Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MENJUNJUNG TINGGI ETIKA GURU PROFESIONAL


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Guru

Dosen Pengampu : Fajar Sri Utami, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Tri Yuliana, 202133338

3I – PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SEMESTER GASAL

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah Menjunjung Tinggi Etika Guru Profesional dengan tepat
waktu. Tak lupa solawat dan salam kita curahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad
SAW, serta para keluarga, sahabat dan seluruh umatnya.

Kami berterima kasih kepada dosen pengampu Ibu Fajar Sri Utami, S.Pd.,M.Pd.
yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Isi dari makalah yang kami tulis ini
adalah mengenai materi memahami lebih dalam materi tersebut.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca, menambah wawasan ilmu
pendidikan khususnya bagi kita sebagai calon guru SD dan dapat di pahami oleh para
pembaca. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang
tertuang dalam makalah yang penulis buat ini. Untuk itu, kami meminta maaf atas
kekurangan tersebut, kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepanya.

Demak, 13 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………....1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………........2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….......3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….….....4

A. Latar Belakang…………………………………………………………............4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….…..…....5
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………..….5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….…….6

A. Definisi Etika Profesi Guru …...…………………………………...………….6


B. Etika dalam Profesi Keguruan……...……..……………….…………………..9
C. kompetensi guru profesional………………………………………………….10
D. Karakteristik Guru Professional………………………………………………11
E. upaya meningkatkan profesionalisme guru…………………………….……..13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………...…15

A. Kesimpulan………………………………………………………………….…….15

B. Saran……………………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..…16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara operasional, tujuan pendidikan prajabatan guru adalah pemilikan
wawasan, sikap, dan keterampilan sebagai warga Negara yang berpendidikan
tinggi. Penguasaan bahan ajaran, penguasaan dan pemahaman tentang segala hal
yang berhubungan dengan peserta didik, penguasaan teori dan keterampilan
keguruan, pemilikan kemampuan melaksanakan tugas professional dalam
hubungannya dengan latar kerjanya secara organisatoris.
Peranan profesi guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
diwujudkan oleh mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa
secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang seorang pendidik tidak
melakukan kewajibannya sebagai mana mestinya, seharusnya seorang guru
tugasnya sesuai UU Negara kita yang ada tujuh perannya yaitu mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak
didik. Namun dalam kenyataannya terkadang beberapa pendidik hanya
melakukan dua tugasnya yaitu mengajar dan mengevaluasi, hal ini cenderung
terjadi dan sangat meresahkan bagi seluruh lapisan anak didik baik di tingkat
SD, SMP, SMA, maupun tingkat yang lebih tinggi yaitu perkuliahan.
A. Disini peran etika profesi keguruan sangat penting yaitu yang memiliki
sasaran terhadap sikap keprofesionalan seorang guru yang harus mempunyai
empat kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran yang ahli dalam menyampaikannya. Berdasarkan hal tersebut,
penulis akan membahas terkait dengan guru professional yaitu; Etika Profesi
Guru, Etika dalam Profesi Keguruan, kompetensi guru profesional, Karakteristik
Guru Professional serta upaya meningkatkan profesionalisme guru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Etika guru professional?
2. Bagaimana Etika dalam Profesi Keguruan?
3. Apa saja kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru profesional?
4. Bagaimana karakteristik guru professional?
5. Bagaimana upaya meningkatkan profesionalisme guru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi guru professional
2. Untuk mengetahui Etika dalam Profesi Keguruan
3. Untuk mengetahui kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru profesional
4. Untuk mengetahui karakteristik guru professional
5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan profesionalisme guru
BAB II

PEMBAHASAN

B. Definisi Etika Profesi Guru


1. Etika

6. Secara etimologis
istilah etika berasal
dari bahasa Yunani
7. ethos
8.
9. yang artinya
kebiasaan, salah satu
cabang filsafat yang
dibatasi dengan
10. dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau
tidak, yang
11. baik atau tidak
baik, yang pantas atau
tidak pantas pada
perilaku
12. manusia (Ismani,
2001). Burhanuddin
(2000), berpendapat
bahwa etika
13. ialah suatu ilmu
yang membicarakan
masalah perbuatan atau
tingkah
14. laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik
dan mana yang jahat.
Octavia
15. (2020: 2) juga
berpendapat bahwa
etika merupakan
seperangkat sistem
16. nilai atau moral
manusia yang meliputi
tugas atau kewajiban
dan standar
17. perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
18. Menurut Mulyasana
(2019: 100) tujuan
etika adalah untuk
19. membentuk pribadi
anak, agar menjadi
manusia yang baik,
warga
20. masyarakat, dan
warga negara yang
baik. Adapun kriteria
manusia yang
21. baik, warga
masyarakat yang baik,
dan warga negara
yang baik bagi
22. suatu masyarakat
atau bangsa, secara
umum adalah nilai-
nilai sosial
23. tertentu, yang
banyak dipengaruhi
oleh budaya
masyarakat dan
24. bangsanya.
25. Berdasarkan uraian
di atas, dapat
disimpulkan bahwa
etika
26. merupakan filsafat
moral terkait nilai,
tingkah laku yang
menyelidiki mana
27. yang baik dan mana
yang benar. Yang
mana etika merupakan
sistem
28. prinsip-prinsip
kesusilaan dan moral
yang merupakan
“standard” atau
29. norma-norma
bertindak bagi orang-
orang dalam suatu
profesi, misalnya
30. dalam profesi
kedokteran, keguruan,
dan sebagainya.
31. Secara etimologis
istilah etika berasal
dari bahasa Yunani
32. ethos
33.
34. yang artinya
kebiasaan, salah satu
cabang filsafat yang
dibatasi dengan
35. dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau
tidak, yang
36. baik atau tidak
baik, yang pantas atau
tidak pantas pada
perilaku
37. manusia (Ismani,
2001). Burhanuddin
(2000), berpendapat
bahwa etika
38. ialah suatu ilmu
yang membicarakan
masalah perbuatan atau
tingkah
39. laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik
dan mana yang jahat.
Octavia
40. (2020: 2) juga
berpendapat bahwa
etika merupakan
seperangkat sistem
41. nilai atau moral
manusia yang meliputi
tugas atau kewajiban
dan standar
42. perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
43. Menurut Mulyasana
(2019: 100) tujuan
etika adalah untuk
44. membentuk pribadi
anak, agar menjadi
manusia yang baik,
warga
45. masyarakat, dan
warga negara yang
baik. Adapun kriteria
manusia yang
46. baik, warga
masyarakat yang baik,
dan warga negara
yang baik bagi
47. suatu masyarakat
atau bangsa, secara
umum adalah nilai-
nilai sosial
48. tertentu, yang
banyak dipengaruhi
oleh budaya
masyarakat dan
49. bangsanya.
50. Berdasarkan uraian
di atas, dapat
disimpulkan bahwa
etika
51. merupakan filsafat
moral terkait nilai,
tingkah laku yang
menyelidiki mana
52. yang baik dan mana
yang benar. Yang
mana etika merupakan
sistem
53. prinsip-prinsip
kesusilaan dan moral
yang merupakan
“standard” atau
54. norma-norma
bertindak bagi orang-
orang dalam suatu
profesi, misalnya
55. dalam profesi
kedokteran, keguruan,
dan sebagainya.
56. Secara etimologis
istilah etika berasal
dari bahasa Yunani
57. ethos
58.
59. yang artinya
kebiasaan, salah satu
cabang filsafat yang
dibatasi dengan
60. dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau
tidak, yang
61. baik atau tidak
baik, yang pantas atau
tidak pantas pada
perilaku
62. manusia (Ismani,
2001). Burhanuddin
(2000), berpendapat
bahwa etika
63. ialah suatu ilmu
yang membicarakan
masalah perbuatan atau
tingkah
64. laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik
dan mana yang jahat.
Octavia
65. (2020: 2) juga
berpendapat bahwa
etika merupakan
seperangkat sistem
66. nilai atau moral
manusia yang meliputi
tugas atau kewajiban
dan standar
67. perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
68. Menurut Mulyasana
(2019: 100) tujuan
etika adalah untuk
69. membentuk pribadi
anak, agar menjadi
manusia yang baik,
warga
70. masyarakat, dan
warga negara yang
baik. Adapun kriteria
manusia yang
71. baik, warga
masyarakat yang baik,
dan warga negara
yang baik bagi
72. suatu masyarakat
atau bangsa, secara
umum adalah nilai-
nilai sosial
73. tertentu, yang
banyak dipengaruhi
oleh budaya
masyarakat dan
74. bangsanya.
75. Berdasarkan uraian
di atas, dapat
disimpulkan bahwa
etika
76. merupakan filsafat
moral terkait nilai,
tingkah laku yang
menyelidiki mana
77. yang baik dan mana
yang benar. Yang
mana etika merupakan
sistem
78. prinsip-prinsip
kesusilaan dan moral
yang merupakan
“standard” atau
79. norma-norma
bertindak bagi orang-
orang dalam suatu
profesi, misalnya
80. dalam profesi
kedokteran, keguruan,
dan sebagainya.
81. Secara etimologis
istilah etika berasal
dari bahasa Yunani
82. ethos
83.
84. yang artinya
kebiasaan, salah satu
cabang filsafat yang
dibatasi dengan
85. dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau
tidak, yang
86. baik atau tidak
baik, yang pantas atau
tidak pantas pada
perilaku
87. manusia (Ismani,
2001). Burhanuddin
(2000), berpendapat
bahwa etika
88. ialah suatu ilmu
yang membicarakan
masalah perbuatan atau
tingkah
89. laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik
dan mana yang jahat.
Octavia
90. (2020: 2) juga
berpendapat bahwa
etika merupakan
seperangkat sistem
91. nilai atau moral
manusia yang meliputi
tugas atau kewajiban
dan standar
92. perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
93. Menurut Mulyasana
(2019: 100) tujuan
etika adalah untuk
94. membentuk pribadi
anak, agar menjadi
manusia yang baik,
warga
95. masyarakat, dan
warga negara yang
baik. Adapun kriteria
manusia yang
96. baik, warga
masyarakat yang baik,
dan warga negara
yang baik bagi
97. suatu masyarakat
atau bangsa, secara
umum adalah nilai-
nilai sosial
98. tertentu, yang
banyak dipengaruhi
oleh budaya
masyarakat dan
99. bangsanya.
100. Berdasarkan
uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa
etika
101. merupakan filsafat
moral terkait nilai,
tingkah laku yang
menyelidiki mana
102. yang baik dan
mana yang benar.
Yang mana etika
merupakan sistem
103. prinsip-prinsip
kesusilaan dan moral
yang merupakan
“standard” atau
104. norma-norma
bertindak bagi orang-
orang dalam suatu
profesi, misalnya
105. dalam profesi
kedokteran, keguruan,
dan sebagainya.
106. Secara etimologis
istilah etika berasal
dari bahasa Yunani
107. ethos
108.
109. yang artinya
kebiasaan, salah satu
cabang filsafat yang
dibatasi dengan
110. dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau
tidak, yang
111. baik atau tidak
baik, yang pantas atau
tidak pantas pada
perilaku
112. manusia (Ismani,
2001). Burhanuddin
(2000), berpendapat
bahwa etika
113. ialah suatu ilmu
yang membicarakan
masalah perbuatan atau
tingkah
114. laku manusia,
mana yang dapat dinilai
baik dan mana yang
jahat. Octavia
115. (2020: 2) juga
berpendapat bahwa
etika merupakan
seperangkat sistem
116. nilai atau moral
manusia yang meliputi
tugas atau kewajiban
dan standar
117. perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
Secara etimologis istilah
etika berasal dari bahasa
Yunani
ethos
yang artinya kebiasaan,
salah satu cabang filsafat
yang dibatasi dengan
dasar nilal moral
menyangkut apa yang
diperbolehkan atau tidak,
yang
baik atau tidak baik, yang
pantas atau tidak pantas
pada perilaku
manusia (Ismani, 2001).
Burhanuddin (2000),
berpendapat bahwa etika
ialah suatu ilmu yang
membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang
dapat dinilai baik dan mana
yang jahat. Octavia
(2020: 2) juga berpendapat
bahwa etika merupakan
seperangkat sistem
nilai atau moral manusia
yang meliputi tugas atau
kewajiban dan standar
perilaku seseorang,
kelompok dan profesi.
Secara etimologis istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya
kebiasaan, salah satu cabang filsafat yang dibatasi dengan dasar nilal moral
menyangkut apa yang diperbolehkan atau tidak, yang baik atau tidak baik, yang
pantas atau tidak pantas pada perilaku manusia. Burhanuddin (2000),
berpendapat bahwa etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana
yang jahat. Octavia (2020: 2) juga berpendapat bahwa etika merupakan
seperangkat sistem nilai atau moral manusia yang meliputi tugas atau kewajiban
dan standar perilaku seseorang, kelompok dan profesi.
Menurut Mulyasana (2019: 100) tujuan etika adalah untuk membentuk
pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara
umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika merupakan


filsafat moral terkait nilai, tingkah laku yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang benar. Yang mana etika merupakan sistem prinsip-prinsip kesusilaan
dan moral yang merupakan “standard” atau norma-norma bertindak bagi orang-
orang dalam suatu profesi, misalnya dalam profesi kedokteran, keguruan, dan
sebagainya.

2. Etika profesi
Etika profesi (professionalethics) adalah prinsip-prinsip atau norma-
norma kesusilaan dan moral yang merupakan “pedoman” bagi sikap dan
perilaku anggota-anggota profesi. Yang tercakup dalam perilaku etika
melingkupi segi-segi: 1) Pertanggungjawaban (responsibility), 2) Pengabdian
(dedication), 3) Kesetiaan (loyalitas), 4) Kepekaan (sensitivity), 5)
Persamaan (equality), 6) Kepantasan (equity).
Mengacu uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa etika profesi
keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan
“pedoman” bertindak bagi para anggota profesi di bidang keguruan, dalam
hal ini adalah para guru. Yang dimaksudkan dengan “guru” di sini, ialah
semua orang yang memiliki wewenang keguruan, yang bertanggung jawab
dalam pendidikan.
3. Prinsip Dasar Etika Profesi

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa etika profesi keguruan adalah


ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan “pedoman”
bertindak bagi para guru. Ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan inilah
yang mengatur bagaimana seharusnya guru itu bersikap, bertindak atau berbuat
secara profesional. Timbul pertanyaan, ketentuan-ketentuan moral atau
kesusilaan apakah yang dijadikan “pedoman” bagi perilaku para anggota
profesi keguruan itu. Octavia (2020) mengemukakan 2 prinsip dasar etika
profesi, yakni sebagai berikut:

1. Prinsip Universalistik
Yang dimaksudkan dengan prinsip etika ini, adalah yang sifatnya
universal bagi semua orang. Prinsip ini bertolak dari pandangan tentang
hakikat manusia itu. Secara filosofis dikatakan, bahwa manusia itu adalah
makhluk individu yang keberadaannya tidak terlepas daripada sesamanya
dari Tuhan Penciptanya. Inti dari manusia itu adalah kata-hati (conscience)
yang berfungsi sebagai instansi yang menimbang dan memutuskan apakah
sesuatu perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah di hadapan
sesamanya maupun dengan Tuhannya. Hal ini menyangkut tanggung
jawab, bukan hanya terhadap diri sendiri, melainkan juga terhadap sesama
manusia dan pada akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Prinsip Nasionalistik
Prinsip etika profesi keguruan nasionalistik, adalah yang sifatnya
nasional bagi guru-guru se Indonesia. Prinsip etika yang dimaksudkan
adalah “Pancasila”, dasar dan falsafah Negara serta “way of life” Bangsa
Indonesia termasuk para guru Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia,
para guru Indonesia dalam praktek profesionalnya haruslah Pancasilais,
berbuat atau bertindak sesuai dengan sila-sila Pancasila, yaitu (1)
Berketuhanan yang Maha Esa, (2) Berperikemanusiaan, (3) Berjiwa
nasional, dan (4) Demokratis, serta (5) Berkeadilan sosial.

C. Etika dalam Profesi Keguruan


Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu dalam
melaksanakan tugasnya guru harus memiliki etika. Sasaran Etika Profesi
Keguruan adalah:
1. Etika terhadap Peraturan Perundang-undangan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”
(PGRI,1973). Kebijaksanaan pendidikan di Indonesia dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Dalam
rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan
oleh aparatnya, yang meliputi antara lain: pembangunan gedung, pemerataan
kesempatan belajar melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan.
Karena itu guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Untuk menjaga
agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik
Guru Indonesia mengatur hal tersebut.
2. Etika Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peran organisasi profesi sebagai
wadah dan sranan pengabdian. Dalam dasar keenam dari Kode Etik ini
dengan gamblang juga dituliskan bahwa Guru secara pribadi dan bersama-
sama mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Dasar ini sangat tegas mewajibkan kepada seluruh anggota profesi guru
untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesi guru itu sendiri.
3. Etika terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial” Ini
berarti bahwa:
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dan lingkungan kerjanya,
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi.
4. Etika Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya
yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya, Ki Hajar
Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso
sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani. Dari kalimat
tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat
tersebut mempunyai makna:
a. Guru hendaknya memberi contoh yang baik untuk anak didiknya,
b. Guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya.
Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh
untuk mengubah prilaku peserta didik,
c. Hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman
siswa
5. Etika Guru Profesional TerhadapTempat Kerja
Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa
pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang
memadai secara merata dan bermutudi seluruh jenjang pendidikan. Jika ini
terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang
ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi
Pendidikan Nasional.
6. Etika Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru
akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Oleh
sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap
pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam
menyukseskan program yang telah disepakati, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
7. Etika Guru terhadap pekerjaan
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai profesional, guru
harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional
juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru
dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan
permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk secara
terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan mutu layanannya.
Secara profesional, guru tidak boleh merasa diri sudah sempurna dengan
ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus. Bagi guru,
belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi
adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya
yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan
menanganinya. Untuk meningkatkan mutu profesinya, secara formal guru
mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar,
atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dilakukan melalui menyimak
televisi, radio, koran.

D. Kompetensi Guru Professional


Sebagai pekerjaan yang profesional guru wajib memiliki kualifikasi
kompetensi dan sertifikasi. Adapun kualifikasi yang wajib dimiliki oleh guru
sebagaimana tertuang dalam pasal 8 meliputi kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagaimana tertuang dalam UU No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pada bab 4 bagian ke satu pasal 10 ayat (1) dijelaskan
bahwa kompetensi guru meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
siswa, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan
teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencermminkan keperibadian yang mantap dan stabil, berakhlak mulia,
dewasa, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik
3. Kompetensi Sosial
Dalam kaitannya dengan interaksi guru baik di kelas maupun diluar kelas
diperlukan kompetensi sosial. UUGD Pasal 10 Ayat 1 memberikan
penjelasan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa,
guru, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi sosial guru
diwujudkan dalam keseharian dengan bersikap inklusif, bertindak objektif,
serta tidak diskriminatif baik terhadap jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, maupun status sosial ekonomi tertentu.
4. Kompetensi Profesional
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Kompetensi profesionalguru merupakan kemampuan
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang meliputi
penguasaan pedagogik, pengetahuan, metodologi, manajemen, dan
sebagainya yang tercermin dalam kinerja di lingkungan pendidikan.

E. Karakteristik Guru Professional


Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk
memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh
pendidikan yang bermutu. Kedudukan guru sebagai agen pembelajaran berkaitan
dengan peran guru dalam pembelajaran, antara lain fasilitator, motivator,
pemacu, rekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Peran tersebut menuntut guru untuk mampu meningkatkankinerja dan
profesionalismenya seiring dengan perubahan dan tuntutan yang muncul
terhadap dunia pendidikan dewasa ini.
Pada dasarnya guru merupakan suatu pekerjaan yang profesional. Untuk
dapat melaksanakan tugas keprofesionalannya guru dituntut untuk memenuhi
syarat-syarat untuk menjadi guru profesional. Yaitu harus menempuh
pendidikan minimal S1, sehat jasmani dan rohani, memiliki ilmu dan kecakapan
yang memadai, serta seorang guru juga dituntut untuk memiliki keahlian atau
keterampilan yang dapat memudahkan mereka dalam melaksanakan tugas
pembelajarannya. Ibrahim Bafadal berpendapat bahwa dalam upaya untuk
meningkatkan mutu profesionalnya hendaknya seorang guru mempunyai ide,
serta pemikiran-pemikiran yang terbaik mengenai sebuah pembelajaran yang
harus dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran kepada siswa secara
maksimal dan sesuai dengan karakteristik serta kepribadian peserta didik agar
dapat mencapai tujuan pendidikan dengan baik dan terarah.
Karakteristik guru profesional antara lain:
1. Sehat Jasmani Rohani
Dalam menjalankan tugas pengajaran, kondisi fisik serta mental yang
memungkinkan dapat membuat seorang guru lebih mudah dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Karena, seorang pendidik
merupakan petugas lapangan dalam hal pendidikan sehingga kesehatan
jasmani adalah faktor yang akan menentukan lancar dan tidaknya proses
pendidikan. Guru yang menderita penyakit menular tentu akan sangat
membahayakan bagi peserta didik.
Sedangkan yang dimaksud dengan sehat rohani adalah menyangkut
masalah rohaniah yang sangat berhubungan dengan masalah moral yang
baik, luhur, dan tinggi. Seo.rang guru harus mempunyai moral yang baik
agar dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Sifat yang dimaksud dalam
moral atau budi luhur antara lain jujur, adil, bijaksana, pemaaf, tidak
mementingkan diri sendiri, serta menjauhi perbuatan tercela.
2. Menguasai Kurikulum
Seorang pendidik atau guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku atau yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Kurikulum yang dimaksud adalah serangkaian rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan, pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan adanya kurikulum ini
diharapkan seorang pendidik dapat mengetahui arah mengajar yang baik
sesuai dengan perkembangan pola pikir peserta didik.
3. Menguasai materi yang diajarkan
Dalam sebuah pembelajaran, penguasaan materi seorang pendidik sangat
berpengaruh pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Karena
apabila pendidik tidak menguasai materi yang dia sampaikan maka dalam
penyampaian materi atau informasi tidak dapat dilakukan secara efektif. Dan
dapat menghambat siswa dalam pemahaman materi yang dia ajarkan.
4. Terampil menggunakan berbagai metode pembelajaran
Metode pengajaran merupakan salah satu unsur penting dalam
penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik. Karena, dengan
metode dan strategi yang tepat dapat mendorong semangat peserta didik
untuk lebih giat dalam belajar dan juga dapat lebih mudah memahami apa
yang disampaikan oleh pendidik. Selain metode, kondisi, suasana kelas serta
psikologis anak juga harus diperhatikan oleh seorang pendidik.
5. Berperilaku yang baik
Perilaku yang baik merupakan salah satu syarat penting yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik. Karena, dengan adanya moral (perilaku baik)
pendidik mampu mengontrol kelakuan atau sikap saat mengajar sehingga
tidak adanya perbuatan atau sikap yang tidak diinginkan saat mengajar.
6. Memiliki Kedisiplinan yang baik
Seorang pendidik hendaknya disiplin dalam menjalankan tugas yang dia
jalankan. Seorang pendidik diharapkan juga dapat memanajemen waktu
secara tepat. Hal ini bertujuan agar kedisiplinan seorang guru dapat menjadi
teladan bagi peserta didiknya.

F. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru


Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak
hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja,
melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat
kepadanya. Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas,
keterampilan dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta keyakinan.
Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila
kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus
mau membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di
samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapan masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha
untuk melakukan 5 (lima) hal. Antara lain:
1. Memahami tuntutan standar profesi yang ada
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
3. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi;
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak
ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Etika profesi guru adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang
merupakan “pedoman” bertindak bagi para guru. Ketentuan-ketentuan moral
atau kesusilaan inilah yang mengatur bagaimana seharusnya guru itu bersikap,
bertindak atau berbuat secara profesional. Selain itu, Sebagai tenaga profesional,
guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu dalam melaksanakan tugasnya guru
harus memiliki etika.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah yang telah saya buat ini,
diharapkan mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap realitas dalam pembelajaran
dan semoga berguna bagi kita semua dengan baik dan benar. Apabila ada salah
kata atau salah ketik saya mohon maaf, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng A.S. (2022). Etika Profesi Guru

Burhanuddin, S. (2000). Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: Rineka
Cipta

Dr. Umar Sidiq, M.Ag,(2018). Etika Dan Profesi Keguruan. STAI Muhammadiyah
Tulungagung

Khadijah, I. (2022). Definisi Dan Etika Profesi Guru.

Mulyasana, D. (2019). Konsep Etika Belajar dalam Pemikiran Pendidikan Islam Klasik

Octavia, S. A. (2020). Etika Profesi Guru. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai