Anda di halaman 1dari 54

Norma Hukum dan Bahasa

Hukum

Bu nana
PENGERTIAN NORMA DAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN .
 Norma adalah aturan, ketentuan, tatanan, atau
kaidah yang dipakai sebagai panduan, pengendali
tingkah laku(pemerintah dan masyarakat), atau
sebagai tolok ukur untuk menilai sesuatu.
 Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Hkm sebagai sistem norma
(Hans Kelsen)
 Sustu norma dibuat menurut norma yg lebih tinggi dan
norma yg lebih tinggi dibuat menurut norma yg lebih
tinggi lagi dstrsnya sampai pada norma yg ditetapkan
lebih dahuluu oleh masyarakat.
 Norma tertiggi adalah : Grundnorm
 Grundnorm sebagai sumber nialai bagi adanya sistem
hukum dan yg menggerakan sistem hukum.
 Menurut hans kelesen hukum adalah norma yang disusun
dalam hierarkhi tertinggi smapi yag paling rendah ( stufen
theory)
Teori hukum murni dari Hans
Kelsen (Stufenbau Theory)
HANS KELSEN
(STUFENBAU THEORIE)

GN

NORM

NORM

NORM

NORM

NORM

NORM

NORM

NORM
MASHAB FORMALISTIS

APLIKASI TEORI
STUFENBAU
Hirarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia (pasal 7 ayat (1) UU12/2011)

 UUD 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu)
 Peraturan pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah Propinsi dan
 Peraturan Daerah Kabupaten.
Sifat-sifat norma hukum
 :Imperatif,berupa perintah yang harus
ditaati,baik berupa suruhan maupun
larangan.
 Fakultatif,tidak mengikat atau wajib di
patuh
MACAM-MACAM NORMA HUKUM

1. Aspek Addressat Norma Hukum Umum

Norma Hukum Individual

Norma Hukum Umum adalah suatu norma hukum yang


ditujukan untuk orang banyak (addressatnya umum) dan
tidak tertentu. ‘barang siapa......’ atau ‘setiap orang....’
ataupun ‘setiap warga negara’ dan sebagainya sesuai
dengan addressat yang dituju
Norma Hukum Individual adalah norma hukum yang
ditujukan atau dialamatkan (addressatnya) pada seseorang,
beberapa orang, atau banyak orang yang telah tertentu..
Para OJOL di Jakarta dilarang mengangkut penumpang
pada masa penerapan PSBB sejak tanggal 4 April 2020
2. Aspek Ruang Lingkup Isi Norma Hukum Abstrak

Norma Hukum Konkret

Norma Hukum Abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat


pada perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti
tidak konkrit. Norma ini merumuskan suatu perbuatan secara
abstrak, misalnya disebutkan dengan kata di larang mencuri, di
larang membunuh, dilarang menebang pohon, dsb.
Norma Hukum Konkret adalah suatu norma hukum yang melihat
perbuatan seseorang itu secara lebih nyata (konkret). Badu
melakukan tindak pidana pencurian sehingga di hukum …..
penjara
Kombinasi
 Norma Hukum Umum-Abstrak
 Norma hukum umum-abstrak merupakan suatu norma hukum yang ditujukan untuk
umum dan perbuatannya masih bersifat abstrak. Dapat dirumuskan sebagai
berikut;
 a.       Setiap warga negara dilarang mencuri;
 b.      Setiap orang dilarang membunuh sesamanya.
 Norma Hukum Umum-Konkrit
 Suatu norma hukum yang ditujukan untuk umum dan perbuatannya sudah tertentu.
Dapat dirumuskan sebagai berikut; “Setiap orang dilarang membunuh si Badu
dengan parang”.
  Norma Hukum Individual-Abstrak
 Norma hukum yang ditujukan untuk seseorang atau orang tertentu dan
perbuatannya bersifat abstrak (belum konkrit). Dirumuskan sebagai berikut: “Si
Badu yang bertempat tinggal di Jln. Sudirman Nomor 21 Pekanbaru dilarang
mencuri”.
 Norma Hukum Individual-Konkrit
 Norma hukum yang ditujukan untk seseorang atau orang tertentu dan
perbuatannya bersifat konkrit. Dirumuskan sebagai berikut: “Si Badu, umur 20
tahun dilarang merokok di kantor tempat ia bekerja”.
4. Aspek Keberlakuan Norma Hukum Einmahlig

Norma Hukum Dauerhaftig

Norma Hukum bersifat Einmahlig adalah norma hukum yang


berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi
sifatnya hanya menetapkan.
Norma Hukum bersifat Dauerhaftig (berlaku terus menerus)
adalah norma hukum yang berlakunya tidak dibatasi oleh waktu,
sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang
baru.
5. Aspek Wujud Norma Norma Hukum Tunggal

Norma Hukum Berpasangan

Norma Hukum Tunggal adalah suatu norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak
diikuti oleh suatu norma hukum lainnya, jadi isinya hanya merupakan suatu
suruhan (das sollen) tentang bagaimana kita harus bertindak atau bertingkah laku.
Norma Hukum Berpasangan adalah norma yang terdiri dari norma hukum primer
dan norma hukum sekunder.

6. Berdasarkan isi peraturan


Norma Hukum Primer: norma hukum yang berisi aturan/ patokan bagaimana cara
kita harus berperilaku di dalam masyarakat (das sollen).
Norma Hukum Sekunder: norma hukum yang berisi tata cara penanggulangannya
apabila suatu norma hukum primer itu tidak dipenuhi.
Principle of Legality
(Lon L. Fuller )
 Sistem hukum harus mengandung peraturan peraturan
yang tidak hanya bersifat ad hoc
 Peraturan harus diumumkan
 Peraturan tdk boleh berlaku surut
 Peraturan hrs dibuat dalam rumusan yg bisa dimengerti
 Sustu sistem tidak boleh mengandung peraturan yg
bertentangan stu sama lainnya
 Peraturan tdk boleh mengandung tuntutan yg melebihi apa
yg bis dilakukan
 Tidak boleh dirubah-rubah
 Hrs ada kecocokan atura peraturan yg diundangkan
dengan pelaksanaan sehari-hari.
JENIS NORMA PERATURAN
PERUNDANGUNDANGAN

 Norma Peraturan Perundang-undangan


dimuat dalam rumusan Pasal atau Pasal
dan ayat.
 Norma Peraturan Perundang-undangan
terdiri atas :
a. norma tingkah laku (gedrags normen)
b. norma kewenangan (bevoegdheids
normen)
c. norma penetapan (bepalende normen)
4 (empat) tipe norma tingkah laku
a. larangan (verbod) → jangan melakukan sesuatu,untuk
ketentuan ini digunakan kata “dilarang”
b. perintah (gebod) → harus melakukan sesuatu, untuk
ketentuan ini digunakan kata “wajib” dan “harus”
c. Izin (boleh melakukan sesuatu) (toestemming), untuk
ketentuan ini digunakan kata ”dapat”
d. Pembebasan dari suatu perintah (vrijstelling) →
biasanya digunakan kata “kecuali” (apabila dirumuskan
dalam Pasal tanpa ayat) atau “dalam hal” (apabila
dirumuskan dalam Pasal yang memiliki ayat)
Keempat aturan tingkah laku tersebut ditujukan baik untuk
Pemerintah maupun untuk masyarakat.
 Contoh rumusan norma mengenai pembebasan dari
suatu perintah.
 Contoh 1 dirumuskan dalam Pasal tanpa ayat: Surat
panggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal…
harus disampaikan kepada yang bersangkutan sendiri,
kecuali jika yang bersangkutan tidak ada ditempat,
surat panggilan dapat disampaikan kepada
keluarganya.
 Contoh 2 dirumuskan dalam Pasal yang memiliki ayat:
(1) Surat panggilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal… harus disampaikan kepada yang bersangkutan
sendiri. (2) Dalam hal yang bersangkutan tidak ada
ditempat, surat panggilan dapat disampaikan kepada
keluarganya.
 3 (tiga) tipe norma kewenangan
a. berwenang (gebonden bevoegdheid)
b. tidak berwenang (onbevoegdheid) –
c. dapat tetapi tidak perlu melakukan (kan
maar niet hoetf – discretionarie bevoegheid)
→ Menteri dapat menolak permohonan izin
usaha di bidang pengangkutan
Norma penetapan misalnya, kapan mulai
berlakunya suatu peraturan perundang-
undangan, penentuan tempat kedudukan
suatu lembaga dan sebagainya.
Pengertian Bahasa Hukum
 Dalam pengertian luas : Rangkaian
kata-kata, bunyi dan lambang/simbol
untuk menyatakan atau melukiskan
sesuatu kehendak, perasaan, pikiran,
pengalaman yang ada di dalam atau
yang terkait dengan hukum terutama
dengan hubungannya dengan
manusia lain.
 Dalam arti luas tersebut, objek bahasa
hukum terdiri dari tulisan
(kata/kalimat), bunyi (ucapaan lisan),
lambang/simbol, warna dan gambar.
 Dalam masyarakat tradisional, bahasa
simbol/lambang ditemukan sering
digunakan, sedangkan dalam
masyarakat modern sering
menggunakan bahasa tulisan.
 Dalam arti sempit : Bahasa hukum
adalah bagian dari ilmu bahasa, yaitu
bahsa indonesia dalam bidang hukum
yang mengingat fungsinya
mempunyai karakteristik tersendiri,
oleh karena itu bahasa hukum
haruslah memuat syarat-syarat dan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
(Rumusan Hasil Simposium Bahasa
Indonesia di Medan Tahun 1974)
 Bahasa Hukum adalah bahasa aturan dan
peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan
ketertiban dan keadilan, untuk
mempertahankan kepentingan umum dan
kepentingan pribadi di dalam masyarakat.
Namun dikarenakan bahasa hukum adalah
bagian dari bahasa Indonesia yang modern,
maka dalam penggunannya harus tetap,
terang, monosemantik, dan memenuhi syarat
estetika bahasa Indonesia
 Bahasa dan hukum merupakan penjelmaan
kehidupan manusia dalam masyarakat yang
merupakan sebagian pula dari penjelmaan suatu
kebudayaan pada suatu tempat dan waktu.
 Hubungan antara norma dan bahasa hukum,
adalah hubungan yang bersifat simbolik
linguistik dimana antara keduanya merupakan
simbol atau makna yang dituangkan dalam
bentuk bahasa untuk dapat digunakan sebagai
sarana mengatur perilaku dalam masyarakat.
 sebagai sarana komunikasi hukum agar mudah
dipahami masyarakat
 Untuk memberikan makna yang konsisten,
jelas, tegas dan berkepastian hukum
 kalangan hukum cenderung (a) merumuskan atau
menguraikan dalam kalimat yang panjang dengan anak
kalimat; (b) menggunakan istilah khusus hukum tanpa
penjelasan; (c) menggunakan istilah ganda atau samar-
samar; (d) menggunakan istilah asing karena sulit mencari
padanannya dalam bahasa Indonesia; (e) enggan bergeser
dari format yang ada (misalnya dalam akta notaris). Hal-
hal tersebut menempatkannya dalam dunia tersendiri
seakan terlepas dari dunia bahasa Indonesia umumnya.
Tidak heran jika dokumen hukum, seperti peraturan
perundang-undangan, surat edaran lembaga, surat
perjanjian, akta notaris, putusan pengadilan, dan berita
acara pemeriksaan, sulit dipahami masyarakat awam
 Bahasa hukum merupakan bagian
dari bahasa Indonesia yang modern,
maka penggunaannya harus
terang,jelas, dan memenuhi syarat
astetika bahasa Indonesia.
Ciri-ciri Bahasa Hukum
 Menurut Anton M. Mulyono : Bahasa hukum
(dalam arti sempit) hanya merupakan
bahasa ilmiah dengan ciri-ciri :
 Lugas
 Objektif
 Memberikan definisi yang clear dan cermat
 Menghindari pengunaan istilah yang multi tafsir.
 dogmatis
 Istilah yang digunakan cenderung baku
 Hemat dalam penggunaan kata dan atau kalimat.
 Bahasa hukum merupakan bagian dari ilmu hukum.
 Secara ontologis, mempelajari : sistem tanda-tanda
kebahasaan yang terdiri dari tulisan, lambang/simbol,
isyarat, ucapan lisan, dan bunyi-bunyi.
 Secara epistemologis, mempelajari : tafsir hukum dan
politik hukum.
 Secara aksiologis, mempelajari : makna yang ada dibalik
bahasa hukum dan atau menyatakan sesuatu kehendak
perasaan, pikiran dan pengalaman yang berhubungan
dengan hukum.
• Jika merumuskan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka pilihlah kalimat
yang lugas dalam arti kalimatnya tegas, jelas
dan mudah ditangkap pengertiannya, tidak
berbelit-belit dan obyektif. Kalimat yang
dirumuskan tidak menimbulkan salah tafsiran
atau menimbulkan pengertian yang berbeda
setiap pembaca. Hindari pemakaian istilah
yang pengertiananya sedemikian kabur dalam
hubungan kalima kurang jelas. Istilah yang
dipakai sebaiknya sesuai dengan pengertian
yang biasa dipakai bahasa sehari-hari.
 Hindari pemakaian:
a. Bebrapa istilah yang berbeda untuk pengertian
yang sama.
Contoh:
Istilah gaji, upah, pendapatan digunakan untuk
pengertian penghasilan.
b. Satu istialah untuk bebrapa pengertian yang
berbeda.
Istilah penangkapan diartikan juga penahanan
atau pengemanan.
 Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah
dan arti dalam peraturan pelaksanaan yang
disesuakan dengan istilah dan arti yang dipakai
dalam peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi derajatnya.
Contoh:
Pengertian Pajak dalam Peraturan Nomor 21
Tahun 1997 tentang Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor desesuaikan dengan
istilah Pajak dalam Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
 Pemakaiaan kata paling
untuk menyatakan pengertian maksimum (relatif)
digunakan kata paling:
Contoh
.........Diancam dengan pidana kurunan paling lama 6
(enam) bulan atau benda paling banyak
Rp.5.000.000.- (lima juta rupiah)
Hindari penggunaan kata sekurang-kurangnya dalam
merumuskan norma yang menyangkut batsan waktu.
 Pemakaiaan kata kecuali.
Untuk menyatakan makna tidak
termasuk dalam golongan digunakan
kata kecuali. Kata kecuali
ditempatkan diawal kalimat jika yang
dikecualikan induk kalimat.
Contoh:
Kecuali A dan B, setiap orang wajib
memberikan kesaksian didepan
sidang pengadilan.
 Pemakaiaan kata Disamping.
untuk menyatakan kata makna
termasuk, dapat digunakan kata
disamping.
Contoh:
Disamping menjalani pidana penjara,
terpidana juga dikenai denda.
 Pemakaiaan jika dan kata maka.
Untuk menyatakan makna pengandaian atau
kemungkunan digunakan kata jika atau frasa
dalam hal. Gunakan kata jika bagi
kemungkinan atau keadaan yang akan
terjadi lebih dari sekali dan setelah anak
kalimat diawali kata makna.
Contoh:
Jika perusahaan itu melanggar kewajiban
yang dimaksudkan dalam ..., maka....
 Pemakaiaan kata apabila.
untuk menyatakan atau menunjukkan uraian
atau penegasan waktu terjadi sesuatu,
sebaiknya menggunakan kata apabila atau
bahwa.
Contoh:
Salah satu pihak dalam perjanjian kerja sama
ini dapat mengajukan pembatalan perjanjian
apabila pada waktu perjanjian ini dibuat
terdapat unsur paksaan, kekhilafan dan
penipuan.
◙ Pakaian kata dan, atau, dan atau.
Untuk menyatakan sifat yang kumulatif digunakan
kata dan.
Contoh:
 A dan B wajib memberikan ...
Untuk menyatakan sifat alternatif atau eksklusif
digunkan atau.
Contoh:
 A atau B wajib memberikan ...
Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun
kumulatif digunakan frasa dan atau.
Contoh:
 A dan atau B memperoleh ...
Untuk menyatakan istilah hak
digunakan kata berhak.
Contoh:
Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak
untuk mendapatkan pensiun.
 Untuk menyatakan kewenangan, digukanan kata
dapat atau kata boleh.
Kata dapat dapat merupakan kewenangan yang
melekat pada seseorang, sedangkan kata boleh tidak
melekat pada seseorang. Untuk menyatakan isrulah
kewajiban digunakan kata wajib.
Contoh:
o Mentri Dalam Negeri dapat memberikan
pertimbangan/penghargaan/sanksi kepada setiap PNS
dijajaran Departemen Dalam Negeri.
o Setiap warga negara wajib membayar pajak.
 Utnuk menyatakan istilah sekedar
kondidsi atau persyaratan, digunakan kata
harus.
Contoh:
Untuk menduduki suatu jabatan, tetntu
seseorang calon pejabat hrus terlebih
dahulu mengukuti pendidikan
penjejangan.
 Untuk menyangkal suatu kewajiban atau
kondisi yang diwajibkan digunkan frasa tidak
dawajibkan atau tidak wajib.
Contoh:
Waraga negara yang belum berumur 18 tahun
dan belum kawin tidak diwajibkan untuk
mengikuti pemilihan umum.
 Untuk mengacu ayat atau pasal lain, digunakan
frasa sebagaimana dimaksud pada atas dalam.
Contoh:
...sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat
(1) ...................
 Usahakan agar setiap Pasal atau
kebulatan ketentuan tanpa mengacu ke
Pasal lain.
Contoh:
Izin penggalian tambang batu bara
sebagaimana dimaksud dengan Pasal
18.... Pengacuan hanya boleh dilakukan
ke peraturan yang tingkatnya sama atau
lebih tinggi.
Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dan
tiap pasal atau ayat yang diacu dan hindarkan penggunaan frasa pasal
yang terdahulu atau pasal tersebut diatas atau Persalini.
Contoh:
Panitia Pemilihan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (3),
bertugas...
Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diperlakukan
seluruhnya, maka istilah tetap belaku dapat dilakukan.

Pernyataan tetap berlaku dalam pengertian bahwa digunakan jika


ketentuan yang diacu itu sebagian atau diberlakukan dengan
perubahan.
Contoh:
Peraturan Daerah tentang Pajak selain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan tetap berlaku selama 1 (satu) tahun sejak berlakunya
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Distribusi Daerah.
 Apabila istilah tertentu dipakai berulang-ulang,
maka untuk menyederhanakan susunan
perundang-undangan dapat dibuat definisi yang
tempatkan dalam Bab (tentang) Ketentuan
Umum.
Contoh:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak
adalah uraian yang wajib dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada Dearah tanpa
imbalan langusngyang seimbang, yang dapat
dipaksakan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
 Jika istilah tertentu dipakai berulang-ulang,
maka untuk menyederhanakan susunan suku
kata dalam peraturan perundang-undang dapat
menggunakan singkatan atau akronim.
Contoh:
o Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah menjadi
APBD.
o Badan Perencanaan Pembangunan Dearah menjadi
BAPPEDA
 Singkatan nama atau badan atau lembaga
yang belum begitu dikenal umum dan bila
tidak dimuat dalam Ketentuan Umum, maka
setelah tulisan lengkapnya, singkatannya
dibuat diantara kurung.
Contoh:
o Badan Koordinasi Surveidan Pemetaan Nasional
(Bakorsutanal)
o Kredit Usaha Tani (KUT)
 Di anjurkan sedapat mungkin menggunkan istilah
pembentukan bahasa Indonesia. Pemakaian istilah
asing yang banyak dipakai dan sudh disesuaikan
ejaannya dengan kaidah bahasa Indonesa dapat
dipertimbangkan dan dibenarkan, jika istilah asing itu
memenuhi syarat:
o Mempunyai konotasi yang cocok;
o Lebih singkat dibandingkan pedomannya dalam bahasa
Indonesia;
o Lebih mudah tercapainya kesepakatan;
o Lebih mudah dipahami dari pada terjemahan bahasa
Indonesia.
Contoh:
 Apresiasi (memberikan penilaian atau penghargaan)
 Devaluasi (penurinari nilai mata uang)
 Devisa (alat-alat pembayaran luar Negeri)
Ragam Bahasa hukum
1. Bahasa hukum tulisan
Pasal 43 PP. No. 10 Tahun 1961
“barang siapa membuat akta yang
dimaksud dengan pasal 19, tanoa
ditunjuk oleh seorang Mentri Agraria
sebagai pejabat di pidana dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3
bulan dan/ atau dengan denda
sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,00-.
2. Bahasa hukum bunyi
Bunyi Bel : . (satu kali) = peserta masuk ruangan
. . (dua kali) = soal dibagikan
. . . (tiga kali) = ujian dimulai dan seterusnya

3. Bahasa hukum warna


Trafic light :
- Kuning: hati-hati (siap-siap jalan/ berhenti)
- Merah: harus berhenti
- Hijau: silakan jalan
4. Bahsa hukum

Silakan belok kanan. Jalan terus (siap-siap/ berhenti)

5. Bahasa hukum isyarat


Mengangguk = tanda setuju.
Menggelengkan kepala = tanda tidak setuju
Latihan
 Buat rumusan norma hukum dengan
menggunakan bahasa hukum yang baik
dann benar ( tidak multi tafsir, mudah
dipahami, lugas, baku ...)
 Minimal 5 kalimat
 Dikumpulkan besok pada pertemuan
berikutnya.
Thank You for Your
Attention

SEMOGA KALIAN SELALU SEHAT

Anda mungkin juga menyukai