Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

“Menganalisi Kode Etik Guru dan BK”

Disusun Oleh

Kelompok 12 :

Muhammad Amri (22086234)

Nadya Maharani (22129186)

Nurul aisyah (22129196)

Nurul patwa (22129198)

Sri Wahyuni ( 22129229 )

Anggun Syahrani ( 22129248 )

Dosen Pengampu :

Nilma Zola, S.Pd. , M.Pd

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan dan Konseling tentang Kode
Etik Guru dan Kode Etik BK tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat beserta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan baik
kepada kita semua. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Bimbingan dan Konseling Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca umumnya, dan
penulis khususnya.

Padang, 27 November 2023

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Lata Belakang .............................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Kode Etik ................................................................................................................... 6
B. Ruang Lingkup Kode Etik Guru .................................................................................................... 7
C. Hakikat Kode Etik Guru ............................................................................................................... 9
D. Fungsi Kode Etik Guru ................................................................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Kode Etik BK ........................................................................................................ 9
F. Sanksi dari Kode Etik ................................................................................................................. 12
BAB III................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN
A. Lata Belakang
Pendidikan adalah suatu pembahasan yang tidak pernah luput dari pembicaraan
berbagai media. Berbicara tentang pendidikan tentu berhubungan dengan peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan. Pendidik termasuk ke dalamnya adalah guru,
dimana untuk menjadi guru, seseorang harus tahu tentang kode etik guru. Seorang
guru atau pendidik merupakan tugas yang cukup berat karena memiliki tugas untuk
membentuk generasi masa depan bangsa yang berkualitas.
Pendidik tidak sama dengan pengajar, tetapi pendidik sudah pasti pengajar.
Impian tertinggi seorang guru adalah berhasil membuat peserta didiknya menguasai
materi dan membantuk kepribadian seorang anak yang berkarakter.
Zaman sekarang, kabanyakan orang-orang yang telah menjadi guru dalam
menjalankan tugasnya melakukan penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma-
norma menjadi seorang guru. Oleh karena itu, pemerintahan Indonesia menetapkan
suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh guru di Indonesia yang disebut
dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya kode etik guru ini, diharapkan para guru
dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana telah ditetapkan dalam kode etik
guru tersebut.
Guru BK merupakan salah satu pendidik sekaligus pembimbing bagi siswa.
Agar siswa dapat berkembang secara optimal, seorang guru BK seharusnya profesional
dalam menjalankan tugas profesinya. Profesi sebagai guru Bimbingan dan Konseling
sangat mulia di mata masyarakat, karena mempunyai tugas mendidik sekaligus
membimbing siswa.
Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri
sendiri, mengenal klien, memahami maksud dan tujuan konseling, serta menguasai
proses konseling. membangun hubungan konseling (counseling relationship)
merupakan hal penting dan menentukan dalam melakukan konseling. Seorang konselor
tidak dapat membangun hubungan konseling jika tidak mengenal diri maupun klien,
tidak memahami maksud dan tujuan konseling, serta tidak memahami proses konseling.
Jones and Nelson ( dalam Supriatna 2009:18)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
2. Bagaimana ruang lingkup kode etik guru dan BK?
3. Bagaimana hakikat kode etik ?
4. Apa fungsi dari kode etik dalam pelaksanaanya ?
5. Bagaimana sanksi terhadap kode etik guru dan BK?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari kode etik.
2. Menjelaskan ruang lingkup kode etik guru dan BK.
3. Menjelaskan hakikat kode etik
4. Menganalisis fungsi kode etik dalam pelaksanaannya.
5. Menganalisis sanksi terhadap kode etik guru dan BK.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik
Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku
seseorang yang berada pada lingkungan tertentu. (Ali Imron, 2012). Etika menu etimologi
berasal dari bahasa latin "ethic" yang mempunyai arti kebiasaan. (M. Solihin, dkk, 2003)

Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana yang dikutip
oleh Sudarno, dkk, mengemukakan: Etika berasal dari kata Eticha yang berarti ilmu
kesopanan, ilmu kesusilaan, dan kata Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti,
kemanusiaan).(Sudarno, dkk. 1989)

Menurut Hendiyat Soctopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika) atau hal-hal
yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan".(Hendiyat
Soetopo.dkk. 1988)

William Lillie, mendefinisikan "Ethics as the normative science of conduct of


human being living in societies a science which judges this conduct to be right or wrong,
to be good or bad, or in some similar way." (William Lillie. 1996). Maksud dari pengertian
di atas bahwa etik adalah ilmu pengetahuan tentang norma aturan ilmu pengetahuan tentang
tingkah laku kehidupan manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut
menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau buruk atau sesuatu yang
semacamnya.

Menurut arti lain kode etik adalah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbutan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. (Rosyad, 2004)

Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, kode etik
merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar bagi pendidik untuk mengatur arah
pendidikan terutama di dalam madrasah. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai
professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku pendidik dan
peserta didik.
Menurut Sunaryo Kartadinata (2011:15) kode etik profesi adalah regulasi dan
norma perilaku profesional yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam
menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat.

Menurut Abkin (2006:94) kode etik merupakan suatu aturan yang melindungi
profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah ketidaksepakatan internal dalam suatu
profesi, dan melindungi atau mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik.

Sunaryo Kartadinata (2011:15) menjelaskan bahwa penegakan dan penerapan kode


etik bertujuan untuk:

1. Menjunjung tinggi martabat profesi;


2. Melindungi masyarakat dari perbuatan malpraktik;
3. Meningkatkan mutu profesi;
4. Menjaga standar mutu dan status profesi, dan
5. Penegakan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandangnya.

Kode etik adalah sistem norma atau aturan yang tertulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Kode Etik Bimbingan dan Konseling adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-


peraturan yang harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam bidang
bimbingan dan konseling.

Kode etik dalam bimbingan dan konseling ini dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap berjalan dalam keadaan baik dan diharapkan akan menjadi semakin baik
kedepannya. Kode etik mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau
diabaikan baik oleh klien maupun konselor.

B. Ruang Lingkup Kode Etik Guru


Kode Etik Guru diartikan sebagai Aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-
aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi
susila. Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan,
sopan-santun dan keadaban. (Hendiyat Soetopo.dkk. 1988).
Adapun lingkup isi kode etik guru atau tugas guru dengan guru di indonesia pada
garis besarnya mencangkup dua hal yaitu preambul sebagai pernyataan prinsip dasar
pandangan terhadap posisi, tugas, dan tanggung jawab guru, dan pertanyaan pertanyaan,
rujukan teknis operasional yang termuat dalam Sembilan batang tubuhnya. Kesembilan
butir itu memuat hubungan guru atau tugas guru dengan:

1. Pembentukan peserta didik


2. Kejujuran professional
3. Kejujuran dalam memperoleh dan menyimpan informasi tentang peserta didik.
4. Pembinaan kehidupan sekolah
5. Orang tua murid dan masyarakat
6. Pengembangan dan peningkatan kualitas diri
7. Sesama guru dalam (hubungan kesejawatan)
8. Organisasi profesi
9. Pemerintah dan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan

Rumusan selengkapnya kode etik guru Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
C. Hakikat Kode Etik Guru
Guru adalah suatu komponen dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi hasil pendidikan. Hubungan guru dan murid adalah hubungan
kewibawaan. Maksudnya, bukan meninmbulkan rasa takut pada murid dalam artu
murid harus patuh, akan tetapi menumbuhkan kesadaran pribadi untuk belajar.

Hubungan Guru dengan murid yang demikian adalah hubungan yang saling
mempercayai. Guru percaya kepada murid bahwa merekatidak akan berbuat yang tidak
sesuai keinginan guru,sedangkan murid menghargai kewibawaan guru.

Pada dasarnya guru adalah tenaga profesional di bidang kependidikan yang


memiliki tugas mengajar, mendidik, dan membimbing, anak didik agar menjadi
manusia. yang berpribadi (pancasila). Dengan demikian guru memilki kedudukan yang
sangat penting dan tanggung jawabyang sangat besar dalam menangani berhasil atau
tidaknya program pendidikan. Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atas
buruknya suatu bangsa di masa mendatang banyak terletak di tangan guru.

Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman


atau etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi
pedoman baginya untuk tetap professional (sesuai dengan tuntunan dan pesyaratan
profesi).

D. Fungsi Kode Etik Guru


• Agar memepunyai dan memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya sehingga terhindar penyimpangan profesi.
• Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
• Agar Profesi guru terhindar dari perpecahan internal.
• Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa
profesi guru diakui oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam
mencerahkan bangsa dan mengembangkan diri.
• Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah secara
kurang professional.

E. Ruang Lingkup Kode Etik BK


Abkin (2006:94) mengemukakan bahwa penegasan identitas profesi Bimbingan dan
Konseling harus diwujudkan dalam implementasi kode etik dan supervisinya.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling di Indonesia sebagaimana disusun oleh
ABKIN (2006:69) memuat hal-hal berikut:

1) Dasar Kode Etik BK


a. Pancasila dan UUD 1945
b. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2006 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Pasal 28 ayat 1, 2, dan 3 tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan)
d. Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No 27 tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 tahun 2008 tentang Guru
2) Kualifikasi, bahwa konselor wajib memiliki
a. Nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang
Bimbingan dan Konseling.
b. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai Konselor.
3) Informasi, testing dan riset;
a. Penyimpanan dan penggunaan informasi,
b. Testing, diberikan kepada Konselor yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya,
c. Riset, menjaga prinsip-prinisp sasaran riset serta kerahasiaan.
4) Proses pada pelayanan;
a. Hubungan dalam pemberian pada pelayanan,
b. Hubungan dengan klien.
5) Konsultasi dan hubungan dengan rekan sejawat atau ahli lain;
a. Pentingnya berkonsultasi dengan sesama rekan sejawat;
b. Alih tangan kasus apabila tidak dapat memberikan bantuan kepada klien
tersebut.
6) Hubungan kelembagaan; memuat mengenai aturan pelaksanaan layanan konseling
yang berhubungan dengan kelembagaan
7) Praktik mandiri dan laporan kepada pihak lain;
a. Konselor praktik mandiri, menyangkut aturan dalam melaksanakan konseling
secara private,
b. Laporan kepada pihak lain.
8) Ketaatan kepada profesi.
a. Pelaksanaan hak dan kewajiban, serta
b. Pelanggaran terhadap kode etik.

Sementara kode etik American Counseling Association (ACA) terdiri atas


delapan bagian yang membahas bidang-bidang berikut:

1) Hubungan Konseling
2) Kerahasiaan, komunikasi pribadi dan privasi
3) Tanggung jawab professional
4) Hubungan dengan profesional lain
5) Evaluasi, penilaian, dan interpretasu
6) Penelitian dan publikasi
7) Pemecahan masalah etika

Selanjutnya Uman Suherman (2007) menegaskan bahwa seorang konselor


hendaknya menunjukkan sikap dan perilaku sebagai berikut:

1) Berusaha meciptakan suasana dan hubungan konseling yang kondusif,


2) Berusaha menjaga sikap objektif terhadap klien;
3) Mengekplorasi faktor penyebab masalah-masalah psikologis, baik masa lalu
maupun masa kini:
4) Menentukan kerangka rujukan atau perangkat kognitif terhadap kesulitan klien
dengan cara yang dapat dimengerti klien;
5) Konseling memiliki strategi untuk mengubah kembali perilaku salah suai,
keyakinan irasional, gangguan emosi dan menyalahkan diri sendiri,
6) Mempertahankan transfer pemahaman tentang perilaku baru yang diperlukan klien
dalam kehidupan sehari-harinya;
7) Menjadi model atau contoh sosok yang memiliki sikap sehat dan normal;
8) Menyadari kesalahan yang pernah dibuat dan resiko yang dihadapi;
9) Dapat dipercaya dan mampu menjaga kerahasiaan:
10) Memiliki orientasi diri yang selalu berkembang; dan
11) Ikhlas dalam menjalankan profesinya

Kode etik bimbingan dan konseling, antara lain:


A. Konselor harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya,
karena itu pembimbing tidak diizinkan untuk mencampuri wewenang serta
tanggung jawab yang bukan wewenang serta tanggung jawabnya.
B. Seorang konselor harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien. Jadi di dalam menghadapi
klien
C. Seorang konselor tidak diperkenankan:
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan hal-hal yang
tidak baik bagi klien.
d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
D. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan ataupun di
luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
E. Pembimbing haruslah selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang
memerlukan pengabdian sepenuhnya.

F. Sanksi dari Kode Etik


1. Bentuk Pelanggaran Kode Etik
Secara umum bentuk pelanggaran kode etik dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1) Bentuk Pelanggaran terhadap Konseli, misalnya:
a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait
dengan kepentingan konseli
b. Melakukan perbuatan amoral seperti pelecehan seksual, mengkonsumsi
barang haram (minuman keras, napza).
c. Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.
d. Kesalahan dalam melakukan pratek profesional (prosedur, teknik, evaluasi,
dan tindak lanjut).
2) Bentuk Pelanggaran terhadap Organisasi Profesi, misalnya:
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk
kepentingan pribadi dan atau kelompok).
3) Bentuk Pelanggaran terhadap Rekan Sejawat dan Profesi Lain yang Terkait.
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak
untuk bekerja sama, sikap arogan)
b. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai
dengan masalah konseli atau sebaliknya tidak melakukan referal meskipun
kasus klien di luar kewenangannya

2. Sebab Pelanggaran Kode Etik

Sistem nilai, norma, aturan yang ditulis secara jelas, tegas dan terperinci dalam
kode etik profesi terkadang tidak selalu dapat diterapkan secara mulus oleh anggota
profesi sehingga banyak terjadi pelanggaran. Beberapa sebab terjadi pelanggaran kode
etik antara lain Pelanggaran Kode Etik Profesi IT dan Peraturan Perundangan, 2010):

a. Tidak adanya sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan


keluhan adanya pelanggaran sehingga kontrol dan pengawasan dari masyarakat
tidak berjalan
b. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang substansi kode etik profesi karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri
c. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran etis dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya
d. Pengaruh hubungan kekeluargaan/ kekerabatan pelanggar kode etik. antara pihak
berwenang dengan
e. Masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia sehingga pelaku pelanggaran kode
etik profesi tidak merasa khawatir atau takut melakukan pelanggaran.

Selain itu pelanggaran kode etik juga disebabkan masihlemahnya kemampuan


menerapkan self-regulationsebagaian anggota profesi. Idealnya, teman sejawat
mestinya berada di garda terdepan dalam mengontrol dan atau melaporkan adanya
pelanggaran kode etik. Namun dalam praktik sehari-hari kontrol ini tidak berjalan
dengan mulus karena rasa solidaritas yang tertanam kuatdalam diri anggota-anggota
profesi, seorang professional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang
melakukan pelanggaran. (Ondi Saondi & Aris Suherman 2010).

Jika penerapan self-regulatian di antara sesama teman sejawat saja sulit


diterapkan, apakah mungkin hal itu dapat dilakukan kepada atasan atau pimpinan
organisasi profesi yang mempunyai pengaruh terhadap kelancaran karir profesinya.

Seorang profesional sejatinya akan teruji manakala ia mampu menempatkan


etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain seperti pengaruh jabatan,
kekeluargaan/ kekerabatan, pertemanan, hubungan yang bersifat simbiosis-mutualism
(timbal balik yang saling-menguntungkan), keuntungan finansial dan sebagainya.

3. Bentuk Sanksi bagi Pelanggar Kode Etik

Secara umum sanksi pelanggar kode etik diklasifikasikan menjadi dua yaitu
sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari organisasi. (Ondi Saondi & Aris Suherman
2010).

Sanksi moral misalnya merasa bersalah, krisis atau hilang rasa percaya diri,
tidak berani tampil di publik, pudarnya reputasi dan kredibilitas (kepercayaan publik),
rendahnya permintaan jasa layanan konseling, dikucilkan oleh komunitas profesi dan
sebagainya. Sanksi moral demikian berlaku relatif, artinya tidak semua pelanggar kode
etik akan merasakan adanya sanksi moral tersebut. Sanksi moral hanya berlaku bagi
orang yang mempunyai hati yang bening atau Qolbun salim. Bagi orang yang 'hatinya
telah tertutup noda" sulit merasakan adanya sanksi moral.

Berbeda dengan sanksi organisasi yang sifatnya formal, kasat mata dan pasti
sehingga bentuk sanksi ini lebih efektif dan mudah dikontrol. Oleh karena itu, yang
dimaksud bentuk sanksi pelanggaran kode etik di sini adalah sanksi organisasi. Sanksi
organisasi ini diatur dalam beberapa tingkatan, mulai tingkat ringan, sedang sampai
berat. Dengan demikian, pemberian bentuk sanksi akan bergantung pada tingkat
pelanggarannya. Sesuai dengan hakekat pemberian sanksi yaitu untuk memberikan efek
jera agar tidak mengulang tindak pelanggaran kode etik maka pem-berian sanksi harus
didasarkan pada pertimbangan rasa keadilan.

Sekurang-kurangnya ada lima bentuk sanksi bagi pelanggara kode etik profesi
konselor yaitu:
a. Memberikan teguran secara lisan
b. Memberikan surat peringatan (SP 1,2, dan 3) secara tertulis.
c. Pencabutan keanggotan ABKIN dengan tidak hormat
d. Pencabutan lisensi bagi yang berpraktik mandiri atau dikeluarkan dari lembaga
tempat ia bekerja
e. Apabila terkait dengan permasalahan hokum/ criminal maka akan diserahkan pada
pihak yang berwenang.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
kode etik guru sebagai pedoman guru dalam berperilaku sesungguhnya dapat
diterapkan di masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan masyarakat harus berpegang
teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditunjukkan harus mencermikan nilai-nilai
luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma dalam perilakunya.
Di saat terjadi pelanggaran dalam kode etik, maka diberlakukan sanksi agar
tidak terjadi kembali pelanggaran tersebut. sanksi yang didapat bagi pelanggar kode
etik adalah berupa mendapatkan peringatan, blokir bahkan hingga hukuman perdata
dan pidana.

B. Saran
Seorang guru dan konselor harus benar-benar memahami profesi yang
diampunya, dengan demikian etika yang diterapkan dalam organisasi profesinya serta
mengikuti peraturn perundang-undangan yang berlaku dapat berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat yang besar bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Harapan, A, P.dkk.(2022).Analisis Pemahaman Kode Etik Profesi Konseling Pada Guru Bimbingan
dan Konseling di MAN.Jurnal Bikotetik,6(2),2-8

Ali Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

AS, Uman Suherman, 2007. "Kompetensi dan Aspek Etik Profesional Konselor Masa Depan".
Educationist, 1 (1).

Hendiyat Soetopo,dkk. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina
Aksara.Kartadinata, Sunaryo, 2011. Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai
UpayaPedagogis. Bandung: UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai