Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2020
i
PRA KATA
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia, taufik,
hidayah serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Etika
Profesi Keguruan”. Kami juga berterima kasih kepada Bpk Redy Handoko Shi,
Mh .selaku Dosen mata kuliah Etika Profesi Hukum yang telah membimbing dan
mengajarkan serta memberikan tugas ini pada kami.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan kita dan
mampu memberikan manfaat akademis dan sosial bagi semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika............................................................................... 6
B. Profesi………………………..…….................................................. 6
C. Guru................................................................................................... 7
D. Kompetensi Profesionalisme….......................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Kritik dan Saran .............................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam sebuah pekerjaan etika menjadi sebuah landasan dalam berperilaku dan
dengan etika juga dapat menghasilkan kualitas pribadi, kinerja yang efektif,
efesien dan produktif . Etika kerja lazimnya diirumuskan atas kesepakatan
para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber dasar dan moral
yang kemudian disebutlah sebagai kode etik.
Dalam makalah ini akan mencoba memaparkan etika seorang guru, yang
merupakan faktor penentu keberhasilan dalam sebuah program pendidikan di
sebuah negara. Melalui kinerjanya pada tingkat institusional dan intruksional
yang sejalan dengan UU no 14 tahun 2015 tentang guru dan dosen, yang
menempatkan guru sebagai tenaga professional, yang hanya dapat dilakukan
oleh orang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik yang sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
tertentu.
Kedudukan guru sebagai tenaga professional mempunyai visi terwujudnya
sebuah penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
profesionalisme untuk memenuhi hak yang sama bagi semua warga Negara
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Kududukan
guru juga bukan hanya sebagai pengajar melainkan mempunyai tugas lain
seperti sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan
pemberi inspirasi bagi peserta didik. Peran-peran tersebut menuntut seorang
guru untuk terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan perubahan dan
tuntutan yang muncul terhadap dunia pendidikan.
4
B. Rumusan Masalah.
Bagaimana etika seorang yang berprofesi sebagai guru serta kode etiknya
dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga pengajar?...
C. Tujuan Makalah
-Untuk mengetahui etika seorang guru.
-Untuk mengetahui kode etik seorang guru.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa etika adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengetahuan seseorang tentang apa yang baik dan apa
yang buruk.
B. Profesi
Profesi merupakan suatu pengabdian yang bersifat legal formal memiliki
aturan(kode etik) tersendiri untuk menjadi acuan baku dalam melaksanakan
programnya, tidak hanya dimaknai sebagai bidang usaha yang berorientasi
pada profit dan kepentingan pragmatis atau bahkan sekedar karir. Secara
substantive profesi terdapat praktik pengabdian kompetensi yang dimiliki
seseorang kepada bidang yang dikuasainya.3
1
Nurani Soyomukti,Pengantar Filsafat Umum: Dari Pendekatan Historis, Pemetaan Cabang-Cabang Filsafat, Pertarungan
Pemikiran, Memahami Filsafat Cinta, hingga Panduan Berfikir Kritis-Filosofis,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011)Hlm,210
2
Guhrawardi K.Lubis, Etika Profesi Hukum,(Jakarta : Sinar Grafika,2015),Hlm 2.
3
Muhammad Ahyan Yusuf sya’bani, Profesi Keguruan : Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat,(Gresik : Caremedia
communication, 2018) Hlm6
6
Menurut KBBI, Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidiakan
keahlian(ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Berikut beberapa
pengertian profesi menurut para ahli :
a. Frank H Blackington, Profesi adalah memahami kewajiban nya terhadap
masyarakat dan mendorong anggotanya untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan etika yang sudah diterim dan sudah mapan.
b. Yunita Maria YM, Profesi merupakan kegiatan apa saja dan siapa saja
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan keahlian tertentu.
c. Vollmer, Profesi adalah menunjukan kepada sekelompok pekerjaan dari
jenis yang ideal yang sebenarnya tidak ada dalam kenyataan tetapi
menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa diperoleh bila
pekerjaan itu mencapai profesionalisasi dengan penuh.4
Dari berbagai urain mengenai profesi diatas dapat disimpulkan bahwa profesi
adalah kegiatan apa saja yang dilandasi dengan keahlian dibidang tertentu dan
didalamnya terdapat aturan(kode etik) yang mengikat.
C. Guru
Guru dalam pemahaman umum adalah mereka yang mengajarkan ilmu
pengetahuan di sekolah. Sering pula kita dengan istilah guru dikaitkan dengan
istilah seseorang yang dapat digugu (GU) dan ditiru (RU). Istilah digugu dan
ditiru ini mengindikasikan guru adalah seorang yang memiliki kesempurnaan
dalam aspek moral. Sehingga seorang guru haruslah seorang yang sikap dan
perilakunya dapat ditiru dan digugu oleh siswa bahkan oleh masyarakat.
Dua penjelasan tersebut menggambarkan guru dalam dua perspektif, yaitu
pertama perspektif melihat guru sebagai seorang ilmuwan yang berkewajiban
memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya.
4
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan,(Sleman :Deepublish,2013), Hlm.48
7
Sedangkan perspektif kedua melihat guru sebagai seorang yang memiliki
kesempurnaan moral. Apakah itu yang dimaksudkan dengan istilah guru?Guru
atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan
dinyatakan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,
melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat”. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.5
5
Ahmad Suriansyah, Aslamiah Ahmad dan Sulistyani,Profesi Pendidikan : Prespektif Guru Profesional,(Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada ,2015) Hlm.1-2.
8
a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir ke ilmuwan yang
mendukung materi pelajaran yang diampu.
b. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan.
c. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik .
d. Menguasai standart kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau
bidang pengembangan yang diampu .
e. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
f. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber
belajar yang relevan.
g. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.6
Kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan
atau cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi,
bahwwa kode etik merupakan tata cara atau aturann yang menjadi standard
kegiatan suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional
suatu profesi yang diterjemahkan dalam standard perilaku anggotanya. Nilai
6
Umar Sidiq,Etika & Profesi Keguruan,(Tulungagung : STAI Muhammadiyah Tulungagung,2018),Hlm 16-17.
7
Barnawi & Muhammad Arifin,Etika dan Profesi KependidikanI,(Sleman: Ar-Ruzz Media,22014),Hlm .52
9
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian
kepada masyarakat.8
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dengan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan pada suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang
yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenakan aturan
yang ada dalam kode etik tersebut. Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh
yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut. Apabila
setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam
suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa
profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota
profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan
sanksi.Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan
profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya ditujukan sebagai kode etik maka
akan berubah bila telah ada campur tangan pemerintah di dalamnya. Tentu, bila
telah menjadi peraturan, maka akan ada sanksi bagi yang melanggarnya. Pada
umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksinya berupa sanksi moral.
Adanya kode etik dalam suatu organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa
organisasi profesi itu telah mantap.Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan
ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk
secara khusus. Namun demikian, dalam praktiknya kontrol etika sering tidak
berjalan secara mulus karena rasa solidaritas sesama anggota profesi. Seorang
professional terkadang segan melaporkan teman sejawat yang melakukan
pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu, solidaritas antar kolega
ditempatkan di atas kode etik profesi.9
8
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan,(Sleman :Deepublish,2013), Hlm.91
9
Umar Sidiq,Etika & Profesi Keguruan,(Tulungagung : STAI Muhammadiyah Tulungagung,2018),Hlm 53-54.
10
F. Kode Etik Keguruan
11
Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
Guru memberkan pelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan
kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi orang tua
muridnya.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
Kode etik guru ketiga, menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan
informasi dari peserta didik selengkap mungkin. Tentang kemampuan,
maupun minat dan bakat karena akan berpengaruh terhadap perkembangan
pola pikir dan kemajuan peserta didik, guru mengadakan komunikasi,
terutama dalam memperoleh informasi tentang peserta didik :
Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah
dilandaskan pada rasa kasih saying.
Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui
kepribadian anak dan latar belakang keluarganya masing-masing.
Komunikasi guru ini hanyalah semata-mata untuk kepentingan
pendidikan anak didik.
4. Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik
untuk berhasilnya proses belajar mengajar.
Kode etik guru ke empat, mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan
suasana sekolah yang aman dan nyaman sehingga membuat peserta didik
betah akan belajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitar supaya terjalin hubungan dan kerja sama yang baik dalam pendidikan.
Kode etik guru kelima, mengingat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitar yang bertujuan untuk membangun terwujudnya dan
terjalinnya hubungan baik antara guru dengan peserta didik :
12
Guru menjalin hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak
didik.
Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur.
Guru mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya antar
sekolah, orang tua murid dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha
pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua murid dan
masyarakat.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
Kode etik guru keenam,Guru harus selalu meningkatkan dan
mengembangkan mutu serta martabat profesinya dan ini dapat dilakukan
secara pribadi ataupun kelompok :
Guru melanjutkan studinya dengan membaca buku-buku, mengikuti
lokakarya, seminar dan pertemuan-pertemuan pendidikan. Mengikuti
penataran, mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.
Guru selalu bicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat
profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
Kode etik guru ketujuh,Intinya menjalin kerjasama yang mutualisme dengan
rekan seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan :
Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati
dan bantu membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan
kepentingan pribadi maupun dalam menunaikan tugas profesinya.
13
Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik
rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara
keseluruhan maupun secara pribadi.
8. Guru bersama-sama meningkatkan mutu dari organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
BAB III
PENUTUP
10
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan,(Sleman :Deepublish,2013), Hlm 94-99.
14
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika merupakan segala
pengetahuan seseorang tentang apa yang baik dan apa yang buruk dalam suatu
perbuatan maupun ucapan.
Profesi merupakan salah satu pekerjaan di bidang tertentu yang diharuskan dibekali
dengan keahlian yang cukup sesuai dengan bidangnya dan memiliki aturan (kode
etik).
Guru merupakan orang yang mengajarkan ilmu kepada anak didiknya. Berdasarkan
definisi diatas mengenai etika, profesi dan guru, maka etika profesi keguruan adalah
salah satu acuan seorang guru dalam proses belajar mengajar maupun berinteraksi
kepada anak didik. Etika seorang guru akan menentukan terwujud atau tidaknya suatu
tujuan bangsa terhadap pendidikan yang berkualitas dan bermutu oleh karena itu
pemerintah menetapkan kriteria seseorang guru guna menjaga mutu dari sebuah
pendidikan. Etika seorang guru diatur di dalam kode etik yang dibuat oleh PGRI yang
dimana akan mendapatkan sanksi bagi guru yang melanggar kode etik tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, sehingga dapat
menjadi bahan revisi untuk makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
15
Ahmad Suriansyah, Aslamiah Ahmad dan Sulistyani.2015.Profesi Pendidikan :
Prespektif Guru Profesional.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
16