Anda di halaman 1dari 35

Dasar Hukum, Perbedaan dan Penggunaan Pengukuran,

Assesmen dan Evaluasi dalam pembelajaran kurikulum 2013

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi dengan dosen pengampu Ibu Dr. Murni Sapta Sari, M.Si

Disusun oleh Kelompok I /Offering C

Hanina Salmah (190341764445)

Nur Annisa (190341864424)

Samsul Arifin (190341864410)

Wiji Astutik (190341864425)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi dengan judul “Dasar Hukum, Perbedaan dan Aplikasi
Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi dalam pembelajaran kurikulum 2013” tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Murni Sapta Sari, M.Si
selaku dosen pengampu matakuliah Pengembangan Penilaian Pembelajaran
Biologi, yang telah membantu dalam berbagai hal sehingga tugas makalah ini
dapat selesai dengan baik.
Walaupun pikiran dan pengetahuan yang penulis miliki telah sepenuhnya
penulis kerahkan dalam penyelesaian tugas makalah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi ini, penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih
memiliki kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 29 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sammpul ................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Makalah ...............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Hukum Dasar Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi .........................................3
2.2 Perbedaan Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi .............................................14
2.3 Penggunaan pengukuran, assesmen dan evaluasi dalam kurikulum 2013 .......20
BAB II PENUTUP .............................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................27
3.2 Saran ................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................28
Lampiran ................................................................................................................29

iii
ABSTRAK

Pendidikan Nasional terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang


pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan kurikulum, dengan lahirnya
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkosntribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi adalah rangkaian proses
yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Oleh karena itu,
pelaksanaannya diatur dalam dasar hukum yang tersusun secara jelas yaitu
Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan
Permendikbud nomor 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah yang di
dalamnya mengatur ketentuan umum, lingkup penilaian, tujuan penilaian,
prinsip penilaian, bentuk penilaian, prosedur penilaian, instrumen penilaian,
ketentuan umum Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, bahan Ujian Sekolah.
Ujian Sekolah Berstandar Nasional dan Ujian Nasional hingga kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.

Kata Kunci : Dasar Hukum, Pengukuran, Assesmen, Evaluasi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Nasional terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam
bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan kurikulum, dengan
lahirnya Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkosntribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia.

Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai


komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan
(kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat
kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan
termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif.
Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan
Indonesia lebih baik (Noelaka, 2017).
Selain perubahan kurikulum, perubahan dan penambahan dasar hukum
tentang proses penyelenggaraan pendidikan juga terus mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut harus selalu diikuti oleh semua orang yang terlibat dalam
dunia pendidikan termasuk guru dan dosen sebagai salah satu bagian penting pada
proses belajar mengajar. Pengajar memiliki peran penting dalam penerapan dasar
hukum yang telah ditetapkan pemerintah khususnya dibagian penilaian. Penilaian
yang dilakukan dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan proses
pembelajaran ke depannya.

Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah makalah ini untuk


mempelajari tentang dasar hukum pengukuran, asesmen dan evaluasi serta
perbedaan dan penerapannya dalam pembelajaran kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1
1) Bagaimana dasar hukum pengukuran, assesmen dan evaluasi?
2) Apa perbedaan pengukuran, assesmen dan evaluasi?
3) Bagaimana penggunaan pengetahuan tentang pengukuran, assesmen dan
evaluasi dalam kurikulum 2013?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang timbul akibat permasalahan di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami Dasar Hukum pengukuran, assesmen
dan evaluasi
2. Untuk mengetahui dan memahami Perbedaan pengukuran, assesmen dan
evaluasi
3. Untuk mengetahui dan memahami Penggunaan pengetahuan tentang
pengukuran, assesmen, dan evaluasi dalam kurikulum 2013

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah sebagai berikut.
1. Untuk Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa yang
membaca makalah ini terkait tentang Dasar Hukum, Perbedaan dan
Penggunaan Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi dalam pembelajaran
kurikulum 2013.
2. Untuk Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis karena telah berusaha
mengumpulkan berbagai macam referensi mengenai Dasar Hukum,
Perbedaan dan Penggunaan Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi dalam
pembelajaran kurikulum 2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi


2.1.1 Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi
1) Ketentuan Umum
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor
23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan pasal 1 menjelaskan
mengenai ketentuan umum standar penilaian pendidikan. Ketentuan umum
tersenbut adalah:
a. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
b. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
c. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
d. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses
Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
Peserta Didik.
e. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
f. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang
mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan.

3
2) Lingkup Penilaian
Lingkup penilaian yang ditentukan dalam pendidikan diatur dalam
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun
2016 tentang standar penilaian pendidikan pasal 2 dan 3 sebagai berikut:
a. Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
terdiri atas:
1) penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
b. Pasal 3
1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah meliputi aspek: a. sikap; b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.
3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik.
4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu.
5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan/atau Pemerintah.

3) Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan pasal 4 sebagai berikut:

4
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu.

4) Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan pasal 5 sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.

5
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

5) Bentuk Penilaian
Bentuk penilaian diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan pasal 6, 7, dan 8 sebagai berikut:
a. Pasal 6
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk: a. mengukur
dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik; b. memperbaiki
proses pembelajaran; dan c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar
harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun. dan/atau kenaikan
kelas.
3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang
dimaksud pada pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Direktorat
Jenderal terkait.
b. Pasal 7
1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk
ujian sekolah/madrasah.
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk penentuan kelulusan dari
satuan pendidikan.
3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan
pendidikan dan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk melakukan perbaikan dan/atau
penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan
sebagai mana yang dimaksud pada ayat (3), satuan pendidikan

6
menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau
kenaikan kelas peserta didik.
c. Pasal 8
1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian
Nasional dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional
digunakan sebagai dasar untuk:
- pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
- pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
- pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
6) Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar
penilaian pendidikan pasal 9, sebagai berikut:
a. Pasal 9
1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
- mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
- mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan;
- menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
- mendeskripsikan perilaku peserta didik.
2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
- menyusun perencanaan penilaian;
- mengembangkan instrumen penilaian;
- melaksanakan penilaian;
- memanfaatkan hasil penilaian; dan
- melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-
100 dan deskripsi.
3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
- menyusun perencanaan penilaian;
- mengembangkan instrumen penilaian;

7
- melaksanakan penilaian; d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
- melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-
100 dan deskripsi.
b. Pasal 13
1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik
dilakukan dengan urutan:
- menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah
disusun;
- menyusun kisi-kisi penilaian;
- membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
- melakukan analisis kualitas instrumen;
- melakukan penilaian;
- mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
- melaporkan hasil penilaian; dan
- memanfaatkan laporan hasil penilaian.
2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
- menetapkan KKM;
- menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
- menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
- melakukan analisis kualitas instrumen;
- melakukan penilaian;
- mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
- melaporkan hasil penilaian; dan
- memanfaatkan laporan hasil penilaian.
3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan
urutan:
- menyusun kisi-kisi penilaian;
- menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
- melakukan analisis kualitas instrumen;
- melakukan penilaian;
- mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;

8
- melaporkan hasil penilaian; dan
- memanfaatkan laporan hasil penilaian.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan
Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

7) Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar
penilaian pendidikan pasal 14 sebagai berikut:
a. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
b. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
c. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti
validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan
antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

8) Ketentuan Umum Ujian Sekolah dan Ujian Nasional


Ketentuan umum ujian sekolah dan ujian nasional diatur dalam peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor 4 tahun 2018
tentang penilaian hasil belajar pasal 1 sebagai berikut:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang
meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar
Teologi Kristen (SDTK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah

9
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah
Menengah Pertama Teologi Kristen (SMPTK), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK), Sekolah
Menengah Agama Katolik (SMAK), Sekolah Menengah Teologi Kristen
(SMTK), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK), dan
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan Program Paket A/Ula, Paket
B/Wustha, dan Program Paket C/Ulya.
b. Pendidikan Kesetaraan adalah pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan Program Paket A/Ula setara SD/MI,
Program Paket B/Wustha setara SMP/MTs dan Program Paket C/Ulya
setara SMA/MA.
c. Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
d. Ujian Sekolah selanjutnya disingkat US adalah kegiatan pengukuran dan
penilaian kompetensi peserta didik yang dilakukan satuan pendidikan
terhadap standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran yang tidak
diujikan dalam USBN dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan pada
SD/MI/SDTK dan Program Paket A/Ula.
e. Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disingkat USBN
adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi peserta didik yang
dilakukan Satuan Pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar.
f. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah kegiatan
pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu
secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
g. UN untuk Pendidikan Kesetaraan adalah kegiatan pengukuran dan
penilaian penyetaraan pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran
tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi

10
Lulusan pada Program Paket B/Wustha setara SMP/MTs dan Program
Paket C/Ulya setara SMA/MA.
h. Nilai Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disebut Nilai
USBN adalah nilai yang diperoleh peserta didik melalui USBN.
i. Nilai Ujian Nasional yang selanjutnya disebut Nilai UN adalah nilai yang
diperoleh peserta didik melalui UN.
j. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BSNP
adalah badan mandiri dan profesional yang bertugas mengembangkan,
memantau, dan mengendalikan Standar Nasional Pendidikan.
k. Program Ula adalah pendidikan dasar 6 (enam) tahun pada Pondok
Pesantren Salafiyah setingkat Program Paket A dengan kekhasan
pendalaman pendidikan agama Islam.
l. Program Wustha adalah pendidikan dasar 3 (tiga) tahun pada Pondok
Pesantren Salafiyah setingkat Program Paket B dengan kekhasan
pendalaman pendidikan agama Islam.
m. Program Ulya adalah pendidikan menengah 3 (tiga) tahun pada Pondok
Pesantren Salafiyah setingkat Program Paket C dengan kekhasan
pendalaman pendidikan agama Islam.
n. Kisi-Kisi Ujian adalah acuan untuk mengembangkan dan merakit naskah
USBN dan UN yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku.Sertifikat
Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disebut SHUN adalah surat
keterangan yang berisi Nilai UN serta tingkat capaian Standar Kompetensi
Lulusan yang dinyatakan dalam kategori.
o. Sertifikat Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat SHUN adalah
surat keterangan yang berisi Nilai UN serta tingkat capaian Standar
Kompetensi Lulusan yang dinyatakan dalam kategori.
p. Prosedur Operasi Standar Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang
selanjutnya disingkat POS USBN adalah ketentuan yang mengatur
penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan USBN.

11
q. Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat POS
UN adalah ketentuan yang mengatur penyelenggaraan dan teknis
pelaksanaan UN.

9) Bahan Ujian Sekolah, Ujian Sekolah Berstandar Nasional dan Ujian


Nasional
Bahan ujian sekolah, ujian sekolah berstandar nasional dan ujian nasional
diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia
nomor 4 tahun 2018 tentang penilaian hasil belajar pasal 10, 11, 12, dan 13
sebagai berikut:
a. Pasal 10
Kisi-kisi ujian merupakan acuan dalam pengembangan dan perakitan
naskah soal ujian yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku. Kisi-kisi
USBN dan UN ditetapkan oleh BSNP.

b. Pasal 11
1) Naskah USBN terdiri atas: a. sejumlah 20% (dua puluh persen) sampai
dengan 25% (dua puluh lima persen) butir soal disiapkan oleh
Kementerian; b. sejumlah 75% (tujuh puluh lima persen) sampai
dengan 80% (delapan puluh persen) butir soal disiapkan oleh guru pada
Satuan Pendidikan dan dikonsolidasikan di Kelompok Kerja Guru
(KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Forum Tutor, dan
Kelompok Kerja Guru Pondok Pesantren Salafiah (Pokja PPS).
2) Naskah USBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mata
pelajaran pendidikan agama dan pendidikan keagamaan disiapkan oleh
Kementerian Agama dan Satuan Pendidikan. Naskah USBN SDLB,
SMPLB dan SMALB disiapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
kisi-kisi yang ditetapkan BSNP.
3) Naskah ujian untuk mata pelajaran Penghayat Kepercayaan disusun
oleh satuan pendidikan. berkoordinasi dengan majelis penghayat yang
bersangkutan.
4) Naskah US disiapkan oleh Satuan Pendidikan.

12
c. Pasal 12
1) Penggandaan naskah US dilakukan oleh satuan pendidikan.
2) Penggandaan bahan USBN dilakukan oleh Satuan Pendidikan, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, atau Dinas Pendidikan Provinsi/Kantor
Wilayah Provinsi Kementerian Agama. (3)
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penggandaan naskah
USBN diatur dalam POS USBN.
d. Pasal 13
1) Penggandaan dan distribusi bahan UN berbasis kertas dilakukan oleh
Pemerintah.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan pendistribusian
bahan UN berbasis kertas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
10) Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan
Kelulusan Peserta didik dari satuan pendidikan diatur dalam peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor 4 tahun 2018
tentang penilaian hasil belajar pasal 19, 20, dan 21, sebagai berikut:

a. Pasal 19
(1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus ujian satuan/program pendidikan.
(2) Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh satuan/program pendidikan yang bersangkutan.
b. Pasal 20
(1) Penyelesaian seluruh program pembelajaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf a, untuk peserta didik:
a. SD/MI/SDTK dan SDLB apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas I sampai kelas VI.
b. SMP/MTs/SMPTK dan SMPLB apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas VII sampai dengan kelas IX;

13
c. SMA/MA/SMTK/SMAK, SMALB, dan SMK/MAK program 3
(tiga) tahun apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas X
sampai dengan kelas XII;
d. SMK/MAK program 4 (empat) tahun apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XIII;
e. SMP/MTs/SMPTK dan SMA/MA/SMTK/SMAK yang
menerapkan SKS apabila telah menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang dipersyaratkan; atau
f. Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, dan Program
Paket C, apabila telah menyelesaikan keseluruhan kompetensi
masing-masing program.
(2) Satuan Pendidikan yang menerapkan SKS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e harus memiliki izin dari Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
c. Pasal 21
(1) Peserta didik yang dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan
diberikan ijazah.
(2) Ketentuan mengenai ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2 Perbedaan Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi


2.2.1 Pengukuran
Menurut Poerwanti (2001) Secara sederhana pengukuran dapat diartikan
sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada
suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu
berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur
standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran
subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan

14
hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan
proses dan hasil belajar tersebut.
Menurut Calongesi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan membaca atau
mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar
apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran (Measurement)
merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka.
Pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk menggunakan bilanganbilangan
pada suatu objek tertentu untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada objek
tersebut. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasi-informasi atau data yang
dinyatakan dalam bentuk angkat maupun uraian yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan.
Menurut Mardapi (2003), pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan
penentuan angka bagi suatu objek secara sitematik. Penentuan angka ini
merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Dalam
menentukan karakteristik seorang individu, pengukuran yang dilakukan harus
sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil. Pada prinsipnya, alat ukur
yang digunakan harus memiliki bukti kesahihan dan kehandalan. Pengukuran
yang bersifat kuantitatif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Pengukuran yang dapat dilakukan bukan untuk menguji sesuatu. Contohnya
pengukuran yang dilakukan oleh tukang kayu untuk membuat meja, kursi,
lemari dan sebagainya.
b. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu. Contohnya pengukuran
untuk menguji daya tahan baterai, pengukuran untuk menguji kekuatan aspal
terhadap tekanan berat dan lain sebagainya.

15
c. Pengukuran yang digunakan untuk menilai yang dilakukan dengan menguji
sesuatu. Contohnya mengukur kemampuan siswa yang dilakukan dengan
menguji siswa dengan bentuk tes.
2.2.2 Assesmen/Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi/bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikandan menginterpretasikan bukti-bukti hasil
pengukuran (permendikbud, 2014). Menurut Poerwanti (2001), penilaian dapat
diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang
dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang
menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun
kebijakan-kebijakan sekolah. Angka 50, 75, atau 175 yang diperoleh dari hasil
pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum
dapat memberikan makna apaapa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari
apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut dengan skor mentah.
Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan dengan
kriteria atau patokan tertentu.
Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses penentuan
informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan
pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari
kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian

16
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat
hal, yaitu ( Mardapi,2003):
a. Penelusuran, yaitu kegiatan yang telah dilakukan untuk menelusuri apakah
proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.
Pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau tahun
pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran
tentang pencapaian kemajuan belajar.
b. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat
kekurangankekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran.
Pendidik berusaha untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan
peserta didiknya, apa yang telah dikuasainya dan apa pula yang belum.
c. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Pendidik akan segera
mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang tmbul selama proses
belajar berlangsung.
d. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar
yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi pendidik untuk
mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Hasil
penyimpulan ini juga dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan
belajar peserta didik.

2.2.3 Evaluasi
Menurut Poerwanti (2001) Evaluasi adalah proses pemberian makna atau
penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari
proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses
pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria
ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas
keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan
berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah

17
ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian
Acuan Patokan atau Penilaian Acua Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang
ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan
kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain Acuan Norma/ Penilaian
Acuan Relatif (PAN/PAR)
Evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil
pengukuran. Calongesi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan
sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.
Kumano (2001), mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan makna atau
pengertian pengukuran, asesmen dan evaluasi tetapi ketiganya berhubungan.
Adapun perbedaan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi dapat dijabarkan
sebagai berikut.

Pengukuran Sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti


memberi angka pada obyek pengukur atau objek ukur. Hasil
data diperoleh dari kegiatan pengukuran ini adalah data
kuantitatif.
Karakteristik suatu pengukuran antara lain adalah memberi
angka terhadap sesuatu yang disebut obyek secara sistematis,
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris, dalam
bidang pendidikan yang kaitannya dengan tes, dan bersifat
kuantitatif (bergerak dengan angka)
Penilaian Proses membandingkan suatu obyek dengan mengacu pada
patokan-patokan tertentu, seperti baik atau buruk, memadai
atau tidak, memenuhi syarat dan sebagainya. Hasil data yang
diperoleh dari kegiatan penilaian ini adalah data kualitatif
(kualitas suatu objek).
Evaluasi - Suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan atau program telah
tercapai.

18
- Penafsiran atas pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah
tujuan atau nilai-nilai yang telah diterapkan dalam kurikulum.
- Proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah diterapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan
keputusan atas obyek yang telah dievaluasi.

Rustaman (2003) asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses.


Sementara evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat pada
keberpihakannya, menurut stiggins (1994) asesmen lebih berpihak pada
kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk
merefleksi kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi
menurut rustaman (2003) lebih berpihak pada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan terdapat perbedaan antara evaluasi
dan asesmen dalam hal metode. Evaluasi merupakan penilaian program
pendidikan secara menyeluruh. Eveluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas,
dan menyeluruh. Sementara itu asesmen penilaian dalam scope yang lebih sempit
(mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Scope asesmen hanya mencakup
kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi hubungannya lebih
kepeserta didik. Sedangkan Pengukuran (measurement) merupakan proses yang
mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Dengan demikian, pengukuran dalam
bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan
suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif
(Arikuntoro & Jabar, 2004).

19
2.3 Pengukuran, assesmen dan evaluasi dalam pembelajaran kurikulum
2013
2.3.1 Pengukuran dalam pembelajaran kurikulum 2013
Pengukuran merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh
informasi data kuantitatif baik data yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun
uraian yang akurat, relevan, dan dapat dieprcaya terhadap atribut yang diukur
dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.
Pengukuran yang digunakan untuk menilai yang dilakukan dengan menguji
sesuatu. Contohnya mengukur kemampuan siswa yang dilakukan dengan menguji
siswa dengan bentuk tes. Skor yang diperoleh siswa merupakan hasil pengukuran.
Jadi mengukur pada hakikatnya adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan
atau atas dasar ukuran tertentu. Pengukuran ini sifatnya kuantitatif, pengukuran
yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, misalnya:
pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan,
panjan kaki, lebar bahu, ukuran pinggang dan lain sebagaianya.
2. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya: pengukuran
untuk menguji daya tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk
menguji daya tahan nyala lampu pijar, dan sebagainya.
3. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu,
misalnya : mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi
nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil
belajar. Pengukuran inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidikan
(Sudijono, 2011).
Dengan kata lain, pengukuran adalah tindakan membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran tertentu atau suatu kegiatan untuk mendapatkan
informasi/data secara kuantitatif (Nofiyanti, et al, 2008). Data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka, analis data kuantitatif berpendapat, kalau data ada
ia akan berupa jumlah dan dapat diukur (Tayibnapis, 2000). Menurut Widiyanto
(2018), dalam mengambil data secara kuantitatif ada beberapa kriteria, yaitu :

20
1. Kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan Kriteria yang disusun hanya dengan
memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa dan
dilakukan dengan membagi rentangan bilangan (Widiyanto, 2018).
Contoh :
Kondisi maksimal yang diharapkan untuk prestasi belajar diperhitungkan
100%. Jika penyusunan menggunakan lima kategori nilai maka antara 1%
dengan 100% dibagi rata sehingga menghasilkan kategori sebagai berikut:
a. Nilai 5 (baik sekali), jika mencapai 81–100 %
b. Nilai 4 (baik), jika mencapai 61–80 %
c. Nilai 3 (cukup), jika mencapai 41–60 %
d. Nilai 2 (kurang), jika mencapai 21–40 %
e. Nilai 1 (kurang sekali), jika mencapai 0–21 %
2. Kriteria kuantitatif dengan pertimbangan Ada kalanya beberapa hal kurang
tepat jika kriteria kuantitatif dikategorikan dengan membagi begitu saja
rentangan yang ada menjadi rentangan sama rata.
Contoh :
Nilai di beberapa perguruan tinggi untuk menentukan nilai dengan huruf A,
B, C, D dan E. Bagaimana menentukan nilai untuk masing-masing huruf
mengacu pada peraturan akademik berdasarkan besarnya presentase
pencapaian tujuan belajar sebagai berikut :
a. Nilai A : rentang 80–100 %
b. Nilai B : rentang 66–79 %
c. Nilai C : rentang 56–65 %
d. Nilai D : rentang 40–55 %
e. Nilai E : kurang dari 40 %

2.3.2. Penilaian dalam pembelajaran kurikulum 2013

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pengumpulan informasi tersebut
ditempuh melalui berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai instrumen,
dan berasal dari berbagai sumber.Penilaian harus dilakukan secara efektif. Oleh
karena itu, meskipun informasi dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan

21
berbagai upaya, tapi kumpulan informasi tersebut tidak hanya lengkap dalam
memberikan gambaran, tetapi juga harus akurat untuk menghasilkan keputusan.
Pengumpulan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik memerlukan
metode dan instrumen penilaian, serta prosedur analisis sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan KD


sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Guna
mengetahui ketercapaian KD pendidik harus merumuskan sejumlah indikator
sebagai acuan penilaian. Pendidik atau sekolah juga harus menentukan kriteria
untuk memutuskan seorang peserta didik sudah mencapai KKM atau belum.
Penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses
belajar. Peserta didik juga mulai dilibatkan dalam proses penilaian terhadap
dirinya sendiri sebagai sarana untuk berlatih melakukan penilaian diri.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Kurikulum 2013 yang


diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum
2013 menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas, yang diharapkan akan
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Hal ini
berimplikasi pada pelaksanaan penilaian yang meliputi penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yang dilakukan menggunakan berbagai cara,
antara lain observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, tes tertulis, tes lisan,
penugasan, penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio. Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada
empat hal, yaitu (Mardapi, 2008):

a. Penelusuran, yaitu kegiatan yang telah dilakukan untuk menelusuri apakah


proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.
Pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau tahun
pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran
tentang pencapaian kemajuan belajar.
b. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-
kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Pendidik berusaha

22
untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan peserta didiknya, apa
yang telah dikuasainya dan apa pula yang belum.
c. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Pendidik akan segera
mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang tmbul selama proses
belajar berlangsung.
d. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar
yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi pendidik untuk
mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Hasil
penyimpulan ini juga dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan
belajar peserta didik.
Mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik digambarkan pada bagan
berikut:

1. Perencanaan Penilaian
Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi-kisi yang memuat
indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian meliputi pemilihan metode
dan teknik penilaian, serta pemilihan bentuk instrumen penilaian.
2. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian kepada peserta didik.
Penilaian dilaksanakan dalam suasana kondusif, tenang dan nyaman dengan
menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh,
menggunakan acuan kriteria, dan akuntabel.
3. Analisis hasil penilaian
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah
menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu

23
membandingkan hasil penilaian masing-masing peserta didik dengan standar
yang telah ditetapkan. Untuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik hasil
penilaian masing-masing peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis
ini bermanfaat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
peserta didik, serta untuk memperbaiki pembelajaran.
4. Tindak Lanjut
Pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum tuntas
untuk hasil ulangan harian dan memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta
didik yang telah tuntas.
5. Pelaporan Hasil Penilaian
Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar peserta
didik.
2.2.3 Evaluasi dalam pembelajaran kurikulum 2013
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis yang dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi dari program yang bersangkutan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus menerus dari setiap
program, karena tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui kapan, dimana, dan
bagaimana perubahan-perubahan akan dibuat. Evaluasi tidak hanya terbatas dalam
menggambarkan pengertian untuk menggambarkan status seseorang dibandingkan
dengan anggota kelompok lainnya. Tetapi yang lebih penting, evaluasi
dilaksanakan dalam rangka menggambarkan kemajuan yang dicapai oleh
seseorang. Karena itu evaluasi harus dipahami sebagai bagian yang integral dari
penyelenggaraan sebuah program, yang selalu berawal dari pemahaman terhadap
peserta didik.
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat untuk proses produksi, dan
calon peserta didik diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari
sekolah itu hampir sama dengan pruduk hasil olahan yang sudah siap digunakan
disebut juga dengan ungkapan transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat transformasi sebagai
berikut (Hidayat, 2015).

24
a. Input : adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi.
Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah
calon peserta didik yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki
sesuatu tingkat sekolah (institusi) calon peserta didik itu dinilai dahulu
kemampuannya.
Dengan penelitian itu diketahui apakah kelak akan mampu mengikuti
pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
b. Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud
dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang
menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai tranformasi. Bahan jadi yang
diharapkan dalam hal ini peserta didik lulusan sekolah ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai akibat pekerjaannya unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:
1. Guru dan personal lainya.
2. Metode mengajar dan sistem evaluasi.
3. Sarana penunjang.
4. Sistem administrasi.
c. Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang
dimaksud dalam pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah
yang bersangkutan untuk dapat menentukan apakah peserta didik berhak
lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilian.
d. Umpan Balik (feed back): adalah segala informasi baik yang menyangkut
output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk

25
memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu
atau yang tidak siap pakai yang belum memenuhi harapan, akan
menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan
dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a. Input yang kurang baik kualitasnya.
b. Guru dan personal yang kurang tepat (kualitas).
c. Materi yang tidak atau kurang cocok.
d. Metode mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai
standarnya.
e. Kurang sarana penunjang.
f. Sistem administrasi yang kurang tepat.
Dari itu maka jelas penilaian bahwa di sekolah meliputi banyak
segi: calon peserta didik, guru, metode, lulusan dan proses pendidikan
secara menyeluruh turut menentukan peranan.

26
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dasar hukum pengukuran, asesmen dan evaluasi proses pembelajaran
diatur dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan dan Permendikbud nomor 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.
Pengukuran merupakan proses pemberian angka atau data pada suatu kejadian,
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi/bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikandan menginterpretasikan bukti-bukti hasil
pengukuran sedangkan evaluasi adalah pemberian makna dari nilai atau data yang
sudah terkumpulkan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan KD
sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Guna
mengetahui ketercapaian KD pendidik harus merumuskan sejumlah indikator
sebagai acuan penilaian. Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu
diarahkan pada empat hal, yaitu Penelusuran, untuk menyimpulkan tentang
tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik. Pencarian, untuk
mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengecekan, untuk mencari informasi apakah terdapat
kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran.
Penyimpulan, yaitu kegiatan yang telah dilakukan untuk menelusuri apakah
proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.

3.2 Saran
Sebagai seorang pendidik sebaiknya melakukan tugas-tugasnya sesuai
tujuan yang hendak dicapai dengan baik. Dengan melakukan evaluasi dalam
pembelajaran didapat informasi mengenai sampai sejauh mana keberhasilan para
pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Sehingga diketahui
indikator-indikator yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar
akan mencapai tujuan yang dikehendaki atau hasil yang optimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara

Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB

Hidayat, M. 2015. Kurikulum, Pembelajaran, Asesmen, dan Evaluasi Biologi,


dalamhttps://www.academia.edu/16903243/KurikulumPembelajaran
Asesmendan Evaluasi_Biologi, diakses pada 26 Januari 2020.

Kumano, Y. 2001. Authentic Assesment and Portofolio Assesment-Its Theory and


Practice. Japan : Shizuoka University.

Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa.


Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses
Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Mitra
Cendekia Offset, Yogyakarta.

Noelaka, A. , dan Amilia, G. 2017. Landasan Pendidikan. Depok: Kencana


Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.

Rustaman, N. (2003). Assesmen Pendidikan IPA. Makalah Penataran guru-guru


NTT di Jurusan Pendidikan Biologi

Stiggins, R.J. (1994). Student- Centered Classrom Asessment. New York:


Macmilan College Publishing Company.

Widiyanto, Joko. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Madiun : UNIPMA PRESS.

Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Jakarta

28
LAMPIRAN

LEMBAR PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR

Kelas : XI MIPA
Mata Pelajaran : Biologi

Kelompok-
No. Indikator 1 2 3 4 5
1 Menyiapkan alat
dan bahan untuk
kegiatan
praktikum
2 Terampil
menggunakan
alat dan bahan
praktikum
3 Mencatat hasil
pengamatan
sesuai dengan
data yang
diperoleh saat
praktikum
4 Mempresentasik
an hasil
praktikum
Jumlah Skor yang
diperoleh
Nilai

Jumlah Skor yang diperoleh


Nilai = x 100
Skor maksimum
Kualifikasi Nilai Akhir

Skala Kriteri Penilaian


0-39 Sangat kurang
40-54 Kurang
55-69 Cukup
70-84 Baik
85-100 Sangat baik

29
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK

No. Aspek Penialaian


1 Menyiapkan alat dan bahan 4. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
untuk kegiatan praktikum yang diperlukan
3. Ada 1 alat dan bahan yang diperlukan
tidak disiapkan.
2. Ada 2 alat dan bahan yang diperlukan
tidak disiapkan.
1. Tidak menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
2 Terampil menggunakan alat 4. Menggunakan alat dan bahan
dan bahan praktikum praktikum sangat sesuai prosedur
3. Menggunakan alat dan bahan
praktikum sesuai prosedur
2. Menggunakan alat dan bahan
praktikum kurang sesuai prosedur
1. Tidak menggunakan alat dan bahan
Praktikum
3 Kesesuaian hasil pengamatan 1. Mencatat hasil pengamatan sangat
dengan data yang diperoleh sesuai dengan data yang diperoleh saat
saat praktikum praktikum.
3. Mencatat hasil pengamatan sesuai
dengan data yang diperoleh saat
praktikum.
2. Mencatat hasil pengamatan kurang
sesuai dengan data yang diperoleh
saat praktikum.
1. Mencatat hasil pengamatan tidak
sesuai dengan data yang diperoleh saat
praktikum.
4 Mempresentasikan hasil 4.Mampu mempresentasikan hasil praktik
praktikum dengan benar, bahasa mudah
dimengerti, dan disampaikan sangat
percaya diri.
3. Mampu mempresentasikan hasil
praktik dengan benar, bahasa mudah
dimengerti, dan disampaikan secara
percaya diri.
2. Mampu mempresentasikan hasil
praktik dengan benar, bahasa mudah
dimengerti, dan disampaikan kurang
percaya diri.
1. Mampu mempresentasikan hasil
praktik dengan benar, bahasa sulit
dimengerti, dan disampaikan tidak
percaya diri

30
LEMBAR PENILAIAN ASPEK AFEKTIF

Sikap
No. Nama Siswa
Jujur Disiplin Tekun Tanggung Kerja Aktif Percaya Nilai
jawab sama diri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
.. ....................

Keterangan :

Skor Kriteria
4 Baik sekali
3 Baik
2 Cukup baik
1 Kurang baik

Jumlah Skor yang diperoleh


Nilai = x 100
Skor maksimum
Kualifikasi Nilai Akhir

Skala Kriteri Penilaian


0-39 Sangat kurang
40-54 Kurang
55-69 Cukup
70-84 Baik
85-100 Sangat baik

31

Anda mungkin juga menyukai