Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Profesi Pendidikan untuk yang diampuh
Oleh Ibu Nuthayati, M.Pd
Oleh :
KELOMPOK 2
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW kepada keluarganya dan para sahabatnya serta sampai kegenerasi
berikutnya sampai akhir zaman, sehingga pada akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul ”Kode Etik Profesi Keguruan”
Makalah ini dapat di selesaikan atas izin Allah SWT serta bantuan dan dukungan dari
dosen saya dan teman yang memberikan semangat dan motivasi yang telah memberikan
dorongan kepada saya sehingga selesainya makalah yang saya buat dan saya menyadari
bahwa dalam penyusunan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan saya
dalam ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari dosen kami dan teman-teman semua. Kami ucapkan terima kasih atas semua
dukungan dan bantuan yang telah memberikan pengetahuan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN…………………............................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................... 2
BAB II: LANDASAN TEORI.................................................................. 3
2.1 Pengertian Kode Etik................................................................ 3
2.2 Tujuan Kode Etik.................................................................... 8
2.3 Penetapan Kode Etik............................................................... 8
2.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik................................................ 9
2.5 Kode Etik Guru Indonesia...................................................... 10
BAB III: PENUTUP................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan............................................................................... 13
3.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara umum bagi peserta guru.
Beberapa paparan dalam makalah ini membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru
serta kode etik guru yang meliputi: kode etik dan etika profesi keguruan, pengertian kode
etik guru, unsur-unsur kandungan kode etik guru, rumusan kode etik guru, alasan
pentingnya kode etik bagi guru, tujuan perumusan kode etik guru, manfaat kode etik bagi
guru, dan upaya mewujudkan kode etik guru.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta sertifikasi guru agar
menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses
pemberdayaan dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan
perkembangan dan memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan
kehidupannya. Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun
yang dilakukan dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya memfasilitasi proses
perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
Guru merupakan fasilitator yang berperan aktif dalam suatu proses belajar mengajar.
Melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya yang
berkualitas, inovatif, kreatif, kompetetif, dan produktif sebagai aset bangsa dalam
menghadapi persaingan global yang semakin berat seperti sekarang ini. Dewasa ini, tidak
sedikit guru dalam menjalankan profesinya telah melakukan berbagai penyimpangan atau
pelanggaran terhadap norma-norma sebagai guru, baik itu dengan para siswa maupun
dengan sesama guru. Hal seperti ini tentu menjadi catatan buruk terhadap guru itu sendiri,
sehigga pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh
para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya kode etik
guru, diharapkan para guru dapat menjalankan dan mematuhi tugasnya dengan baik
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Undang-undang kode etik guru tersebut.
Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan guru akan
makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan
nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan profesinya,
mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar. Pada prinsipnya,
menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non (syarat
mutlak). Namun, pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek
kuantitatif saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini guru
adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan pembaharuan
secanggih apapun akan berakhir sia-sia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kode etik?
2. Apa tujuan kode etik?
3. Bagaimana penetapan kode etik?
4. Bagaimana sanksi pelanggaran kode etik?
5. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik
2. Untuk mengetahui tujuan kode etik
3. Untuk mengetahui penetapan kode etik
4. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik
5. Untuk mengetahui kode etik guru Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kode Etik
Sumber : Google
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan oleh
1. Gibson dan Michel (1945:449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
2. Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi
suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan
internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu
profesi.
3. Oteng Sutisna (1986:364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya
difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi
dalam mendidik peserta didik.
4. Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru
bagi guru itu sendiri, antara lain:
a. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
d. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan
tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud (Soedijarto,
1993).
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya,
telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal
25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi
Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau
menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan
Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun
2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan
bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. Secara
umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
d. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil memiliki
kode etik sebagai pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan." Dalam penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya
kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanan
tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari. Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil
itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
pegawai negeri (Soedijarto, 2003).
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya
dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.
Dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik
adalah Himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam
suatu sistem yang utuh.
Organisasi profesi guru membentuk kode etik untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam melaksanakan tugas profesi. Penegakkan kode etik
dilakukan oleh dewan kehormatan guru. Dewan kehormatan guru dibentuk oleh untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi
atas pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi guru wajib melaksanakan
rekomendasi dewan kehomartan. Manfaat adanya kode etik adalah untuk menjaga
kredibilitas dan nama baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian,
adanya kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik. Dalam upaya
mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu memperhatikan sejumlah faktor yang hingga
saat ini masih di rasakan sebagai kendala. Faktor-faktor yang mendukung kode etik guru
adalah:
a. Kualitas pribadi guru
b. Pendidikan guru
c. Sarana dan prasarana pendidikan
d. Sistem pendidikan
e. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
f. Kebijakan pemerintah
Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/keputusan, para pakar,
manajer, pelaksana) secara proporsional dan professional seyogyanya dapat bekerjasama
secara sistemik, sinergik, dan simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru Indonesia. Hal
yang paling mendasar adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk kebijakan
manajemen guru dan perlakuan terhadap profesi guru. Guru adalah bagian warga negara
dan warga nasyarakat yang merupakan aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud) atau aparat pemerintah di bidang pendidikan. Pemerintah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengelola bidang pendidikan sudah pasti memiliki
ketentuan-ketentuan yang merupakan policy, agar pelaksanaan dapat terarah (Ali Imron,
2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata
cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
2. Dalam pembentukan kode etik tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu, agar profesional
dapat memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pemakai ataupun para
nasabahnya. Dengan adanya kode etik ini akan dapat melindungi dari perbuatan yang tidak
profesional.
3. Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku mengikat
para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi.
4. Sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun
pidana.
5. Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam sistem yang utuh dan
bulat.
3.2 Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang
professional dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena
keberhasilan seorang tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada
pendidiknya. Jadi, sebaiknya kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa,
terutama di depan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. 2006. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Replika Adi
Tama.
Soedijarto. 2003. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai
Pustaka.