Anda di halaman 1dari 22

NORMA HUKUM dan

HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
di INDONESIA
Oleh
LITA TYESTA ALW

1
NORMA HUKUM
 Norma adalah suatu nilai ukuran atau
patokan bagi seseorang dalam bertindak
atau bertingkah laku dalam masyarakat.
 Norma Hukum adalah suatu ukuran atau
patokan yang dibentuk atau ditentukan
oleh suatu otoritas resmi (negara), berlaku
mengikat bagi semua warga negara, dan
bagi warga negara yang tidak
mematuhinya akan dikenakan sanksi
pidana atau sanksi pemaksa.
2
PERBEDAAN NORMA HUKUM
DENGAN NORMA LAIN
Ciri-ciri Norma Hukum adalah :
 Dibentuk oleh otoritas resmi (negara) atau
berasal dari luar suatu komunitas masyarakat
tertentu;
 Nilai ukuran yang berlaku seragam bagi semua
warga negara;
 Dapat dilekati dengan sanksi pidana atau
sanksi pemaksa;
 Pemberian sanksi pidana atau sanksi pemaksa
dilaksanakan oleh aparat negara yang
berwenang.
3
PERBEDAAN NORMA HUKUM
DENGAN NORMA LAIN
Ciri-ciri Norma Lain (Adat, Moral, Agama) :
 Dibentuk oleh komunitas masyarakat sendiri;

 Nilai ukuran yang berlaku terbatas bagi warga


komunitas yang bersangkutan, sehingga norma ini
nilai ukurannya beragam;
 Tidak dapat dilekati dengan sanksi pidana atau
sanksi pemaksa;
 Sanksi terhadap pelanggaran norma ini datang dari
diri sendiri, dapat juga dari komunitas masyarakat
di mana norma berlaku.

4
HIERARKI NORMA HUKUM
Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirarki
tata susunan dengan prinsip :
 Norma hukum yang lebih rendah itu berlaku,
bersumber, dan berdasar pada norma hukum yang lebih
tinggi, demikian seterusnya sampai kepada suatu norma
dasar (Grundnorm) yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif.
 Norma hukum yang lebih tinggi hirarkinya menjadi
dasar dan menjadi sumber bagi norma hukum yang
hirarkinya lebih rendah, sehingga suatu norma hukum
itu mempunyai masa berlaku (rechtskracht) yang relatif,
karena masa berlaku suatu norma hukum itu tergantung
pada norma hukum yang berada di atasnya.

5
HIERARKI NORMA HUKUM
Berdasarkan hirarki norma hukum tersebut,
terdapat 3 (tiga) Asas Norma Hukum :
 Lex superior derogat legi inferior (norma hukum yang lebih

tinggi kedudukannya harus diutamakan daripada


norma hukum yang lebih rendah kedudukannya).
 Lex specialis derogat legi generalis (norma hukum yang

bersifat khusus harus diutamakan daripada norma


hukum yang lebih umum sifatnya).
 Lex posterior derogat legi priori (norma hukum yang

terbaru keberadaannya harus diutamakan daripada


norma hukum yang terdahulu keberadaannya).

6
HIERARKI NORMA HUKUM
Hans Nawiasky berpendapat bahwa norma
hukum dalam suatu negara terdapat kelompok-
kelompok :
 Norma Fundamental Negara
(Staatsfundamentalnorm);
 Aturan Dasar/Pokok Negara
(Staatsgrundgesetz);
 Undang-undang Formal (Formell Gesetz);
 Aturan Pelaksana dan Aturan Otonom
(Verordnung dan Autonome Satzung).

7
NORMA FUNDAMENTAL NEGARA
 Yaitu norma tertinggi dalam suatu negara yang
tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih
tinggi, tetapi pre-supposed (ditetapkan terlebih
dahulu) oleh masyarakat dalam suatu negara
dan merupakan suatu norma yang menjadi
tempat bergantungnya norma-norma hukum di
bawahnya.
 Norma ini merupakan dasar bagi pembentukan
konstitusi atau undang-undang dasar suatu
negara (Staatsverfassung).

8
ATURAN DASAR/POKOK NEGARA

 Norma hukum pada Aturan Dasar/Pokok Negara


merupakan aturan-aturan yang masih bersifat
pokok dan merupakan aturan-aturan umum yang
masih bersifat garis besar, sehingga masih
merupakan norma tunggal dan belum disertai
norma sekunder. Aturan Dasar/Pokok Negara
dapat dituangkan di dalam suatu dokumen negara
yang disebut Staatsverfassung atau Staatsgrundgesetz.
 Aturan Dasar/Pokok Negara merupakan sumber
dan dasar bagi terbentuknya suatu undang-undang
(Formell Gesetz) yang merupakan peraturan
perundang-undangan yang dapat mengikat secara
langsung semua orang.

9
UNDANG-UNDANG FORMAL
(Formell Gesetz)

 Norma dalam suatu UU sudah


merupakan norma hukum yang lebih
konkret dan terinci, serta sudah dapat
langsung berlaku dalam masyarakat.
 UU sudah dapat memuat norma hukum
primer dan sekunder sekaligus, jadi tidak
hanya norma hukum tunggal.

10
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA
 Peraturan Perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum.
 Hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah
penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-
undangan yang didasarkan pada asas bahwa
Peraturan Perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.

11
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA

 Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum


negara.
 Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara, serta sekaligus dasar
filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

12
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA

 Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar
dalam Peraturan Perundang-undangan.
 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang memuat hukum
dasar negara merupakan sumber hukum bagi
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
di bawah Undang-Undang Dasar.

13
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA
Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia adalah :
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;
 Tap MPR

 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu);
 Peraturan Pemerintah;

 Peraturan Presiden;

 Peraturan Daerah Prov

 Peraturan Daerah Kab/Kota. 14


HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA

 Ketepatan MPR yang masih berlaku


berdasarkan Tap MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjaun Terhadap Materi dan Status Hukum
Tap MPRS Dan Tap MPR RI Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002 . Khususnya Pasal 2 dan
Pasal 4

15
6 Kategori Tap MPRS/MPR RI
 Kategori I: TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)
 Kategori II: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan
tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)
 Kategori III: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan
tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)

16
 Kategori IV: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan
tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Undang-Undang (11 Ketetapan)
 Kategori V: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan
masih berlaku sampai dengan ditetapkannya
Peraturan Tata Tertib Baru oleh MPR Hasil Pemilu
2004 (5 Ketetapan)
 Kategori VI: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan
tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut,
baik karena bersifat final (einmalig), telah
dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104
Ketetapan)

17
 Selain Tap MPR No. I/MPR/2003, MPR juga
mengeluarkan ketetapan terakhir MPR yaitu Tap
MPR No. II/MPR/2003 tentang Perubahan
Kelima atas Tap MPR RI No. II/MPR/1999
tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI yang juga
hanya berlaku sampai dengan ditetapkannya
Peraturan Tata Tertib oleh MPR RI hasil
Pemilihan Umum 2004. Ketetapan MPR yang
terakhir kalinya ini juga ditetapkan di Jakarta
pada hari yang sama yaitu tanggal 7 Agustus
2003.

18
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA

 Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama
Presiden.
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu) adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam
hal ikhwal kegentingan yang memaksa.

19
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA

 Peraturan Pemerintah adalah Peraturan


Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya.
 Peraturan Presiden adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibuat oleh
Presiden.

20
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA
 Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah.
 Peraturan Daerah meliputi :
 Peraturan Daerah Provinsi yang dibuat oleh DPRD Provinsi
bersama dengan Gubernur;
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang dibuat oleh DPRD
Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota;
 Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat yang dibuat oleh
BPD atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau
nama lainnya.
 Ketentuan tentang tata cara pembentukan Peraturan
desa/peraturan yang setingkat diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

21
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN di INDONESIA
 Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana tersebut, diakui keberadaannya
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
 Jenis Peraturan Perundang-undangan yang diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat tersebut, antara lain, peraturan yang dikeluarkan oleh :
 Majelis Permusyawaratan Rakyat;
 Dewan Perwakilan Rakyat;
 Dewan Perwakilan Daerah;
 Mahkamah Agung;
 Mahkamah Konstitusi;
 Badan Pemeriksa Keuangan;
 Bank Indonesia;
 Menteri;
 Kepala Badan, Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-
undang atau pemerintah atas perintah undang-undang;
 DPRD Provinsi;
 Gubernur;
 DPRD Kabupaten/Kota;
 Bupati/Walikota;
 Kepala Desa atau yang setingkat.

22

Anda mungkin juga menyukai