Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika
belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
seseorang belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran.
Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi
pada semua orang serta berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar
tersebut melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk
menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.
Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang
lebih mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten
bahan ajar, ada pula yang mengutamakan kepada pembentukan atau
mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri.
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi
harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar
bisa bertindak  secara tepat.  Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat
mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. 
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi
langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah
prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran juga harus
didasarkan pada pengetahuan guru terhadap perkembangan anak. Oleh karena
itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para
pengembang program pembelajaran yang profesional harus dapat memilih
teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang
akan dikembangkannya sehingga pembelajaran yang didesain guru dapat
diterima baik oleh siswa.
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan
tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami bahwa

1
2

komponen anak merupakan komponen terpenting dalam proses pengajaran.


Proses pengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan
bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar mengajar yang
secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar dituntut untuk berorientasi
pada perkembangan anak secara tepat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis bermaksud menguraikan
teori Gagne diantaranya profil Robert M. Gagne, definisi belajar menurut,
fase-fase pembelajaran, tingkatan belajar, serta hierarkis hasil belajar dan
relevansinya dengan IPA Robert M. Gagne, aplikasi dan implikasi teori
belajar Gagne terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil Robert M. Gagne ?
2. Apa definisi belajar menurut Robert M. Gagne ?
3. Apa fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne ?
4. Bagaimana tingkatan belajar menurut Robert M. Gagne ?
5. Bagaimana ringkatan hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan
relevansinya dengan pembelajaran IPA ?
6. Bagaiamana aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar ?
7. Bagaimana implikasi teori belajar Robert M. Gagne terhadap
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ?
8. Apa kelebihan dan kelemahan aplikasi teori Robert M. Gagne dalam
pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Menunjukan profil Robert M. Gagne
2. Mendeskripsikan definisi belajar menurut Robert M. Gagne
3. Menguraikan fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne
4. Menguraikan tingkatan belajar menurut Robert M. Gagne
5. Menguraikan tingkatan hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan
relevansinya dengan pembelajaran IPA
3

6. Menunjukan aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran IPA di


Sekolah Dasar
7. Menunjukan implikasi dari aplikasi teori belajar Robert M. Gagne
terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
8. Menyebutkan kelebihan dan kelemahan aplikasi teori Robert M. Gagne
dalam pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
pembaca mengenai teori belajar Gagne disertai aplikasi dan implikasinya
dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, terutama bagi calon pendidik
siswa sekolah dasar agar dapat dijadikan bekal pengetahuan ketika mengajar
nanti.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan.
Kedua isi atau kajian teori dan pembahasan. Ketiga penutup yang berisi
kesimpulan dan saran dilengkapi dengan daftar pustaka.
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Robert M. Gagne
Robert M. Gagne lahir tahun 1916 di
North Andover, MA. Beliau mendapatkan
gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada
tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. dalam
Psychology
dari
intuisi = teknik intelektual itu apa??bagaimana
implementasinya pada belajar anak
Universitas Brown. Mengajar pada
Connecticut College for Women dari 1940-49
dan kemudian pada Penn State University dari
1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual and motor
skills laborartory” dari U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai
mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The
Conditions of Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor pada
Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen
penting yaitu :
1.     Fase – fase pembelajaran
2.    Kondisi atau tingkatan pembelajaran
3. Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
4.     Kejadian-kejadian instruksional
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori
4
belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”.
Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model
pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” Gagne
membahas tentang fase-fase dalam belajar, kapabilitas manusia yang
dihasilkan setelah belajar (outcomes), kondisi atau tingkatan pembelajaran
5

(the eight conditions learning) dan kejadian-kejadian belajar,  serta hubungan


kejadian-kejadian tersebut.
B. Definisi Belajar menurut Robert M. Gagne
 Gagne dalam Purwoko (2008: 15) berpendapat bahwa belajar
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu
seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai
lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa
yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan
menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena
belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa
hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa
perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada
seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar,
situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari
stimulasi. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus,
bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami
situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor
dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi.
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat
digambarkan sebagai S- R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah
respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara
stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita
amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi
perangsang yang diterima melalui alat indra. Stimulus ini merupakan input
6

yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di
luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
7

STIMULUS RESPON

Menurut Noehi Nasution. (2005: 35), teori yang menganggap


belajar sebagai suatu proses seperti yang dikemukakan oleh Robert M.
Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer,
menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi (information
processing model), proses belajar dianggap sebagai transformasi input
menjadi output, seperti yang lazim terlihat pada sebuat komputer, model
pemrosesan informasi yang digunakan Gagne dapat dilihat pada diagram
berikut:

EXCECUTIVE CONTROL EXPECTANLES


E
F
E
C
T RESPONS
O GENERATOR
E R
N S
V
I
R
O
N
M
E LONG-TERM
N R MEMORY
T E
C
E SENSORY SHORTTERM
P REGISTER MEMORY
T
O
R
S
8

Model tersebut menunjukan aliran dari input ke output. Rangsangan


atau stimulus dari lingkungan (environment) mempengaruhi alat indera, yaitu
menerima (receptors) dan masuk ke dalam sistem saraf melalui register
penginderaan (sensory register). Melalui persepsi selektif, hanya bagian-
bagian tertentu dari informasi yang diperhatikan, tetapi informasi dapat diolah
oleh rehesal dan disimpan dalam memory jangka pendek untuk waktu yang
lebih lama. Rehesal dapat juga mempunyai peranan lain yaitu jika informasi
perlu diingat, maka informasi itu sekalilagi dapat ditransformasikan dalam
memory jangka panjang (long term memory) untuk disimpan untuk kemudian
dipanggil kembali.
C. Fase-Fase Pembelajaran menurut Robert M. Gagne
Terdapat fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne dalam
Ratna Wilis Dahar (2006: 17) yaitu:
1. Fase Penerimaan (Apprehending phase)
Fase penerimaan merupakan fase seseorang memperhatikan
stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus
tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Pada
fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar melalui beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan
terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah
diterimanya). Hal tersebut membuktikan bahwa belajar adalah suatu
proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa
bertanggungjawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia
terima pada situasi belajar. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan
sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat
spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar
siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.
2. Fase Penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar
atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan
9

memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.


pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang
belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi
yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Pada fase ini siswa
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
3. Fase storage /retensi 
Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan
dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan
ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan
kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.
4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Merupakan fase pengungkapan apa yang telah dipelajari,
dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan
(memecahkan masalah) bila diperlukan. Kadang-kadang dapat saja
informasi hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan
memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat aka perlu informasi yang
baru dan yang lama disusun secara terorganisir, diatur dengan baik atas
pengelompokan-pengelompokan menjadi kategori, konsep sehingga
lebih mudah dipanggil. Fase ini meliputi penyadaran apa yang telah
dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata
(verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus,
dimana terjadinya proses belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan
keempat merupakan hasil belajar.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama namun cukup
berpengaruh yaitu:
a. Fase motivasi 
Merupakan fase sebelum pelajaran dimulai guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
10

b. Fase generalisasi 
Fase generalisasi adalah  fase transfer informasi, pada
situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru
tersebut.
c. Fase penampilan
Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam
bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar,
d. Fase umpan balik
Fase umpan balik merupakan fase ketika siswa harus
diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan
(reinforcement).
D. Tingkatan Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne menyusun tingkatan-tingkatan belajar berdasarkan hasil
belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar yang dilalui peserta didik
untuk mencapai hasil itu.  Selain itu, Gagne mencoba menempatkan delapan
tingkatan belajar itu berada dalam suatu urutan hierarkis, yaitu tingkatan
belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tingkatan belajar berikutnya. 
Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tingkatan belajar yang
terdahulu,  akan mengalami kesulitan dalam mengusai tingkatan belajar
selanjutnya.  Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat  tingkatan
belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah,
sedangkan empat tingkatan kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan pada
belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah.  Tingkatan belajar
menurut Gagne didasarkan atas pernyataan bahwa siswa belajar dimulai dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks. Tingkatan belajar menurut Gagne
dalam Ratna Wilis Dahar (2006: 20) yaitu:
1. Belajar Isyarat (Signall Learning)
11

Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-


pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya.
Dalam tingkatan ini, terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi
yang diperluka buat berlangsungnya tingkatan belajar ini adalah
diberikannya stimulus (signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu
secara berulang kali.
Contoh:
a. Kilat tanda suara guntur jantung berdebar-debar
b. Guru matematika galak terhadap murid murid tidak suka
matematika
2. Belajar Stimulus Respons
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tingkatan belajar
ini adalah faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus
pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-
R berikutnya, semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh
dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur
dan dikuasai. Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon
diperkuat dengan adanya reward, sering gerakan motoris merupakan
komponen penting dalam gerakan itu.
Contoh:
a. Burung merpati mematuk lingkaran diberikan makanan.
Akan diulang-ulang
b. Guru memuji tindakan anak anak cenderung mengulang
3. Rantai atau Rangkaian Hal (Chaining)
Tingkatan belajar ini masih mengandung asosiasi yang
kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi
bila terbentuk hubungan antara S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera
setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan “cognuity”. Kondisi yang
diperlukan bagi berlangsungnya tingkatan belajar ini antara lain, secara
internal anak didik sudah harus terkuasai sejuah satuan pola S-R, baik
psikomotorik maupun verbal. Selain itu, prinsip berkesinambungan,
12

pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses


chaining.
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar
yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau
lebih hasil belajar stimulus – respon secara berurutan. 
Chaining terbatas hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian
produk bahasa lisan.

Contoh:
a. Membuka pintu mobil – duduk – kontrol persneling – menghidupkan
mesin – menekan kopling – pasang ersneling 1 – menginjak gas.
b. Memegang jangka bagian atas – jangka dibuka – dibuat lingkaran –
dilepaskan – ditutup kembali – diletakan
4. Asosiasi verbal (verbal association)
Belajar asosiasi verbal adalah tingkatan belajar yang
menggabungkan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti
memberi nama sebuah objek/benda.
Contoh:
Bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, seorang siswa dapat
mengatakan bentuknya adalah ’pyramid itu limas’. Sebelumnya, ia harus
dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar dapat mengenal ”balok,
kubus, kerucut” sebagai bentuk geometris. Hubungan itu terbentuk bila
unsur-unsur itu terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti
yang satu lagi (contiguity).
5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai
13

objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar
disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak.
Contoh:
a. Siswa dapat membedakan lambang ∩ dan U dalam operasi himpunan.
Belajar diskriminasi jamak, misalnya siswa dapat membedakan sudut
dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga
sama sisi, sama kaki, dan sembarang.
b. Guru dapat mengenal anak didik yang satu dan yang lain karena
adanya faktor diskriminasi
c. Anak dapat mengetahui perbedaan binatang dengan manusia ataupun
binatang dengan tanaman.
6. Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari
benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan
menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus
mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tingkatan belajar
ini, mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang
termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman
konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda
ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki kararkteristik
dari objek itu sendiri.
Contoh:
Berdasarkan konsep dapat digolongkan hewan bertulang belakang dengan
beberapa kelas yaitu mamalia, amphibia, reptil, burung, ikan.
7. Belajar aturan (rule learning)
Belajar aturan adalah tingkatan belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk
membentuk suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa
memahaminya akan merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan
cara pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar
aturan jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu.
14

Contoh:
a. Benda memuai jika dipanaskan
b. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah
8. Memecahkan masalah (problem solving)
Belajar memecahkan masalah merupakan tingkatan belajar yang
lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tingkatan belajar
yang lain. Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting
dalam proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007),
yaitu (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara
penyelesaiannya, (3) melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau
mengecek hasilnya. Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus
memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga
harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya
untuk memecahkan masalah itu.
Contoh:
a. Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa
mencemarkan lingkungan hidup
b. Menemukan cara agar bola tidak teguling pada bidang miring
Hubungan tingkatan belajar dengan hasil belajar Robert M. Gagne
adalah sebagai berikut:

No Tingkatan Belajar Hasil Belajar


Belajar sinyal (signal Memberikan reaksi pada
1
learning) perangsang (S-R)
Belajar stimulus respon
Memberikan reaksipada
2 (stimulus response
perangsang (S-R)
learning)
Belajar merangkai
Menghubungkan gerakan
3 tingkah laku (behaviour
yang satu dengan yang lain
chaining learning)
15

Belajar asosiasi verbal


Memberikan reaksi verbal
4 ( verbal chaining
pada stimulus/perangsang
learning)
Memberikan reaksi yang
Belajar diskriminasi berbeda pada stimulus-
5
(discrimination learning) stimulus yang mempunyai
kesamaan
Belajar konsep (concept Menempatkan obyek-obyek
6
learning) dalam kelompok tertentu
Belajar kaidah (rule Menghubungkan beberapa
7
learning) konsep
Belajar memecahkan Mengembangkan beberapa
8 masalah (problem kaidah menjadi prinsip
solving) pemecahan masalah

E. Tingkatan Hasil Belajar menurut Robert M. Gagne dan Relevansinya


dengan IPA
Setelah belajar, penampilan yang diamati sebagai hasil belajar adalah
kemampuan – kemampuan (capabilities). Kemampuan – kemapuan tersebut
dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-
beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebbaga hasil belajar yang diberikan
oleh Gagne. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu
1. Informasi Verbal (Verbal information)
Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari kata yang
diucapkan olrang, dari membaca, dari radio, televisi, komputer dll.
Informasi ini berupa nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan
generalisasi-generalisasi.
Contoh informasi verbal relevansinya dengan bidang IPA yaitu:
Nama : Dalton, Graham Bell, Thomas Edison
Fakta : timbul gas, mencair, menguap
Konsep : air tawar, air laut, uap, embun
16

Prinsip : air laut mengandung garam, air selalu mengalir ke tempat


yang lebih rendah
Generalisasi : Semua benda dari besi akan berkarat bila dibiarkan dalam
udara terbuka.
2. Kemahiran Intelektual (Intellectual skill)
Keterampilan intelektual terungap dari pertanyahan yang dimulai
dengan istilah bagaimana, contohnya bagaimana membedakan, bagaimana
menunjukan suatu konsep konkret, bagaimana mendefinisikan suatu
konsep, bagaimana melakukan sesuatu dengan aturan, sebagai contoh
bagaimana membuktikan bahwa seseorang siswa telah memiliki
keterampilan intelektual relevansinya dalam pelajaran IPA adalah sebagai
berikut:

Keterampilan Intelektual Keterampilan yang ditujukan dan


bagaimana melakukan
Diskriminasi Membedakan antara air bersih
dengan air yang sudah tercemar
dengan percobaan

Konsep Konkret Menunjukan bahwa pernapasan


mengeluarkan uap air dan
karbondioksida

Kondsep Terdefinisi Memberikan definisi tentang


mencair, membeku, mendidih dll

Memberikan demonstrasi bahwa


Aturan semua benda dari besi akan
berkarat bila dibiarkan di udara
terbuka
3. Strategi-Strategi Kognitif
17

Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemmapuan


internal yang terorganisasi. Berbeda dengan keterampilan intelektual yang
diarahkan terhadap aspek-aspek di lingkungan pelajar (siswa), dalam
strategi – strategi kognitif berupa pengendalian tingkah laku pelajar itu
sendiri dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam
memecahkan masalah secara kreatif.
4. Sikap-Sikap (Attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian,
atau makhluk hidup. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita
terhadap orang lain atau sikap sosial. Relevansinya dengan pelajaran IPA
yaitu sikap sosial ini dapat dipelajari dengan cara meminta perhatian siswa
selama melakukan percobaan di laboratorium, misalnya dalam
menggunakan alat-alat gelas agar berhati-hati, karena apabila alat gelas
tersebut jatuh ke lantai akan dapat melukai dirinya sendiri dan dapat
melukai teman-temannya. Dengan demikian maka akan tertanam sikap
sosial pada para siswa.
5. Keterampilan Motorik (Motor skill)
Keterampilan motorik adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu,
dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan
secara terpadu. Merupakan penggabungan kegiatan motorik dengan
intelektual sebagai hasil belajar, seperti membaca dan menulis.
Relevansinya dengan IPA yaitu apabila berbicara, menulis, atau dalam
menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler,
termometer, dsb.
Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan
menguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah
kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik.  Ada kondisi belajar internal
yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan
ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik.  Kondisi eksternal
18

ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk
membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan
sumber belajar.
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.  Model proses belajar yang
dikembangkan oleh Gagne didasarkan  pada teori pemrosesan informasi ,
yaitu sebagai berikut:
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf
dan dikenal sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan
dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori
jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada
sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
F. Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran menurut Gagne dalam Wahyudi (2008: 25)   adalah
seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil
transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan
individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kondisi eksternal itu lebih
bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran
(metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal
diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang
dikenal dengan nama media dan sumber belajar. Pembelajaran menurut Gagne
hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif. 
Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan
urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar
peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran
agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu,
mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan
bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk
19

kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan


tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer
belajar.
Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang
diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan
perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak
dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks.
Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori
Gagne, yaitu antara lain berkaitan dengan:
1. perhatian dan motivasi belajar peserta didik,
2. keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar,
3. adanya media dan sumber belajar yang menarik
4. diberikan jembatan keledai untuk mempermudah siswa menghafal materi
5. tantangan semangat belajar,
6. pemberian umpan balik dan penguatan belajar,
7. adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.
Berikut adalah aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar yaitu dengan menerapkan model mengajar menurut Gagne
yang meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian
instruksional (instructional events) meliputi :
1. Mengaktifkan Motivasi (activating motivation)
Harapan (expentancy) dalam model belajar dianggap sebagai
kontrol yang mempengaruhi seluruh aliran informasi mulai dari
memperhatikan bagian-bagian tertentu sampai mengatur respon tingkah
laku. Ekpenctancy dapat dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-
motif belajar siswa, misalnya motif ingin tahu (curiousity) atau motif
untuk menyelidiki, dan motif ingin mencapainya.
Dalam pembelajaran IPA, guru dapat melakukan hal ini, misalnya
dengan mengemukakan suatu masalah yang menyangkut salah satu pokok
bahasan IPA pada permulaan pelajaran, misalnya topik pecemaran air.
20

Masalah ini akan dapat merangsang keingintahuan siswa, dan dapat


menantang motif kemampuan atau motif menguasai masalah tersebut.
2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (Instructional
information)
Menurut teori Gagne, seorang guru sebaiknya memberi tahu siswa
secara komprehensif tentang tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan
dicapai setelah pembelajaran selesai.
3. Mengarahkan perhatian (Directing attention)
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, perhatian yang
pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimuli atau
rangsangan belajar. Dalam mengajar, perubahan stimuli sacara tiba-tiba
dapat digunakan untuk mencapai maksud ini. Dalam pembelajaran IPA,
pada waktu guru mengadakan demonstrasi tetang sifat-sifat air, guru
melakukan sambil berkata “Perhatikan aliran air”.
Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara
ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke memori jangka
pendek. Dalam mengajar, seleksi atau pemilihan stimulan yang sesuai
dapat dilakukan dengan cara mengeraskan ucapan suatu kata selama
mengajar, atau dengan jalan menggaris bawahi beberapa kata atau kalimat.
4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
Pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka
pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang menurut gagne
merupakan bagian yang paling kritis dalam proses belajar mengajar. Guru
dapat berusaha menolong siwa dalam mengingat atau memanggil kembali
pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang tersebut. Cara
menolong ini dapat dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa,
misalnya dalam pembelajaran IPA, waktu guru akan mengajarkan tentang
fotosintesis, ia mulai denagna bertanya : masih ingatkah kamu apa yang
dimaksud klorofil?
21

Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang
diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarinya, maka sebaiknya guru
dapat menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing (probling).

5. Menyediakan bimbingan belajar


Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka
panjang, diperlukan bimbingan langsung untuk pemberian kode pada
informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat
diberikan dengan cara mengaitkan informasi baru itu dengan pengalaman
siswa.
Dalam pelajaran IPA misalnya guru akan mengajarkan fotosintesis
guru dapat memulainya dengan bertanya : adakah pepohonan didekat
rumahmu?. Bagaimanakah warna daun dari pepohonan tersebut ?
bagaimana rasanya udara dibawah pohon yang rindang pada siang hari
yang terik? Kenapa hal itu terjadi ? dan lainnya. Bimbingan yang
diberikan oleh guru dapat berupa pertanyaan, juga dapat berupa gambar-
gambar, atau berupa ilustrasi.
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan
baik oleh guru maupun siswa. Usaha yang dapat guru lakukan agar
materi yang guru ajarkan dapat bertahan lama, antaralain : dengan cara
mengulang pelajaran yang sama berulangkali, memberi berbagai contoh
atau ilustrasi sederhana dan dapat dicerna oleh sisa. Misal ketika
menghafal warna pelangi yaitu : merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila
dan ungu. Siswa dapat menngunakan jembatan keledai (mnemonic)
dengan menyebutkan warna depan dari setiap warna seperti mejikuhibinu.
Akan lebih baik lagi jika siswa itu sendiri yang meyusun jembatan keledai
sebab dengan demikian siswa akan lebih lama mengingatnya.
7. Membantu transfer belajar
Tujuan tranfer belajar adalah merupakan apa yang telah dipelajari
pada situasi yang baru, yang berarti bahwa apa yang telah dipelajari itu
22

dibuat umum sifatnya. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi


kelompok guru dapat membantu tansfer belajar kepada para siswa.
Untuk dapat melaksanakan ini, para siswa diharapkan telah
menguasai fakta-fakta, ketermpilan dasar yang dibutuhkan. Misalnya
dalam pelajaran IPA siswa merencanakan bagaimana menjaga kebersihan
lingkungan dalam hal ini siswa telah menguasai fakta-fakta, ketermpilan
dasar yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah tersebut.
8. Memperlihatkan atau perbuatan dan memberikan umpan balik
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan
siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Dalam
hal ini, sebaiknya guru tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai.
Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk
memperlihatkan hasil belajar mereka, sebagai umpan balik. Umpan balik
ini dapat dijadikan bahan masukan untuk kelancaran pelaksanaan pelajaran
selanjutnya.
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah
dengan jalan memberikan tes atau dengan mengamati tingkah laku siswa
(students performance). Umpan balik,bila siswanya positif, merupakan
pertanda bahwa siswa telah mencapai tujuan belajar dengan demikian
harapan (expectancies) yang muncul pada permulaan tindakan belajar
telah terpenuhi. Dalam hal ini umpan balik dapat menghasilkan penguatan
atau reinforcement pada siswa yang belajar.
23

CONTOH APLIKASI PRINSIP BELAJAR TEORI GAGNE TERHADAP


PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Mata Pelajaran : IPA


Kelas/Smt : V/I
Materi Pembelajaran : Sistem Pencernaan Manusia
Sumber Pembelajaran : Lingkungan, buku kelas V, dan internet
Model Pembelajaran : Kontekstual, Picture and Picture
Media Pembelajaran : Gambar, Model Pencernaan, Puzzle, Video, dan Media
Interaktif
Perangkat Pendukung : Lagu dan Jembatan Keledai
Pelaksanaan :
1. Mengaktifkan Motivasi
Contoh : Guru menyajikan lagu gubahan yang menyangkut materi
pencernaan, dengan demikian siswa akan tertarik terhadap materi yang akan
dipelajari, karena lagu tersebut mampu menumbuhkan minat dan perhatian
kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.
a. Lagu anak-anak
Gubahan Lagu: Doraemon
Ayo kawan semua
Mari kita belajar
Belajar sistem pencernaan manusia
Mulainya dari mulut dikunyah oleh gigi
Lanjut ke tenggorokan lalu lanjut ke lambung
Usus Kecil Usus Besar
Seterusnya
Wah lalu ke anuss
La La La itulah pencernaan…………..tubuh kita
La La La itulah pencernaan…………..tubuh kita
24

b. Lagu yang sedang populer di m asyarakat


Gubahan Lagu: Iwak Peyek
Pencernaan…Pencernaan…Pencernaan Tubuh Kita
Bagaimana…Bagaimana…Bagaimana Eh Prosesnya
Disinilah makanan dicerna
Maka ayo kita belajar semua
Disinilah makanan dicerna
Maka ayo kita belajar semua
Ada mulut…ada mulut …ada mulut lambung, usus
Usus halus, usus besar, usus besar lalu anus

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang


diharapkan dalam pembelajaran itu
Contoh : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa pada materi pencernaan, misalnya
a. Setelah memperhatikan gambar dan model sistem pencernaan pada
manusia, siswa dapat memasangkan puzzle sistem pencernaan manusia
dengan tepat.
b. Setelah memperhatikan penjelasan dari guru, video, serta media interakif
siswa dapat menjelaskan proses pencernaan manusia dengan benar.
c. Setelah berdiskusi kelompok tentang sistem pencernaan pada manusia,
siswa dapat mengerjakan teka-teki silang tentang sistem pencernaan
manusia.
3. Mengarahkan Perhatian
Guru mengarahkan perhatian siswa dengan menampilkan video, gambar,
serta media pembelajaran interaktif tentang pencernaan sehingga
menumbuhkan minat belajar siswa. Guru juga mengeraskan ucapan suatu kata
selama mengajar, misalnya ketika menjelaskan fungsi alat-alat pencernaan dan
guru menyuruh siswa untuk menggaris bawahi beberapa kalimat yang penting.
25

4. Merangsang Ingatan
Contoh : Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah
dipelajari sebelumnya, misanya : “anak-anak, masih ingatkan kalian tentang
makanan 4 sehat 5 sempurna?, nah sistem pencernaan yang akan kita pelajari
berhubungan erat dengan makanan, karena sistem pencernaan merupakan
serangkaian organ tubuh manusia yang berfungsi mencerna makanan yang
masuk ke tubuh kita”
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
Bimbingan atau pedoman untuk belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dan picture and picture. Guru
menghubungkan materi dengan pengalaman siswa misalnya dengan
menanyakan penyakit pencernaan yang pernah dialami siswa. Melalui model
pembelajaran picture and picture siswa diberikan penugasan untuk
menjodohkan gambar pencernaan manusia. Diterapkannya model serta media
dalam pembelajaran tersebut adalah untuk memperlancar masuknya informasi
ke memori jangka panjang.
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
Cara meningkatkan retensi siswa tentang materi pencernaan makanan
dapat dengan menyajikan jembatan keledai
Misalnya : MUntul TELA Kecil Besar makNyus
(Mulut, Tenggorokan, Lambung, Usus Kecil, Usus Besar, Anus)
Dengan adanya jembatan keledai tersebut, siswa menjadi mudah
mengingat urutan alat-alat pencernaan manusia.
7. Membantu transfer belajar
Membangun transfer belajar dapat dilakukan dengan menyuruh siswa
untuk mengimplementasikan materi pencernaan dalam kehidupan sehari-hari
siswa antaralain:
a. Mengingatkan siswa untuk menjaga pola makan
b. Mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan makanan
c. Mengingatkan siswa untuk menjaga organ pencernaan
26

8. Memperlihatkan atau perbuatan dan memberikan umpan balik


Memberikan soal evaluasi atau tes kepada siswa yang berhubungan
dengan materi pencernaan, misalnya yang terdapat pada Lembar Kerja
Siswa. Dengan begitu guru akan mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tentang materi pencernaan.

G. Implikasi Teori Belajar Gagne terhadap Pembelajaran IPA di Sekolah


Dasar
Kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam memahami
perkembangan anak serta mampu menyesuaikannya dengan pembelajaran
yang diberikan merupakan hal yang sangat penting. Salah satunya adalah
memahami bagaimana peserta didiknya belajar dan memahami apa yang
dipelajari. Melalui teori belajar Gagne diharapkan guru/pendidik khususnya
guru/pendidik mata pelajaran IPA dapat mengaplikasikan teori Gagne di kelas,
sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan merasakan
implementasinya terhadap kemajuan kualitas pembelajaran IPA yang
dilakukan. Terdapat implikasi dari aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran
IPA yaitu:
1. Para guru yang menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru
2. Guru mampu mengontrol perhatian siswa
3. Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang
diharapkan guru
4. Guru merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan
siswa
5. Guru memberikan penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari
tugas belajar.
6. Guru lebih memberikan bimbingan belajar.
7. Siswa mampu memberikan umpan balik.
27

8. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar


yang telah dicapainya.
9. Guru emberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning,
10. Guru lebih memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan
penggunaan kemampuan yang baru diberikan.
11. Pembelajaran dilaksanakan dengan menyenangkan dan disesuaikan
dengan perkembangan peserta didik.
12. Gagne disebut sebagai modern nonbehaviouristik mendorong guru untuk
merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi.
13. Siswa memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas
kelenturan reflek, dan daya tahan

H. Kelebihan dan Kelemahan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam


Pembelajaran
Teori Gagne ini pada prinsipnya mengacu pada teori behavioristik.
Sehingga, konsekuensinya teori behavioristik adalah para guru yang
menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian- bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan
tertentu. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Kritik terhadap behavioristik
adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifat mekanistik dan
hanya berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kelebihan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran yaitu:
1. Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan
spontanitas kelenturan daya tahan dsb. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua.
28

2. Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk


merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi.
3. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan
spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan Contoh : Percakapan bahasa
Asing, menari, mengetik, olah raga, dll.
4. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi hadiah atau pujian.
5. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Kelemahan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran yaitu:


1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
dimana guru bersifat otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
2. Bersifat meanistik
3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif
5. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan
hanya berorientasi pada hasil.
29

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan
teori belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”.
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan
individu seseorang. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu
yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai
akibat dari stimulasi. Terdapat fase-fase pembelajaran menurut Robert M.
Gagne yaitu: fase penerimaan (Apprehending phase), fase penguasaan
(Acquisition phase), fase storage /retensi, fase pengungkapan kembali
(Retrieval phase), belajar isyarat (Signall Learning), belajar Stimulus
Respons, rantai (Chaining), asosiasi verbal (verbal association), belajar
diskriminasi (discrimination learning), belajar konsep (concept learning),
belajar aturan (rule learning), memecahkan masalah (problem solving)
Hierarkis hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan relevansinya
dengan IPA yaitu informasi verbal (Verbal information), kemahiran
intelektual (Intellectual skill), strategi-strategi kognitif, sikap-sikap (Attitudes),
keterampilan motorik (Motor skill). Aplikasi teori Robert M. Gagne dalam
mengajarkan IPA di SD yaitu: mengaktifkan motivasi (activating motivation),
memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (Instructional information),
mengarahkan perhatian (Directing attention), merangsang ingatan
(stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi
(enhancing retention), membantu transfer belajar, memperlihatkan atau
perbuatan dan memberikan umpan balik.
Implikasi Teori Belajar Gagne terhadap Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar yaitu diantaranya guru mampu mengontrol perhatian siswa,
guru memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang
diharapkan guru, guru merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-

28
30

kemampuan siswa, guru memberikan penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-
pisahkan dari tugas belajar.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
pembaca mengenai profil Robert M. Gagne, definisi belajar menurut, fase-fase
pembelajaran, tingkatan belajar, serta hierarkis hasil belajar dan relevansinya
dengan IPA Robert M. Gagne, aplikasi dan implikasi teori belajar Gagne
terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, serta kelebihan dan kelemahan
aplikas teori belajar Gagne dalam pembelajaran. Sehingga pembaca khususnya
para calon pendidik diharapkan dapat mengaplikasikan kelebihan teori Gagne
dalam pembelajaran terutama pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Demi
penyempurnaan makalah, penulis membuka kritik yang konstruktif dari
pembaca
31

DAFTAR PUSTAKA

Noehi Nasution. 2005. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Purwoko. 2008. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Ganesha

Ratna Wilis Dahar. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Erlangga

Wahyudi 2008. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.Kebumen : Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

Website:
Anharul Ulum. 2012. Hirarki Belajar Menurut Teoro Gagne. Diunduh dari
http://anharululum.blogspot.com/2012/06/hirarki-belajar-gagne.html
pada tanggal 3September 2013

Ayu. 2011. Teori Gagne. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/Teori-Robert-


M-Gagne pada tanggal 3 September 2013

Bayu. 2009. Diunduh dari: http://www.teknologipendidikan.net/contoh-


penerapan-teori-pembelajaran-gagne/ pada tanggal 3 September 2013

Bachtiar. 2011. Teori Gagne dalam Pembelajaran. Diunduh dari: http://bachtiar-


toto.blogspot.com/2011/01/teori-gagne.html pada tanggal 3 September
2013

Dedi Noviyanto. 2012. Teori Belajar Robert M. Gagne. Diunduh dari:


http://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentang-
pendidikan/teori-belajar-robert-m-gagne/ pada tanggal 3 September 2013

Krisdaning. 2012. Teori Gagne dan Paham Kontruktivisme. Diunduh dari:


http://krisdaning217.blogspot.com/teori-gagne-dan-paham-
konstruktivisme.html pada tanggal 3 September 2012

Mutmainah. 2012.Teori Robert M. Gagne. Diunduh dari:


http://mutmainnahlatief.wordpress.com /2012/01/18/teori-gagne/ pada
tanggal 3 september 2013
32

No Name. 2009. Implementasi Teori Gagne . Diunduh dari


http://suksespend.blogspot.com/2009/06/implementasipenerapan-teori-
gagne-dalam.html pada tanggal 3 September 2013

Saidang. 2012. Teori Belajar. Diunduh dari: http://saidangsaid.blogspot.com/ pada


tanggal 3 September 2013
33

Jika kau ingin tau teori belajar Gagne


Jika kau mencari cara tuk mengetahuinya
Marilah kawanku mari kita bersama
Terapkan teori Gagne untuk mengajar IPA
Lihatlah dilihat jangan sampai telat
Jangan sampai lewat dijamin bermanfaat
Stimulus dan Respon, proses dan outputnya
Aplikasinyaa…Implikasinyaa…
Reff:
IPA ituu…asiik,..jembatan keledainya
IPA ituu…asiik,.. tumbuhkan minat siswa
Siik.. asik …asikk,,sik asik asik
34

Anda mungkin juga menyukai