Anda di halaman 1dari 12

PHI

Nama:Metina Anjelina
Npm: B1A019442 No.Absen:42
1. Sebagaimana anda ketahui bahwa obyek PHI lebil luas dari pada PTHI,
karena ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada hukum positif Indonesia
(Ius Constitutum) melainkan juga termasuk hukum yang pernah berlaku pada
masa lalu dan pada hukum yang akan datang (Ius Constituendum). Apakah
Urgensi dari pada obyek PHI tersebut, sebutkan dua alasan ?

Urgensi merupakan suatu hal yang harus dilakukan karena ada


sesuatu alasan yang menganjurkan atau mendesak untuk
segera mengambil keputusan.Urgensi dari obyek phi
yaitu,Urgensi UU Perlindungan data pribadi di
Indonesia.Alasannya : 1.Kasus penyalagunaan data 87 juta
pengguna facebook .yang mana , sekitar 1 juta pengguna
diantaranya berasal dari Indonesia.Karena itu ,pemerintah
perlu menjamin keamanan data masyarakat dengan undang –
undang . 2.Indonesia lamban memproses pembahasan RUU
perlindungan data pribadi di ASEAN sedangkan negara
ASEAN yang lain sudah memiliki payung hukum
tersendiri.Adapun,dalam draf RUU perlindungan data pribadi
akan mencangkup prinsip ,mekanisme,dan sanksi.
2. Ditinjau dari aspek yuridis,Proklamasi Kemerdekaan memberikan kewenangan kepada
bangsa Indonesia untuk mengganti Tata Hukum Kolonial menjadi Tata Hukum
Nasional berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Kenyataannya sampai
saat ini hukum kolonial masih berlaku. Adakah perbedaan berlakunya hukum kolonial
sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan? Jelaskan!

Perbedaan hukum kolonial sebelum proklamasi dan


sesudah proklamasi . Sebelum proklamasi, tata
peraturan hukum kolonial masih berlaku secara
utuh(tidak di filter)karena masih menganut asas
konkordasi (hukum Belanda diperlakukan juga
kepada bangsa pribumi/Indonesia).Sedangkan
hukum kolonial setelah proklamasi ,yaitu hanya
sebagai pengisi kekosongan hukum sebelum
Indonesia mencapai tata hukum nasional .
3. Sebutkan dan jelaskan peraturan-peraturan hukum
yang berlaku bagi masing-masing golongan penghuni di
Indonesia pada zaman penjajahan Hindia Belanda !
1.Masa Besluiten Regering(1814 – 1855)
Pada masa ini hanya kroon(Raja) saja yang berwenang mengurus dan mengatur
segala sesuatu di Belanda dan daerah jajahanya.Pada tahun 1830 Belanda mulai
melakukan kodefikasi hukum perdatanya. Yang akan diberlakukan bagi orang orang
Belanda sesuai dengan keadaan jajahannya.Untuk maksud itu pada tanggal 15
Agustus 1839 menteri jajahan di Belanda mengangkat komisi undang – undang bagi
Hindia Belanda . Beberapa kodifikasi yang dihasilkan oleh komisi ini: A.Reglement
of de Rechterlijke Organisatie(RO) – peraturan organisasi peradilan. B. Algemene
Bapalingen ven Wergeving(AB)-ketentuan umum tentang tentang perundang –
undangan . C.Burgerlijk Weetboek(BW)-kitab undang – undang hukum
perdata .D.Wetboek ven Koophendel(WvK)-kitab undang – undang hukum dagang.
E.Reglement ofp de Burgerlijk Rechtvordering(RV)-peraturan tentang acara perdata.
2.Masa Regerigh reglement(RR) 1855 – 1926
Pada masa ini sistem pemerintahan Belanda berubah dari sistem monarki menjadi
sistem parlementer.
4. Jelaskan pengertian sistem hukum dan buktikan
bahwa hukum merupakan suatu sistem !

Sistem hukum adalah satu kesatuan yang terdiri dari


berbagai unsur – unsur yang masing – masing unsur
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan kesatuan
tersebut.Dan bukti dari hukum merupakan suatu
sistem adalah sistem hukum yang sangat
dipengaruhi oleh sistem hukum kontinental (suatu
sistem yang menganggap undang - sebagai satu –
satunya sumber hukum ) dan sistem hukum anglo
saxon(suatu sistem hukum yang didasarkan pada
keputusan – keputusan hakim ).
5. Apakah ada perbedaan kedudukan yurisprudensi
dalam sistem peradilan di Indonesia dengan sistem
peradilan di negara Anglo Saxon?Jelaskan!

Perbedaan dari Yurisprudensi sistem peradilan di Indonesia


dengan negara anglo saxon .Kalau di Indonesia
Yurisprudensi hanya sebagai guidelines(pedoman) bagi para
hakim dalam memutuskan suatu perkara,karna yang
terpenting bagi seorang hakim yaitu fakta dan peristiwanya
yang terjadi yang berkaitan dengan hukum.Sedangkan
sistem peradilan di Anglo Saxon Yurispredinsi (keputusan –
keputusan hakim terdahulu)menjadi dasar utama keputusan
hakim selanjutnya dalam memutuskan sebuah perkara.Sistem
hukum ini diterapkan di Irlandia,Inggris,Australia,Selandia
Baru ,Afrika Selatan,Kanada(kecuali provinsi quebec) dan
Amerika Serikat.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem hukum
Indonesia. Sebutkan komponennya dan bagaimana
hubungan diantara komponen beserta contohnya.

Sistem Hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem


hukum yaitu perpaduann dari hukum agama,hukum adat,dan
hukum negara eropa terutama Belanda sebagai bangsa yang pernah
menjajah Indonesia.Komponenanya terdiri dari :
1.Struktur(Pertama sistem hukum memiliki struktur ,yaitu kerangka
bentuk permanen dari sistem hukum yang menjaga proses tetap
berada didalam batasan – batasanya.Struktur terdiri atas: jumlah
seta ukuran peradilan,jurisdiksinya (jenis perkara yang di periksa
serta hukum acara yang digunakan),termasuk juga penataan badan
Legislatif) 2.Substansi(yaitu aturan dan pola prilaku nyata manusia
yang berada dalam sistem itu.Termasuk kedalam pengertian
substansi ini juga produk atau aturan baru yang mereka susun).
3.Kultur atau Budaya(yaitu sikap manusia terhadap hukum dan
sistem kepercayaan)
7. Dalam komponen sistem hukum dimungkinkan terjadi konflik
hukum. Salah satu azas dalam hal terjadi konflik hukum tertulis
adalah lex superior derogat legi inferior. Jelaskan azas ini,
berikan contohnya, serta sebutkan siapa yang berwenang dalam
judicial reviewnya!

Lex superior derogat legi inferior adalah asas


penafsiran hukum bahwa hukum tinggi ( lex
superior ) mengesampingkan hukum yang lebih
rendah(Legi Inferior). Contohnnya ketika terjadi
pertentangan antara peraturan pemerintah dengan
undang – undang ,maka yang digunakan adalah
undang – undang karena undang – undang lebih
tinggi derajatnya.Yang berwenang dalam
melakukan pengujian itu adalah mahkamah
konstitusi.
8. Salah satu sumber hukum formil di Indonesia adalah yurisprudensi
Pertanyaannya:
a. Apakah semua putusan hakim merupakan yurisprudensi?
b. Dalam lapangan hukum pidana, dapatkah hakim judge made law?,
jelaskan!

A.Tidak semua putusan hakim merupakan Yurisprudensi (putusan


hakim terdahulu) karena dalam membuat sebuah keputusan ,yang
paling penting bagi seorang hakim adalah fakta dan peristiwanya
yang berkaitan dengan hukum.Seorang hakim juga harus mampu
mengenalisir suatu peristiwa yang diaanggap benar melalui sebuah
pembuktian . Dan karena itu tidak semua keputusan hakim harus
berdasarkan yurisprudensi .
B.Istilah judge made law adalah pembentukan hukum oleh hakim.
Dalam lapangan hukum pidana hakim dapat membentuk hukum jika
dihadapkan kepada keadaan harus menggadili suatu perkara yang
tidak memiliki dasar hukum atau penganturan hukumnya tidak
jelas .Dalam keadaan ini,hakim tidak dapat menolak untuk mengadili
perkara tersebut dengan dalih tidak ada hukum yang mengatur..
9. Dalam pasal 7 UU No 12 Tahun 2011, TAP MPR
dimasukkan kembali ke dalam hierarki peraturan perundang-
undangan Indonesia. Mengapa demikian? Jelaskan disertai
dasar hukumnya!

Pada masa sebelum perubahan(amandemen) UUD 1945


ketetapan MPR secara hierarki berada dibawah UUD 1945
dan diatas undang – undang dan pada masa
reformasi ,ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki
peraturan perundang – undangan di Indonesia.Namun pada
tahun 2011,berdasarkan undang –undang nomor 12 tahun
2011,tap MPR kembali menjadi peraturan perundang –
undangan yg secara hierarki berada di bawah UUD 1945.
Alasan kembalinya lagi tap MPR karna dalam Rancangan
undang – undang(RUU) tentang pembentukan peraturan
perundang - undangan menjadi undang – undang.Salah satu
substansi perubahan dalam RUU tersebut adalah kembalinya
TAP MPR.
10. Setelah amandemen UUD 1945, terdapat dua lembaga tinggi negara
yang berwenang melakukan Judicial Review. Terkait dengan kewenangan
melakukan Judicial Review, jelaskan perbedaan diantara kedua lembaga
negara yang dimaksud!

Judical review(pengujian yudisial):Suatu proses pengujian


peraturan perundang – undangan yang lebih rendah
terhadap peraturan perundang – undangan yang lebih
tinggi.Dua lembaga tinggi yang berwenang melakukan
judical review yaitu MK(Mahkamah Konstitusi) dan
MA(Mahkamah Agung).Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terahir
putusanya bersifat final untuk menguji undang- undang
terhadap undang – undang dasar.Sedangkan Mahkamah
Agung mengujii peraturan perundang – undangan di
bawah undang – undang terhadap undang – undang.
Sekian
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai