Anda di halaman 1dari 14

MENGENAL MACAM HUKUM YANG TERMASUK

DALAM SUMBER HUKUM FORMAL

Pendahuluan
Sumber hukum dalam pengertiannya sebagai tempat dikemukakannya
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.1 Sedangkan macam-macam sumber
hukum sendiri yaitu; Undang-undang, Kebiasaan, Yurisprudensi (Keputusan
Hakim), Traktat, dan Doktrin. Dan yang akan di jabarkan disini hanya mengenai
3 dari tiga saja dari kelima sumber hukum, yaitu; Undang-undang, Kebiasaan,
dan Yurisprudensi.

A. Undang-undang
Undang-undang atau dalam bahasa Inggris : Legislation sedangkan dari
bahasa Latin lex, legis  yang berarti hukum yang dimana berarti undang-undang
merupakan sumber hukum, semua dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas yang
lebih tinggi, yang dibuat dengan mengikuti prosedur tertulis. 2

Di Indonesia pengertian Undang-Undang/Perundang-undangan (UU)


mengacu pada ketentuan adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. 3

Menurut Achmad Ali, pengertian undang-undang adalah Keputusan


penguasa negara yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya sehingga
terjadinya undang-Undang. Menurut CST Kansil, pengertian undang-undang
adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa negara yang memiliki kekuatan
hukum yang mengikat, diadakan, dan dipelihara oleh penguasa negara. Menurut
Dr.Achmad Soebagio,S.H., pengertian undang-undang adalah produk daripada
pembentuk undang-undang yang terdiri dari Presiden dan DPR seperti yang
dimaksud dengan UU No 5 ayat 1 jo pasal 20 ayat 1 UUD 1945. 4

Undang-undang dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Undang-undang formal, Adalah setiap peraturan perundang-undangan


yang mengikat secara keseluruhan masyarakat yang bersifat umum.
1
Theresia Ngutra, 2016. Hukum dan sumber-sumber hukum, Jurnal Supermasi, Volume XI Nomor
2, Hlm. 194.
2
http://p2k.unhamzah.ac.id/eng/3073-2970/Undang-Undang_43593_
3
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82)
4
Dr. Suryaningsi.,S.Pd.,M.H, 2018. Pengantar Ilmu Hukum, Mulawarman University
Press, Samarinda, Hlm. 150

1
Undang-undang dalam arti formal dibentuk presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Misalnya: ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (PERPU), keputusan presiden (KEPRES),
peraturan daerah (PERDA), dan lain-lain.
2. Undang-undang formil, Adalah setiap peraturan perundang-undangan
yang dibuat oleh perlengkapan negara yang berwenang melalui tata
cara proses yang berlaku di Indonesia. (pasal 5 ayat 1 uud 1945).
Perbedaan dari keduanya terletak dari segi peninjauannya, undang-
undang dalam arti materiil ditinjau dari sudut isinya yang mengikat
secara umum. Sedangkan, undang-undang dalam arti formal ditinjau
dari segi pembuatan dan bentuknya.5

Oleh karena itu untuk memudahkan dalam membedakan kedua macam


pengertian undang-undang tersebut, maka undang-undang dalam dalam arti
materiil biasanya digunakan istilah peraturan. Sedangkan, undang-undang dalam
arti formal disebut dengan undang-undang.

Dalam prakteknya terdapat undang-undang dalam arti materiil dan dalam


arti formil. Yaitu Undang-Undang No 8 tahun 1981 (KUHAP) karena undang-
undang tersebut mengikat masyarakat dan dibuat atas persetujuan DPR.

Undang-undang berlaku mengikat apabila telah memenuhi persyaratan


tertentu yang tidak dapat dikesampingkan. Apa syarat yang tidak dapat
dikesampingkan itu? Yaitu undang-undang harus didalam negara. Kapan undang-
undang mulai berlaku mengikat? Ditetapkan oleh undang-undang itu sendiri. Jika
didalam undang-undang tidak menyebutkan kapan berlakunya. Maka berlakulah
fiksi (anggapan) hukum.6

Dibandingkan dengan aturan kebiasaan maka perundang-undangan


memperlihatkan karakteristik, suatu norma bagi kegidupan social yang lebih
matang khususnya dalam hal kejelasan dan kepastiannya. Hal ini tidak terlepas
dari kaitannya dengan pertumbuhan negara itu sendiri. Aturan kebiasaan bisa
dikatakan mengurusi hubungan antara orang dengan orang sedang perundang
undangan antara orang dengan Negara. Bentuk perundang-undangan itu tidak
akan muncul sebelum timbul pengertian negara sebagai pengemban kekuasaan
yang bersifat sentral dan tertinggi.7

 Asas berlakunya undang-undang :


1. Undang-undang yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang yang kedudukannya lebih tinggi dalam mengatur
hal yang sama.

5
Ibid, Hlm. 150-151.
6
Ibid, Hlm. 151.
7
Theresia Ngutra, 2016. Hukum dan sumber-sumber hukum, Jurnal Supermasi, Volume
XI Nomor 2, Hlm. 196.

2
2. Undang-undang yang bersifat khusus mengenyampingkan undang-
undang yang bersifat umum apabila undang-undang tersebut sama
kedudukannya.
3. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang
yang terdahulu sejauh undang-undang itu mengatur hal yang sama.
4. Undang-undang tidak boleh diganggu-gugat, artinya undang- undang
tidak bole diuji apakah isinya bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang kedudukannya lebih tinggi.
5. Undang-undang yang telah diundangkan dianggap telah diketahui oleh
setiap orang. Karena orang yang melanggar undang- undang tidak bisa
membela dirinya dengan menyatakan tidak mengetahui undang-undang
yang bersangkutan.

 Tata urutan peraturan perundang-undangan menurut UUD1945 sebagai


berikut :
1. UUD Negara RI tahun 1945.
2. Ketetapan MPR.
3. UU/ peraturan pemerintah pengganti UU.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan presiden.
6. Peraturan menteri.
7. Peraturan daerah. Suatu undang-undang tidak berlaku lagi jika:
a) Jangka waktunya yang telah ditentukan oleh undang-undang yang
bersangkutan sudah habis.
b) Keaadaan atau hal untuk mana undang-undang itu di buat sudah
tidak ada lagi.
c) Undang-undang itu dicabut oleh instansi yang membuat atau
unstansi yang lebih tinggi.
d) Telah ada undang-undang yang baru yang isinya bertentangan
atau berlainan dengan dengan undang-undang yang dulu
berlaku.8
 Dua Contoh Hukum Undang-undang yang berlaku di Indonesia

1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan9

a) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (bahasa Belanda: Wetboek van


Stafrecht, umum dikenal sebagai KUH Pidana atau KUHP) adalah peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pidana di Indonesia. 10

8
Ibid, Hlm. 203.
9
Puput Purwanti, 2018. hukamnas.com/contoh-hukum-undang-undang/amp, hukumnas,
homepage Hukum
10
Wetboek van Strafrecht (WvS), Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

3
KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil
di Indonesia seperti juga sistem hukum yang ada di indonesia . KUHP yang
sekarang diberlakukan adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial
Belanda, yakni Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie . Pengesahannya
dilakukan melalui Staatsblad Tahun 1915 nomor 732 dan mulai berlaku sejak
tanggal 1 Januari 1918. Setelah kemerdekaan, KUHP tetap diberlakukan disertai
penyelarasan kondisi berupa pencabutan pasal-pasal yang tidak lagi relevan. 11

b) Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPdt)

Hukum perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber pada Hukum


Napoleon kemudian berdasarkan Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang
burgerlijk wetboek voor Indonesie (disingkat BW) atau disebut sebagai KUH
Perdata.
BW sebenarnya merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda yang ditujukan bagi kaum golongan warganegara
bukan asli yaitu dari Eropa, Tionghoa dan juga timur asing. Namun berdasarkan
kepada pasal 2 aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945, seluruh peraturan
yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda berlaku bagi warga negara
Indonesia (asas konkordasi) sebagaimana contoh hukum yurisprudensi. 12

c) Hukum Dagang (KUHD)

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur hubungan antara suatu


pihak dengan pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang dalam
macam macam hukum positif.
Definisi lain menyatakan bahwa hukum dagang merupakan serangkaian
norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan. Hukum
dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan.
Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia dalam
urusan dagang. Oleh karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum
kebendaan.13

2. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan


a) Peraturan Pemerintah (PP)
Ialah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi
muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-
Undang.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa
Peraturan Pemerintah sebagai aturan “organik” daripada Undang-Undang

11
Puput Purwanti, 2018. Hukamnas.com/contoh-hukum-undang-undang/amp, hukumnas,
homepage Hukum
12
Ibid
13
Ibid

4
menurut hierarkinya tidak boleh tumpang tindih atau bertolak belakang. Dan
peraturan Pemerintah ditandatangani oleh Presiden.

b) Keputusan Presiden (KEPPRES)


Keputusan Presiden Indonesia atau biasa disingkat Keppres adalah norma
hukum yang bersifat konkret, individual, dan sekali selesai. Secara umum,
keputusan-keputusan presiden bersifat mengatur. Isi Keppres berlaku untuk
orang atau pihak tertentu yang disebut dalam Keppres tersebut kecuali bila
Keppres memiliki muatan seperti Peraturan Presiden, maka keberlakuannya juga
sama seperti Peraturan Presiden sebagaimana macam macam bentuk hukum
perusahaan dan sifat sifat hukum. 14

B. KEBIASAAN
Kebiasaan atau Tradisi yang berasal dari bahasa Latin: traditio, yang
berarti diteruskan adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-
ulang dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut
menyukai perbuatan itu. Kebiasaan yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus
menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok
orang tersebut melestarikannya.15

Kebiasaan atau tradisi juga merupakan sumber hukum yang tertua,


sumber dari mana dikenal atau digali sebagian dari hukum di luar undang-
undang, tempat dapat menemukan atau menggali hukumnya. Kebiasaan
merupakan tindakan menurut pola perilaku yang tetap, ajeg, lazim, normal atau
adat dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu. 16

Hukum adat termasuk dalam hukum kebiasaan. Kadang-kadang


kebiasaan juga disebut sebagai istilah adat, dan memang kata adat berasal dari
bahasa arab yang maksudnya kebiasaan. Hukum adat merupakan hukum tak
tertulis, disebut juga hukum tradisional. Adat istiadat adalah peraturan-peraturan
kebiasaan social yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud
mengatur tata tertib. Ada juga yang mengaangap adat istiadat itu sebagai
peraturan sopan santun yang turun temurun.

Antara hukum adat dan adat ada perbedaan. Hukum adat adalah adat
yang berfungsi sanksi ini berupa reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan
tersebut. Apakah suatu adat itu hukum adat atau bukantergantung pada
persekutuan hukum yang bersangkutan. Bila yang bersangkutan
mempertahankan ditaatinya adat yang dimaksud maka adat tersebut adalah
hukum adat.17
14
Ibid
15
Atik Catur Budiati, 2009. Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. Hlm. 35.
16
Prof. Dr. Drs. Abintoro Prakoso, S.H., M.S, 2017. Pengantar Ilmu hukum, LaksBang
PressIndo, Surabaya. Hlm. 99.
17
Theresia Ngutra, 2016. Hukum dan sumber-sumber hukum, Jurnal Supermasi, Volume
XI Nomor 2, Hlm. 204

5
Dikarenakan apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat,
dan kebiasaan itu selalu dilakukan berulang-ulang karena dirasakan sebagai
sesuatu yang memang seharusnya, dan penyimpangan dari kebiasaan tersebut
dianggap sebagai pelanggaran perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat,
maka timbulah suatu kebiasaan hukum yang oleh pergaulan hidup dalam
masyarakat dipandang sebagai hukum. 18

Namun demikian tidak semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yang baik
dan adil. Belum tentu hukum kebiasaan itu menjadi sumber hukum formal.

 Syarat-syarat tertentu yaitu:


a) Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
masyarakat tertentu.
b) Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan. Kebiasaan
adalah bukan hukum apabila undang-undang tidak menunjuknya.
Disamping kebiasaan ada juga yang mengatur tata pergaulan masyarakat
yaitu adat-istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama
ada da merupakan tradisi serta lebih banyak bersifat sakral mengatur
kehidupan masyarakat tertentu.
c) Bila kebiasaan menjadi tradisi tertentu yang turun-temurun dan akhirnya
menjadi adat. Dan adat itu menjadi sanksi jika dilanggar maka lahirlah
hukum adat.
d) Contoh kebiasaan adalah pembagian sawah garapan suatu daerah
dengan daerah lain. Sedangkan, contoh adat adalah pelaksaan
pernikahan.19

Utrecht mengemuka kan bahwa hukum kebiasaan adalah himpunan


kaidah-kaidah yang meskipun tidak dibentuk oleh badan perundang-
undangan, tetapi masyarakat tetap mematuhinya. Hukum kebiasaan sangat
erat kaitannya dengan kegiatan sehari hari yang dilakukan oleh masyarakat
sebagai salah satu contoh hukum objektif.20

 Contoh Hukum adat atau kebiasaan yang ada di Indonesia:

1. Upacara Adat atas panen yang melimpah


Upacara adat ini seringkali dijumpai di beberapa daerah di
Indonesia terutama di pulau Jawa salah satu contoh nya ialah di
18
Ibid, Hlm. 203
19
Dr. Suryaningsi.,S.Pd.,M.H, 2018. Pengantar Ilmu Hukum, Mulawarman University
Press, Samarinda, Hlm. 161
20
Puput Purwanti, 2018. hukamnas.com/contoh-hukum-kebiasaan/amp, hukumnas.com,
homepage Hukum

6
Banyuwangi yang dikenal dengan upacara kebo-keboan sebagai bentuk
rasa syukur kepada Allah swt, atas hasil panen yang melimpah dan
merupakan doa, agar proses tanam benih untuk tahun depan dapat
menghasilkan panen yang melimpah. Kebo-Keboan merupakan salah satu
upacara adat yaitu berubah menjadi kebo Banyuwangi.
Sesuai namanya, Kebo-Keboan dilakukan dengan berubah menjadi
kerbau. Namun, kerbau yang digunakan bukan kerbau sungguhan,
melainkan manusia yang berubah menajdi kerbau. Dengan di kututk oleh
masyarakat. Upacara adat tersebut sudah adat sejak 300 tahun yang lalu,
tepatnya pada abad ke-18. Kebo-Keboan biasa dilakukan di awal bulan
Suro, penanggalan Jawa.21

2. Hormati Orang yang lebih tua


Bagi orang Indonesia menghormati orang yang lebih tua
merupakan kebiasaan yang sudah turun temurun. Hal ini juga telah
menjadi sebuah budaya yang mengakar.22

3. Ritual Keagamaan di tiap kerabat atau keluarga yang meninggal


Kebiasaan ini sering kita jumpai di kota-kota dengan mayoritas
muslim, dan merupakan kebiasaan yang menjadi ciri khas masyarakat
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara mayoritas muslim lainnya,
kebiasaan ini pula sudah menjadi turun temurun di setiap generasi
dimana apabila keluarga atau kerabat yang Meninggal pihak keluarga
akan melakukan acara doa bersama serta makan bersama bagi
masyarakat di sekitar dan ini dilakukan dalam beberapa hari bergantian
tergantung daerah masing-masing.23

4. Hukum Zina di berbagai daerah


Salah satu nya di Aceh yang memberlakukan hukum Zina dengan Adat
mereka sendiri yaitu sanksi berupa cambuk bagi pezina tapi bukan hanya
di Aceh ada juga beberapa tempat yang memberlakukan hukum adat
kepada para pezina yaitu; Suku Dayak di Kalimantan yang dihukum
dengan diarak telanjang dan Di Mamuju dihukum dengan dihanyutkan di
sungai24

C. Yurisprudensi (Keputusan Hakim)

21
Nariswari Rita 2018. “Kebo-keboan, Tradisi Sederhana di Banyuwangi yang Bernilai
Besar”. Tempo.com
22
Ibid.
23
A. Syihabuddin HS, 2013. Tradisi Masyarakat Nahdhiyyin, Al-AdYan/Vol. VIII No. 1.
Hl.5-6
24
Firdha Rahma, 2019. https://travelingyuk.com/sanksi-adat-perzinahan-di-indonesia/250629

7
Yurisprudensi atau keputusan hakim yang dalam bahasa Inggris yaitu
“jurisprudence”. Kata jurisprudence konon berasal dari bahasa Latin, yaitu juris
(law; hukum) dan prudens (skilled; terlatih). Itu sekadar pemahaman etimologis.
Sebagai sebuah kata, harus diakui bahwa jurisprudence memiliki makna yang
longgar. Longgarnya makna jurisprudence ini membuat tidak mudah pula untuk
membuat pengkategorian jurisprudence, sebagaimana dapat ditilik dari isi tulisan
di bawah ini. kerapkali dimaknai secara rancu oleh penstudi hukum Indonesia
menjadi “yurisprudensi”.25

Namun, kerancuan ini tidak dimonopoli oleh para penstudi hukum


Indonesia semata. Penulis seperti Surya Prakash Sinha dari Pace University, New
York (AS), dalam bukunya “Jurisprudence: Legal Philosophy in A Nutshell” (1993)
rupanya juga berpendapat demikian. “ Jurisprudence has two menaings,”
katanya. “In the civil law tradition of Europe it means the collectivity of decisions
of a particular court. In the common law tradition of England, United States, and
other common law countries it means legal philosophy. ”
Guru besar dari Universitas Melbourne, George Whitecross Paton dalam
karya monumentalnya “A Textbook of Jurisprudence” (1953) menegaskan,
“Jurisprudence is sometimes used merely as an imposing synonym for law, as
when we speak of medical jurisprudence. This is not the use to which the term is
put in this work. Jurisprudence is a particular method of study, not of the law of
one country, but of the general notion of law itself.”
Hal yang kurang lebih sama disampaikan oleh ahli hukum dari Harvard
University Richard A. Posner (The Problems of Jurisprudence, 1993) dengan
mengakui, “By ‘jurisprudence’ I mean the most fundamental, general, and
theoretical plane of analysis of the social phenomenon called law. For the most
part it deals with problems, and uses perspectives, remote from the daily
concerns of legal practitioners: problems that cannot be solved by reference to
or by reasoning from conventional legal materials; perspectives that cannot be
reduced to legal doctrines or to legal reasoning. Many of the problems of
jurisprudence cross doctrinal, temporal, and national boundaries .”26
Secara harafiah memang yurisprudensi tidak dikenal dalam tradisi
common law, namun secara esensial, apa yang dimaksud dengan yurisprudensi
dalam tradisi civil law memiliki identifikasi kesamaan maksud dengan doktrin
stare decisis dalam tradisi common law. Sebagai suatu pedoman istilah
yurisprudensi di Indonesia harus dibedakan dengan istilah Jurisprudence dalam
bahasa Inggris yang berarti ilmu hukum. 27Istilah yurisprudensi dalam pengertian

25
Shidarta, 2016. Apa itu Jurisprudence https://business-law.binus.ac.id/, Home, Rubric of faculty
members, apa itu “Jurisprudence”?
26
Ibid
27
Enrico Simanjuntak, 2019. Peran Yurisprudensi dalam Sistem Hukum di Indonesia, Jurnal
Konstitusi, Volume 16 Nomor 1, Hlm.88

8
hukum di Indonesia dapat disamakan dengan jurisprudentie di Belanda atau
istilah serupa dalam bahasa Perancis yaitu jurisprudence.28

Made Darma Weda menyatakan dalam common law system,


yurisprudensi tidak dikenal, dengan dasar bahwa seluruh ius non scripta (hukum
tidak tertulis) terjalin melalui putusan pengadilan, yakni melalui judge-made
law.29
Sedangkan menurut Surojo Wignjodipuro, Apeldoorn tidak membenarkan
menyebut yurisprudensi sebagai sumber hukum. Biasanya Arrest-Arrest Hoge
Raad itu dijadikan pedoman oleh hakim-hakim bawahan sebab ini adalah jalan
yang sebaik-baiknya untuk menghindari kasasi. Lama kelamaan Arrest Hoge
Raad tersebut merupakan hukum objektif. Jadi terang disini berdasarkan
kebiasaan dianggap sebagai keyakinan hukum umum. Jadi jelas bukan
merupakan sumber hukum tersendiri.

Berbeda dengan itu, Bellefroid tidak dapat membenarkan pendapat


Apeldoorn. Bellefroid mengatakan bukan kebiasaan sebab tidak timbul karena
kebiasaan tetapi didesak atau terdesak (takut di kasasi) dari atas. Seorang hakim
tidak terikat oleh keputusan hakim lain. Apabila terjadi bahwa keputusan suatu
hakim senantiasa dijadikan pedoman keputusan hakim-hakim lain terhadap
peristiwa hukum tertentu yang sama, maka lahir hukum yang berlaku umum
yang disebut Hukum Yurisprudensi.30

 Ada 2 macam yurisprudensi yaitu:

1) Yurisprudensi tetap, yaitu keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian


keputusan serupa dan menjadi dasar pengadilan (standar) untuk
mengambil keputusan.
2) Yurisprudensi tidak tetap, adalah dimana seorang hakim dalam mengikuti
keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dengan isi
keputusan tersebut, lagi pula hal ini hanya dipakai sebagai npedoman
dalam mengambil suatu keputusan mengenai suatun perkara serupa.
Sehingga seorang hakim dalam memutus perkara yang serupa tidak
selalu ingin mengikuti keputusan hakim yang terdahulu. 31

 Asas-asas yurisprudensi ada 2 macam yaitu:

28
Pasquer memberikan rumusan pengertian yurisprudensi yang berarti: “Le droit objectif, qui se
degage des arrest, rendus par les tribunaux” Miftakhul Huda, Op. Ci
29
Edward Simarmata, Kedudukan dan Relevansi Yurisprudensi Untuk Mengurangi Disparitas
Putusan Pengadilan, Laporan Penelitian, Jakarta:Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah
Agung RI, 2010, h. 117.
30
Surojo Wignjodipuro, 1982, Pengantar ilmu Hukum, Jakarta: Gunung Agung, Hlm. 56.
31
Dr. Suryaningsi.,S.Pd.,M.H, 2018. Pengantar Ilmu Hukum, Mulawarman University Press,
Samarinda, Hlm. 157

9
1) Asas presedent, Asas ini bermakna bahwa seorang hakim terikat
oleh hakim terdahulu, baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi
derajatnya. Dengan kata lain, seorang hakim lain dalam memutuskan perkara
tidak boleh menyimpang dari hakim yang lain. Asas ini dianut oleh negara-
negara anglo saxon yaitu Amerika dan Inggris. Keuntungan dari asas
preseden adalah tersangka sudah tahu berapa lama dia akan dihukum.
Asas presedent sering disebut stare decisis. Ini berlaku karena 4 fakta
yaitu;
i. Bahwa penerapan dari peraturan-peraturan yang sama pada kasus-kasus
yang sama. Menghasilkan perlakuan yang sama bagi siapa saja yang
datang atau mengahadap pada pengadilan;
ii. Mengikuti presedent secara tetap dapat menyumbangkan pendapatnya
dalam masalah dikemudian Hari.
iii. Pengunaan kriteria yang mantap untuk menempatkan masalah-masalah
yang baru dapat menghemat wak tu dan tenaga, dan;
iv. Pemakaian putusan-putusan yang lebih dahulu menunjukan adanya
kewajiban untuk menghormati, untuk kebijaksaan, untuk menghrmati
keputusan sebelumnya.

2) Asas bebas, Asas ini bermakna bahwa hakim tidak terikat dengan
hakim yang lain, baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi. Perkataan
tidak terikat disni maksudnya dalam memutus suatu perkara, boleh mengikuti
keputusan hakim yang terdahulu, baik yang sederajata ataupun yang lebih
tinggi. Boleh juga tidak mengikutinya. Asas bebas ini dianut oleh negara
eropa kontinetal seperti: Prancis, Belanda, Jerman, Indonesia. Dalam
prakteknya asas bebas tidak konsisten karena masih menggunakan
keputusan hakim yang terdahulu dengan alasan antara lain:

i. Mencegah terjadinya kesimpang siuran keputusan.


ii. Mencegah terjadinya pengeluaran biaya yang kurang perlu.
iii. Mencegah pandangan yang kurang baik dari atasan.32

 Ada beberapa alasan mengapa seorang hakim mengikuti hakim lain atau
hakim yang terdahulu:

i. Sebab psikologis, artinya seorang hakim mempunyai kekuasaan, terutama


apabila putusan itu dibuat oleh pengadilan tinggi atau Mahkamah Agung.
ii. Sebab praktis, artinya seorang hakim bawahan (pengadilan negri) secara
logis akan mengikuti putusan yang dibuat oleh hakim yang lebih tinggi
kedudukannya.

32
Ibid, Hlm. 158

10
iii. Sebab keyakinan, artinya hakim pemutus setuju atau sependapat dengan
keputusan hakim yang terdahulu.33

 Contoh Kasus; Sengketa Lahan

Yurispridensi MA 1985 kerap dipakai dalam sengketa gugatan perdata


tanah. Sebagian dimenangkan penggugat tapi ada pula yang dimenangkan
tergugat. Salah satu nya ialah konflik sengketa tanah di Megamendung, Bogor
atas lahan seluas 30,91 Hektare.34

Melalui Sekretaris Bantuan Hukum FPI sekaligus kuasa hukum FPI Aziz
Yanuar menyodorkan yurisprudensi Mahkamah Agung (MA) Nomor:
329K/Sip/1957 tertanggal 24 September 1958. Aziz memastikan, lahan seluas
kurang lebih 31,91 ha memang hak guna usaha (HGU)-nya milik PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) VIII (Persero). Tapi berdasarkan yurisprudensi MA tadi, maka
lahan tersebut berhak dikuasai orang lain.

“Memang HGU milik PTPN VIII. Namun ada Yurisprudensi MA No


329K/Sip/1957 tanggal 24 Sept 1958 yang menegaskan bahwa yang membiarkan
tanah selama 18 tahun dikuasai oleh orang lain dianggap telah melepaskan hak
atas tanah tersebut,” ujar Aziz kepada jurnalis, Jumat (25/12/2020). 35

Untuk yurisprudensi MA Nomor: 329K/Sip/1957 tertanggal 24 September


1958 diperoleh melalui laman resmi Direktori Putusan MA. Yurisprudensi ini
memang acap dipakai sejumlah pihak berperkara baik penggugat atau tergugat,
pembanding atau terbanding, maupun pemohon kasasi dan termohon kasasi. 36

Yurisprudensi lebih khusus dipakai dalam perkara perdata dengan


klasifikasi/objek tanah. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk perkara
perdata berkualifikasi perbuatan melawan hukum. Dari berbagai salinan putusan,
yurisprudensi MA Nomor: 329K/Sip/1957 tertanggal 24 September 1958 berbunyi
sebagai berikut;

“Orang yang membiarkan saja tanah menjadi haknya selama 18 tahun


dikuasai oleh orang lain dianggap telah melepaskan haknya atas tanah tersebut
(rechtsverwerking).”

33
Ibid, Hlm. 159.
34
M Julnis Firmansyah, 2020. “Sengketa Lahan Megamendung pengacara Rizieq Shihab ajak PTPN
musyawarah”, Metro.tempo.co.
35
Sabir Laluhu, 2020. “Konflik Pesantren, FPI Pakai Yurisprudensi MA 1958, Bagaimana
Penggunaannya di Pengadilan?”, Sindonews.com, Home, Hukum Hlm. 1.
36
Ibid

11
Yurisprudensi tersebut bersama dua yurisprudensi MA lainnya dipakai
dalam konteks hukum kebendaan yang mana dikenal adanya pelepasan hak
(rechtverwerking). Tiga yurisprudensi lain, tahun 1975 (dua yurisprudensi) dan
tahun 1976, mencantumkan pembiaran selama 20 tahun, sikap diam selama 30
tahun, dan pembiaran selama 27 tahun atas tanah.

Yurisprudensi MA Nomor: 295K/Sip/1973 tertanggal 9 Desember 1975


menyebutkan, “...mereka telah membiarkannya berlalu sampai tidak kurang dari
20 tahun semasa hidupnya Daeng Patappu tersebut, suatu masa yang cukup
lama sehingga mereka dapat dianggap telah meninggalkan haknya yang
mungkin ada atas sawah sengketa, sedangkan Tergugat Pembanding dapat
dianggap telah memperoleh hak milik atas sawah sengketa.”

Yurisprudensi MA Nomor: 200/K/Sip/1974 bertarikh 11 Desember 1975


dengan kaidah hukum, “Gugatan Penggugat dinyatakan ditolak, bukan atas
alasan kadaluwarsa melainkan karena Penggugat telah bersikap berdiam diri
selama 30 tahun lebih terhadap tanahnya yang dikuasai orang lain, maka dengan
sikap diam diri tersebut, Penggugat dianggap oleh hukum telah melepaskan
haknya, karena lamanya waktu berjalan.”

Yurisprudensi MA Nomor: 783K/Sip/1973 bertanggal 29 Januari 1976


berbunyi: “Pihak yang telah menduduki tanah tersebut untuk waktu yang lama,
tanpa gangguan dan bertindak sebagai pemilik yang jujur ( rechtshebende te
goeder trouw) harus dilindungi oleh hukum. Bahwa seandainya memang
penggugat terbanding tidak berhak atas tanah tersebut, kenyataan bahwa
tergugat-tergugat sampai sekian lama (27 tahun) menunggu untuk menuntut
pengembalian tanah tersebut menimbulkan anggapan hukum bahwa mereka
telah melepaskan hak mereka (rechtsverwerking).”

Jika melihat sejumlah perkara perdata atas objek tanah yang disidangkan
di pengadilan hingga tingkat MA, penggunaan yurisprudensi MA No.
329K/Sip/1957 tertanggal 24 September 1958 serta tiga yurisprudensi lainnya,
ada yang dimenangkan penggugat tapi ada juga yang dimenangkan tergugat. 37

Contoh lain yaitu, gugatan Herlina Wati dan Rina Norsanti melawan
Pardamean Situmorang, Camat Tapin Utara Kabupaten Tapin Kalimantan
Selatan, Kepala BPN PUSAT cq Kepala BPN Provinsi Kalimantan Selatan Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Tapin. Gugatan ini terkait dengan tanah di Jalan
Jenderal Sudirman kelurahan Rangda Malingkung dengan ukuran panjang 51
meter dan lebar 20 meter atau dengan luas 1020 meter persegi.

Berdasarkan salinan putusan kasas nomor: 580 K/Pdt/2011 atas gugatan


Herlina dan Rina melawan Pardamean dan kawan-kawan (dkk), Herlina dan Rina
menggunakan yurisprudensi MA Nomor: 329K/Sip/1957 tertanggal 24 September
1958 sebagai satu di antara sejumlah argumentasi. Majelis hakim kasasi MA yang

37
Ibid Hlm. 2.

12
dipimpin langsung Ketua MA saat itu Abdurrahman memutuskan menolak kasasi
yang diajukan Herlina dan Rina.38

PENUTUP
Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Maka dari itu mari
bersama-sama kita hormati peraturan-peraturan yang ada. Dan demikianlah
beberapa penjelasan atau gambaran mengenai tiga macam sumber hukum yaitu;
Undang-undang, Kebiasaan, dan Yurisprudensi yang dimana kutipan-kutipan di
ambil dari berbagai sumber berupa Ebook, Jurnal-jurnal, Media massa elektronik,
dan website-website ilmiah yang beredar yang memang membahas tentang
Ilmu-ilmu hukum. Sekian dan terimakasih wassalam.

Profil penulis

38
Ibid, Hlm. 3.

13
Nama : Andhy Pratama Salida

Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 18 Oktober 2002

Orangtua : Paisal (Ayah) & Faridah (Ibu)

Anak ke :3

Riwayat pendidikan : SDN 021 Samarinda

: SMP NEGERI 1 Samarinda

: SMK NEGERI 5 Samarinda

Cita-cita : Anggota Parlemen

Motto : Mustahil adalah kata yang hanya dapat

ditemukan dalam kamus para PECUNDANG.

Email : setanberiman18@gmail.com

Instagram : @andii_tama18

14

Anda mungkin juga menyukai