Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. Wasirin, M.Pd.l

Disusun Oleh :
DENI WARDOYO

Mata Kuliah :
Pengembangan Profesi Guru

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


MISBAHUL ULUM GUMAWANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Etika
Profesi Pendidikan ini tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru Bapak Dr. Wasirin, M.Pd.I, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan juga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini dari
awal hingga akhir.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Penulis sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar penulis dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.

Belitang, April 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Profesi Pendidikan......................................................... 3
B. Sasaran Sikap Professional Pendidikan..................................................... 5
C. Peranan Guru dalam Profesi Pendidikan................................................... 8
D. Pengembangan Etika Profesi Pendidikan.................................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, baik pergaulan dalam wilayah
daerah, wilayah negara, bahkan antarnegara diperlukan system yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pergaulan tersebut diperlukan
untuk menjaga kepentingan masing-masing agar kehidupan manusia menjadi
aman, tentram, terlindungi, terjamin sesuai dengan norma yang berlaku, dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Sistem pergaulan yang dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial tertentu itulah yang
disebut dengan etika.
Ada suatu anggapan yang mengatakan bahwa orang yang akan mengajar
cukup hanya menguasai bahan atau ilmu yang diajarkan mengajar dengan baik.
Anggapan ini kurang tepat, karena mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan
ilmu (proses informatif), tetapi juga mengandung unsur-
unsur educatif (mendidik). Seorang pendidik dalam proses pembelajaran harus
mampu mentransfer ilmu pengetahuan, punya keahlian dan memiliki nilai-nilai
(transfer of knowledge, skill, and value).
Idealnya, dalam proses transformasi edikatif perlu ada komunikasi antara
pendidik dan peserta didik yang mengandung unsure-unsur peadagogis, didaktis,
dan psikologis. Untuk mewujudkan hal tersebut paling tidak harus memiliki lima
komponen dasar, antara lain;Pertama, tujuan mengajar, artinya apa standar
ketuntasan belajar minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Kedua, bahan
(isi) pembelajaran, artinya perlu dipahami tentang materi apa yang diberikan agar
proses transformasi edukatif tersebut dapat mencapai tujuan. Ketiga, metode dan
teknik, artinya, bagaimana cara menyampaikan materi tadi agar sampai pada
tujuan. Keempat, perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu tercapainya
tujuan tadi, agar alat atau fasilitas apa yang dapat dipergunakan sehingga betul-
betul mendukung tercapainya tujuan interaksi edukatif. Kelima, evaluasi

1
(penilaian) artinya untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan interaksi edukatif
tersebut diperlukan proses penilaian.
Kelima, komponen tersebut merupakan persyaratan mutlak untuk
tercapainya interaksi edukatif dalam proses pendidikan pembelajaran melalui
komunikasi antara pengajar dan yang belajar. Versi lain dikatakan bahwa proses
pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh tiga komponen antara lain tujuan,
metode, dan alat pembelajaran.
Dengan demikian, etika profesi merupakan cabang dari etika khusus yang
merupakan produk dari etika sosial. Suatu profesi yang merupakan kelompok
masyarakat tertentu memang harus memiliki tata nilai yang mengatur kehidupan
bersama. Tata nilai tersebut merupakan landasan dalam pergaulan sesama anggota
profesi, antarkelompok, dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari etika profesi pendidikan?
2. Bagaimana sasaran sikap professional pendidikan?
3. Bagaimana peranan guru dalam profesi pendidikan?
4. Bagiamana pengembangan profesi pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika profesi pendidikan.
2. Untuk mengetahui sasaran sikap professional pendidikan.
3. Untuk mengetahui peranan guru dalam profesi pendidikan.
4. Untuk mengetahui pengembangan profesi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Profesi Pendidikan


Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang
artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan (costum). Etika berkaitan erat
dengan moral, istilah bahasa Latin yaitu mos, atau dalam bentuk jamaknya mores,
yang artinya adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan hal-hal yang baik
dan menghindari perbuatan yang buruk.1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan departemen pendidikan dan
kebudayaan (1988) merumuskan pengertian etika dalam tiga arti yaitu sebagai
berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral
baik itu dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga maupun dalam lingkup
bermasyarakat bahkan dalam berprofesi sekalipun.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau pribadi
seseorang.
3. Nilai yang mengenal benar dan salah yang di anut masyarakat.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian atau jabatan
yang memiliki fungsi dan signifikan social, yang menentukan keterampilan
dengan keahlian tertentu, memerlukan pendidikan tingkat tinggi dengan waktu
yang lama.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.2

1 Zainal Asril, Micro Teaching : Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan,Raja Grafindo
Persada, Jakarta.2012.h.. 49
2 UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003

3
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai
arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sementara itu, sistem nilai moral yang hidup di tengah-tengah masyarakat
disebut dengan moralitas. Moralitas merupakan sistem nilai yang terkandung
dalam ajaran dan diwariskan secara turun temurun.Ia menjadi petunjuk konkret
manusia dalam menjalankan hidupnya. Moral dan etika memiliki kesamaan, tetapi
dalam kehidupan sehari-hari memiliki perbedaan, yaitu moral untuk penilaian
suatu perbuatan (baik dan buruk) dan etika untuk pengkajian sistem-sistem nilai
yang berlaku. Moralitas merupakan suatu ajaran, sedangkan etika adalah suatu
ilmu (ilmu tentang moralitas).
Sebagai ilmu, etika diartikan sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis
tentang tingkah laku manusia. Etika memuat tentang apa yang harus dilakukan,
apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang baik, dan apa yang baik, dan apa yang
buruk. Dengan adanya etika, perilaku-perilaku yang baik diatur berdasarkan nilai-
nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.Nilai moral yang berlaku dalam
masyarakat dapat bersumber dari agama, budaya, filsafat hidup, dan disiplin
keilmuan.Dengan demikian, etika (ethic) dapat dikatakan sebagai sekumpulan
asas atau nilai-nilai moral yang dianut oleh golongan masyarakat tertentu setelah
melalui pengkajian secara kritis.
Adanya etika difungsikan untuk memberikan orientasi kritis dan rasional
dalam menghadapi pluralism moral yang ditimbulkan oleh aneka pandangan
moral dan datangnya gelombang modernisasi serta munculnya berbagai macam
ideology sehingga tugas pokoknya ialah mempelajari norma-norma yang
berlaku.Ia mengarahkan orang untuk berpikir kritis dan rasional, percaya pada diri
sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkan
secara moral.
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak

4
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, member arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta
cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering
menjadi perhatian masyarakat luas.3

B. Sasaran Sikap Professional Pendidikan


1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir Sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan”. Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan kebudayaan. Dalam
rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, departemen
pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan
dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain
dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan taruna dan lain-
lain.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan
kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi sebagai wadah dan
sarana pengabdian.PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdaya guna sebagai wadah usaha untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru.Keberhasilan usaha

3 Hamzah B. Uno, Profesi Kepedidikan, (Bumi Aksara, Jakarta.2008), h. 55

5
tersebut sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa
tanggung jawab dan keawajiban para anggotanya.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiawanan social”. Ini
berarti bahwa
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dalam lingkungan kerjanya.
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiawanan social didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini, kode etik guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi.
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa “guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa
prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari yakni tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing,dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
5. Sikap terhadap tempat kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meningkatan produktivitas.hal ini disadari dengan sebaik-
baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptaka suasana yang
demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang
baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: guru sendiri,hubungan
guru dengan orang tua dan masyarakat sekelilingTerhadap guru sendiri
dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang
berbunyi “guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru
harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara,baik

6
dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai,maupun dengan
penyediaan alat belajar yang cukup,serta pengaturan organisasi kelas yang
mantap ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan.
6. Sikap terhadap pemimpin
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, dimana tiap
anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam
melaksanakan tujuan organisasi tersebut.dapat saja kera sama yang
dituntut pemimpin tersebut diberkan berupa tuntutan akan kepatuhan
da;am melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka.kerja
sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang
membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan
kemajuan organisasi. Oleh sebab itu,dapat kita simpulkan bahwa sikap
seorang guru terhadap pemimpi harus positif,dalam pengertian harus
bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati,baik
disekolah maupun diluar sekolah.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Profesi guru berhubuga dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat
memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,terutama bila
berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barang kali tidak
semua orang dikarunia sifat seperti itu,namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru,ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti
itu. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan
butir yang keenam dalam kode etik guru Indonesia yang berbunyi “guru
secara pribadi dan bersama-sama,mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya”. Dalam butir keenam ini dituntut kepada
guru baik secara pribadi maupun secara kelompok,untuk selalu
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagai mana juga
dengan profesi lainnya tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan
martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah

7
pengetahuan dan ketrampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang
menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.4

C. Peranan Guru dalam Profesi Pendidikan


Uzair Usman yang mengutip dari Adam dan Decey dalam Basic
Principles ofStudent Teaching mengemukakan, bahwa peran dan tugas guru
adalah mengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.Seiring dengan peran
dan tugas di atas Mulyana (2005) juga menambahkan bahwa guru harus kreatif,
professional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai:
1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, melayani peserta didik,
sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahami
permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
5. Membiasakan peserta didik bersilaturahmi dengan orang lain secara wajar.
6. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam
lingkungannya.
7. mengembangkan kreativitas.
8. Menjadi pembantu jika diperlukan.5
Menurut Pulias dan Young (1988), Manan (1990), Yelon and Weinstein
(1977) dan dikutip Mulyasa (2005) dalam mengemukakan peran guru antara lain
sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik
2. Guru sebagai pengajar
3. Guru sebagai pembimbing
4. Guru sebagai pelatih
5. Guru sebagai penasihat

4 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Rineka Cipta, Jakarta.1998), h.43
5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.2001. h. 57

8
6. Guru sebagai pembaru
7. Guru sebagai model atau teladan
8. Guru sebagai pribadi
9. Guru sebagai peneliti.6

D. Pengembangan Etika Profesi Pendidikan


Seperti telah diungkapkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik
mutu professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap
profesionalnya. Ini berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang telah
dibicarakan harus selalu dipupuk dan dikembangkan.Pengembangan sikap
professional ini dapat dilakukan, baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun
setelah bertugas (dalam jabatan).
1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan.
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.Karena
tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan
bahkan bagi masyarakat sekelilingnya.Oleh sebab itu, bagaimana guru
bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa
dan masyarakat.
2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan.
Pengembangan sikap professional tidak berhenti apabila calom guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan.Banyak usaha yang dapat dilakukan
dalam rangka peningkatan sikap professional keguruan dalam masa
pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat
dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,
lokakarya, seminar, atau kegiatanSeperti telah disebut, peningkatan ini dapat
dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,
lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal
melalui media massa televise, radio, Koran, dan majalah maupun publikasidan

6 Ibid, h. 58

9
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat juga
meningkatkan sikap professional keguruan.7

7 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, h.54

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila beliau menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi tauladan bagi siswa-siswanya. Dan guru itu harus mempunyai etika
dalam pembelajarannya di sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Etika itu
disasarkan kepada peraturan perundang-undangan,organisasi profesi,teman
sejawat,anak didik,tempat kerja, serta terhadap pemimpin.
Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat,
jabatan guru harus selalu dikembangkan. Dalam bersikap guru harus selalu
mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya. Peran guru bukan
hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai motivator,inovator dan juga fasilitator.
Guru diharapakan bersikap bijaksana dalam hal apapun terutama dalam hal
etika,sikap guru akan menjadi panutan bagi siswa.

B. Saran
Menurut pemakalah seharusnya seorang guru yang profesional
mempunyai citra dan etika yang baik di masyarakat dan memberi tauladan atau
panutan yang baik bagi siswa-siswanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Barawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta: 2012

Hamzah B. Uno, Profesi Kepedidikan, Bumi Aksara, Jakarta: 2008

Nanang Priatna dan Tito Sukamto, Pengembangan Profesi Guru, Remaja


Rosdakarya, Bandung: 2013

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta; 2001

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta: 1998

Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman


Lapangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012

12

Anda mungkin juga menyukai