Anda di halaman 1dari 19

Cover

Kata
Pengantar................................................................................................................................ ii
Daftar
Isi......................................................................................................................................... iii
BAB
I............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................
..... 4
A. Latar
Belakang..................................................................................................................... 4 B.
Rumusan Masalah ...............................................................................................................
5 C. Tujuan
Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB
II.............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .........................................................................................................................
..... 6 A. Pengertian Kode Etik
Guru................................................................................................. 6 B. Fungsi Kode Etik
Guru........................................................................................................ 6 C. Rumusan Kode
Etik Guru ................................................................................................... 7 D. Analisis
Sikap Dan Etika Pengembangan Profesi Guru ..................................................... 8 BAB
III.......................................................................................................................................... 19
PENUTUP...................................................................................................................................
... 19 A.
Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
B. Saran ..................................................................................................................................
19 Daftar
Pustaka............................................................................................................................... 20
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak yang terpuji merupakan tujuan yang sangat mendasar. Al-Quranul Karim
penuh dengan ayat yang mengajak kepada akhlak yang terpuji dan menjelaskan bahwa
tujuan utama Allah mengangkat manusia sebagai khalifah hanyalah untuk memakmurkan
dunia dengan kebaikan dan kebenaran. Dewasa ini, profesi guru merupakan salah satu
profesi yang sangat diminati oleh sebagian besar akademisi baik negereri maupun swasta.
Hal tersebut dikarenakan guru merupakan profesi yang mampu mempengaruhi masa
depan bangsa dan negara. Sehingga guru yang baik dan berkualitas akan menjadikan
bangsa semakin berkualitas dan begitupun sebaliknya, apabila guru yang memiliki
kualitas kurang baik maka bangsa juga akan memiliki kualitas yang kurang baik pula,
yang mana hal tersebut akan membuat bangsa dan negara kita tertinggal dengan negara
lain dan membuat potensi penjajahan di Indonesia semakin besar pula.
Guru merupakan seseorang yang sangat berjasa dalam kehidupan karena guru
mengajarkan ilmu kepada orang lain. Guru merupakan profesi yang tidak hanya bermodal
bisa mengajar, akan tetapi menjadi guru harus memiliki keahlian sehingga guru mampu
menerapkan sikap profesional dalam pengajaran. Selain itu, seorang guru memiliki
amanah sebagai orang tua bagi setiap peserta didiknya di sekolah. Guru bertanggung
jawab penuh untuk mendidik di sekolah dengan baik. Maka naluriah seorang guru
harusnya terhubung dengan siswa, melalui metode, strategi, ataupun model yang
digunakan guru dalam mengajarkan suatu keilmuwan. Jadi sebenarnya, menjadi seorang
guru tidaklah mudah, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi pendidik diantaranya,
syarat administrasi, teknik, psikis, fisik, berkompeten secara pendagogik, sosial,
kepribadian dan profesional.
Guru Indonesia dalam melaksanakan tugas profesinya secara sadar menetapkan
perlunya kode etik guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam bentuk nilai
moral dan etika dalam jabatan profesi guru sebagai pendidik generasi penerus bangsa.
Sehingga dalam hal ini, diharapkan dengan sangat seluruh guru mampu menjalankan
tugasnya dengan sebaik mungkin sebagaimana yang telah tertera dalam kode etik guru.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kode etik guru?
2. Apa yang menjadikan perlunya kode etik guru?
3. Apa saja rumusan kode etik guru?
4. Bagaimana sikap dan etika pengembangan profesi guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kode etik guru
2. Mengetahui perlunya kode etik guru
3. Mengetahui rumusan kode etik guru
4. Mengetahui sikap dan etika pengembangan profesi guru

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru


Secara etimologis, etik berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat
kebiasaan, cara berfikir, akhlak, sikap, dan watak. Etika mengandung nilai-nilai yang
melandasi perilaku manusia. Sedangkan secara terminologis, Sultana menyatakan bahwa
etika adalah bagian dari filsafat moral yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.1
Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan.2 Sholichin menyatakan bahwa kode etik sebagai batasan sifat,
tabiat, dan tindakan yang secara ideal dapat dikatakan benar atau salah dan baik atau
buruk. Selain itu juga, Iroegbu dan Adeleke menyatakan bahwa kode etik sebagai
seperangkat prinsip-prinsip dalam suatu organisasi yang dijadikan landasan dalam
mengambil keputusan. Kode etik sangat erat hubungannya dengan perilaku seseorang
terhadap profesi yang dijalankan, dalam hal ini adalah profesi keguruan.3
Kode etik guru berisi aturan-aturan yang menata hubungan kemanusiaan antara guru
dengan lembaga pendidikan, guru dengan guru, guru dengan siswa, dan guru dengan
lingkungan. Kode etik guru bertujuan menjaga etika dan meningkatkan martabat guru,
menjadikan guru sebagai pendidik yang handal dan mampu mengembangkan seluruh
potensi peserta didik.4Jadi, dapat disimpulkan bahwa kode etik guru adalah norma-norma
dan asas-asas yang menjadi landasan tingkah laku bagi guru atau pendidik.5

B. Fungsi Kode Etik Guru


Ada beberapa fungsi kode etik guru, antara lain sebagai berikut:6

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas.

1
Windarto, “Kode Etik Guru Dalam Pengaplikasian Media Pembelajaran Online PAI
Di Era Revolusi Industri 4.0,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan
15, no. 1 (2021): 19, https://doi.org/10.35931/aq.v15i1.420.
2
M. Pd. Dr. H. A. Marjuni, “Peran Dan Fungsi Kode Etik Kepribadian Guru Dalam
Pengembangan Pendidikan,” UIN Alauddin Makassar I, no. 1 (2020): 2.
3
Windarto, “Kode Etik Guru Dalam Pengaplikasian Media Pembelajaran Online PAI
Di Era Revolusi Industri 4.0,” 19.
4
Alamsyah, Adawiyah Pettalongi, and Sitti Hasnah, “Pengaruh Kode Etik Guru
Terhadap Perilaku Kerja Tenaga Pendidik,” Kiiies 5.0 1 (2022): 286.
5
Windarto, “Kode Etik Guru Dalam Pengaplikasian Media Pembelajaran Online PAI
Di Era Revolusi Industri 4.0,” 19.
6
H. A. Marjuni, “Peran Dan Fungsi Kode Etik Kepribadian Guru Dalam
Pengembangan Pendidikan,” 4.
6
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. 3.
Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.

Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan empat fungsi
kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik tersebut antara lain sebagai
berikut:7

1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan siswa, teman sekerja, masyarakat, dan
pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas.

C. Rumusan Kode Etik Guru


Berikut adalah rumusan kode etik guru alternatif, antara lain:8
1. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai guru serta
melakukan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
2. Memberikan layanan pembelajaran secara maksimal berdasarkan karakteristik
individual serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik.
3. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
serta melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan
objektif seperti memperlakukan diri sendiri.
5. Menjaga hubungan profesional dan mempertegas jarak dengan peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar
norma yang berlaku.

7
“Tujuan Dan Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan,” n.d., 6.
8
“Rumusan Kode Etik Guru,” n.d., 1–3.
7
D. Analisis Sikap Dan Etika Pengembangan Profesi Guru
1. Pengertian Pengembangan Profesi Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan diartikan


sebagai proses atau perbuatan mengembangkan. Sedangkan menurut UU no 18 tahun
2002, Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya
untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, profesi bisa diartikan dengan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian keterampilan, kejuruan, tertentu. Selain istilah profesi kita mengenal istilah
profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi. Ketiga istilah tersebut memiliki
definisi masing-masing.9

Sudarwan Danim mengemukakan pendapatnya mengenai ketiga istilah diatas,


sebagai berikut : Profesional merujuk pada dua hal yaitu orang yang menyandang
suatu profesi dan kinerja dalam melakukan pekerjaan yang sesuai denga profesinya.
Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
Sedangkan profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar
ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.10

Keguruan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa diartikan perihal
(yang menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Dalam UU
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Profesi keguruan adalah pendidikan
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Joan Dean mengemukakan bahwa,
pengembanganprofesionalitas guru (professional development teacher) dimaknai
sebagai a process where by teacher become more professional, yakni suatu proses
yang dilakukan untuk menjadikan guru dapat tampil secara lebih profesional. “Dengan
kata lain dapat diartikan bahwa,

9
Sevrilla Difa Putri Fajar Nur Arfian Risa Nur Fauzi and Fatimatus Solichah,
“Pengembangan Profesi Keguruan” (Universitas Negeri Yogyakarta, 2017).
10
Fauzi and Solichah, hal 3.
8
pengembangan profesi guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan
guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap
keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan
tugassebagai guru. Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga dilakukan dalam
rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan
zaman yang semakin modern. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Sedangkan
pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi. Keduanya disesuaikan dengan jabatan fungsional masing-masing.11

Urgensi program pengembangan guru sendiri didasarkan pada sebuah asumsi


bahwa tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan elah memenuhi
kriteria guru profesional. Dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi tersebut, agar guru
dapat memberikan kontribusinya secara maksimal bagi pencapaian tujuan pendidikan
dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, maka harus ada upaya pengembangan
profesi guru yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan (terus-menerus).
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi guru dilakukan atas prakarsa
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan
guru secara pribadi.12

Pemerintah idealnya berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi guru


seperti dalam UU Nomor 14 tahun 2005 bahwasanya pemerintah berkewajiban untuk
memberikan dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi guru agar terbentuk guru yang profesional dan mumpuni dari segi
kompetensi. Secara pribadi, seorang guru seharusnya memposisikan diri sebagai guru
pembelajar. Dimana ia akan selalu berusaha mengupgrade kapasitas dirinya dengan
proses belajar mandiri sehingga pengetahuan dan skill yang dimiliki semakin terasah
dan memenuhi kriteria sebagai guru yang profesional. Secara umum, kegiatan
pengembanagan profesi guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan
meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah pendidikan dan

11
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru (PUSTAKA SETIA BANDUNG,
2012), https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=ezq2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pengembangan+prof
esi+guru&ots=aeY32PtwZb&sig=KCjCgxQrnvaWO_j1aRWZnN0geTY.
12 Fauzi and Solichah, “Pengembangan Profesi Keguruan,” hal 4-5.
9
pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu belajar siswa yang selanjutnya
meningkatkan mutu pendidikan.13

2. Pengertian Sikap Profesionalisme Guru

Sikap Profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan


pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu
kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut
disinyalir berkaitan erat dengan maju mundurnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubugan dengan dua alternatif, yaitu senang
(like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau
menjauhi/menghindari sesuatu. Nana Sudjana sendiri menjelaskan profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakap.
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan yang lain”. Menurut para ahli
profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan
manajemen beserta strategi penerapannya. Maister sendiri mengemukakan bahwa
profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dana manajemen tatapi lebih
merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan
hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.14

3. Pengembangan Sikap Profesional Guru

Untuk menjadi guru profesional adalah suatu keniscayaan. Namun demikian,


profesi guru juga sangat lekat dengan peran psikologis, humanis bahkan identik
dengan citra kemanusiaan. Untuk mengembangkan sikap profesionalisme guru selalu
mendapatkan perhatian secara universal, karena guru bukan hanya sebatas ikut serta
mencerdaskan bangsa tapi berperan penting dalam sentral pendidikan karakter. Secara
umum sikap professional seorang guru dapat dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal

13
Fauzi and Solichah, hal 5.
14
AEP SAEPUL ANWAR and FATKHUL MUBIN, “Pengembangan Sikap
Profesionalisme Guru Melalui Kinerja Guru Pada Satuan Pendidikan Mts Negeri 1 Serang,”
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (2020): hal
153, https://doi.org/10.36671/andragogi.v2i1.79.

10
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai
seorang pendidik. Menurut PP No.74 Tahun 2008 pasal 1 ayat1 Tentang Guru
menjelaskan “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan normal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Pengembangan sikap professional dalam rangka
meningkatkan mutu, baik mutu professional maupun mutu layanan, guru juga harus
meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap professional dapat
dilakukan selagi dalam pendidikan prajabatan maupun selagi bertugas (dalam
jabatan).15

a. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Pra-Jabatan.

Dalam pendidikan pra-jabatan calon guru dalam berbagai pengetahuan, sikap,


dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang
bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
sekelilingnya. Oleh karena itu, guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu
menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin
muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di
lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha, latihan, contoh-contoh, aplikasi penerapan
ilmu, keterampilan, serta sikap profesional yang dirancang dan dilaksanakan selama
calon guru berada dalam pendidikan pra-jabatan. Sering juga pembentukan sikap
tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengetahuan yang diperoleh
calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan
dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut
ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan.
Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan, sebagaimana
halnya mempelajari pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (P4) yang
diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.16

b. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai


mendapatkan pendidikan pra-jabatan. Banyak usaha yang dilakukan dalam rangka
15
ANWAR and FATKHUL MUBIN, hal 155.
16
ANWAR and FATKHUL MUBIN, hal 155.

11
peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru.
Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui
kegiatan seperti mengikuti penataran loka karya, seminar, atau informal melalui media
massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini
selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga
meningkatkan sikap profesional keguruan.17

4. Sasaran Sikap Profesional Guru

Secara umum, sikap profesional seorang guru dapat dilihat dari faktor luar.
Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki
guru sebagai seorang tanpa pendidik. Menurut PP No.74 Tahun 2008 pasal 1.1 tentang
Guru dan UU. No.14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang guru dan Dosen, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berikut ini yang dijadikan sasaran dengan profesi keguruan, sebagai berikut:18

1) Sikap terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Kode etik guru Indonesia pada butir kesembilan bahwasanya: “Guru melaksanakan
segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973). Kebijakan
pendidikan di negara ini dipegang oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan
peraturan yang merupakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya antara
lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara
lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan
generasi muda dengan men-giatkan kekuatan karang taruna. Guru merupakan unsur
aparatur Negara dan abdi-Negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan peratutan baik yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat maupun di daerah,
maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita. Seperti

17
ANWAR and FATKHUL MUBIN, hal 156.
18
ANWAR and FATKHUL MUBIN, hal 157-161.

12
peraturan tentang berlakunya kurikulum sekolah tertentu pembebasan uang
Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP). Ketentuan tentang penerimaan murid baru
penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) dan lain sebagainya. Kode etik
guru Indonesia mengatur agar guru indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan
yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan seperti yang
tetuang dalam dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini menunjukkan bahwa
guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam
menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesia tidak mendapat pengaruh
yang negative dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia
pendidikan. Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada
segala ketentuan ketentuan pemerintah, baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan dan kebudayaan, maupun departemen lain yang berwenang mengatur
pendidikan.
2) Sikap terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Sementara guru pada satuan
madrasah sebagai payung organisasinya berada di bawah naungan Persatuan Guru
Madrasah Indonesia (PGMI) dasar ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan
organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI dan PGMI sebagai
organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih berdaya guna dan berhasil guna
sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan menetapkan profesi guru.
Keberhasilannya sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung
jawab dan kewajiban para anggotanya. Organisasi PGRI dan PGMI adalah suatu
sistem yang unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh karena itu, guru harus
bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan timbal balik antara anggota
profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam
mendapatkan hak.
3) Sikap terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat kode etiki guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berartisebagai
berikut: (a) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dealam lingkungan kerjanya, (b) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan
kerjanya.
13
Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang harmonis untuk
menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota profesi khususnya
di lingkungan kerja yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan suatu sikap yang ingin
bekerja sama, menghargai, pengertian, dan rasa tanggung jawab kepada sesama
personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan memunculkan suatu rasa senasib
sepenanggungan, menyadari kepentingan bersama, dan tidak mementingkan
kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga kemajuan
sekolah pada khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat terlaksana.
Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas yaitu sesama
guru dari sekolah lain.
4) Sikap terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila.
Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukan manusia indonesia yang seutuhnya. Tujuan
pendidikan nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk manusia
indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta
didik bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini mengindikasikan bahwa
pendidikan harus memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus
dapat mengendalikan peserta didik. Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini
memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, baiki jasmani maupun
rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Dalam hal
mendidik guru tidak hanya mengutamakan aspek intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani,
sosial, maupun lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.
5) Sikap terhadap Tempat Kerja
Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan
suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam kode etik
dituliskan bahwa guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan
suasana baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode
14
yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan
organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lain yang diperlukan. Selain itu
untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran guru juga harus mampu
menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang tua
siswa, dan juga masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang tua
sewaktu pengambilan rapor, membentuk BP3 dan lain-lain.
6) Sikap terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang
lebih besar, guru akan selalu berada dalalm bimbingan dan pengawasan pihak atasan.
Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah, sampai ke
pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya samapai kementrian
pendidikan dan kebudayaan. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk ususlan
dan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama
dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan sikap seorang guru
terhadap pemimpin harus positif dan loyal terhadap pimpinan.

7) Sikap terhadap Pekerjaan

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut: (a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism, (b) Memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia. Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomitmen
dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan
melayani peserta didik dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang
memuaskan masyarakat. Guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan
keinginan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya. Keinginan
dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, guru
selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya.

5. Perkembangan Kode Etik Sebagai Pedoman Etika Profesi Keguruan

15
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggota. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh
orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang orang yang diutus
untuk dan atas nama anggota-anggota profesinya dari organisasi tersebut. Dengan
demikian, orang orang yang bukan anggota profesi tidak dapa dikenakan aturan yang
ada dalam kode etik tersebut. Bagi guru-guru di indonesia, PGRI merupakan wadah
bagi yang mempunyai jabatan profesi guru, sebagai perwujudan cita-cita perjuangan
bangsa. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945.19

Kode etik guru indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh
seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air,
pertama dalam kongres XIII di Jakarta tahun 1973. Kode etik guru ini merupakan
ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Berikut akan di
kemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada
tanggal 21 sampai dengan 25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan butir
yaitu:20

a) Guru berbakti membimbing siswa seutuhnya, untuk membentuk manusia


pembangunan yang berpancasila.
b) Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan siswa masing-masing.
c) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
siswa dalam memperoleh informasi tentang siswa tetapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan.
d) Guru membentuk suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua siswa sebaik-baiknya demi kepentingan siswa.
e) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f) Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
g) Guru membentuk dan memelihara hubungan antara sesame guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

19
Cicih Sutartih, Etika Profesi, ed. Tsalis Hilaluddin (Jakarta Pusat: DIREKTORAT
JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA, 2012).
20
Inayatul Khadijah, “Definisi Dan Etika Profesi Guru,” Ilmu Pendidikan 2 (2022): 10–
11.
16
h) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
i) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam pendidikan.

Kemudian dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga dijakarta, kode etik guru
indonesia telah disempurnakan, yaitu: Guru indonesia menyadari, bahwa pendidikan
adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan YME, bangsa dan negara, serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada
undang undanh dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita cita
proklamasi kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945. Kesembilan kode etik
guru tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: point pertama, mengandung
pengertian bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya itu
semata-mata dicurahkan untuk membimbing peserta didik, yaitu mengembangkan
potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya pembelajaran yang
edukatif. Melalui proses inilah diharapkan peserta didik menjelma sebagai manusia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Manusia utuh yang dimaksud adalah manusia yang
seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaninya, bukan hanya sehat
secara fisik, namun juga secara psikis. Manusia yang berjiwa Pancasila artinya
manusia yang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu mengindahkan dan
mengaplikasikan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila. Point kedua,
mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi yang
sesuai dengan kemampuannya. Ia tidak menunjukkan sifat arogansi profesional.
Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia
mengaku dengan jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya, sambil terus
berupaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Point ketiga, menunjukkan
pentingnya seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta didik selengkap
mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat, motivasi, kawan-kawannya
dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada perkembangan peserta didik dan
mempermudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik tersebut. Point
keempat, mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana sekolah yang aman,
nyaman dan membuat peserta didik betah
17
belajar. Yang perlu dibangun antara lain iklim komunikasi yang demokratis, hangat
dan penuh rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme.21

Point kelima, mengangkat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya untuk andil dalam proses pendidikan di sekolah/ madrasah.
Peran serta mereka akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan
peserta didik, dan ini harus diupayaan sekuat tenaga oleh seorang guru. Point keenam,
guru harus selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu serta martabat profesinya
dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Point ketujuh, guru harus
menjalin kerja sama yang mutualisme dengan rekan seprofesi. Rasa senasib dan
sepenanggungan, biasanya mengikat para guru untuk bersatu dalam menyatukan visi
dan misinya. Point kedelapan, guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana dalam perjuangan dan pengabdiannya.” Point
kesembilan, kode etik ini didasari oleh dua asumsi, pertama karena guru sebagai
aparatur negara (sepanjang mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli
dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu sudah sewajarnya guru melaksanakan
semua kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, selagi sesuai dengan
kemampuan guru itu dan tidak melecehkan harkat dan martabat guru itu sendiri.22

21
Khadijah, hal 5-7.
22
ANWAR and FATKHUL MUBIN, “Pengembangan Sikap Profesionalisme Guru
Melalui Kinerja Guru Pada Satuan Pendidikan Mts Negeri 1 Serang.”
18

A. Kesimpulan PENUTUP
BAB III

∙ Kode etik guru adalah norma-norma dan asas-asas yang menjadi landasan tingkah
laku bagi guru atau pendidik.
∙ Fungsi kode etik guru, antara lain memberikan pedoman bagisetiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas, sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan, dan mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
∙ Rumusan kode etik guru, antara lain profesional dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai guru, memberikan layanan pembelajaran secara maksimal
berdasarkan karakteristik individual, mengembangkan suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta melakukan inovasi, menghormati
martabat dan hak-hak peserta didik, serta menjaga hubungan profesional dan
mempertegas jarak dengan peserta didik.

B. Saran
Materi yang dituliskan di dalam makalah masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu studi lanjutan tentang taubat, taat, khouf, raja’, ikhlas dan juga hal-hal yang
bersangkutan dengan materi agar mencari referensi yang lebih banyak lagi agar lebih
luas pemahaman yang didapat. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dalam segi tata letak, penulisan, ataupun materi yang
masih membutuhkan pembenahan. Dengan demikian kritik dan juga saran pembaca
sangat kami butuhkan untuk pembenahan kesalahan yang terdapat didalam makalah
yang kami tulis.
19
Daftar Pustaka
ANWAR, AEP SAEPUL, and FATKHUL MUBIN. “Pengembangan Sikap Profesionalisme
Guru Melalui Kinerja Guru Pada Satuan Pendidikan Mts Negeri 1 Serang.” Andragogi:
Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (2020): 147–73.
https://doi.org/10.36671/andragogi.v2i1.79.

Fauzi, Sevrilla Difa Putri Fajar Nur Arfian Risa Nur, and Fatimatus Solichah.
“Pengembangan Profesi Keguruan.” Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

Hasanah, Aan. Pengembangan Profesi Guru. PUSTAKA SETIA BANDUNG, 2012.


https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=ezq2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&d
q=pengembangan+profesi+guru&ots=aeY32PtwZb&sig=KCjCgxQrnvaWO_j1aRWZn
N0geTY.

Khadijah, Inayatul. “Definisi Dan Etika Profesi Guru.” Ilmu Pendidikan 2 (2022): 10–11.

Sutartih, Cicih. Etika Profesi. Edited by Tsalis Hilaluddin. Jakarta Pusat: DIREKTORAT
JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA, 2012.
Alamsyah, Adawiyah Pettalongi, and Sitti Hasnah. “Pengaruh Kode Etik Guru Terhadap
Perilaku Kerja Tenaga Pendidik.” Kiiies 5.0 1 (2022): 284–89.
H. A. Marjuni, M. Pd. Dr. “Peran Dan Fungsi Kode Etik Kepribadian Guru Dalam
Pengembangan Pendidikan.” UIN Alauddin Makassar I, no. 1 (2020): 1–8. “Rumusan Kode Etik
Guru,” n.d., 1–3.
“Tujuan Dan Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan,” n.d., 1–7.
Windarto. “Kode Etik Guru Dalam Pengaplikasian Media Pembelajaran Online PAI Di Era
Revolusi Industri 4.0.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan 15, no.
1 (2021): 15–27. https://doi.org/10.35931/aq.v15i1.420.
20

Anda mungkin juga menyukai