Disusun Oleh
Kelompok 12 :
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan dan Konseling tentang Kode
Etik Guru dan Kode Etik BK tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat beserta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan baik
kepada kita semua. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Bimbingan dan Konseling Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca umumnya, dan
penulis khususnya.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Lata Belakang
Pendidikan adalah suatu pembahasan yang tidak pernah luput dari pembicaraan
berbagai media. Berbicara tentang pendidikan tentu berhubungan dengan peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan. Pendidik termasuk ke dalamnya adalah guru,
dimana untuk menjadi guru, seseorang harus tahu tentang kode etik guru. Seorang
guru atau pendidik merupakan tugas yang cukup berat karena memiliki tugas untuk
membentuk generasi masa depan bangsa yang berkualitas.
Pendidik tidak sama dengan pengajar, tetapi pendidik sudah pasti pengajar.
Impian tertinggi seorang guru adalah berhasil membuat peserta didiknya menguasai
materi dan membantuk kepribadian seorang anak yang berkarakter.
Zaman sekarang, kabanyakan orang-orang yang telah menjadi guru dalam
menjalankan tugasnya melakukan penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma-
norma menjadi seorang guru. Oleh karena itu, pemerintahan Indonesia menetapkan
suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh guru di Indonesia yang disebut
dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya kode etik guru ini, diharapkan para guru
dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana telah ditetapkan dalam kode etik
guru tersebut.
Guru BK merupakan salah satu pendidik sekaligus pembimbing bagi siswa.
Agar siswa dapat berkembang secara optimal, seorang guru BK seharusnya profesional
dalam menjalankan tugas profesinya. Profesi sebagai guru Bimbingan dan Konseling
sangat mulia di mata masyarakat, karena mempunyai tugas mendidik sekaligus
membimbing siswa.
Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri
sendiri, mengenal klien, memahami maksud dan tujuan konseling, serta menguasai
proses konseling. membangun hubungan konseling (counseling relationship)
merupakan hal penting dan menentukan dalam melakukan konseling. Seorang konselor
tidak dapat membangun hubungan konseling jika tidak mengenal diri maupun klien,
tidak memahami maksud dan tujuan konseling, serta tidak memahami proses konseling.
Jones and Nelson ( dalam Supriatna 2009:18)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
2. Bagaimana ruang lingkup kode etik guru dan BK?
3. Bagaimana hakikat kode etik ?
4. Apa fungsi dari kode etik dalam pelaksanaanya ?
5. Bagaimana sanksi terhadap kode etik guru dan BK?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari kode etik.
2. Menjelaskan ruang lingkup kode etik guru dan BK.
3. Menjelaskan hakikat kode etik
4. Menganalisis fungsi kode etik dalam pelaksanaannya.
5. Menganalisis sanksi terhadap kode etik guru dan BK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik
Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku
seseorang yang berada pada lingkungan tertentu. (Ali Imron, 2012). Etika menu etimologi
berasal dari bahasa latin "ethic" yang mempunyai arti kebiasaan. (M. Solihin, dkk, 2003)
Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana yang dikutip
oleh Sudarno, dkk, mengemukakan: Etika berasal dari kata Eticha yang berarti ilmu
kesopanan, ilmu kesusilaan, dan kata Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti,
kemanusiaan).(Sudarno, dkk. 1989)
Menurut Hendiyat Soctopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika) atau hal-hal
yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan".(Hendiyat
Soetopo.dkk. 1988)
Menurut arti lain kode etik adalah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbutan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. (Rosyad, 2004)
Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, kode etik
merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar bagi pendidik untuk mengatur arah
pendidikan terutama di dalam madrasah. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai
professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku pendidik dan
peserta didik.
Menurut Sunaryo Kartadinata (2011:15) kode etik profesi adalah regulasi dan
norma perilaku profesional yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam
menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat.
Menurut Abkin (2006:94) kode etik merupakan suatu aturan yang melindungi
profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah ketidaksepakatan internal dalam suatu
profesi, dan melindungi atau mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik.
Kode etik adalah sistem norma atau aturan yang tertulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Kode etik dalam bimbingan dan konseling ini dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap berjalan dalam keadaan baik dan diharapkan akan menjadi semakin baik
kedepannya. Kode etik mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau
diabaikan baik oleh klien maupun konselor.
Hubungan Guru dengan murid yang demikian adalah hubungan yang saling
mempercayai. Guru percaya kepada murid bahwa merekatidak akan berbuat yang tidak
sesuai keinginan guru,sedangkan murid menghargai kewibawaan guru.
1) Hubungan Konseling
2) Kerahasiaan, komunikasi pribadi dan privasi
3) Tanggung jawab professional
4) Hubungan dengan profesional lain
5) Evaluasi, penilaian, dan interpretasu
6) Penelitian dan publikasi
7) Pemecahan masalah etika
Sistem nilai, norma, aturan yang ditulis secara jelas, tegas dan terperinci dalam
kode etik profesi terkadang tidak selalu dapat diterapkan secara mulus oleh anggota
profesi sehingga banyak terjadi pelanggaran. Beberapa sebab terjadi pelanggaran kode
etik antara lain Pelanggaran Kode Etik Profesi IT dan Peraturan Perundangan, 2010):
Secara umum sanksi pelanggar kode etik diklasifikasikan menjadi dua yaitu
sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari organisasi. (Ondi Saondi & Aris Suherman
2010).
Sanksi moral misalnya merasa bersalah, krisis atau hilang rasa percaya diri,
tidak berani tampil di publik, pudarnya reputasi dan kredibilitas (kepercayaan publik),
rendahnya permintaan jasa layanan konseling, dikucilkan oleh komunitas profesi dan
sebagainya. Sanksi moral demikian berlaku relatif, artinya tidak semua pelanggar kode
etik akan merasakan adanya sanksi moral tersebut. Sanksi moral hanya berlaku bagi
orang yang mempunyai hati yang bening atau Qolbun salim. Bagi orang yang 'hatinya
telah tertutup noda" sulit merasakan adanya sanksi moral.
Berbeda dengan sanksi organisasi yang sifatnya formal, kasat mata dan pasti
sehingga bentuk sanksi ini lebih efektif dan mudah dikontrol. Oleh karena itu, yang
dimaksud bentuk sanksi pelanggaran kode etik di sini adalah sanksi organisasi. Sanksi
organisasi ini diatur dalam beberapa tingkatan, mulai tingkat ringan, sedang sampai
berat. Dengan demikian, pemberian bentuk sanksi akan bergantung pada tingkat
pelanggarannya. Sesuai dengan hakekat pemberian sanksi yaitu untuk memberikan efek
jera agar tidak mengulang tindak pelanggaran kode etik maka pem-berian sanksi harus
didasarkan pada pertimbangan rasa keadilan.
Sekurang-kurangnya ada lima bentuk sanksi bagi pelanggara kode etik profesi
konselor yaitu:
a. Memberikan teguran secara lisan
b. Memberikan surat peringatan (SP 1,2, dan 3) secara tertulis.
c. Pencabutan keanggotan ABKIN dengan tidak hormat
d. Pencabutan lisensi bagi yang berpraktik mandiri atau dikeluarkan dari lembaga
tempat ia bekerja
e. Apabila terkait dengan permasalahan hokum/ criminal maka akan diserahkan pada
pihak yang berwenang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
kode etik guru sebagai pedoman guru dalam berperilaku sesungguhnya dapat
diterapkan di masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan masyarakat harus berpegang
teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditunjukkan harus mencermikan nilai-nilai
luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma dalam perilakunya.
Di saat terjadi pelanggaran dalam kode etik, maka diberlakukan sanksi agar
tidak terjadi kembali pelanggaran tersebut. sanksi yang didapat bagi pelanggar kode
etik adalah berupa mendapatkan peringatan, blokir bahkan hingga hukuman perdata
dan pidana.
B. Saran
Seorang guru dan konselor harus benar-benar memahami profesi yang
diampunya, dengan demikian etika yang diterapkan dalam organisasi profesinya serta
mengikuti peraturn perundang-undangan yang berlaku dapat berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat yang besar bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Harapan, A, P.dkk.(2022).Analisis Pemahaman Kode Etik Profesi Konseling Pada Guru Bimbingan
dan Konseling di MAN.Jurnal Bikotetik,6(2),2-8
Ali Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
AS, Uman Suherman, 2007. "Kompetensi dan Aspek Etik Profesional Konselor Masa Depan".
Educationist, 1 (1).
Hendiyat Soetopo,dkk. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina
Aksara.Kartadinata, Sunaryo, 2011. Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai
UpayaPedagogis. Bandung: UPI Press.