Anda di halaman 1dari 6

Rangkuman ilper

1. Tentang peristilahan
Teori perundang undangan → konsep yang mengacu pada cara atau metode yang digunakan
dalam menyusun dan merumuskan suatu undang-undang. Teori perundang-undangan
mencakup berbagai aspek, seperti aspek teknis, aspek politis, dan aspek filosofis dari
pembuatan undang-undang. ( fokus pada pembuatan uu)
Ilmu perundang-undangan → disiplin ilmu yang mempelajari tentang hukum secara umum,
termasuk teori dan praktik pembuatan undang-undang, penerapan hukum, dan penegakan
hukum. Ilmu perundang-undangan juga mencakup studi tentang peraturan perundang-
undangan yang ada, sistem hukum, institusi hukum, dan peran masyarakat dalam hukum.
( mencakup pembuatan uu, penerapanya serta penegakanya )
Peraturan perundang-undangan → Merupakan sebuah istilah yang lebih spesifik, dan
merujuk pada aturan hukum tertulis yang dibuat oleh pemerintah atau badan legislatif dalam
rangka mengatur perilaku dan tindakan manusia dalam suatu negara. Peraturan perundang-
undangan terdiri dari undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan
daerah.
Perundang-undangan → Merupakan sebuah istilah yang mencakup semua aturan hukum,
baik itu aturan yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis. Perundang-undangan meliputi
seluruh aturan, norma, kebiasaan, praktik, dan prosedur yang mengatur perilaku dan tindakan
manusia dalam suatu masyarakat.

2. Pengertian norma hukum:


Merupakan aturan atau pedoman yang berisi perintah/kewajiban yang bentuknya dapat tertulis
dan tidak tertulis yang pembentukanya oleh lembaga-lembaga berwenang serta berlaku umum,
sifat dari norma hukum dikarenakan dibentuk oleh Lembaga tertentu sehingga tidak selalu bisa
memenuhi rasa keadilan/pendapat masyarakat.
3. Beda norma hukum dengan norma lainya;
Letak perbedaan norma hukum dengan norma lainya yaitu pertama diilihat dari sifatnya yang
heteronom berarti dalam konteks hukum tertentu terdapat paksaan dari luar terhadap manusia
untuk patuh pada kewajiban yang diatur oleh norma hukum yang berlaku. Berbeda dengan
norma lainya yang cenderung bersifat otonom yang berarti norma tersebut lahir dari dalam diri
manusia (kesadaran ). Kedua, adanya akibat yang diatur oleh norma hukum terhadap terjadinya
pelanggaran yaitu sanksi khusus yang diatur oleh hukum cth sanksi pidana berbeda dengan
norma lain yang memiliki jenis sanksinya tersendiri cth norma agama dengan sanksinya yaitu
dosa. Ketiga, perbedaan kali dilihat dari penegak atau siapa yang menjalankan norma terkait.
dalam norma hukum, sanksi sebagai akibat dari suatu perbuatan yang melanggar hukum
ditegakan oleh aparat penegak hukum. berbeda dengan norma lainya yang dimana subjek yang
menjalankan norma tersebut adalah diri manusia sendiri atau bisa dari orang lain cth rasa
bersalah dalam diri manusia dan pengucilan oleh masyarakat.
4. Tentang klasifikasi norma hukum:
A. Norma hukum umum – menitikberatkan pada adresat dari norma hukum yang ada, umum
berarti secara keseluruhan/setiap orang/siapapun sebagai warga di wilayah berlakunya
norma hukum bersangkutan
B. Norma hukum Individual- juga menitikberatkan pada adresat namun kali ini adresatnya
yang telah ditentukan/tertentu saja tidak untuk siapapun.
C. Norma Hukum Abstrak – norma hukum yang bersifat abstrak cenderung menggeneralisir
meskipun memang menitikberatkan pada “perbuatan” namun dengan makna perbuatan
yang luas tidak terbatas/tidak spesifik
D. Norma hukum konkret – Norma hukum dengan jenis ini juga menitikberatkan pada
“perbuatan” namun lebih konkrit lagi dalam memaknai “perbuatan tersebut”
E. Norma hukum sekali selesai – berlaku sekali dan seketika itu saja contohnya izin
F. Norma hukum terus menerus – masa keberlakuanya adalah sampai norma itu dicabut
G. Norma hukum tunggal – tidak diikuti oleh norma lain → aturan tunggal tanpa sanksi atau
aturan pelanjut
H. Norma hukum berpasangan – diikuti oleh norma lain → aturan pokok + sanksi/ aturan
pelanjut ( seperti pengecualian )

5. Tentang daya laku dan daya guna:


Daya laku → fokusnya adalah kekuatan keabsahan hukum dari suatu norma → suatu norma
harus benar-benar dibentuk oleh pihak yang berwenang atas norma itu dan tidak bertentangan
dengan norma yang diatas
Daya guna → fokusnya pada efektivitas dari norma itu → apakah norma terkait memiliki
kekuatan untuk ditaatu

6. Teori hans nawiasky

Perbedaan antara teori hierarki norma yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dan Hans Nawiasky
yaitu:

Hans Nawiasky norma-norma dibagi menjadi empat kelompok yang tidak sama. Pada Hans
Kelsen norma-norma tidak dikelompokkan tetap menjadi satu kesatuan. Menurut teori Hans
Kelsen jenjang norma secara umum yang berlaku untuk semua jenjang norma termasuk norma
negara (general, sedangkan Hans Nawiasky membahas teori jenjang norma lebih khusus yang
dihubungkan dengan suatu Negara.

Teori Hans Kelsen menyebutkan norma dasar negara dengan istilah staatsfundamentalnorm
bukan dengan istilah staatsgrundnorm. Sedangkan pada teori Hans Nawiasky istilah
staatsgrundnorm tidak sesuai dikarenak pengertian grundnorm yang memliki kecenderungan
bersifat tetap, karena norma dalam suatu negara sewaktu-waktu dapat berubah yang disebabkan
karena adanya pemberontakan, kudeta, dan lain - lain.

Pembahasan
Persamaan antara teori hierarki norma yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky yaitu keduanya menyebutkan bahwa norma itu berjenjang-jenjang dan berlapis, yang
bersumber dan berdasarkan norma yang diatasnya hingga tidak dapat ditelusuri lagi dan bersifat
‘pre-supposed’ dan ‘axiomatis’.

Pendapat Hans Nawiasky yaitu “Norma tertinggi dalam Negara sebaiknya tidak disebut
staatsgrundnorm melainkan staatsfundamentalnorm, norma fundamental Negara.
Pertimbangannya adalah karena grundnorm dari suatu tatanan norma pada dasarnya tidak
berubah-ubah, sedangkan norma tertinggi suatu Negara mungkin berubah-ubah oleh
pemberontakan, coup d’etat, putsch, Anschluss dan sebagainya”. Staatsfundamentalnorm
adalah norma hukum yang tertinggi dalam hierarki norma hukum Negara.

Hans Nawiasky, salah seorang murid Hans Kelsen mengembangkan


teori gurunya tentang teori jenjang norms dalam kaitannya dengan suatu
Negara. Hans Nawiasky mengemukakan bahwa suatu norma hukum dari
suatu Negara manapun selalu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, norma
yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi, sedangkan norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu norma yang tertinggi
yaitu norma dasar.

Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapislapis dan berjenjang-jenjang,
norma hukum dari suatu Negara itu juga
berkelompok-kelompok, dan pengelompokan norma hukum dalam suatu
Negara itu terdiri atas empat kelompok besar (gambar 1) yaitu :
1) Kelompok I yaitu Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental
Negara).
2) Kelompok II yaitu Staatsgrundgesetz (aturan dasar Negara/aturan
pokok Negara).
3) Kelompok III yaitu Formell Gesetz (Undang-Undang ‘formal’).
4) Kelompok IV yaitu Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana
dan aturan otonom).
Kelompok-kelompok norma hukum tersebut hampir selalu ada dalam
susunan norma hukum setiap Negara walaupun mempunyai istilah yang
berbeda-beda ataupun adanya jumlah norma hukum yang berbeda dalam
tiap kelompoknya31
.
Berdasarkan teori Hans Nawiasky, A. Hamid S. Attamimi
membandingkannya dengan teori Hans Kelsen dan menerapkan pada
struktur tata hukum Indonesia. A. Hamid S.Attamimi menunjukan struktur
hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Hans Nawiasky.
Berdasarkan teori Hans Nawiasky tersebut, struktur tata hukum Indonesia
(gambar 2) adalah32:
1. Staatsfundamentalnorm : Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
2. Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.
3. Formell gesetz : Undang-Undang.
4. Verordnung en Autonome Satzung : secara hierarkis mulai dari
Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

- Pasal 37 ayat 5 khususnya mengenai bentuk negara yang tak boleh diubah, hal ini
konteksnya mengenai batang tubuh daripada UUD (Statsgrundgezets )
Sangat salah apabila menafsirkan bahwa Pancasila dapat diubah dengan dasar pasal 37 ayat
5 tersebut dengan alasan Pancasila bukan bentuk negara dan alasan lain sbg, kesalahan
tersebut dialasi oleh karena penafsiran tersebut tidak sesuai konteksnya, subtansi pasal
tersebut tidak dalam konteks mengenai staatsfundamentalnorm.

- Peraturan pemerintah tidak otonom karena pp ini semestinya diperlukan dasarnya yaitu uu
agar ppt ini kemudian bisa berjalan sebagaimana mestinya (singkatnya pp merupakan
peratura pelaksana)
- Peraturan presiden bersifat otonomi didasari oleh uud terhadap presiden secara otomatis
diberi kewenangan
- Perppu sejajar dengan uu karena materi muatanya yang sama dan perppu ini dikelompokan
dalam kelompok formell gezets
15/3/23
Sebelum amandemen uud, kedudukan mpr adalah sebagai Lembaga tertinggi negara serta tap mpr
dianggap sebagai penafsir daripada UUD 1945 pada masa itu.
Tap mpr yang masih dianggap berlaku yaitu beberapa tap mpr tertentu, contoh tap mpr 1/03 ( peninjauan
atas status hukum tap mpr 1960-2002 ) , tap mpr yang sifatnya regelling dan dan mengikat keluar yang
masih berlaku. UU no 10 tahun 2004 menghilangkan tap mpr dari hierarki peraturan perundangan.
Kemudian di UU nomor 12/2011 menetapkan kembali tap mpr menjadi bagian dari hierarki peraturan
perundangan. Landasan kosntitusional uu 12/2011 – pasal 22A UUD 1945

Pertanyaan:
1. Apa bedanya perang pada pasal 11, dengan keadaan bahaya di pasal 12 dan kegentingan
memaksa dipasal 22
2. Mengapa untuk menyatakan perang presiden memperlukan persetujuan dpr, lalu setuju atau
tidak untuk jika menetapkan perpu presiden harus mendapatkan persetujuan dpr
3. Darimana dasar konstitusional nya presiden mengeluarkan perpres

29/03/2023
Peraturan pemerintah sebagai pelaksana dengan sebagaimana mestinya (tidak bisa menaambah dan
mengurangi ketentuan uu) dari undang-undang --- konsekuensi dari pendelegasian.
Kewenangan konstitusional presiden tidak terlepas dari kewenangan yang diberikan uud – pasal 4 ayat
1 uud nri 45
Perpres sifatnya regelling (mengatur )—peraturan otonom – atributif
Menteri yang dapat membuat permen yaitu Menteri yang nomenklaturnya disebutkan dalam uud dan
ruang lingkup kerjanya juga disebutkan dalam uud
Pemerintahan daerah – kepala daerah + dprd ( bukan dpr kecil )
Pemerintah daerah – kepala daerah
5/4/23
Good norm and good process/asas asas pembentukan peraturan perundang-perundangan
Soal uts – essay 5 soal closed book – materi: peristilahan- asas
Suatu asas dalam hukum ada yang dapat dituangkan unsurnya dalam pasal bersangkutan dapat juga
tidak perlu dituangkan – asas dibagi 2:
- Asas formal
a. Asas tujuan yang jelas ---- pentingnya pembuatan peraturan
b. Asas organ Lembaga yang berwenang/tepat – penyusun peraturan haruslah yang
berwenang
c. Asas perlunya pengaturan --- dasar dibutuhkanya suatu aturan
d. Asas dapatnya dilaksanakan—keefektifan peraturan
e. Asas konsesus – kesepakatan para pembentuk peraturan
- Asas material
a. Asas tentang terminology (masalah peristilahan/kata) dan sistematika (kerangka
peraturan ) yang benar dan jelas
b. Asas tentang dapat dikenali
c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum
d. Asas kepastian hukum
e. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual
f. Khusus Indonesia, sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental
negara—Pancasila, negara berdasarkan atas hukum (prinsip negara hukum—
pembatasan kekuasaan & HAM), sesuai dengan hukum dasar negara, sesuai dengan
prinsip pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi.
Asas-asas menurut peraturan perundang-undangan
UU 10/2004 – UU 12/2011
Formil pasal 5:
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yg tepat – organ pembentuk -> pejabat pembentuk
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan + hierarki
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan
g. Keterbukaan
Materiil pasal 6:
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhinneka tunggal ika
g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum
j. Keseimbangan,keserasian dan keselarasan
Good norm dan good process
Peraturan yang baik mengsyaratkan:
- Peraturanya merupakan aturan yang sesuai dengan norma yang berlaku
- Peraturanya merupakan aturan yang sesuai dengan proses yang berlaku
ROCCIPI sebagai metode untuk mengidentifikasi masalah masyarakat melalui pendekatan ilmiah
- Apakah perlu peraturan untuk menjawab segala permasalahan masyarakat?
Unsur ROCCIPI:
a. Rule / peraturan berhubungan dengan hukum, aturan dan norma
b. Opportunity /kesempatan berhubungan dengan kondisi/keadaan/kesempatan dan kemungkinan
yang melibatkan stakeholder untuk membentuk peraturan yang lebih baik
c. Capacity berhubungan dengan kemampuan/ketidakmampuan stakeholder terlibat dalam
permasalahan sosial untuk kemudian tunduk atau melanggar peraturan
d. Communication berhubungan dengan efektivitas peraturan dan bagaimana subjek yang diatur
akan bertindak sesuai aturan
e. Interest berhubungan dengan motivasi atau kepentingan stakeholder agar terlibat
f. Process berhubungan dengan prosedur dalam pengambilan keputusan oleh stakeholder
g. Ideology yaitu nilai /prinsip dan tingkah laku yang membentuk seseorang mengambil
keputusan

Anda mungkin juga menyukai