Prosedur dasar teknologi DNA Rekombinan yang akan dikemukakan pada bagian ini
dibatasi lebih pada teknik yang diperantarai oleh vektor. Urutan proses yang menjadi prosedur
dasar pada teknik DNA rekombinan yang diperantarai vector akan dikemukakan lebih lanjut
(Klug dkk, 1994).
1. Pembuatan fragmen DNA dengan bantuan enzim nuclease restriksi yang mengenal dan
memotong molekul DNA pada urut-urutan nukleotida yang spesifik.
2. Segmen-segmen tersebut digabung ke molekul DNA lain dengan bantuan vector. Vector
dapat bereplikasi secara otonom sehingga memfasilitasi manipulasi dan identifikasi molekul
DNA yang baru terbentuk.
3. Vektor yang sudah terinsersi segmen DNA ditransfer ke suatu sel inang. Di dalama sel
tersebut molekul DNA rekombinana (yang tersusun dari segmen yang terinsersi) direplikasi
menghasilkan berlusin-lusin salinan yang disbeut klon-klon.
4. Segmen-segmen DNA yang diklon dapat diambil dari sel inang, dimurnikan dan dianalisis.
5. Sel-sel inang yang mengandung DNA rekombinan mewariskan kepada seluruh sel turunan,
menghasilkan suatu populasi sel-sel yang identic yang semuanya membawahi urut-urutan
yang diklon.
6. Secara potensial, DNA yang diklon dapat ditranskripsikan, RNAd-nya ditranslasikan, serta
produk-produk gennya diisolasi dan dikaji.
Tabel 3. Peluang jumlah tapak pemutusan pada molekul DNA oleh enzim endonuklease restriksi
tipe II (Russel, 1992)
Pasangan nukleotida pada tapak restriksi Probabilitas kejadian
Bioteknologi
Pemanfaatan rekayasa genetika atau teknologi DNA rekombinan dalam bidang
bioteknologi untuk kepentingan manusia. Pada rekayasa genetika masing-masing jaringan
dikendalikan oleh banyak gen, jadi untuk mengubah bentuk tubuh maupun irtelegensi manusia
pada saat sekarang masih jauh dari jangkauan teknologi genetika yang diketahui.
Bioteknologi di bidang pertanian menjanjikan masa depan namun ada keterbatasan
bioteknologi pertanian. Menurut Micklos dan Freyer (1990) kesulitan analisis genetika dibidang
pertanian disebabkan oleh: (1) pertumbuhan tanaman yang lambat dan umur pergantian generasi
yang lama, (2) besarnya genom tanaman, termasuk banyaknya kromosom peliploid, dan (3)
dimilikinya “kotak kayu” yaitu dinding sel berupa selulose yang mengelilingi tanaman. Oleh
karena itu, penelitian dilakukan terutama untuk sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal
masalahnya, kebanyakan sifat dikendalikan oleh banyak gen (multigen) sehingga sifat yang
dikendalikan oleh banyak gen sulit direkayasa dan dikendalikan.
Misalnya tumbuhan memerlukan oksigen untuk membuat protein, tetapi mereka tidak
dapat memanfaatkan secara langsung nitrogen dari udara. Perakaran kacang tanah, kedelai, dan
semanggi mengandung bakteri bintil akar yang dapat mengubah (mengfiksasi) nitrogen diudara
menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan. Tetapi perakaran tanaman lain seperti jagung dan padi
harus memperoleh nitrogen dari pupuk atau dari produk samping organisme lain yang
“meninggalkan nitrogen yang tersedia dari dalam tanah”. Apabila dapat diciptakan jagung yang
dapat membuat nitrogen tentulah dapat mengurangi biaya pemupukan, termasuk mengurangi
pencemaran system perairan karena masuknya sisa-sisa pemupukan nitrat dan fosfat dari tanah
pertanian. Sayangnya, pada saat ini memproduksi tanaman budidaya pemfiksasi nitrogen
(misalnya jagung).
Fiksasi nitrogen
Dikendalikan oleh lebih dari 15 gen yang berbeda dalam sistem bakteru/tanaman. Banyak
diantaranya melibatkan gen-gen yang sampai saat ini belum berhasil diisolasi (dipisahkan).
Bahkan kalaupun gen-gennya dapat dipisahkan, ilmuan masih harus mengatasi masalah
kesulitan-kesulitan dalam memindahkan gen-gen itu ke dalam tubuh tanaman budidaya yang
penting tersebut, misalnya jagung. Gen-gen itu harus diletakkan pada sisi / tempat tertentudalam
kromosom tanaman agar dapat berfungsi, sementara ilmuwan belum menentukan cara
bagaimana meletakkan gen yang diinginkan tersebut ke lokasi yang tepat. Bahkan bila jagung
dan tanaman budidaya yang penting tersebut telah dapat menerima gen pemfiksasi nitrogen,
masih tetap belum diketahui bagaimana caranya mengatur “kerja” dan “tidak kerja” gennya
(“on” dan “off” nya).
Peneliti tanaman menghadapi masalah-masalah yang sama dalam upaya mereka untuk
merekayasa secara genetis pengembangan kemampuan tanaman dalam fotosintesis (misalnya
mengubah tanaman C3 menjadi tanaman C4 yang lebih efisien energy) dalam toleransi terhadap
kekeringan dan dalam hal sifat meningkatkan jumlah panen. Peneliti hewan bekerja keras
mengupayakan agar ternak yang lebih baik juga menghadapi masalah-masalah serupa sehingga
umumnya mereka membatasi diri dalam penyelidikan sifat-sifat yang dibawa oleh gen tunggal
yang tidak menuntut penyisipan secara tepat gen-gen ke dalam genom hewan tertentu.
Menciptakan dasar yang kokoh bagi keberhasilan pengambangan rekayasa genetika di
Indonesia
Gagasan yang dikemukakan pada bagian ini sudah pernah dikemukakan dalam seminar
nasional bioteknologi pertanian di IPB (Corebima. 1987). Keinginan kita adalah agar supaya
sebagai suatu ilmu terapan baru dalam biologi si Indonesia, Rekayasa genetika dapat dikuasai
dan dikembangkan. Usaha yang baru dilakukan untuk menunjang harapan itu adalah secepat
mungkin menciptakan dasar yang kokoh bagi pengembangan rekayasa genetika yang dilakukan,
harapan lebih berhasil sehingga kita tidak selalu hanya mampu melakukan alih teknologi saja.
Dasar yang kokoh bagi pengembangan rekayasa di Indonesia adalah umpan dan
berkembangnya ilmu-ilmu murni pendukung. Inilah dasar utama bagi pengembangan rekayasa
genetika sebagai ilmu terapan, di samping faktor-faktor lain. Hal itu berarti bahwa ilmu-ilmu
murni dalam genetika, biokimia, biologi molekuler, dan sebagainya, harus tumbuh dan
berkembang. Perkembangan ilmu-ilmu murni itu harus ditunjang oleh tenaga-tenaga handal dan
prasarana yang dibutuhkan.
Suatu cara pengadaan tenaga handal akan menekuni usaha-usaha pengembangan ilmu-
ilmu murni adalah berupa perbaikan dan pembenahan dalam jalur sekolah. Dan antara tenaga-
tenaga handal yang memili ilmu murni yang kuat, diharapkan akan banyak muncul karya
penelitian murni yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu murni dalam
genetika biokimia, biologi molekuler dan sebagainya. Atas dasar ilmu murni terapan yang sudah
berkembang inilah, diharapkan laju pertumbuhan dan perkembangan ilm-ilmu terapan termasuk
rekayasa genetika semakin dipercepat.
Daftar Rujukan
Brown KS. 1996. Prescription: one plant please. Bioscience. 46 (2) : 82.
Campbell POQ. 1996. Super Foods: Agricultural Products And Genetic Engineering. Biology
Digest. 1 (23) : 10–7.
Pramashinta, Alice., Riska, Listiyana., Hadiyanto. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat
dan Potensi Risiko. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 3 (1): 1-6
Wiji Astutik