SURAKARTA
2012
A. Teori Kognitif dari Bruner
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan
ahli psikologi belajar kognitif. Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif apabila siswa dapat menemukan sendiri suatu
aturan atau kesimpulan tertentu. Menurut Jerome Bruner, belajar melibatkan
tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yakni :
1. Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan
penghalusan dari informasi seelumnya yang dimiliki seseorang atau
informasi tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan
dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
2. Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan
menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan.Informasi yang
diperoleh , kemudian dianalisis , diubah atau ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk
hal – hal yang lebih luas.
3. Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevasi dan ketepatan
pengetahuan.Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur
yang ada.
C. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral
kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi
materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,
dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali
secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian
seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara
utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara
menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk
konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa
menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang
lama melalui pembelajaran penemuan.
Analisi Kasus 1
Berdasarkan kasus 1, jika ditinjau dari teori Brunner maka ada tiga
tahapan. Yang pertama yaitu tahap informasi.informasi tersebut diperoleh dari
ayah Ani yang memberi tahu bahwa ia akan pergi ronda malam untuk menjaga
keamanan desanya. yang kedua yaitu tahap transformasi. Dalam tahap ini Ani
mulai memahami, memproses tentang informasi melalui kejadian yang timbul
akibat tidak dilaksanakannya ronda malam. tahap ketiga yaitu tahap evaluasi. pada
saat guru menerangkan pentingnya gotong royong bagi kehidupan bermasyarakat,
ani menilai bahwa apa yang telah diketahuinya benar melalui peristiwa
kemalingan itu.
Kasus 2
Khallil adalah anak yang selalu inngin tau terutama mengenai hal-hal yang
ada disekitarnya. Pada suatu hari khallil pergi menemani ayahnya ke kabupaten
untuk membeli televisi. Didalam hati khallil mengira bahwa luas bumi adalah
sebesar kabupaten yang ada di daerahnya. Keesokan harinya ada mata pelajaran
IPS yang membahas tentang geografi mengenai luas wilayah Indonesia. guru
menunjukan dan menjelaskan mengenai gambar peta Indonesia tersebut. Setelah
mendengarkan penjelasan dari guru dia teringat akan persepsinya yang lalu saat ia
menemani ayahnya, ternyata wilayah Kabupaten bukanlah wilayah yang terluas
tetapi masih ada wilayah yang lebih luas yaitu Indonesia. Indonesia sendiri
merupakan salah satu negara yang ada di dunia. Sehingga dia berpikir bahwa
masih ada negara lain di dunia selain Indonesia.
Analisis Kasus 2
Dari kasus tersebut, jika dilihat dari tahap-tahap perkembangan kognitif
Khalil, tahap enaktifnya yaitu pada saat Khalil mengira bahwa daerah terluas yaitu
kabupaten diwilayahnya. Saat Guru menunjukkan dan menjelaskan gambar peta
Indonesia, barulah Khalil mengetahui bahwa Kabupaten bukan wilayah terluas
namun masih ada yang lebih luas yaitu negara Indonesia yang merupakan salah
satu negara di dunia. Sampai pada hal itu, Khalil telah sampai pada tahap ikonik.
Kemudian saat ia memikirkan bahwa masih banyak negara-negara lain yang ada
di dunia selain negara Indonesia. Hal ini, masuk dalam tahap simbolik dimana
pada tahap ini anak memiliki gagasan-gagasan yang abstrak.