Anda di halaman 1dari 14

PELANGGARAN KODE ETIK PUSTAKAWAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Etika Profesi Pustakawan
Dosen Pengampu: Laila Rahmawati, S.Ag, S.S., M.Hum

Kelompok 6

Annisa : 200101120657
Erpipin Yuliana : 200101120820
Muhammad Irfan Jamarah : 211101120507
Mursidah : 200101120732

PRODI S1 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

‫ِح‬ ‫ِب ِهلل‬


‫ْس ِم ا الَّر ْح َم ِن الَّر ْيَم‬
‫الحمد هلل رّب العا لمين والّصال ة والّس الم على اشرف األ نبياء والمرسلين س ّيدنا‬
.‫محّم دوعلى اله وصحبه اجمعين‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pelanggaran Kode Etik Pustakawan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Etika Profesi Pustawakan dengan dosen pengampu ibu Laila
Rahmawati, S.Ag., S.S., M.Hum
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna (masih banyak
kekurangan dan kekeliruan). Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi Mahasiswa serta
bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan meningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.

Banjarmasin, 04 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Masalah...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3

A. Definisi Kode Etik Pustakawan ............................................. 3


B. Tujuan dan Fungsi Kode Etik Pustakawan ............................ 4
C. Manfaat Kode Etik Pustakawan ............................................. 5
D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Pustakawan........................... 7

BAB III PENUTUP.................................................................................. 9

A. Kesimpulan ............................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan salah satu sarana media untuk mendapatkan


informasi dan tentu saja, perpustakaan tidak dapat beroperasi tanpa media dan
sumberdaya manusia. Pustakawan adalah kunci untuk meningkatkan layanan
pengguna perpustakaan. Pustakawan harus dapat dipercaya untuk melayani
penggunanya, terutama di era di mana informasi tersedia bagi siapa saja.
Pustakawan yang kredibel diakui ketika mereka bekerja secara profesional dan
mematuhi semua kode etik yang berlaku. Namun sayangnya, tidak semua
pustakawan memahami apa itu kode etik. Hal ini terutama berlaku di mana kode
etik mempengaruhi kepustakawanan sebagai sebuah profesi.

Perpustakaan dan kode etik pustakawan adalah dua unsur penyangga ilmu
pengetahuan. Kedua hal ini dapat dikatakan sebagai gerbangnya sebuah
pendukung masyarakat untuk gemar membaca. Perpustakaan menjadi pusat
sumber daya informasi, sedangkan kode etik pustakawan sebagai pedoman
berjalannya kegiatan perpustakaan. Perpustakaan dikatakan sebagai pusat sumber
daya informasi karena perpustakaan mengelola informasi dari mulai perolehan
sampai pada penyajiannya, sedangkan kode etik mengatur wilayah nilai-nilainya.

Menurut Sulistyo-Basuki (2001), kode etik pustakawan adalah sistem


norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi pustakawan.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yang sebenarnya
adalah untuk mengatur ruang gerak para profesional agar memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya dan mencegahnya dari perbuatan yang

1
tidak profesional.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi kode etik pustakawan?


2. Bagaimana tujuan dan fungsi kode etik pustakawan?
3. Bagaimana manfaat kode etik pustakawan?
4. Bagaimana sanksi pelanggaran kode etik pustakawan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi kode etik pustakawan


2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi kode etik pustakawan
3. Untuk mengetahui manfaat kode etik pustakawan
4. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik pustakawan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kode Etik Pustakawan

Kode etik terdiri dua kosakata yaitu, kode dan etik. Kata kode menurut W.J.S
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indoneisa (1991:515) berarti
tulisan, kata-kata, tanda yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud
yang tertentu dan berarti pula aturan. Sedangkan kosakata etik adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak, sikap atau tata krama. Maka, kode etik
secara bahasa berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan
akhlaq. Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan di
Bagian III Bab I Pasal I ayat I dinyatakan bahwa Kode etik pustakawan Indonesia
merupakan aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan.1

Menurut Sulistyo Basuki, kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari.2 Lasa mengemukakan bahwa kode etik pustakawan adalah
norma atau aturan yang harus dipatuhi pustakawan untuk menjaga kehormatan,
martabat, citra, dan profesionalisme.3 Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
(AD/ART) Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menegaskan bahwa kode etik
pustakawan adalah sebagai panduan perilaku dan kinerja semua anggota
pustakawan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya di bidang kepustakawanan.

1
Ismanto. "PENGEMBANGAN KODE ETIK PROFESI PUSTAKAWAN." Buletin
Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, Vol. 3, No.1, 2020, hal. 123.
2
Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), 436.
3
Lasa HS, Kamus Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), 174.

4
Dengan kata lain, kode etik ini penting bagi pustakawan agar dapat bekerja secara
teratur dan professional.4

B. Tujuan dan Fungsi Kode Etik Pustakawan

Kode etik pustakawan sangat berperan penting dalam membangun


perkembangan dan membina karakter pustakawan. Berbagai kegiatan yang
dilakukan pasti mempunyai tujuan dan fungsi tertentu, begitu juga terhadap kode
etik pustakawan. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari kode etik pustakawan
yaitu:5

a. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


bangsa dan negara, sebagai makhluk ilahi, serta warga negara yang baik.
Dengan diaturnya kode etik, pustakawan dapat memberikan
pengabdiannya sebagai hamba dan berbakti kepada sesama, terutama
untuk bangsa dan negara.
b. Menjaga martabat pustakawanan. Pustakawan harus menjaga martabat dan
kehormatannya dengan berlandaskan nilai-nilai moral yang dianut oleh
masyarakat.
c. Meningkatkan mutu profesi pustakawan. Untuk dapat memberikan
layanan kepustakawanan terhadap masyarakat, maka anggota profesi
berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui
berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, nonformal atau
informal.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi
kepada masyarakat. Pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya
agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat
sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

4
Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hal. 172-173.
5
Purwono, Profesi Pustakawan (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), hal. 7.33.

5
Dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 2, kode etik profesi
pustakawan mempunyai tujuan:

a. Membina dan membentuk karakter pustakawan.

b. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial.


c. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antar sesama anggota
dan antara anggota dengan masyarakat.
d. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan
mengangkat citra pustakawan.

Rusel Bowden dalam buku Rachman Hermanwan dan Zulfikar Zen,


menyatakan bahwa fungsi kode etik bagi pustakawan adalah sebagai berikut:6

a. Mendorong para anggota untuk bertingkah laku secara profesional.


b. Mendorong anggota untuk mematuhi “LA’s Charter and byelaws” dapat
dijelaskan mendorong anggota untuk mematuhi anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga kode etik pustakawan.
c. Menuntut anggota mereka tidak memilih berperilaku yang berprasangka
terhadap kedudukan atau asosiasi pustakawan.
d. Mensyaratkan anggota untuk bekerja profesional.
e. Tugas utama anggota adalah melayani pelanggan.
f. Menempatkan anggota dengan kewajiban.
g. Anggota harus memberikan kemampuan mereka dengan baik.
h. Anggota tidak boleh dengan sengaja menyajikan bahan pustaka yang
mendorong terjadinya diskriminasi.
i. Anggota tidak boleh membocorkan rahasia.
j. Menjamin setiap tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan
profesi.

C. Manfaat Kode Etik Pustakawan

6
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan terhadap
Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), hal. 139.

6
Kode etik pustakawan memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan
masyarakat. Secara rinci manfaat kode etik adalah sebagai berikut:

a. Manfaat bagi profesi

1. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional,


2. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan
bertanggung jawab,
3. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja,
4. Sebagai alat kontrol masuknya angggota ke dalam profesi atau
asosiasi,
5. Meyakini hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang
disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani,
6. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan dan informasi yang
baik dan efektif,
7. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab
individual untuk melibatkan diri dan mendukung asosiasi profesional
mereka.

b. Manfaat bagi anggota

1. Anggota profesi memiliki tuntunan moral dalam melaksanakan tugas


profesinya,
2. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik,
3. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para
anggota,
4. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan
reputasi,
5. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi,
6. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan
pemustaka, pustakawan dan atasan.

7
c. Manfaat bagi masyarakat

1. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat,


2. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada
layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan,
3. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi
4. Menjamin hak akses pemustaka terhadap informasi yang
diperlukannya,
5. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi
yang diberikan,
6. Melindungi pemustaka dari beban lebih informasi (information
overload),
7. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.7

D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Pustakawan

Awalnya kode etik sebagai dasar moral dan pedoman tindakan, tetapi
dapat ditingkatkan menjadi aturan yang memberikan sanksi, baik sanksi hukum
maupun sanksi administratif, Misalnya dalam hal ini jika seorang anggota profesi
bersaing secara tidak adil atau curang dengan sesama anggota profesi, dan jika
dianggap penipuan serius ia dapat dituntut di pengadilan. Namun, karena kode
etik adalah dasar moral dan merupakan pedoman dalam sikap dan tindakan, baik
perilaku maupun tindakan, sanksi untuk pelanggaran kode etik adalah dalam
bentuk sanksi moral. Siapa pun yang melanggar kode etik akan mendapat celaan
dari kolega dalam profesi tersebut sehingga orang tersebut akan merasa malu, jika
sanksi dianggap berat dan mencerminkan organisasi profe sional pelaku dapat
dihapus dari anggota profesi.

Keberadaan kode etik dalam organisasi profesional menunjukkan bahwa


organisasi profesional masih stabil. Dalam proses penetapan kode etik hanya
dapat dilakukan oleh organisasi profesional yang berlaku dan mengikat
7
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan terhadap
Kode Etik Pustakawan Indonesia, (Jakarta: CV. SagungSeto, 2006), hal. 101-103.

8
anggotanya. Pembentukan kode etik biasanya dilakukan di kongres organisasi
profesional. Dengan kata lain, pembentukan kode etik tidak boleh dilakukan oleh
individu secara individu, tetapi oleh orang yang dikirim untuk dan atas nama
anggota professional organisasi. Orang yang bukan atau bukan anggota profesi,
mungkin tidak tunduk pada aturan yang tercantum dalam kode etik. Kode etik
suatu profesi hanya akan memiliki pengaruh kuat dalam menegakkan disiplin di
antara anggota profesi dan jika anggota profesi melakukan pelanggaran serius
terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.8

Pelanggaran telah diatur dalam kode etik pustakawan Pasal 9, Suwarno


(2016). Pelanggaran terhadap kode etik ini dapat dikenakan sanksi oleh Dewan
Kehormatan Pustakawan Indonesia yang ditetapkan oleh pengurus pusat IPI. Zen
(2014) mengemukakan bahwa pelanggaran terhadap kode etik IPI, maka IPI akan
membentuk Dewan Kehormatan Pustakawan Indonesia. Dengan demikian, ada
sanksi yang diberikan kepada anggota pustakawan yang telah melakukan
pelanggaran.9

8
Ismanto. "PENGEMBANGAN KODE ETIK PROFESI PUSTAKAWAN." Buletin
Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, Vol. 3, No.1, 2020, hal. 126-127.
9
Nur’aini, Laila Hadri Nasution. "Kode Etik Pustakawan sebagai Aturan Profesional bagi Profesi
Pustakawan." Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 9, No. 2, 2021, hal. 22.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode Etik Pustakawan dirancang untuk mewajibkan semua anggota


profesi untuk mengelola sifat yang kurang baik dalam meningkatkan citra
pustakawan. Kode Etik Pustakawan adalah seperangkat pedoman yang harus
dimiliki pustakawan dalam tindakan dan perilaku mereka terhadap pelanggan
mereka. Komitmen ini tidak hanya berlaku untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk
penggunanya, kolega, seanggota profesi, dan masyarakat. Kode etik berfungsi
sebagai panduan untuk masalah profesional untuk kelompok profesional. Selain
itu, dengan memberikan sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik, juga dapat
menjadi penghalang bagi kita untuk bertindak agar tidak terlibat dalam perilaku
yang tidak etis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lasa HS. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book


Publisher, 2009.

Purwono. Profesi Pustakawan. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan. Jakarta: CV.


Sagung Seto, 2006.

Sulistyo Basuki. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains, 2004.

Wiji Suwarno. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.

Ismanto. "PENGEMBANGAN KODE ETIK PROFESI


PUSTAKAWAN." Buletin Perpustakaan Vol. 3, No.1, 2020.

Nasution, Laila Hadri. "Kode Etik Pustakawan sebagai Aturan Profesional bagi
Profesi Pustakawan." Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 9,
No. 2, 2021.

11

Anda mungkin juga menyukai