Anda di halaman 1dari 9

BUMN

(Badan Usaha Milik Negara)

Badan Usaha /Perusahaan yang seluruh atau sebagian besar modalnya


dimiliki oleh negara, melalui penyertaan langsung dan berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.

Dasar Hukum:
UU No 19/2003
Sudah diamandemen dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja

Ada 2 macam BUMN:


1. Persero
2. Perum
(Pada UU No 9/1969, ada 3 jenis BUMN: Persero, Perum dan Perjan)

PERSERO
BUMN yg berbentuk PT
Seluruh atau paling sedikit 51 persen sahamnya milik negara

Krn Persero mrpk PT, aturan PT juga berlaku bagi Persero


Hubungan hkm yg terdapat pada Persero = hubungan perdata. (hukan hub hk
publik (HAN)

Organ:
1. RUPS
2. Direksi
3. Dewan Komisaris

RUPS:
organ tertinggi pd persero. Memegang wewenang yg tidak diserahkan ke
Direksi maupun Dewan komisaris
RUPS pada Persero yang 100 persen sahannya milik negara: RUPS nya
adalah pemerintah.
RUPS pd Persero yg sebagian sahamnya milik negara, dan sebagian milik
swasta: pemerintah adalah pemegang saham mayoritas

Direksi
Organ yg bertanggung jawab atas pengurusan Persero
Bertindak atas nama Persero
Diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. (analisis kedudukan pemerintah sbg
pemegang saham mayoritas atau pemegang seluruh saham)
Perb hukum yg dilakukan oleh direksi, bersifat perdata.
Tind hk yg dilakukan olegh direksi mengikat Persero. Tindakan direksi tidak
mengikat direksi secara pribadi.

Dewan Komisaris
Organ persero yg bertugas melakukan pengawasan dan pemberian nasihat
kepada Direksi
Diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

 PT Pertamina (Persero)
 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
 PT Brantas Abipraya (Persero)
 PT Garuda Indonesia (Persero)
 PT Angkasa Pura (Persero)

PERUM
BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara
Modal tidak terbagi atas saham.
Perum merupakan badan hukum.tidak mrpk bgn dr kementrian.
Tujuan Perum, untuk memenuhi kepentingan masyarat umum (memiliki
manfaat bagi masyarakat banyak) sekaligus bertujuan mengejar keuntungan.

Tujuan Perum:
- menyelenggarakan usaha yang memperhatikan mayarakat umum., dengan
menyediakan barang/jasa berkualitas dan harga terjangkau.
- Perum dapat melakukan penyertaan modal ke perusahaan lain.

Kharakteristik:
1. usaha yg dilakukan; utk melayani kepentingan umum sekaligus untuk
mencari keuntungan
2. bergerak dalam bidang yang amat penting (vital)
3. berstatus badan hukum

Organ Perum:
1. Menteri
2. Direksi
3. Dewan Pengawas

Menteri:
Organ yg memiliki kekuasaan tertinggi pada Perum.
Memiliki semua kewenangan yang tidak diberikan pada Direksi maupun
Dewan Pengawas.

Direksi:
Organ yang bertanggung jawab pada pengurusan Perum
Mewakili Perum pada pihak ketiga
(Melakukan perbuatan hukum atas nama Perum)

Dewan Pengawas:
Organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan atas kerja Direksi
Contoh PERUM:
Perum Damri
Perum Perumnas
Perum Peruri
Perum PPD (Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta

Note :
PEMBUBARAN PERUSAHAAN:
Perseroan Terbatas: Ps 142 UUPT

Badan Usaha Non Badan Hukum

Pasal 1646 KUH Perdata

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 17 Tahun 2018

Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata

 Untuk pendaftaran nama. Dan mencatatkan pembubaran


 Sering disebut : Perkemenkumham no 17/2018

Amandemen UU BUMN :

https://jdih.bumn.go.id/berita/perubahan-pasal-66-uu-bumn-dengan-uu-cipta-kerja

UU Cipta Kerja mengubah Pasal 66 UU BUMN


Pada tanggal 2 November 2020, Pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. UU Cipta Kerja lahir untuk mendorong
penciptaan lapangan kerja dan memudahkan pembukaan usaha baru sekaligus
memulihkan perekonomian pasca pandemi. UU Cipta Kerja ini merupakan suatu
upaya reformasi luar biasa dari Pemerintah di bidang regulasi untuk
mengembangkan investasi dan perdagangan sehingga membuka penciptaan
lapangan kerja.

UU Cipta Kerja secara prinsip mengatur 10 (sepuluh) substansi pokok, yaitu


peningkatan ekosistem investasi, perizinan berusaha, ketenagakerjaan, dukungan
usaha mikro, kecil dan menengah, kemudahan berusaha, riset dan inovasi,
pengadaan tanah, kawasan ekonomi, investasi Pemerintah Pusat dan Percepatan
Proyek Strategis Nasional, Administrasi Pemerintahan, dan Pengenaan Sanksi.

Dalam substansi riset dan inovasi, Pasal 119 UU Cipta Kerja mengatur bahwa untuk
memberikan dukungan riset dan inovasi di bidang berusaha, UU Cipta Kerja
mengubah beberapa ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2003
tentang BUMN dan UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan.

Selanjutnya, Pasal 120 UU Cipta Kerja mengatur mengenai perubahan judul BAB V
UU BUMN berikut isi Pasal 66 UU Nomor 19 Tahun 2003. BAB V berikut Pasal 66
UU BUMN pada awalnya mengatur mengenai Kewajiban Pelayanan Umum berupa
penugasan untuk melaksanakan kemanfaatan umum. Dengan Pasal 120 UU Cipta
Kerja maka BAB V berikut isi Pasal 66 UU BUMN diubah guna menampung
dukungan kepada riset dan inovasi sebagai berikut:

BAB V

KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM, RISET, DAN INOVASI

Pasal 66

(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk
menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum serta riset dan inovasi nasional

(2) Penugasan khusus kepada BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan, kegiatan usaha BUMN,
serta mempertimbangkan kemampuan BUMN.

(3) Rencana penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikaji
bersama antara BUMN yang bersangkutan dengan Pemerintah Pusat.

(4) Apabila penugasan tersebut secara finansial tidak fisibel, Pemerintah Pusat
harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh
BUMN tersebut, termasuk margin yang diharapkan sepanjang dalam tingkat
kewajaran sesuai dengan penugasan yang diberikan.
(5) Penugasan kepada BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan RUPS atau Menteri.

(6) BUMN dalam melaksanakan penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat bekerja sama dengan:

a. badan usaha milik swasta;

b. badan usaha milik daerah;

c. koperasi;

d. BUMN;

e. lembaga penelitian dan pengembangan;

f. lembaga pengkajian dan penerapan; dan/atau

g. perguruan tinggi.

Dengan adanya perubahan tersebut, maka konsepsi penugasan yang ada dalam
Pasal 66 UU BUMN telah diubah sehingga dapat pula menampung penugasan
untuk keperluan riset dan inovasi. Perubahan Pasal ini juga memberikan penguatan
dan landasan hukum bahwa penugasan yang diberikan kepada Pemerintah harus
memperhatikan maksud dan tujuan, kegiatan usaha dan kemampuan keuangan
perusahaan. Ketentuan baru menegaskan pula keharusan bagi Pemerintah untuk
memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan termasuk margin
sehingga tidak akan membuat BUMN merugi karena menjalankan penugasan.
Dalam melaksanakan penugasan, ketentuan baru juga mengatur bahwa BUMN
dapat bekerja sama dengan swasta, BUMD, Koperasi, BUMN Lain, lembaga
penelitan dan pengembangan, lembaga pengkajian dan penerapan, dan perguruan
tinggi.

Perubahan ketentuan Pasal 66 UU BUMN merupakan wujud nyata peran serta dan
dukungan BUMN bagi pengembangan iklim investasi di Indonesia yang di dorong
melalui UU Cipta Kerja dengan penerimaan penugasan untuk keperluan riset dan
inovasi.

https://greenpermit.id/2021/01/22/perubahan-aturan-pendirian-perseroan-terbatas-dalam-
undang-undang-cipta-kerja/
Perubahan Aturan Pendirian Perseroan
Terbatas dalam Undang-Undang Cipta
Kerja

Apa saja perubahan aturan Pendirian Perseroan Terbatas dalam UU Cipta Kerja? Setelah
pemerintah mengesahkan UU Cipta Kerja, ada beberapa perubahan aturan Pendirian PT.
Berikut kami sampaikan beberapa aturan baru mengenai “Pendirian PT” dalam UU Cipta Kerja:

Table of Contents
 Perubahan Peraturan Pendirian PT
 Status Badan Hukum Pendirian
 Pengecualian Terkait Ketentuan Pendirian PT
 Besaran Minimal Modal Dasar Pendirian PT
 PT dengan Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

Perubahan Peraturan Pendirian PT


Terdapat pengubahan, penghapusan dan penetapan peraturan baru dalam berbagai bidang
termasuk Pendirian PT. Hal tersebut melalui pengesahan Undang-Undang No.11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) oleh pemerintah. Aturan ini bertujuan untuk mempermudah
pebisnis, baik dalam berinvestasi, maupun dalam pengembangan usaha.
Oleh sebab itu, para pebisnis harus menyesuaikan dengan aturan baru UU Cipta Kerja. Yang
sebelumnya berpedoman pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Status Badan Hukum Pendirian


Berdasarkan Pasal 7 ayat (4) UU PT, Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Kemudian
melalui Pasal 109 Angka 2 UU Cipta Kerja mengubah ketentuan tersebut. Pasal 109 Angka 2
UU Cipta Kerja mengatur bahwa Perseroan baru akan memperoleh status badan hukum setelah
didaftarkan ke Menteri dan mendapatkan bukti pendaftaran.
Dengan demikian, dalam UU Cipta Kerja perseroan akan lebih mudah mendapat status badan
hukum. Hal ini karena hanya membutuhkan proses pendaftaran saja. Sedangkan, dalam UU PT
mengharuskan PT memperoleh pengesahan terlebih dahulu melalui Keputusan Menteri.

Pengecualian Terkait Ketentuan


Pendirian PT
Berdasarkan Pasal 7 ayat (7) UU PT, ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan minimal 2
(dua) orang atau lebih sebagaimana pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6)
tidak berlaku bagi:

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, Lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana dalam Undang-Undang tentang
Pasar Modal.

Kemudian melalui Pasal 109 Angka 2 UU Cipta Kerja mengubah ketentuan tersebut. Pasal
109 Angka 2 UU Cipta Kerja megatur bahwa Ketentuan yang mewajibkan Perseroan
didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana pada ayat (1), ayat (5), serta ayat (6)
tidak berlaku bagi:
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Badan Usaha Milik Desa;
d. Perseroan yang mengelola bursa efek, Lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sesuai dengan Undang-Undang tentang
Pasar Modal; atau
e. Perseroan yang memenuhi kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil.
Berdasarkan bunyi kedua pasal tersebut, ada penambahan jenis Perseroan yang dikecualikan
seperti Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, atau Perseroan yang memenuhi
kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil.
Besaran Minimal Modal Dasar
Pendirian PT
Besaran Modal PT merupakan salah satu hal yang paling krusial, sebab selama ini kendala
terbesar pelaku usaha untuk mendirikan PT adalah pemenuhan syarat modal minima yang mana
dalam Pasal 32 UU PT mengatur bahwa “Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).”

Untuk mempermudah pelaku usaha dalam pendirian PT, melalui Pasal 109 Angka 3 UU Cipta
Kerja mengubah ketentuan tersebut. Pasal 109 Angka 3 UU Cipta Kerja mengatur bahwa
“Perseroan wajib memiliki modal dasar yang mana besaran modal dasar Perseroan tersebut
ditentukan melalui keputusan pendiri Perseroan.”

PT dengan Kriteria Usaha Mikro dan


Kecil
Pada umumnya, PT merupakan sebagai badan hukum yang terdiri atas perkumpulan modal.
Oleh sebab itu, maka wajar bilamana pada Pasal 7 ayat (1) UU PT mensyaratkan bahwa
pendirian PT minimal oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dalam Bahasa
Indonesia.

Namun, setelah pengesahan UU Cipta Kerja, terdapat pengecualian mengenai syarat pendirian
tersebut. Pada Pasal 109 Angka 5 mengatur bahwa “Perseroan yang memenuhi usaha Mikro
dan Kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang.”
Pendiriannya berdasarkan surat pernyataan pendirian (dalam Bahasa Indonesia) yang
didaftarkan secara elektronik kepada Menteri sebagaimana format yang ada. Sehingga, untuk
mendirikan PT dengan kriteria Usaha Mikro dan Kecil tidak memerlukan Akta Notaris.

Selain itu, pendiri PT untuk Usaha Mikro dan Kecil harus orang perseorangan, dan PT untuk
Usaha Mikro dan Kecil hanya dapat didirikan sejumlah 1 (satu) dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun.

Dengan kemudahan proses pendirian PT, dapat meningkatkan minat pelaku usaha dalam
memulai usahanya dan mengundang investor untuk menanamkan modal yang mana keduanya
akan meningkatkan perekonomian dan kesejhateraan di Indonesia. Di samping mendirikan PT,
tidak ada salahnya mengetahui syarat dan prosedur mendirikan CV.
Selain itu, Bagi Anda yang ingin mendirikan PT, Jasa Pendirian PT dari Green Permit siap
membantu bersama tim profesional.

Anda mungkin juga menyukai