TINJAUAN PUSTAKA
A. Peratuan Perundang-Undangan
1
Ni‟matul Huda, Teori & Pengujian Peraturan Perundang-Undangan, Nusamedia,
Bandung, 2011, hal.12.
undangan yang lebih tinggi dalam mengatur hal yang sama. Konsekuensi
Menurut asas ini apabila ada dua macam ketentuan peraturan perundangan
yang setingkat atau kedudukannya sama dan berlaku dalam waktu yang
yang umum.
atau peraturan yang baru dalam hal mengatur objek yang sama, dan
2
Ibid., hal 13
Indonesia disebutkan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12
setingkat.
kewenangannya.
Peraturan Perundang-undangan)
Hans Kelsen dan teori jenjang norma hukum (Theorie vom Stufenaufbau
cerminan dari kedua sistem norma tersebut dalam sistem norma hukum
3
Hans Kelsen, General Theory Of Law And State, Terjemahan Somardi, 2007, Bee Media
Indonesia, Jakarta, hal. 165-169
4
Hans Nawiasky, 1948, Allgemeine Rechtslehre als System lichen Grundbegriffe,
Einsiedenln/Zurich/Koln, Benziger, Cet 2, hal. 31
Jika dilihat dari hal yang diatur atau perbuatannya, norma hukum
terbagi menjadi norma hukum abstrak dan norma hukum konkret. Norma
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret, sedangkan
norma hukum yang berlaku berada dalam suatu sistem yang berlapis-lapis
norma itu selalu berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi, dan norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu
Pancasila.
adalah:5
dua jenis norma atau sistem norma. Keduanya adalah sistem norma statis
(the static system of norm) dan sistem norma dinamis (the dinamic system
of norm).
Sistem norma statis adalah sistem yang melihat suatu norma dari
segi isi atau materi muatan norma itu sendiri. Isinya menunjukan kualitas
dinamis adalah norma yang dilahirkan oleh pihak yang berwenang untuk
membentuk norma tersebut yang tentu saja norma tersebut bersumber dari
5
A. Attamimi, A. Hamid. Op.cit..
Norma yang membentuk kekuasaan didelegasikan dari suatu otoritas
kepada otoritas yang lain. Otoritas yang pertama adalah otoritas yang lebih
(rechthandelingen).7
dan kewajiban).
6
Hans Kelsen, Op. Cit. hal. 165-169
7
Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara, Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hal. 109
8
Ibid., hal.110
akibat hukum dalam bidang hukum administrasi. Akibat hukum yang lahir
9
Irfan Fachrudin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah,
Bandung : PT. Alumni, 2004, hal. 62
10
Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Bandung:Nuansa, 2009, hal.142
Tindakan hukun privat adalah tindakan hukum yang didasarkan pada
publik.
hukum public yang bersifat sepihak dan tindakan banyak pihak. Tindakan
Tindakan hukum dua pihak atau lebih biasanya dijumpai dalam Peraturan
kesamaan dengan organ pemerintahan lainnya atau karena ada tujuan agar
lagi menjadi : 11
1. Peraturan Perundang-Undangan
berlaku untuk tempat tertentu; berlaku untuk masa yang tidak tertentu,
11
Ibid., hal.72
12
Ibid., hal. 76.
tidak untuk waktu tertentu; ditujukan kepada setiap orang, tidak hanya
tidak untuk kasus tertentu, tetapi pada sejumlah keadaan yang tidak
tertentu.13
maupun Kabupaten/Kota.
atau undang-undang.14
13
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan; Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, hal. 27
14
Marcus Lukman, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan
Pelaksana Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi
HukumTertulis Nasional, Disertasi: Universitas Padjajaran, Bandung, 1997, hal.178
undang, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya peraturan
undangan.
3. Rencana (Planing)
15
Irfan Fachruddin, Op.Cit., hal.77
menghapus hubungan hukum yang ada.16 Sedangkan menurut Ten
dibuat untuk satu atau lebih individu atau berkenaan dengan satu atau
keinginan pemerintah.17
beberapa ahli di atas, ada enam unsur dari keputusan yaitu :18
16
Ridwan H.R, Op.Cit., hal. 139
17
Ibid., hal.146
18
Bahsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1990, hal. 47