• Peraturan perundang – undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi
• Peraturan perundang – undangan yang lebih rendah tidak dapat mengubah atau
mengesampingkan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi
• Peraturan perundang – undangan hanya dapat dicabut, diubah, atau ditambah oleh
peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi atau sederajat
• Materi yang seharusnya diatur oleh peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi
tidak dapat diatur oleh peraturan perundang -undangan yang lebih rendah.
NORMA HUKUM
Norma hukum abstrak (abstract norm) adalah suatu norma hukum yang melihat pada
ABSTRAK,
NORMA HUKUM
perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya, misalnya, kata “mencuri”, “membunuh”,
MELIHAT
SEORANG TIDAK
“menipu”. Sementara itu, norma hukum konkrit (concrete norm) adalah suatu norma hukum
ADA BATASNYA. yang melihat perbuatan seseorang secara lebih nyata (konkret).
NORMA HUKUM
KONKRIT, NORMA
HUKUM MELIHAT
SEORANG
Peraturan perundang – undangan bersifat mengatur (regeling) yang bentuk
SECARA NYATA. normanya berupa norma hukum umum dan abstrak sedangkan norma hukum individual dan
konkret terdapat dalam putusan pengadilan (vonis) dan keputusan pejabat tata usaha negara.
TEORI HIERARKI NORMA HUKUM, (HANS
KELSEN)
Teori hierarki norma hukum atau teori jenjang norma diperkenalkan oleh Hans Kelsen
yang disebut sebagai stufenbau theorie. Menurut Hans Kelsen, norma hukum itu berjenjang
dan berlapis – lapis dalam suatu susunan hierarkis, di mana norma yang di bawah berlaku,
bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi.
Grundnorm merupakan asas asas hukum yang bersifat abstrak, umum, atau hipotesis.
Grundnorm bukan produk badan pembuat undang – undang, bukan bagian dari peraturan
perundang – undangan, namun merupakan sumber dari semua sumber dari tatanan peraturan
perundang – undangan yang berada di bawahnya.
Menurut Bagir Manan, materi muatan adalah muatan yang sesuai dengan bentuk
peraturan perundang – undangan tertentu. Semakin tinggi kedudukan suatu peraturan
perundang – undangan, semakin abstrak dan mendasar materi muatannya. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah kedudukan suatu peraturan perundang – undangan, semakin
konkret materi muatannya.
(9) MATERI MUATAN PER UU :
1. UUD 1945
1. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. KETETAPAN MPR
3. UNDANG-UNDANG
4.PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UU
Menurut J.G. Steenbeek, materi muatan konstitusi atau undang – undang
5. PERATURAN PEMERINTAH
6. PERATURAN PRESIDEN
dasar mencakup tiga hal yang fundamental, yaitu pertama adanya jaminan terhadap hak
7. PERATURAN MENTERI
8. PERATURAN DAERAH
asasi manusia, kedua ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
9. PERATURAN DESA fundamental, dan ketiga adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
bersifat fundamental.
1. Dasar – dasar mengenai jaminan terhadap hak – hak dan kewajiban penduduk
dan warga negara
2. Dasar – dasar susunan atau organisasi negara
3. Dasar – dasar pembagian dan pembatasan kekuasaan lembaga – lembaga negara
4. Hal – hal yang menyangkut identitas negara, seperti bendera dan bahasa
nasional
2. Ketetapan MPR
Materi muatan TAP MPR yang masih berlaku berisi norma – norma hukum yang setara
dengan materi muatan undang – undang.
3. Undang – Undang
a. Materi yang tegas – tegas diperintahkan oleh UUD dan TAP MPR
b. Materi yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD
c. Materi yang mengatur hak – hak asasi manusia
d. Materi yang mengatur hak dan kewajiban warga negara pembagian
kekuasaan negara
keududukan perpu Kedudukan Perpu dalam sistem hukum nasional adalah sederajat dengan
sama derajat dengan
UU undang – undang. Namun, Perpu memiliki jangka waktu keberlakuan yang terbatas
(sementara). Apabila Perpu disetujui oleh DPR maka akan disahkan menjadi undang –
perpu memiliki
jangka berlaku
undang. Akan tetapi, jika Perpu tidak disetujui oleh DPR maka harus dicabut.
terbatas
Pasal 11 UU No. 12 Tahun 2011 menyatakan bahwa “materi muatan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang sama dengan materi muatan undang –
undang”
5. Peraturan Pemerintah
PASAL 12 UU NO 12 Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang – undangan yang dibentuk
TAHUN 2011 oleh presiden untuk menjalankan undang – undang. Menurut teori Hans Nawiasky,
MATERI MUATAN
peraturan pemerintah dikategorikan sebagai aturan pelaksana (verordnung satzung).
PERATURAN Pasal 12 UU No. 12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa “materi muatan Peraturan
PEMERINTAH, Pemerintah berisi msteri untuk menjalankan undang – undang sebagaimana
BERISI UNTUK
MENJALANKAN UU mestinya”.
SEMESTINYA.
6. Peraturan Presiden
7. Peraturan Menteri
Materi muatan peraturan Menteri adalah berisi materi yang diperintahkan oleh
undang – undang atau materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah dan peraturan
presiden.
8. Peraturan Daerah
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004, Perda memiliki
muatan materi sebagai berikut:
• Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
• Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi
• Memuat materi muatan lokal atau kondisi khusus daerah.
9. Peraturan Desa
Materi muatan peraturan desa terdiri atas kewenangan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa, kewenangan yang diperoleh melalui peraturan
perundang – undangan di atasnya sebagai urusan desa, penjabaran lebih lanjut dari
peraturan perundang – undangan dan tugas pembantuan (medebewind), urusan
pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang – undangan diserahkan kepada
desa
• Asas Formil
• Asas Materil