Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Teori belajar Bruner


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahKonsep Dasar PKN

Dosen Pengampu : Drs. H.Setya Budi M.Pd.

Disusun oleh Kelompok : 5

Kelas / Semester : B / III

1. Tri Lestari K7111210/25


2. Tri Mulyani K7111211/26
3. Tri Nur Rohmah K7111214/27
4. Tri Wahyuni K7111215/28
5. Umi Muslikhatun K7111219/29
6. Umi Purwanti K7111220/30

PROGRAM S1 PGSD KAMPUS IV KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012
A.    Teori Kognitif dari Bruner
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan
ahli psikologi belajar kognitif. Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif apabila siswa dapat menemukan sendiri suatu
aturan atau kesimpulan tertentu. Menurut Jerome Bruner, belajar melibatkan
tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yakni :
1. Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan
penghalusan dari informasi seelumnya yang dimiliki seseorang atau
informasi tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan
dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
2. Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan
menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan.Informasi yang
diperoleh , kemudian dianalisis , diubah atau ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk
hal – hal yang lebih luas.
3. Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevasi dan ketepatan
pengetahuan.Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur
yang ada.

Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif


seseorang menurut Bruner ( Dahar , 1989 ), adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan intelektual ditunjukan oleh bertambahnya
ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam pertumbuhan
intlektual ini, adakalanya kita melihat bahwa seorang anak
mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang
berubah-ubah, atau belajar mengubah responsnya dalam lingkungan
stimulus yang tidak berubah. Sehingga melalui pertumbuhan
seseorang dapat memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus
melalui proses – proses perantara yang mengubah stimulus sebelum
respons.
2. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang
menginternalisasikan peristiwa–peristiwa menjadi suatu system
penyimpanan ( storage system ) yang sesuai dengan lingkungan.
Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak
untuk bertidak diatas informasi yang diperoleh pada suatu
kesempatan.
3. Pertumbuhan intlektual menyangkut peningkatan kemampuan
seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau kepada orang lain,
dengan pertolongan kata – kata dan symbol – symbol , apa yang telah
dilakukannya atau akan dilakukannya.

Bruner membagi perkembangan kognitif anak atas tahap – tahap


tertentu. Menurut Bruner ada 3 tahap , yakni :
1. Enaktif (enactive)
Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam
melakukan tindakan. Pada tahap ini anak dalam tahap belajarnya
menggunakan atau memanipulasi obyek – obyek secara langsung.
2. Ikonik (iconic)
Tahap yang merupakan perangkuman bayangan secara visual.Pada
tahap ini anak melihat dunia melalui gambar – gambar atau visualisasi.
Dalam belajarnya, anak tidak memanipulasi obyek – obyek secara
langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan
gambaran dari obyek.
3. Simbolik (Symbolic)
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi symbol – symbol secara
langsung dan tidak lagi menggunakan obyek – obyek atau gambaran
obyek. Pada tahap ini anak memiliki gagasan – gagasan abstrak yang
banyak dipengaruhi bahasa dan logika.

Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu tidak perlu ditunggu


sampai anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu.Apabila bahan
yang diberikan diatur dengan baik, maka anak dapat belajar meskipun usianya
belum memadai. Jadi perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan cara mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner ini dikenal sebagai
“Kurikulum spiral”
Dalam model intruksional, Bruner memperkenalkan model yang
dikenal dengan nama belajar penemuan (Discovery learning). Dalam belajar
penemuan ini siswa akan berperan lebih aktif. Siswa berusaha sendiri
memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu. Dengan cara ini
akan memperoleh pengetahuan yang benar – benar bermakna.
Menurut Dahar, pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemu
mempunyai beberapa kebaikan, yakni:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih
mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dengan cara – cara lain.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari
pada prinsip belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep – konsep dan
prinsip – prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi baru.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.Secara khusus belajar
penemuan melatih ketrampilan – ketrampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Bruner juga memperkenalkan “Teori Intrumentalisme“ yang


menekankan bahwa bahasa merupakan alat pemikiran manusia untuk
menyempurnakan dan mengebangkan pikiran. Bahasa dapat membantu
manusia agar dapat berfikir lebih sistematis.Menurut Bruner, peranan bahasa
yang utama dalam meningkatkan pemikiran adalah dengan lahinya 4 jenis
heuristic melalui bahasa,yakni ;
1. Transformasi untuk menjelaskan lagi kenyataan dengan cara bergerak
kearah pelahiran pikiran yang tinggi perumusannya.
2. Idealisasi, yang melibatkan kemampuan berdebat
3. Ekspansi, pengabungan dan penyekatan yang melibatkan cara pengurai
contoh – contoh
4. Eksplikasi tujuan yang melibatkan kemampuan penutur membuat
tujuannya jelas kepada dirinya sendiri dan kapada pendengarnya.

B. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner


a. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur
pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita
menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang
kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang
lain.Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-
ketrampilan yang lebih tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai
intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual
untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-
langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu
merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema keempat adalah tentang
motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada
para guru untuk merangsang motivasi itu.
b. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner
yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara
aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri
orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi
pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam
(model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif
Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi
berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur
atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu
atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.   
c. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah
dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

C. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral
kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi
materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,
dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali
secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian
seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara
utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara
menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk
konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa
menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang
lama melalui pembelajaran penemuan.

D. Penerapan Teori Jerome Bruner dalam Pembelajaran PKn


Pendidikan Kewarganegaan menitikberatkan pembelajaran pada aspek
afektif tanpa menghilangkan aspek kognitif. Pada teori Bruner peran siswa
dalam pembelajaran ditekankan agar siswa belajar secara aktif baik dalam
belajar secara formal maupun belajar secara nyata dalam lingkungan sosial.
Aktivitas belajar anak yang berproses pada setiap kali mereka berinteraksi
secara langsung dan kontinyu pada lingkungan sosial akan sangat membantu
dalam pembentukan priobadi yang sesuai konsep, nilai, norma, dan moral yang
diharapkan.
 Semisal pembelajaran dengan tema lalu lintas. Maka dengan anak
mengamati keadaan lalu lintas saat berada di jalan raya, secara tidak
langsung anak akan mengetahui bahwa konsep nilai, norma, dan moral
tersirat dalam pengalamannya mengamati keadaan lalu lintas setiap
harinya.
 Konsep. Peraturan lalu lintas; seorang siswa mengerti apa dampak apabila
melanggar peraturan lalu lintas dan apabila mematuhi peraturan lalu lintas.
Apabila melanggar maka akan mendapatkan sanksi.
 Nilai. Nilai yang baik jika mematuhi lalu lintas, yaitu apabila ada lampu
hijau maka berjalan, apabila ada lampu merah maka berhenti, dan apabila
ada lampu kuning maka hati-hati. Nilai yang buruk jika melanggar lalu
lintas tanpa mengindahkan tanda-tanda lalu lintas yang ada.
 Norma. Norma dapat diketahui jika menyalahi aturan lalu lintas atau pun
taat aturan lalu lintas.
 Moral. Dengan memahami nilai dan norma diharapkan anak didik dapat
bersikap dan berperilaku sesuai harapan masyarakat yang tertuang dalam
nilai dan norma yang ada.
Contoh kasus 1
KASUS 1
Pembelajaran tentang gotong royong
Hampir setiap malam ayah Ani pergi ronda malam berkeliling desa
bersama warga. Ani tidak mengetahui apa manfaat dari kegiatan tesebut. Pada
suatu malam hujan sangat deras, sehingga warga tidak melaksanaakan kegiatan
ronda malam. dan ternayata ada rumah warga yang kemalingan. Hal tersebut
menyadarkan Ani bahwa ronda tersebut penting untuk menjaga keamanan
desanya. kesokan harinya di sekolah ada mata pelajaran PPKn yang membahas
tentang gotong royong. Sebelum memulai pelajaran, ibu guru menanyakan
kepada murid-muridnya (apersepsi) tentang pentingnya kegiatan gotong royong.
Kemudian Ani menceritakan apa yang terjadi ditempat tinggalnya kepada bu guru,
berdasarka cerita dari Ani guru menerangkan bahwa kegiatan gotong royong itu
sangat diperlukan demi kepentingan bersama.

Analisi Kasus 1
Berdasarkan kasus 1, jika ditinjau dari teori Brunner maka ada tiga
tahapan. Yang pertama yaitu tahap informasi.informasi tersebut diperoleh dari
ayah Ani yang memberi tahu bahwa ia akan pergi ronda malam untuk menjaga
keamanan desanya. yang kedua yaitu tahap transformasi. Dalam tahap ini Ani
mulai memahami, memproses tentang informasi melalui kejadian yang timbul
akibat tidak dilaksanakannya ronda malam. tahap ketiga yaitu tahap evaluasi. pada
saat guru menerangkan pentingnya gotong royong bagi kehidupan bermasyarakat,
ani menilai bahwa apa yang telah diketahuinya benar melalui peristiwa
kemalingan itu.
Kasus 2
Khallil adalah anak yang selalu inngin tau terutama mengenai hal-hal yang
ada disekitarnya. Pada suatu hari khallil pergi menemani ayahnya ke kabupaten
untuk membeli televisi. Didalam hati khallil mengira bahwa luas bumi adalah
sebesar kabupaten yang ada di daerahnya. Keesokan harinya ada mata pelajaran
IPS yang membahas tentang geografi mengenai luas wilayah Indonesia. guru
menunjukan dan menjelaskan mengenai gambar peta Indonesia tersebut. Setelah
mendengarkan penjelasan dari guru dia teringat akan persepsinya yang lalu saat ia
menemani ayahnya, ternyata wilayah Kabupaten bukanlah wilayah yang terluas
tetapi masih ada wilayah yang lebih luas yaitu Indonesia. Indonesia sendiri
merupakan salah satu negara yang ada di dunia. Sehingga dia berpikir bahwa
masih ada negara lain di dunia selain Indonesia.
Analisis Kasus 2
Dari kasus tersebut, jika dilihat dari tahap-tahap perkembangan kognitif
Khalil, tahap enaktifnya yaitu pada saat Khalil mengira bahwa daerah terluas yaitu
kabupaten diwilayahnya. Saat Guru menunjukkan dan menjelaskan gambar peta
Indonesia, barulah Khalil mengetahui bahwa Kabupaten bukan wilayah terluas
namun masih ada yang lebih luas yaitu negara Indonesia yang merupakan salah
satu negara di dunia. Sampai pada hal itu, Khalil telah sampai pada tahap ikonik.
Kemudian saat ia memikirkan bahwa masih banyak negara-negara lain yang ada
di dunia selain negara Indonesia. Hal ini, masuk dalam tahap simbolik dimana
pada tahap ini anak memiliki gagasan-gagasan yang abstrak.

Anda mungkin juga menyukai