BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika
belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
seseorang belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran.
Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi
pada semua orang serta berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar
tersebut melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk
menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.
Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang
lebih mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten
bahan ajar, ada pula yang mengutamakan kepada pembentukan atau
mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri.
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi
harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar
bisa bertindak secara tepat. Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat
mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi
langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah
prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran juga harus
didasarkan pada pengetahuan guru terhadap perkembangan anak. Oleh karena
itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para
pengembang program pembelajaran yang profesional harus dapat memilih
teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang
akan dikembangkannya sehingga pembelajaran yang didesain guru dapat
diterima baik oleh siswa.
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan
tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami bahwa
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Robert M. Gagne
Robert M. Gagne lahir tahun 1916 di
North Andover, MA. Beliau mendapatkan
gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada
tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. dalam
Psychology
dari
intuisi = teknik intelektual itu apa??bagaimana
implementasinya pada belajar anak
Universitas Brown. Mengajar pada
Connecticut College for Women dari 1940-49
dan kemudian pada Penn State University dari
1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual and motor
skills laborartory” dari U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai
mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The
Conditions of Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor pada
Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen
penting yaitu :
1. Fase – fase pembelajaran
2. Kondisi atau tingkatan pembelajaran
3. Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
4. Kejadian-kejadian instruksional
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori
4
belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”.
Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model
pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” Gagne
membahas tentang fase-fase dalam belajar, kapabilitas manusia yang
dihasilkan setelah belajar (outcomes), kondisi atau tingkatan pembelajaran
5
yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di
luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
7
STIMULUS RESPON
b. Fase generalisasi
Fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada
situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru
tersebut.
c. Fase penampilan
Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam
bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar,
d. Fase umpan balik
Fase umpan balik merupakan fase ketika siswa harus
diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan
(reinforcement).
D. Tingkatan Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne menyusun tingkatan-tingkatan belajar berdasarkan hasil
belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar yang dilalui peserta didik
untuk mencapai hasil itu. Selain itu, Gagne mencoba menempatkan delapan
tingkatan belajar itu berada dalam suatu urutan hierarkis, yaitu tingkatan
belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tingkatan belajar berikutnya.
Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tingkatan belajar yang
terdahulu, akan mengalami kesulitan dalam mengusai tingkatan belajar
selanjutnya. Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat tingkatan
belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah,
sedangkan empat tingkatan kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan pada
belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. Tingkatan belajar
menurut Gagne didasarkan atas pernyataan bahwa siswa belajar dimulai dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks. Tingkatan belajar menurut Gagne
dalam Ratna Wilis Dahar (2006: 20) yaitu:
1. Belajar Isyarat (Signall Learning)
11
Contoh:
a. Membuka pintu mobil – duduk – kontrol persneling – menghidupkan
mesin – menekan kopling – pasang ersneling 1 – menginjak gas.
b. Memegang jangka bagian atas – jangka dibuka – dibuat lingkaran –
dilepaskan – ditutup kembali – diletakan
4. Asosiasi verbal (verbal association)
Belajar asosiasi verbal adalah tingkatan belajar yang
menggabungkan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti
memberi nama sebuah objek/benda.
Contoh:
Bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, seorang siswa dapat
mengatakan bentuknya adalah ’pyramid itu limas’. Sebelumnya, ia harus
dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar dapat mengenal ”balok,
kubus, kerucut” sebagai bentuk geometris. Hubungan itu terbentuk bila
unsur-unsur itu terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti
yang satu lagi (contiguity).
5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai
13
objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar
disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak.
Contoh:
a. Siswa dapat membedakan lambang ∩ dan U dalam operasi himpunan.
Belajar diskriminasi jamak, misalnya siswa dapat membedakan sudut
dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga
sama sisi, sama kaki, dan sembarang.
b. Guru dapat mengenal anak didik yang satu dan yang lain karena
adanya faktor diskriminasi
c. Anak dapat mengetahui perbedaan binatang dengan manusia ataupun
binatang dengan tanaman.
6. Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari
benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan
menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus
mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tingkatan belajar
ini, mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang
termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman
konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda
ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki kararkteristik
dari objek itu sendiri.
Contoh:
Berdasarkan konsep dapat digolongkan hewan bertulang belakang dengan
beberapa kelas yaitu mamalia, amphibia, reptil, burung, ikan.
7. Belajar aturan (rule learning)
Belajar aturan adalah tingkatan belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk
membentuk suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa
memahaminya akan merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan
cara pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar
aturan jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu.
14
Contoh:
a. Benda memuai jika dipanaskan
b. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah
8. Memecahkan masalah (problem solving)
Belajar memecahkan masalah merupakan tingkatan belajar yang
lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tingkatan belajar
yang lain. Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting
dalam proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007),
yaitu (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara
penyelesaiannya, (3) melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau
mengecek hasilnya. Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus
memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga
harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya
untuk memecahkan masalah itu.
Contoh:
a. Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa
mencemarkan lingkungan hidup
b. Menemukan cara agar bola tidak teguling pada bidang miring
Hubungan tingkatan belajar dengan hasil belajar Robert M. Gagne
adalah sebagai berikut:
ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk
membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan
sumber belajar.
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang
dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi ,
yaitu sebagai berikut:
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf
dan dikenal sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan
dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori
jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada
sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
F. Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran menurut Gagne dalam Wahyudi (2008: 25) adalah
seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil
transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan
individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih
bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran
(metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal
diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang
dikenal dengan nama media dan sumber belajar. Pembelajaran menurut Gagne
hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.
Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan
urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar
peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran
agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu,
mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan
bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk
19
Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang
diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarinya, maka sebaiknya guru
dapat menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing (probling).
4. Merangsang Ingatan
Contoh : Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah
dipelajari sebelumnya, misanya : “anak-anak, masih ingatkan kalian tentang
makanan 4 sehat 5 sempurna?, nah sistem pencernaan yang akan kita pelajari
berhubungan erat dengan makanan, karena sistem pencernaan merupakan
serangkaian organ tubuh manusia yang berfungsi mencerna makanan yang
masuk ke tubuh kita”
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
Bimbingan atau pedoman untuk belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dan picture and picture. Guru
menghubungkan materi dengan pengalaman siswa misalnya dengan
menanyakan penyakit pencernaan yang pernah dialami siswa. Melalui model
pembelajaran picture and picture siswa diberikan penugasan untuk
menjodohkan gambar pencernaan manusia. Diterapkannya model serta media
dalam pembelajaran tersebut adalah untuk memperlancar masuknya informasi
ke memori jangka panjang.
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
Cara meningkatkan retensi siswa tentang materi pencernaan makanan
dapat dengan menyajikan jembatan keledai
Misalnya : MUntul TELA Kecil Besar makNyus
(Mulut, Tenggorokan, Lambung, Usus Kecil, Usus Besar, Anus)
Dengan adanya jembatan keledai tersebut, siswa menjadi mudah
mengingat urutan alat-alat pencernaan manusia.
7. Membantu transfer belajar
Membangun transfer belajar dapat dilakukan dengan menyuruh siswa
untuk mengimplementasikan materi pencernaan dalam kehidupan sehari-hari
siswa antaralain:
a. Mengingatkan siswa untuk menjaga pola makan
b. Mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan makanan
c. Mengingatkan siswa untuk menjaga organ pencernaan
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan
teori belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”.
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan
individu seseorang. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu
yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai
akibat dari stimulasi. Terdapat fase-fase pembelajaran menurut Robert M.
Gagne yaitu: fase penerimaan (Apprehending phase), fase penguasaan
(Acquisition phase), fase storage /retensi, fase pengungkapan kembali
(Retrieval phase), belajar isyarat (Signall Learning), belajar Stimulus
Respons, rantai (Chaining), asosiasi verbal (verbal association), belajar
diskriminasi (discrimination learning), belajar konsep (concept learning),
belajar aturan (rule learning), memecahkan masalah (problem solving)
Hierarkis hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan relevansinya
dengan IPA yaitu informasi verbal (Verbal information), kemahiran
intelektual (Intellectual skill), strategi-strategi kognitif, sikap-sikap (Attitudes),
keterampilan motorik (Motor skill). Aplikasi teori Robert M. Gagne dalam
mengajarkan IPA di SD yaitu: mengaktifkan motivasi (activating motivation),
memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (Instructional information),
mengarahkan perhatian (Directing attention), merangsang ingatan
(stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi
(enhancing retention), membantu transfer belajar, memperlihatkan atau
perbuatan dan memberikan umpan balik.
Implikasi Teori Belajar Gagne terhadap Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar yaitu diantaranya guru mampu mengontrol perhatian siswa,
guru memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang
diharapkan guru, guru merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-
28
30
kemampuan siswa, guru memberikan penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-
pisahkan dari tugas belajar.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
pembaca mengenai profil Robert M. Gagne, definisi belajar menurut, fase-fase
pembelajaran, tingkatan belajar, serta hierarkis hasil belajar dan relevansinya
dengan IPA Robert M. Gagne, aplikasi dan implikasi teori belajar Gagne
terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, serta kelebihan dan kelemahan
aplikas teori belajar Gagne dalam pembelajaran. Sehingga pembaca khususnya
para calon pendidik diharapkan dapat mengaplikasikan kelebihan teori Gagne
dalam pembelajaran terutama pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Demi
penyempurnaan makalah, penulis membuka kritik yang konstruktif dari
pembaca
31
DAFTAR PUSTAKA
Website:
Anharul Ulum. 2012. Hirarki Belajar Menurut Teoro Gagne. Diunduh dari
http://anharululum.blogspot.com/2012/06/hirarki-belajar-gagne.html
pada tanggal 3September 2013