:

1) Membina dan membentuk karakter pustakawan


2) Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana control sosial
3) Mencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar sesama anggota
dan antara anggota dengan masyarakat
4) Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan
mengangkat citra pustakawan.
B. Kurangnya Penerapan Kode Etik Pustakawan

Pustakawan sebagai sebuah profesi, memiliki kode etik sebagai aturan norma
dan nilai yang menjaga pustakawan untuk tetap bekerja dan berjalan dalam koridor
profesionalisme. Idealnya, pustakawan harus menunjukkan ekistensinya sebagai
sebuah profesi dalam memberikan layanan dan rasa puas kepada masyarakat,
terutama pemustaka. Sikap dan perilaku pustakawan sangat penting dalam etika
layanan perpustakaan. Dalam prakteknya, sikap dan perilaku menunjukkan
kepribadian seseorang dan citra lembaga perpustakaan. Sikap dan perilaku yang baik,
harus ditunjukkan oleh pustakawan/karyawan perpustakaan, terutama pustakawan

6
7

yang bertugas pada bagian layanan seperti bagian layanan sirkulasi, referensi,
penitipan dan beberapa jenis layanan lainnya.

Sikap dan perilaku yang harus ditunjukkan pustakawan kepada


pengunjung/pengguna jasa perpustakaan, mulai dari pengunjung datang ke
perpustakaa sampai selesai menggunakan jasa layanan perpustakaan yaitu dimulai
dari cara berjalan, duduk, senyum, cara menatap, cara berbicara, cara bertanya, cara
menjawab atau memberikan keterangan apabila ada pemustaka yang bertanya kepada
pustakawan, yang dimana keseluruhan itu dapat memberikan kepuasan kepada
pengunjung.

Dalam kehidupan sehari-hari, perpustkaan dibutuhkan oleh sebagian orang


untuk keperluan tertentu, seperti penulis, guru, dosen atau bahkan mahasiswa.
Perpustkaan merupakan fasilitas umum yang disediakan oleh pihak tertentu, baik
individu, organisasi, komunitas, hingga pemerintah. Namun, ketika pemustka
mengunjungi perpustakaan, seringkali ada hambatan yang dihadapi oleh pengunjung
atau pemustaka, salah satunya adalah pelayanan fasilitas ataupun pustakawan di
perpustakaan tersebut.

Permasalahan ini terjasi karena seorang pustakawan kurang atau bahkan tidak
memahami kode etik pustakawan yang menjadi dasar mereka dalam bekerja.
Misalnya, dalam salah satu kode etik pustakawan dikatakan bahwa seorang
pustakawan tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali
atas jasa profesi. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada pustakawan
yang menggunakan fasilitas perpustakaan untuk kepentingan pribadi misalnya saja
menggunakan computer perpustakaan untuk bermain game, menjelajah internet, serta
kepentingan pribadi lainnya. dengan demikian, maka sebagian orang beranggapan
bahwa mereka (para pustakawan) kurang memahami kode etik yang menjadi
pedoman mereka dalam bekerja.

Seperti juga yang ada di Universitas Negeri Padang yang mempunyai cukup
banyak pustakawa yang memiliki pendidikan perpustakaan, tentu mereka mengetahui
dan memahami tentang kode etik pustakawan. Namun pada kenyataanya, di
Universitas Negeri Padang masih banyak pustakawan yang tidak mengetahui tentang
kode etik sebagai seorang pustakawan, contohnya saja masih banyak pustakawan
yang menelpon saat jam kerja menggunakan nada yang keras sehingga mengganggu
berkonsentrasi pemustaka yang sedang membaca buku. Contoh lainnya yaitu,
pustakawan menggunakan komputer kantor pada saat jam kerja untuk bermain game.

7
8

Meskipun pustkawan tersebut mengetahui kode etik sebagai pustakawan, akan tetapi
mereka belum menerapkan kode etik pustakawan tersebut dalam tugasnya sehari-hari.

Perpustakaan di Universitas Negeri Padang sering mendapatkan


permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan di perpustakaan.
Contohnya, ketika pemustaka ingin meminjam buku akan tetapi pemustaka tersebut
tidak membawa kertas peminjamannya, pustakawan tersebut tidak memberikan solusi
agar buku tersebut dapat dipinjam oleh pemustaka. Selain itu masih banyak
pustakawan di Universitas Negeri Padang yang berperilaku tidak ramah kepada
pengunjung.

Selain perpustakaan di Universitas Negeri Padang, adapun juga pada


Perpustakaan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang hanya memiliki
satu pustakawan yang memantau perpustakaan, dan pustakawan tersebut tidak
memiliki latar belakang dunia ilmu perpustakaan dan hanya mendapatkan pelatihan-
pelatihan yang pernah diadakan. Dalam melayani pemustaka, pustakawan tersebut
tidak memperhatikan etika yang telah diatur untuk memajukan kualitas perpustakaan.
Contoh dari sifat pustakawan tersebut ketika melayani pemustaka tanpa
memperhatikan kode etik pustakawan yaitu, saat ada pengunjung perpustakaan yang
datang dan terlihat kebingungan saat mencari bahan pustaka yang diinginkan,
pustakawannya hanya duduk diam saja tanpa menghampiri pemustaka yang
kebingungan tersebut untuk membantu mencari bahan pustaka yang diinginkan.

C. Solusi Untuk Mengatasi Kurangnya Penerapan Kode Etik Pustakawan

Adapun solusi untuk mengatasi kurangnya penerapan kode etik pustakawan yaitu
dengan lebih menegaskan sanksi kepada pustakawan yang melanggar kode etik,
seperti yang dijelaskan pada Kode Etik Pustkawan Indonesia pasal 9 yaitu
“pelanggaran terhadap kode etik ini dapat dikenakan sanksi oleh Dewan Kehormatan
Pustakawan Indonesia yang ditetapkan oleh IPI”.

Selain itu, adapun solusi untuk mengatasi kurangnya penerapan kode etik
pustakawan yaitu: pertama, dengan memberikan pelatihan khusus kepada pustakawan
agar pustakawan dapat mengetahui serta memahami pentingnya kode etik diterapkan
di perpustkaan. Dengan adanya pelatihan, pustakawan dapat lebih memahami
bagaimana hubungan dengan pengguna, sesama rekan, masyarakat, dan dapat
mengatahui sikap dasar sebagai seorang pustakawan.

8
9

Kedua, menanamkan pentingnya kode etik, karena dengan adanya kode etik
sebagai pedoman perilaku dan kinerja pustakawan dalam bertugas, pustakawan dapat
bekerja dengan teratur dan professional.

Ketiga,menerapkan sikap ramah, sopan, santun, senyum, salam, dan sapa dalam
berkomunikasi, karena dengan diterapkan sikap tersebut oleh pustakawan dapat
memberikan kenyamanan kepada pemustaka dan pemustaka juga akan merasa
senang.

9
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi merupakan suatu pekerjaan atau sebuah sebutan pekerjaan. Untuk


menduduki pekerjaan tersebut diperlukan pendidikan atau keahlian dalam bidangnya.
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pustakawan
sebagai seorang professional harus memiliki kemampuan untuk memperpadukan
aspek keahlian atau kompetensi dalam bidangnya dengan aspek mentalitas etis dan
yang menjadi penilaian orang tentang suatu profesi ialah hasilnya, yaitu tentang mutu
jasa atau baik buruk penanganan fungsinya. Sedangkan kode etik pustakawan adalah
seperangkat aturan atau norma yang menjadi standar tingkah laku yang berlaku bagi
profesi pustakawan dalam rangka melaksanakan kewajiban profesinya dalam
kehidupan sehari-hari.

Adapun penerapan kode etik pustakawan dikatakan kurang karena masih


banyak pustakawan yang melanggar aturan seperti, menggunakan fasilitas
perpustakaan untuk kepentingan pribadi, menelpon dijam kerja dengan suara yang
keras, dan tidak melayani pemustaka dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman pustakawan tentang kode etik pustkawan yang menjadi dasar mereka
dalam bekerja.

Adapun solusi dari kurangnya penerapan kode etik pustakawan yaitu dengan
lebih menegaskan sanksi bagi pustakawan yang melanggar, memberikan pelatihan
khusus kepada pustakawan, menanamkan pentingnya kode etik, dan menerapkan
sikap ramah, sopan, santum, senyum, salam, serta sapa.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para
pembaca sekalian yang dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. (2015) ‘Budaya organisasi dan kode etik pustakawan dalam


implementasinya’, 09(01), pp. 57–74.
Bunyau, A. (2018) ‘Kode Etik Pustakawan Dalam Melayani Pemustaka Di
Perpustakaan Sekretariat Provinsi Kalimantan Barat’, Director, 15(2), pp.
2017–2019.
Iqra, J. (2015) ‘PERAN PUSTAKAWAN SEBAGAI PENYEDIA INFORMASI
Oleh’, 09(02), pp. 39–53.
Nurhidayah (2016) ‘Penerapan Kode Etik Pustakawan Terhadap Kinerja Pustakawan
Dibidang Perpustakaan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan’, IOSR
Journal of Economics and Finance, 3(1), p. 56.
Purwono dan Sri Suharmini. 2010. Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia.
Jakarta: Universitas Terbuka
Santoso, H. (no date) ‘PROFESI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN
PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI’, (1), pp. 1–15.
Sinda, A. and Nelisa, M. (2015) ‘Penerapan kode etik pustakawan di perpustakaan
universitas negeri padang’, Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan
Kearsipan, Vol. 4, No(September), pp. 137–147.
‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007’ (2007) Journal of
Experimental Psychology: General, 136(1), pp. 23–42.

11

Anda mungkin juga menyukai