NORMA HUKUM
A. Pengertian Norma
Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Istilah norma berasal dari bahasa
latin, atau kaidah dalam bahasa arab, sedangkan dalam bahasa Indonesia sering juga disebut
dengan pedoman, Patokan atau aturan. Norma mula-mula diartikan denga siku-siku, yaitu garis
tegak lurus yang menjadi ukuran atau patokan untuk membentuk suatu sudut atau garis yang
dikehendaki. Dalam perkembangannya, norma itu diartikan sebagai suatu ukuran atau patokan
bagi seseorang dalam bertindak atau bertingkah laku dalam masyarakat, jadi inti suatu norma
adalah segala aturan yang harus dipatuhi
1. Norma hukum umum-abstrak, adalah suatu norma hukum yang ditunjukan untuk umum
dan perbuatannya masih bersifat abstrak.
2. Norma hukum umum-konkrit, adalah suatu norma hukum yang ditunjukan untuk umum
dan perbuatannya sudah tertentu.
3. Norma hukum individual-abstrak, adalah suatu norma hukum yang ditunjukan untuk
seseorang atau orang-orang tertentu dan perbuatannya bersifat abstrak.
4. Norma hukum individual-konkrit, adalah suatu norma hukum yang ditunjukan untuk
seseorang atau seseorang atau orang-orang tertentu dan perbuatannya bersifat konkrit.
3. Norma Hukum yang Terus-Menerus dan Norma Hukum yang Sekali-Selesai1[3] Norma hukum
yang berlaku terus-menerus adalah norma hukum yang berlakunya tidak dibatasi oleh waktu,
hingga peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan baru. Sedangkan norma hukum yang
berlaku sekali-selesai adalah norma hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu
selesai, jadi sifatnya hanya menetapkan saja, sehingga dengan adanya penetapan itu norma hukum
selesai.
4. Norma Hukum Tunggal dan Norma hukum Berpasangan
norma hukum tunggal adalah norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak diikuti dengan oleh
suatu norma hukum lainnya. Norma hukum ini hanya merupakan suatu suruhan tentang bagaimana
seseorang bertindak atau bertingkah laku sebagaimana mestinya. Adapun norma hukum
berpasangan itu terbagi 2, yaitu :
1. Norma hukum primer, berisi tentang aturan atau patokan bagaimana cara seseorang
berperilaku di dalam masyarakat.
2. Norma hukum sekunder, berisi tentang cara penanggulangannya apabila norma hukum
primer tidak terpenuhi. Norma hukum sekunder ini memberikan pedoman untuk para
penegak hukum dalam bertidak apabila norma hukum primer tidak dipatuhi. Norma hukum
sekunder ini juga mengandung sanksi.
5. Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan mengandung tiga unsur, yaitu: Norma Hukum, Sifat norma hukum
dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa perintah, larangan, pengizinan, pembebasan.
6. Norma berlaku ke luar, Riuter berpendapat bahwa, di dalam peraturan
perundangan-undangan terdapat tradisi yang hendak membatasi berlakunya norma hanya bagi
mereka yang tidak termasuk, dalam organisasi pemerintah. Norma hanya ditunjukan kepada rakyat
dan pemerintah, hubungan antar sesamanya, maupun antar rakyat dan pemerintah. Norma yang
mengatur bagianbagian organisasi pemerintah dianggap bukan norma yang sebenarnya, dan hanya
dianggap norma organisasi. Oleh karena itu, norma hukum dalam peraturan perundang-undangan
selalu disebut “berlaku ke luar”.
7. Dalam hal ini terdapat pembedaan antara norma yang umum (algemeen) dan yang
individual (individueel), hal ini dilihat dari adressat (alamat) yang dituju, yaitu ditunjukan kepada
“setiap orang” atau kepada “orang tertentu”, serta antara norma yang abstrak dan yang konkrit jika
dilihat dari hal yang diaturnya, apakah mengatur peristiwa-peristiwa yang tertentu atau mengatur
peristiwa-peristiwa yang tidak tertentu.
1. Negara persatuan, yaitu negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia
negara yang mengatasi paham golongan dan perseorangan, serta menghendaki persatuan
segenap bangsa Indonesia.
2. Keadilan sosial, yaitu negara mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Kedaulatan rakyat, yaitu Negara berdasar atas paham kedaulatan rakyat,beardasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan / Perwakilan.
4. Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah pancaran dari4[6]
nilai nilai dasar Pancasila. Nilai nilai Pancasila itu selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.