Anda di halaman 1dari 17

KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Profesi Pendidikan untuk yang diampuh
Oleh Ibu Nuthayati, M.Pd

Oleh :

KELOMPOK 2

SRI AMELIA A. SIDIKI 433420019

APRIANSYAH DJANO 433420004

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya serta hidayah-Nya  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW kepada keluarganya dan para sahabatnya serta sampai kegenerasi
berikutnya sampai akhir zaman, sehingga  pada akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul ”Kode Etik Profesi Keguruan”
Makalah ini dapat di selesaikan atas izin Allah SWT serta bantuan dan dukungan dari
dosen saya dan teman yang memberikan semangat  dan motivasi  yang telah memberikan
dorongan kepada saya sehingga selesainya makalah yang saya buat dan saya menyadari
bahwa dalam penyusunan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan saya
dalam ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari dosen kami dan teman-teman semua. Kami ucapkan terima kasih atas semua
dukungan dan bantuan yang telah memberikan pengetahuan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Amin.

Gorontalo, Minggu 12 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................      i
DAFTAR ISI.............................................................................................     ii
BAB I: PENDAHULUAN…………………............................................     1
1.1  Latar Belakang Masalah ........................................................     1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................     2
1.3  Tujuan Penulisan.....................................................................     2
BAB II: LANDASAN TEORI..................................................................     3
2.1  Pengertian Kode Etik................................................................     3
2.2  Tujuan Kode Etik....................................................................     8
2.3  Penetapan Kode Etik...............................................................     8
2.4  Sanksi Pelanggaran Kode Etik................................................     9
2.5   Kode Etik Guru Indonesia......................................................   10
BAB III: PENUTUP.................................................................................   13
3.1 Kesimpulan...............................................................................   13
3.2 Saran ........................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................   14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara umum bagi peserta guru.
Beberapa paparan dalam makalah ini membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru
serta kode etik guru yang meliputi: kode etik dan etika profesi keguruan, pengertian kode
etik guru, unsur-unsur kandungan kode etik guru, rumusan kode etik guru, alasan
pentingnya kode etik bagi guru, tujuan perumusan kode etik guru, manfaat kode etik bagi
guru, dan upaya mewujudkan kode etik guru.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta sertifikasi guru agar
menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses
pemberdayaan dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan
perkembangan dan memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan
kehidupannya. Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun
yang dilakukan dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya memfasilitasi proses
perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
Guru merupakan fasilitator yang berperan aktif dalam suatu proses belajar mengajar.
Melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya yang
berkualitas, inovatif, kreatif, kompetetif, dan produktif sebagai aset bangsa dalam
menghadapi persaingan global  yang semakin berat seperti sekarang ini. Dewasa ini, tidak
sedikit guru dalam menjalankan  profesinya telah melakukan berbagai penyimpangan atau
pelanggaran terhadap norma-norma  sebagai guru, baik itu dengan para siswa maupun
dengan sesama guru. Hal seperti ini tentu menjadi catatan  buruk terhadap guru itu sendiri,
sehigga pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh
para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya kode etik
guru, diharapkan para guru dapat menjalankan dan mematuhi tugasnya dengan baik
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Undang-undang kode etik guru tersebut.
Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan guru akan
makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan
nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan profesinya,
mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar. Pada prinsipnya,
menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non (syarat
mutlak).  Namun, pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek
kuantitatif saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini guru
adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan pembaharuan
secanggih apapun akan berakhir sia-sia.

1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian kode etik?
2.    Apa tujuan kode etik?
3.    Bagaimana penetapan kode etik?
4.    Bagaimana sanksi pelanggaran kode etik?
5.    Bagaimana kode etik guru Indonesia?

1.3  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian kode etik
2.    Untuk mengetahui tujuan kode etik
3.    Untuk mengetahui penetapan kode etik
4.    Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik
5.    Untuk mengetahui kode etik guru Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Kode Etik

Sumber : Google

Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,


tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban
yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada hakikatnya merupakan dasar
pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang
sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-
pola perilaku yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku
(Sukardjo, 2010)
Kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai nilai dan norma norma profesi guru
yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode
etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di
luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik
guru indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional
para anggota profesi keguruan (Sukardjo, 2010).
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika
dan kemanusiaan.
Istilah “kode etik” itu bila di kaji maka terdiri dari dua kata yakni “kode” dan “etik”.
Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara
hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat,
karena persetujuan dari kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian
system nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa yang disebut “kode etik”.
Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
mengerjakan satu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai  “aturan tata susila
keguruan”. Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain
sesuai dengan  yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika jabatan guru. Dengan demikian,  guru harus menyadari bahwa jabatan mereka
merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah
esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan
Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di
masyarakat (Gardon, 2000).
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi
tugasnya. Menurut Oteng Sutisna dalam Gardon (2000) menyatakan bahwa pentingnya
kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling
mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik (Gardon,
2000).
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan
sumpah profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal
sehingga nantinya “tidak malapraktik” ketika mengajar.  Adanya sumpah profesi dan kode
etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-rambu, rem, dan pedoman dalam
tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru harus bertanggung jawab
dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Jangan sampai
terjadi malapraktik pendidikan. Ada beberapa kode etika guru di Indonesia menurut
pendapat (Saondi, 2012) antara lain sebagai berikut:
a.    Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
b.    Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
c.    Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
d.   Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar
e.    Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f.     Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
da martabat profesinya
g.    Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana nasional
h.    Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdia
i.      Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan oleh
1.    Gibson dan Michel (1945:449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
2.    Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi
suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan
internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu
profesi.
3.    Oteng Sutisna (1986:364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya
difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi
dalam mendidik peserta didik.
4.    Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru
bagi guru itu sendiri, antara lain:
a.       Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b.      Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
c.       Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
d.      Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas.

Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan  norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan
tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud (Soedijarto,
1993).
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.  PGRI misalnya,
telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal
25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi
Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau
menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan
Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun
2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan
bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. Secara
umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
a.       Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
b.      Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
c.       Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
d.      Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru  dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil memiliki
kode etik sebagai pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan." Dalam penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya
kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanan
tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari. Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil
itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
pegawai negeri (Soedijarto, 2003).
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya
dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.
Dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik
adalah Himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam
suatu sistem yang utuh.

2.2    Tujuan Kode Etik


Dalam pembentukan kode etik tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu, agar
profesional dapat memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pemakai ataupun
para nasabahnya. Dengan adanya kode etik ini akan dapat melindungi dari perbuatan yang
tidak profesional. Ketaatan dari tenaga profesional terhadap kode etik yang ada merupakan
sebuah ketaatan yang naluriah, yang sudah bersatu dengan pikiran, jiwa dan juga perilaku
dari tenaga profesional (Sukardjo, 2010).
Etika profesi merupakan standar moral untuk profesional yaitu mampu memberikan
sebuah keputusan secara obyektif bukan subyektif, berani bertanggung jawab semua
tindakan dan keputusan yang telah diambil, dan memiliki keahlian serta kemampuan.
Terdapat beberapa tujuan mempelajari kode etik profesi adalah sebagai berikut:
a.       Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c.       Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d.      Untuk meningkatkan mutu profesi.
e.       Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f.       Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g.      Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h.      Menentukan baku standarnya sendiri.
2.3    Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku mengikat
para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama
anggota profesi dari organisasi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua
orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan (Sukardjo, 2010).

2.4    Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga
hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Dengan demikian, maka aturan yang
semula  sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun
pidana. Akhir-akhir ini banyak berita soal pelanggaran kode etik dalam penerbangan yang
dilakukan pilot, kopilot, paramugari khusunya dalam penerbangan Lion air. Di bawah
dibahas masalah sanksi dalam pelanggaran kode etik. Sedikitnya ada 2 jenis sanksi, yaitu:
a.       Sanksi moral
b.      Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-
ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar
kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam
kode etik, seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga
diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun
demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa
solidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah
merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan
dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya
adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbanganpertimbangan lain.
Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode
etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya. Kode Etik Profesi merupakan bagian
dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih
memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna
walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan
demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan
tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang
salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
professional.

2.5    Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam sistem yang utuh dan
bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai
guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat
penting unutuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan di suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam
Kongres XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI 
XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan
pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
a.       Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b.      Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c.       Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
d.      Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar-mengajar.
e.       Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
f.       Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
g.      Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
h.      Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian
i.        Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Organisasi profesi guru membentuk kode etik untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam melaksanakan tugas profesi. Penegakkan kode etik
dilakukan oleh dewan kehormatan guru. Dewan kehormatan guru dibentuk oleh untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi
atas pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi guru wajib melaksanakan
rekomendasi dewan kehomartan. Manfaat adanya kode etik adalah untuk menjaga
kredibilitas dan nama baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian,
adanya kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik. Dalam upaya
mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu memperhatikan sejumlah faktor yang hingga
saat ini masih di rasakan sebagai kendala. Faktor-faktor yang mendukung kode etik guru
adalah:
a.       Kualitas pribadi guru
b.      Pendidikan guru
c.       Sarana dan prasarana pendidikan
d.      Sistem pendidikan
e.       Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
f.       Kebijakan pemerintah
Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/keputusan, para pakar,
manajer, pelaksana) secara proporsional dan professional seyogyanya dapat bekerjasama
secara sistemik, sinergik, dan simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru Indonesia. Hal
yang paling mendasar adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk kebijakan
manajemen guru dan perlakuan terhadap profesi guru. Guru adalah bagian warga negara 
dan warga nasyarakat yang merupakan aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud) atau aparat pemerintah di bidang pendidikan. Pemerintah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengelola bidang pendidikan sudah pasti memiliki
ketentuan-ketentuan yang merupakan policy, agar pelaksanaan dapat terarah (Ali Imron,
2006).

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1.    Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata
cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
2.    Dalam pembentukan kode etik tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu, agar profesional
dapat memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pemakai ataupun para
nasabahnya. Dengan adanya kode etik ini akan dapat melindungi dari perbuatan yang tidak
profesional.
3.    Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku mengikat
para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi.
4.    Sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun
pidana.
5.    Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam sistem yang utuh dan
bulat.

3.2    Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang
professional dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena
keberhasilan seorang tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada
pendidiknya. Jadi, sebaiknya kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa,
terutama di depan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. 2006. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Gardon, Thomas dan Mudjito. 2000. Guru yang Efektif. Jakarta: CV Rajawali.

Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Replika Adi
Tama.

Soedijarto. 2003. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai
Pustaka.

Sukardjo dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya.


Jakarta: PT Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai