Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

DANA PNBP UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2020

Pengembangan Modul Metabolit Sekunder Tanaman Mangrove di Taman Nasional


Baluran, Situbondo Jawa-Timur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

TIM PENGUSUL

Ketua Peneliti :- NIDN: -


Anggota Peneliti 1 :- NIDN: -
Anggota Peneliti 2 :- NIDN: -
Anggota Peneliti 3 :- NIDN: -

Mahasiswa 1 : Wiji Astutik.S.Si NIM: 190341864425


Mahasiswa 2 :- NIM: -
AR :-
Colaborator :-

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


Desember, 2019

1
1. Abstrak
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang umumnya mempunyai kemampuan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tubuh tumbuhan dari serangan hama penyakit.
Adapun senyawa yang ada pada metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, flavonoid, dan
alkaloid. Peran metabolit sekunder pada mangrove yaitu sebagai komponen pendukung dan
bukan sebagai komponen utama. Bagi manusia, kandungan metabolit sekunder pada
tumbuhan digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, beberapa metabolit lain
juga dimanfaatkan sebagai sabun, parfum, minyak herbal dan sebagainya. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sebagai modul biologi
pada Sekolah Menengah Atas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat apa saja
yang terkandung dalam metabolit sekunder tanaman mangrove. Selain itu penelitian ini juga
ingin mengetahui bagaimana implikasi hasil penelitian sebagai modul pada pelajaran biologi
di SMA
2. Pendahuluan

Bahan alam pada umumnya mengacu ke metabolit sekunder, Beberapa senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada mangrove yaitu alkaloid, terpenoid, flavonoid, steroid dan lain-lain
(Endarini, 2016; Nugroho, 2017). Senyawa Fitokimia yaitu bahan-bahan atau senyawa kimia
yang dihasilkan oleh tumbuhan dalam bidang kimia, dan dapat diartikan sebagai metabolit
sekunder yang secara khusus dihasilkan oleh tumbuhan. Peranan metabolit sekunder yaitu
sebagai komponen pendukung (seperti digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh dan
hormon) dan bukan sebagai komponen utama (seperti pertumbuhan dan reproduksi) (Nugroho,
2017). Tumbuhan mangrove diketahui merupakan salah satu sumber senyawa metabolit
sekunder disamping sebagai penghasil kayu untuk bahan bangunan dan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi bahwa mangrove dari spesies Avicennia germinans yang muda
biasanya dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sayur dan berbagai bahan obat tradisional
(Duke, 1983).

Perkembangan ekonomi dunia melahirkan konsekuensi lingkungan misalnya penurunan


biodiversitas maupun polusi lingkungan, dan polusi lingkungan diramalkan akan menjadi sebab
kematian utama pada Tahun 2050 (OECD, 2012), sehingga pengetahuan tentang lingkungan

2
harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Namun sayangnya, berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan peserta didik tentang konsep-konsep lingkungan
belum memadai (Kurt, 2013; Dikmenli, 2010; Oztas dan Erkan, 2009; Ratnapradipa et al., 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Kurt (2013) menunjukkan bahwa struktur kognitif calon guru
Biologi tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan makhluk hidup misalnya tentang
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya masih belum baik. Penelitian Dikmenli
(2010) juga menunjukkan bahwa calon guru Biologi memang sudah mengetahui tentang istilah
keanekaragaman (biodiversitas), tetapi pemahaman mereka tentang konsep biodiversitas belum
mendalam, khususnya dalam hal penggunaan biodiversitas secara berkelanjutan. Masih
rendahnya pengetahuan lingkungan ini dikhawatirkan membuat para calon guru nantinya tidak
akan mampu untuk memberikan pemahaman lingkungan yang baik (Ratnapradipa et al., 2011).

Salah satu cara memotivasi peserta didik untuk memahami maupun peduli pada
lingkungan adalah dengan mengembangkan sumber belajar seperti misalnya modul. Tujuan dari
penggunaan modul ini adalah untuk membantu mahasiswa agar belajar secara mandiri,
memudahkan mahasiswa untuk memahami materi karena berisi uraian materi yang lengkap
disertai contoh-contoh yang kontekstual. Media pembelajaran modul adalah seperangkat
pembelajaran mandiri yang bisa juga dijadikan acuan dalam belajar berkelompok, yang mana
disajikan secara sistematis yang memuat sekumpulan materi pelajaran, mekanisme dan interaksi,
serta tugas-tugas spesifik dan komponen evaluasi yang disusun dengan menggunakan bahasa
yang komunikatif, sehingga memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatannya (Dahar,
1989). Berdasarkan uraian diatas, peneliti melihat pentingnya dilakukan pengembangan modul
yang dapat mendukung peningkatan hasil belajar siswa. Modul ini sangat penting bagi siswa agar
lebih memahami keanekaragaman hayati bagi keberlanjutan kehidupan di dunia. Respon atas
permasalahan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian pengembangan metabolit sekunder
tanaman mangrove di taman nasional baluran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Tujuan penelitian

1. Mengetahui tingkat kevalidan pengembangan modul metabolit sekunder tanaman mangrove


terhadap hasil belajar siswa
2. Mengetahui tingkat keefektifan pengembangan modul metabolit sekunder tanaman
mangrove terhadap hasil belajar siswa

3
3. Mengetahui tingkat kepraktisan pengembangan modul metabolit sekunder tanaman
mangrove terhadap hasil belajar siswa

3 TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku
ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi
masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan
kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

4
Pengembangan Modul

Menurut Hamdani (2011) Terdapat beberapa definisi bahan ajar yang dikemukakan para
ahli. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang
digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Menurut
Sungkono (2003:1) bahan pembelajaran adalah seperangkat bahan bermuatan materi atau isi
pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar adalah segala
bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi dan lain-lain yang dapat digunakan untuk
belajar ( Koesnandaar, 2008).

Sesuai dengan pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Keguruan
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2003, bahan ajar memilki beberapa karakteristik, yaitu self
instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly (Widodo& Jasmadi, 2008 :
50).

Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul

Hamdani (2011:220-224) menyatakan bahwa salah satu tujuan penyusunan modul adalah
menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik
siswa, serta setting atau latar belakang lingkungan sosial.

Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari
kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat, antara lain : a) Siswa memiliki kesempatan
melatih diri belajar secara mandiri, b) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari
diluar kelas dan diluar jam pembelajaran, c) Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya, d) Berkesempatan menguji kemampuan diri
sendiri dngan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul., e) Mampu membelajarkan diri
sendiri dan f) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya.

5
Prinsip-prinsip Penyusunan Modul

Hamdani (2011) Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya
memerhatikan berbagai prinsip yang membuat modul tersebut dapat memenuhi tujuan
penyusunannya. Prinsip yang harus dikembangkan antara lain: a) Disusun dari materi yang
mudah untuk memahami yang lebih sulit, dan dari yang konkret untuk memahami yang
semikonkret dan abstrak, b) Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman, c)
Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap siswa, d) Memotivasi adalah
salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar dan e) Latihan dan tugas untuk
menguji diri sendiri.

Alur Penyusunan Modul

Menurut Hamdani (2011) Modul pada dasarnya merupakan sarana pembelajaran yang
memuat materi dan cara-cara pembelajarannya. Oleh karena itu, penyusunannya hendaknya
mengikuti cara-cara penyusunan perangakt pembelajaran pada umumnya. Sebelum menyusun
modul, guru harus melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan dibelajarkan.
Selain itu, guru juga melakukan identifikasi terhadap indikator-indikator pencapaian kompetensi
yang terdapat dalam silabus yang telah disusun. Penyusunan sebuah modul pembelajaran diawali
dengan urutan kegaiatan sebagai berikut : a) Menetapkan judul modul yang akan disusun, b)
Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya, c) Melakukan identifikasi terhadap
kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang bentuk
kegiatan pembelajaran yang sesuai, d) Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan
merancang bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan.
Setelah draf modul tersusun, kegiatan berikutnya adalah melakukan validasi dan finalisasi
terhadap draf modul tersebut. Kegiatan ini sangat penting agar modul disajikan (diterapkan)
kepada siswa benar-benar valid dari segi isi dan efektivitas modul dalam mencapai kompetensi
yang ditetapkan.

Metabolit Sekunder

Pemanfaatan sumber daya alam hayati sebagai penghasil senyawa-senyawa kimia yang
potensial terus dikembangkan oleh para ahli kimia khususnya organik bahan alam karena jumlah

6
dan varietasnya yang cukup banyak dan masih kurang yang diketahui kandungan kimianya.
(Achmad & dkk, 1995)
Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah metabolit sekunder. Metabolit
sekunder merupakan hasil yang dikeluarkan oleh tanaman dan diketahui memiliki berbagai
aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia antara lain anti kangker, anti bakteri dan
anti fungi.
Menurut Rizal (2011) senyawa metabolit sekunder dapat digolongkan kedalam 3 kelompok
besar diantaranya:
a. Alkaloid
Alkaloid menurut Winterstein dan trier didifinisikan menjadi senyawa yang bersifat
basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan. Alkaloid seringkali
beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol,
jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna,
sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal dan hanya sedikit
berbentuk cairan (Rizal, 2011)
b. Flafonoik (Fenolik)
Senyawa-senyawa flafonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah,
biru dan sebagian ada warna kuning dalam tumbuhan. Senyawa ini terbuat dari gula
sederhana memiliki cincin benzene, hydrogen dan oksigen dalam struktur kimianya.
Senyawa golongan fenol adalah golongan senyawa dengan struktur aromatic dengan
mengandung gugus OH pada rantai aromatic.
c. Terpenoid
Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap
atau melalui ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Terpenoid ini
mengandung karbon dan hydrogen serta disintesis melalui jalur metabolism asam
mevalonat

4. METODE PENELITIAN
Ada tiga tahapan utama dalam melakukan pengembangan produk yaitu: 1) Analisis awal
dan akhir, (menganalisis masalah, konteks dan tinjauan literature); 2) Pengembangan
prototype melalui proses siklus desain dan kegiatan evaluasi; dan 3) Evaluasi efektifitas

7
produk khususnya yang terkait dengan cara membantu guru dengan gaya pengajaran yang
lebih praktis dengan keterlibatan siswa yang lebih aktif (Nieveen & Plomp, 2013).
Pendekatan ADDIE dipilih karena merupakan paradigma pengembangan produk
pembelajaran dan membangun pembelajaran berbasis kinerja dan menekankan kualitas hasil.
Pembelajaran yang dimaksud yaitu yang berpusat pada siswa, inovatif, autentik,
menfasilitasi keaktifan dan multifungsi (Branch, 2009). Pendekatan ADDIE dengan model
linier lebih sistematis dan revisi hanya dilakukan setelah semua tahapan ADDIE
dilaksanakan sehingga dapat meminimalkan waktu penelitian. Selain itu, pertimbangan lain
bahwa langkah pendekatan ADDIE lebih dinamis dan terstruktur dalam proses
pengembangan modul.
Tahapan penelitian pengembangan dengan menggunakan pendekatan ADDIE terdiri dari
lima tahapan yaitu Analyze (menganalisis), Design (merancang), Develop
(mengembangkan), implement (menerapkan) dan Evaluate (mengevaluasi).

Tahap Analyze

Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis adalah menghimpun informasi permasalahan
yang ada disekolah, baik dari proses pembelajaran, penilaian maupun hasil belajar. Tujuan
tahap analisis yaitu untuk mengidentifikasi dan menetapkan judul serta jumlah modul yang
akan dikembangkan dan dilaksanakan pada tahap awal kegiatan pengembangan.

Tahap Design

Tahap Design dilakukan untuk menghasilkan prototype modul berdasarkan hasil


penelitian. Modul yang dikembangkan terkait dengan penelitian metabolit sekunder pada
tanaman mangrove untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap design, ada dua
kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan penelitian murni dan merancang serta menyusun
draft modul.
1. Penelitian Murni
Penelitian murni dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkaid konten materi yang
menjadi bahan penyusunan modul pembelajaran dan dilengkapi dengan beberapa literature dari
berbagai sumber yang relevan. Bahan penelitian yang digunakan adalah semua tanaman

8
mangrove yang terdapat di Taman Nasional Baluran untuk dilihat kandungan metabolit
sekunder pada setiap jenis tanaman mangrove yang dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Bahan Penelitian


No Bahan
1. Avecennia Marina
2. Avicennia germinans
3. Avicennia alba
4. Avicennia Lanata
5. Sonneratia alba
6. Rhizophora apiculata
7. Rhizophora mucronata
8. Rhizophora apiculata
9. Acrostichum aureum
10. Xylocarpus granatum
11. Ceriop decandra

Tahap Develop

Proses pengembangan produk dilakukan setelah melalui tahap analisis dan


perencanaan. Tahap pengembangan modul berdasarkan hasil penelitian dilakukan dengan
langkah-langkah berikut: 1) modul yang sudah dikembangkan divalidasi untuk
menilai/kelayakan, 2) modul yang sudah divalidasi direvisi kembali berdasarkan saran dan
komentar dari validator, 3) melakukan ujian keterbacaan.
1. Desain validasi
2. Jenis data
3. Analisis data uji kelayakan modul

Tahap Implemet

Proses implementasi dilakukan setelah proses pengembangan selesai. Peneliti akan


melakukan tiga tahapan dalam proses implementasi, yaitu: pelatihan konten, evaluasi dan

9
umpan balik. Pelatihan konten akan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menyajikan desain materi kepada pengguna (siswa dan guru).

Tahap Evaluate

Tahap evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi hasil pengembangan dan menampilkan revisi
dari produk pengembangan. Tahapan pada evaluasi terdiri atas evaluasi produk. Dengan
demikian kualitas modul ini dapat mengacu pada kriteria kualitas menurut Nieven. Menurut
Nieven (2006: 26), suatu material dikatakan baik jika memenuhi aspek-aspek kualitas,
antara lain: 1) validitas (validity), 2) kepraktisan (practicaly), dan 3) keefektifan
(effectiveness).

Analyze

Design

Develop

Implement

Evaluated

Gambar 3.1 Tahapan model ADDIE


Sumber : Welty (2007)

10
5. Jadwal
Jadwal penelitian disusun dalam bentuk tabel yang berisi uraian kegiatan dan waktu
pelaksanaan.

Tabel 1. Format Jadwal Kegiatan


Bulan ke
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengamatan mangrove
2 Uji metabolit sekunder
3 Uji Coba pembelajaran
4 Evaluasi
5 Penyusunan Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives : The Classification of
Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and Co.

Dahar, W. R. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Romi Satria Wahono, 2008. Guru dan Pengembangan Media Pembelajaran. http:// romisatria
wahono.net/2008/04/17 guru dan pengembangan multimedia pembelajaran.

Endarini, L.H., 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Kementerian Keseharan Republik Indonesia:
Jakarta Selatan. 212 hlm.

Nugroho, A., 2017. Teknologi Bahan Alam. Lambung Mangkurat University Press:
Banjarmasin. Hlm. 1-10.

Munaf, Syambasri. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia

Achmad, dkk. 1995. Obat Asli Indonesia Khusus Dari Tumbuh-Tumbuhan Yang Terdapat Di
Indonesia. Dian Rakyat. Bandung.

11
Rizal, S., (2011). Metabolit Sekunder. http://www.kutipan buku. Blogspot.com. diakses pada
tanggal 1 Oktober 2015

Sungkono. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Koesnandar. (2008). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. [Online] tersedia di


http://www.teknologipendidikan.net diakses tanggal 5 Januari 2012.

Widodo, C. dan Jasmadi. (2008). Buku Panduan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Dharma,S,. 2008. Pendekatan,Jenis dan Metodologi Penelitian Pendidikan.


http://www.scibd.com/doc/20980578/penelitian

Sugihartono, dkk, 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta

Sudjana, N,. 2009. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakary

12

Anda mungkin juga menyukai