Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Etika Profesi Guru Dalam Menjawab Tantangan Moralitas Bangsa

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Etika Politik Pendidikan Islam

Dosen pembimbing :

M. Saini, M.A

Disusun oleh kelompok 13:

1. Charisuddin Ruba’i
2. Mahmudah

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
(STAIM)
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat
dan karuniaNya kepada kita yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan dan
mengumpulkan informasi untuk mencapai pembuatan makalah dengan mudah.Makalah ini
disusun untuk mengetahui dan menambah informasi tentang Etika Profesi Guru dalam
Menjawab Tantangan Moralitas Bangsa. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Etika Politik Pendidikan Islam di STAIM.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Saini, M. A.,selaku dosen
pembimbing, yang telah memberikan kami tugas yang dapat mengasah kemampuan berfikir
kami dan menambah wawasan kami. Kepada kedua orang tua yang telah mendidik dan
membimbing kami agar menjadi anak yang soleh dan solehah, kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini serta sumber informasi ( buku referensi
dan website ) yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan untuk membuat makalah ini menjadi lebih sempurna.

Nglawak, 28 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Pengertian Etika ..................................................................................................... 2
B. Pengertian Profesionalisme Guru ........................................................................... 3
C. Tantangan Profesionalisme Guru ........................................................................... 4
D. Profesi Guru dalam Menjawab Tantangan Bangsa ................................................ 6
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 7
Kesimpulan ................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Profesionalisme guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung
profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara
terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Profesionalisme guru menghadapi
problematika pendidikan yang masih banyak terjadi di negeri ini seperti, sistem yang
berubah-ubah dan SDM yang masih kalah dengan negara-negara tetangga. Tantangan
profesinalisme guru kedepan adalah perkembangan teknologi informasi, desentralisasi
dan sentralisasi pendidikan, dan pasar bebas ASEAN.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan
individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi tuntutan
sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya. Pengertian pendidikan
seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks
pendidikan seyogyanya terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan
individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika?
2. Apa pengertian Profesionalisme Guru?
3. Bagaimana Tantangan Profesionisme Guru?
4. Bagaimana Profesi Guru dalam Menjawab Tantangan Bangsa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui pembagian Profesionalisme Guru
3. Untuk mengetahui Tantangan Profesionisme Guru
4. Untuk mengetahui Profesi Guru dalam Menjawab Tantangan Bangsa

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara
umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan
dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku
yang sebaik- baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan
adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik
sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya
suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling
menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dsb.
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral
yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan
yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat,
disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai
landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan etika
kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan sehingga menghasilkan
kualitas pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan produktif.
Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan
itu dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut di atas.
Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut kode etik. Kode etik akan
menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan tugas-tugas
pekerjaan. Dengan kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan dikontrol.,
dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus menghormati,
menghayati, dan mengamalkan isi dari semua kode etik yang telah disepakati
bersama. Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua
anggota akan merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-
tugasnya.1

1
Rita Mariyana, Etika Profesi Guru , 11
2
B. Profesionalisme Guru
Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan
sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk
bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesi.
Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan
sekaligus sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor
profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung
profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara
terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Pemahaman secara scientific
profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat bahwa suatu profesi harus
dilksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada profesionalisme (Wirawan:
2003).
Tuntutan keprofesionalan suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan sejumlah
persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang memangku jabatan tersebut.
Howsam dalam Mantja (2007:219) mengidentifikasi suatu profesi sebagai berikut:
1. Seseorang professional menggunakan waktu sepenuhnya untuk menjalankan
pekerjaanya
2. Terikat dengan panggilan hidup dan di dalam hal tersebut memerlukan
seperangkat norma kepatuhan dan perilaku
3. Menjadi anggota professional yang formal
4. Menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar spesialisasi
atau pendidikan yang sangat khusus
5. Terikat oleh syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi dan pengabdian
6. Memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknik yang tinggi.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. hal
tersebut sebagai penterjemahan Pasal '42 UU RI Tahun 2003 yang menjelaskan syarat
bagi pendidik yang harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
3
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara itu menurut Mantja (2007:218)
kualifikasi guru yang diperlukan dalam satu era pembangunan adalah mereka yang
mampu dan siap berperan secara professional dalam dua lingkungan besar, yaitu
sekolah dan masyarakat.2

C. Tantangan Profesionalisme Guru


Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi
teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan
secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan
mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan
secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu.
Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai
alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk itu,
perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu
pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi pendidikan di
lapangan.
Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa depan.
Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani
kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya
(keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk
mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat
menghasilkan generasi masa depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah
bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat cukup pengetahuannya dan
kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan
konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan berubah secara
drastis.
Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang tepat (sebagai
bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan
dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara
konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki

2
W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran.
(Malang : Elang Mas. 2007), 218
4
secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi
tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan.
Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan
mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis
teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan harus
dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan
mutu pendidikan kita.3
Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan
moral dan budi pekerti anak antara lain sebagai berikut:
1. Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan
tantangan tersendiri dimana informasi baik positif maupun negatif dapat langsung
diakses dalam kamar/rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam penanaman
agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi pekerti) hal itu akan
berdampak negatif jika tidak di saring dengan benar.
2. Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-
tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.
3. Moral para pejabat/birokrat yang memang suda amat melekat seperti “koruptor”,
curang/tidak jujur, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, dan lain-lain ikut
menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan, diragukan
ketulusan dan keseriusan diimplementasikan secara benar.
4. Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budi pekerti ke
dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit. Ini terjadi karena ternyata tidak
semua guru dapat mengaplikasikan model integrated learning tersebut ke dalam
mata pelajaran lain yang sedang diajarkannya atau yang diampunya.4

3
Aziz Shofi Nurdiansyah, Profesionalisme Guru Dan Tantangan Kedepan Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Pada Era Global, 6
4
https://goenable.wordpress.com/2013/12/21/tantangan-pendidikan-moral-di-
eraglobalisasi/goenable.wordpress.com

5
D. Profesi Guru dalam Menjawab Tantangan Bangsa
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari
guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai
masalah dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan
kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap
kualitas pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar
Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru
sudah berkembang dengan pesat.
Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan
prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru,
misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi
informasi saat ini merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan tersebut tentunya
berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan mampu beradaptasi
dengan perkembangan tersebut.
Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam pendidikan
mampu beradaptasi pula. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus
mampu beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan
minat guru terhadap teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang
mengharuskan guru berhubungn langsung dengan teknologi informasi. Sebagai
contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran
menggunakan media teknologi.
Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi
informasi, tentunya juga haru didukung sarana yang memadai dari sekolah.
Pengembangan kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) yang perlu disaiapkan adalah kepemimpinan, public speaking, penguasaan
bahasa asing, dan jaringan. Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka
akan mudah guru untuk menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari
negara anggota MEA serta mempunyai profesionalisme yang baik dalam
bekerja.Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan pasti memerlukan
dana yang tidak sedikit

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan


tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika
dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
2. Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada derajat
penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai
profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme
juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan
standar yang tinggi dan kode etik profesi.
3. Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan
peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi
akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya
sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu
memfasilitasi seseorang untuk belajar. Teknologi mempunyai gagasan mereformasi
sistem pendidikan masa depan.
4. Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas, perbaikan
dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam
kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini
merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat pada saat ini. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus
mampu beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan
minat guru terhadap teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang
mengharuskan guru berhubungn langsung dengan teknologi informasi. Sebagai
contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran
menggunakan media teknologi.

7
Daftar Pustaka
Mariyana, Rita, Etika Profesi Guru
Mantja, W., 2007, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran.
Malang : Elang Mas.
Nurdiansyah, Aziz Shofi, Profesionalisme Guru Dan Tantangan Kedepan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Pada Era Global
https://goenable.wordpress.com/2013/12/21/tantangan-pendidikan-moral-di-
eraglobalisasi/goenable.wordpress.com (di aksses pada minggu 27 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai