Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PKN

TENTANG SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI


INDONESIA
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.
Penulisan makalh ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pembahasan materi Sistem Hukum
dan Peradilan Nasional.
Saya menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………
….…………………..i
Daftar isi
……………………………….………………………………………….………………………
………ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
…………………………………..…………….………………………………………..1
B. Tujuan
……………………………………………….…………………………………………………
…1
C. Rumusan masalah
……………………………………………..………………………………………..2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Sistem
Hukum……………………………………………..……………………………………….…
………….2
B. Sistem Peradilan Nasional
…………………………………………………………..……………….5
C. Kekuasaan Kehakiman
……………………………………………………………..………………..10
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………………15
B. Saran…………………………………………………………………………………………
…………….15
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum-hukum di Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Sebagaian besar sistem yang di anut, baik perdata
maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa continental, khususnya dari Belanda
karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama karena merupakan
sebagian umat Indonesia beragama Islam, maka dominasi hukum atau syari’at islam
lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum adat, merupakan penerus aturan-aturan dari
daerah setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara.
Pengertian sistem hukum sendiri yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Hukum merupakan perarturan di dalam Negara yang
bersifat mengikat dan memaksa setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi, sistem
hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak di lakukan oleh manusiayang mengikat dan terpadu dari satuan
kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan,

B. Tujuan
a. Makalah ini di buat memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
b. Makalah ini di buat untuk menambah wawasan tentang Sistem Hukum dan
Peradilan di Indonesia
C. Rumusan Masalah
a. Apa hakikat dan karakteristik Sitem Hukum Indonesia ?
b. Bagaimana Sistem Hukum Indonesia ?
c. Bagaimana Sitem Kekuasaan kehakiman Indonesia ?
Bab II
Pembahasan
A. Sistem Hukum Indonesia
1. Pengertian Sistem Hukum
Sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat
dan terpadu dari satuan kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan hukum di
Indonesia.
2. Pengolongan Hukum
Jenis hukum ini terbagi menjadi dua, yaitu

1) Hukum tertulis

Merupakan hukum yang diterapkan ke dalam peraturan perundangan. Hukum


tertulis ini dapat ditinjau dari hukum tertulis yang dikodifikasikan serta hukum tertulis
yang tak dikodifikasikan.

2) Hukum tak tertulis

Merupakan hukum yang hidup pada keyakinan di masyarakat, akan tetapi


secara tidak tertulis. Hukum tak tertulis ini pula dikatakan sebagai hukum kebiasaan.
Namun hukum dipatuhi selayaknya seperti peraturan perundangan yang berlaku.
Penggolongan Hukum menurut tempat berlakunya

Jenis hukum ini dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Hukum lokal
2. Hukum nasional
3. Hukum asing
4. Hukum internasional
Penggolongan Hukum menurut sumbernya

Dari segi sumbernya maka hukum ini terdiri atas :


1. Undang-undang, yang merupakan suatu bentuk hukum yang dimuat pada peraturan
perundangan.
2. Hukum kebiasaan, yang merupakan jenis hukum yang terangkum ke dalam
peraturan kebiasaan atau dikenal dengan istilah adat istiadat.
3. Hukum traktat, yang merupakan jenis hukum yang ditetapkan dan diatur oleh negara
untuk suatu perjanjian antar negara.
4. Hukum yurisprudensi, yang merupakan jenis hukum yang dibuat karena alasan
adanya keputusan hakim.
Penggolongan Hukum menurut waktu berlakunya

Dari segi waktu berlaku maka hukum digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Hukum positif merupakan hukum yang berlaku saat ini untuk suatu masyarakat
tertentu pada suatu daerah yang tertentu. Hukum positif ini dikatakan sebagai
istilah ius constitutum atau bisa disebut tata hukum.
2. Ius constituendum merupakan hukum yang begitu diharapkan berlaku saat waktu di
masa yang akan datang.
3. Hukum asasi merupakan hukum yang berlaku untuk segala waktu serta bangsa
yang ada di dunia. Jadi, hukum ini tidak akan mengenal adanya batas waktu dan
berlaku abadi terhadap siapa pun pada setiap tempat yang ada.
Hukum menurut isinya

Dalam segi isinya maka Penggolongan Hukum dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1. Hukum privat , di mana hukum privat ini disebut dengan hukum sipil, misalnya saja
KUH Dagang dan KUH Perdata.
2. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dan memakai
dengan alat perlengkapan atau seperti hubungan antara negara dengan individu.
3. Tata Hukum Indonesia
Tata hukum ialah semua peraturan-peraturan hukum yang diadakan/diatur
oleh negara atau bagiannya dan berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam
negara itu. Jelasnya, semua hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu
waktu dalam suatu tempat tertentu. Oleh karena itu ada sarjana yang
mempersamakan tata hukum dengan Hukum Positif atau Ius
Constitutum. Tujuan tata hukun ialah untuk
mempertahankan, memelihara dan melaksanakan tata tertib di kalangan anggota-
anggota masyarakat dalam negara itu dengan peraturan-peraturan yang diadakan
oleh negara atau bagian-
bagiannya. Su
atu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya sendiri dan oleh sebab itu turut
serta sendiri dalam berlakunya tata hukum itu, artinya tunduk sendiri terhadap tata
hukum itu Tiap-tiap tata hukum mempunyai struktur
tertentu, yakni strukturnya sendiri. Masyakat yang menerapkan dan menuruti tata
hukum itu hidup, berkembang, bergerak, berubah. Demikianpun tata hukumnya,
sehingga strukturnya dapat berubah pula, oleh sebab itu dikatakan, bahwa tata
hukum mempunyai struktur
terbuka.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakatt hukum Indonesia, ditetapkan
oleh Negara Indonesia. Oleh karena itu adanya Tata Hukum Indonesia baru sejak
lahirnya Negara Indonesia (17-08-1945). Pada saat berdirinya Negara Indonesia
dibentuklah tata hukumnya; hal itu dinyatakan dalam.

1) Proklamasi Kemerdekaan: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan


Kemerdekaan Indonesia.”
2) Pembukaan UUD-1945: “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya,”
“Kemudian daripada itu disusunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.”

Pernyataan tersebut mengandung arti:

a) Menjadikan Indonesia suatu Negara yang merdeka dan berdaulat.


b) Pada saat itu juga menetapkan tata hukum Indonesia, sekedar mengenai bagian
yang tertulis. Di dalam Undang-Undang dasar Negara itulah tertulis tata hukum
Indonesia (yang tertulis).
B. Sistem Peradilan Nasional

1. Macam-macam lembaga peradilan di Indonesia


a. Peradilan Umum
1. Pengadilan Negeri (PN)
Pengadilan negeri adaah suatu pengadilan (umum) yang memeriksa dan
memutuskan perkara tinggkat pertama dari segala perkara sipil untuk semua
golongan penduduk (warga negara dan orang asing). setiap perkara dalam
pengadilan negeri diadili oleh sekurang-kurangnya tiga orong hakim yang dibantu
oleh seorang panitera. perkara summier (perkara-perkara ringan yang ancaman
hukuman kurang dari satu tahun) diadili oleh seorang hakim (hakim tunggal) daerah
hukum pengadilan negeri pada dasarnya meliputi daerah kabupaten/kota. dengan
demikian, pengadilan negeri berwenang memeriksa dan memutuskan sesuatu
perkara perdata atau pidana yang terjadi dalam wilayah daerah kabupaten/kotayang
menjadi kekuasaannya. berkaitan dengan hal ini, pengadilan negeri memiliki
kewenangan nisbi, kewenangan nisbi adalah kewenangan untuk memeriksa gugatan
atas tuntutan berdasarkan tempat tinggi
tergugat. Pengadilan negeri
dipimpin oleh seorang kepala beserta seorang wakil kepala, beberapa orang hakim
yang dibantu oleh seorang panitera, beberapa orang panitera pengganti, sekretaris,
dan juru sita. panitera diangkat dan diberhentikan oleh menteri kehakiman,
sedangkan panitera pengganti diangkat dan diberhentikan oleh kepala pengadilan
yang bersangkutan. panitera bertugas memimpin bagian administrasi atau tata
usaha. ia dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti, dan karyawan-
karyawan lainnya.juru sita bertugas melaksanakan semua perintah yang diberikan
oleh ketua sidang, menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran,
memberitahukan putusan pengadilan, dan melakukan
penyitaan.
Pada setiap pengadilan negeri ditempatkan kejaksaan negeri yang terdiri atas
seorang atau lebih jaksa dan jaksa-jaksa muda. daerah kekuasaan kejaksaan sama
dengan daerah kekuasaan pengadilan
negeri.
kejaksaan adalah alat pemerintah yang bertindak sebagai penuntut umum
dalam suatu perkara pidana terhadap pelanggaran hukum pidana (bertindak untuk
mempertahankan kepentingan umum).
2. Pengadilan Tinggi (PT)
Pengadilan tinggi adalah pengadilan tingkat banding. Pengadilan tinggi
memeriksa suatu perkara perdata atau pidana yang telah diadili/diputuskan oleh
pengadilan tingkat pertama (pengadilan negeri). Perkara tersebut dibawa ke
pengadilan tinggi karena salah satu atau kedua pihak yang berselisih tidak
menerima keputusan pengadilan tingkat pertama. Nah, pengadilan tinggi kemudian
memeriksa kembali kasus itu dan membuat suatu keputusan. Keputusan itu entah
berupa menguatkan apa yang telah diputuskan di pengadilan tingkat pertama atau
juga mengubahnya dengan membuat keputusan baru. Dalam hal ini,
pemeriksaan yang dilakukan pengadilan tinggi hanya menyangkut berkas perkara,
kecuali jika pengadilan tinggi tersebut merasa perlu mendengarkan langsung
keterangan atau kesaksian dari pihak yang berselisih atau bersengketa.
Wewenang Pengadilan Tinggi adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa wewenang
dan mengadili antarpengadilan negeri dalam daerah hukumnya (Provinsi).
2. Memeriksa ulang semua perkara perdata dan pidana sepanjang dimungkinkan
untuk dimintakan banding.
3. Memimpin pengadilan-pengadilan negeri dalam daerah hukum.
4. Melakukan pengawasan terhadap jalannya pengadilan dalam daerah hukumnya
dan menjaga agar peradilan tersebut diselenggarakan dengan saksama dan
sewajarnya.
5. Mengawasi perbuatan hakim pengadilan negeri dengan daerah hukumnya secara
teliti.
3. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung (MA) merupakan badan kehakiman tertinggi di berbagai
negara (termasuk Indonesia) dan merupakan pengadilan terakhir di mana
putusannya tidak dapat diajukan banding. Mahkamah Agung (MA) sebagai badan
peradilan tertinggi di Indonesia berkedudukan di ibu kota Republik Indonesia
(Jakarta) atau di tempat lain yang ditetapkan oleh presiden. Daerah hukumnya
meliputi seluruh
Indonesia. M
ahkamah Agung terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, beberapa orang
hakim ketua, dan beberapa hakim anggota, dibantu oleh seorang panitera dan
beberapa orang panitera pengganti. Hakim MA diangkat oleh presiden atas usul
DPR melalui Ketua MA dan Menteri Kehakiman. Walaupun MA memiliki tujuh orang
hakim Agung, namun tugas mengadili dan memberi vonis hanya dilakukan oleh tiga
orang.
Mahkamah Agung memiliki kewajiban melakukan pengawasan tertinggi atas
tindakan-tindakan pengadilan lainnya di seluruh Indonesia dan menjaga atau
menjamin agar hukum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Adapun tugas-tugas MA adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan pada pemeriksaan pertama dan tingkat tertinggi mengenai
perselisihan-perselisihan yurisdiksi antarpengadilan negeri, pengadilan tinggi yang
sama, pengadilan tinggi dan pengadilan negeri, pengadilan sipil dan pengadilan
militer.
2. Memberi atau membatalkan kasasi atau keputusan hakim yang lebih rendah.
Kasasi dapat diajukan apabila peraturan hukum tidak dilaksanakan atau terdapat
kesalahan pada pelaksanaannya dan peradilan tidak dilaksanakan menurut undang-
undang.
3. Memberi keputusan dalam tingkat banding atas keputusan-keputusan wasit atau
pengadilan arbiter (pengadilan swasta yang terdapat dalam dunia perdagangan dan
diakui oleh pemerintah).
4. Mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan dan memberi
keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang soal-soal yang berhubungan dengan
hukum, apabila hal itu diminta oleh pemerintah.
Selain hal-hal di atas, MA juga berwenang memperbaiki dan menilai kembali
penilaian yang salah dari pengadilan tinggi. Misalnya, apakah dalil-dalil salah satu
pihak telah terbukti atau belum.
b. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman untuk rakyat yang mencari keadilan terhadap sengketa tata usaha
negara. Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang terjadi antara badan
atau kantor tata usaha negara dengan warga negara. PTUN diciptakan untuk
menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negaranya. Dalam hal ini,
sengketa timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan pemerintah yang
melanggar hak-hak warga negara. Dengan demikian PTUN ditujukan pula untuk
melindungi rakyat dari tindakan-tindakan pemerintah yang tidak populis. Singkatnya,
PTUN tidak hanya melindungi hak-hak tunggal saja, tetapi juga melindungi hak-hak
warga negara sebagai suatu masyarakat.
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara
melengkapi 3 peradilan lain yaitu Mahkamah Agung, Peradilan Agama, dan
Peradilan Militer sebagai pelaksana peradilan berdasarkan Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Keberadaa
n PTUN bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bernegara dan berbangsa
yang sejahtera, aman, tentram, dan tertib. Karena itu, diperlukan persamaan di
depan hukum yang tidak hanya mengatur warga negara dengan warga negara,
tetapi juga antara warga negara dengan pemerintah. Pemerintah wajib secara terus-
menerus membangun, menyempurnakan, dan menertibkan aparatur-aparatur
negara agar aparatur tersebut menjadi aparatur yang efektif, efisien, bersih, dan
berwibawa dalam melaksanakan tugasnya, yaitu selalu menjunjung kebenaran
hukum yang dilandasi semangat dan sikap pengabdian kepada masyarakat. Untuk
mencapai kondisi yang dicitakan sebagaimana tersebut di atas, maka pemerintah
harus berperan secara aktif dan positif dalam membangun relasi dengan
masyarakat.
c. Peradilan Agama
Dalam kamus Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai
perkara peradilan.
[1] Peradilan juga dapat diartikan suatu proses pemberian keadilan disuatu
lembaga.
[2] Dalam kamus Bahasa Arab disebut dengan istilah qadha yang berarti
menetapkan, memutuskan, menyelesaikan, mendamaikan. Qadha menurut istilah
adalah penyelesaian sengketa antara dua orang yang bersengketa, yang mana
penyelesaiannya diselesaikan menurut ketetapan-ketetapan (hukum) dari Allah dan
Rasul. Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi yang diadakan oleh
negara untuk mengurus atau mengadili perselisihan-perselisihan hukum.
[3] Peradilan Agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum
agama Islam kepada orang-orang Islam yang dilakukan di Pengadilan agama dan
Pengadilan Tinggi Agama. Sebagai lembaga peradilan, peradilan agama dalam
bentuknya yang sederhana berupa tahkim, yaitu lembaga penyelesaian sengketa
antara orang-orang Islam yang dilakukan oleh para ahli agama, dan telah lama ada
dalam masyarakat indonesia yakni sejak agama islam datang ke Indonesia.
Peradilan disyari’atkan di dalam Al Quran dan hadits Nabi
TUGAS POKOK
Memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang :
1. Perkawinan
2. Waris
3. Wasiat
4. Hibah
5. Wakaf
6. Zakat
7. Infaq
8. Shadaqah
9. Ekonomi Syari’ah
FUNGSI
1. Menyelenggarakan sebagian kekuasaan Negara di bidang kehakiman
2. Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang
yang beragama Islam.
3. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat hukum Islam kepada instansi-
instansi pemerintah jika diminta.
4. Menyelenggarakan administrasi umum, keuangan, dan kepegawaian serta lainnya
untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok teknis peradilan dan administrasi
peradilan.

d. Peradilan Militer
1. Pengertian
Peradilan Militer merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang
mempunyai kompetensi memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana yang
dilakukan oleh seseorang yang berstatus sebagai angggota militer atau yang
dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan pasal 12 undang-undang nomor 31 tahun 1997, kekuasaan kehakiman
dilingkungan peradilan militer dilakukan oleh :
a. Pengadilan Militer;
b. Pengadilan Militer Tinggi;
c. Pengadilan Militer Utama;
d. Pengadilan Militer Pertempuran.
2. Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Utama dan
Pengadilan Militer Pertempuran
a. Tempat Kedudukan dan Daerah Hukum.
Berdasarkan pasal 14 undang-undang Peradilan Militer, Peradilan Militer Utama
berkedudukan di tempat kedudukan di ibukota negara Republik Indonesia yang
daerah hukumnya meliputi seluruh negara Republik Indonesia, sedangkan nama,
tempat kedudukan dan daerah hukum pengadilan lainnya ditetapkan dengan
keputusan panglima.
b. Kekuasaan dan Kewenangan Peradilan Militer, Peradilan Militer Tinggi, Peradilan
Militer Utama dan Peradilan Militer Pertempuran.
Peradilan militer bertugas dan berwenang mengadili perkara-perkara kejahatan dan
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer yang berpangkat kapten ke bawah
di daerah hukumnya dan termasuk suatu pasukan yang ada di dalam daerah
hukumnya pada tingkat pertama.
Untuk pengadilan militer tinggi kekuasaan dan kewenangannya meliputi :
1. Memutus dalam tingkat pertama perkara-perkara kejahatan dan pelanggaran oleh
anggota perwira militer yang berpangkat mayor ke atas.
2. Memeriksa dan memutus dalam peradilan tingkat banding segala perkara yang
telah diputus oleh peradilan militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan
banding.
3. Memeriksa dan memutus dalam tingkat pertama dan juga terakhir, perselisihan
tentang kekuasaan mengadili antara beberapa peradilan militer dalam daerah
hukumnya.
Sedangakn kekuasaan dan kewenangan peradilan militer utam aadalah memeriksa
dan memutus apda tingkat banding perkara pidan adan sengketa tata usaha
angkatan bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan Militer
Tinggi yang dimintakan banding (pasal 42 UU No. 31 Tahun 1997).
Berdasarkan pasal 45 undang-undang nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan
Militer, Peradilan Militer Pertempuran berwenang memeriksa dan memutus pada
tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di daerah
pertempuran.
Perlu diketahui bahwa ketentuan-ketentuan lain mengenai mahkamah atau
pengadilan-pengadilan di tempat lingkungan peradilan berinduk pada undang-
undang nomor 4 tahun 2004. untuk itu ketentuan-ketentuan tertentu dalam peradilan
militer mengacu pada undang-undang tersebut, seperti pengangkatan hakim dan
pemberhentiannya.

2. Lembaga-lembaga Penegak Hukum di Indonesia


a. Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan
Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang
bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di
Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban
tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).
Pada awal mulanya, Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah bagian dari ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Namun, sejak dikeluarkannya Undang-
Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia
sudah tidak lagi menjadi bagian dari ABRI. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan
kelembagaan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

B. Fungsi Kepolisian
Kata ‘fungsi’ berasal dari bahasa inggris “function”. Menurut kamus
WEBSTER, “function” berarti performance; the special work done by an structure.
Selain itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 1969
(lampiran 3), fungsi adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha
yang satu sama lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas
pokok. Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa fungsi adalah merupakan segala
kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas sebaik-
baiknya untuk mencapai tujuan. Fungsi kepolisian adalah
menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. Fungsi kepolisian yang ada di masyarakat
menjadi aman, tentram, tertib, damai dan sejahtera. Fungsi kepolisian (POLRI)
terkait erat dengan Good Governance, yakni sebagai alat Negara yang menjaga
kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu sebagai salah
satu fungsi pemerintahan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyrakat yang diperoleh secara atributif melalui ketentuan Undang-Undang
(pasal 30 UUD 1945 dan pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
POLRI) .
b. Kejaksaan
TUGAS :
Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah hukum
Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta tugas-tugas lain yang
ditetapkan oleh Jaksa Agung.
FUNGSI :
1. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis
pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan
bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
2. penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan
sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan
serta pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya;
3. pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang
berintikan keadilan di bidang pidana;.
4. pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang
ketertiban dan ketentraman umum,
pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegaakan
hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan
tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaanm
pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;
5. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau
tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan
Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
6. pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah,
penyusunan peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran
hukum masyarakat;
7. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta
pengawasan, baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
c. Kehakiman
Adapun tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Negeri diautur dalam UU No.49 Tahun
2009 tentang perubahan kedua atas UU No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum
dalam Pasal 55 sampai dengan pasal 67 sebagai berikut :
1. Ketua :
Tugas Pokok :
a. Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan
kehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perkara perdata di tingkat pertama.
b. Ketua Pengadilan mengadakan pengawasanatas pelaksanaan tugas dan tingkah
laku Hakim, Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita serta Pejabat Struktur di
daerah hukumnya.
c. Ketua Pengadilan mengatur pembagiantugas para hakim.
Fungsi :
a. Ketua Pengadilan membagikan semua berkas perkara dan atau surat-surat
lainnya yang berhubungan dengan perkara yang diajukan ke Pengadilan kepada
Majelis Hakim untuk diselesaikan.
b. Ketua Pengadilan Negeri menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan
nomor urut, tetapi apabila terdapat perkara tertentu yang karena menyangkut
kepentingan umum harus segera diadili, maka perkara itu didahulukan.
2. Wakil Ketua :
Tugas Pokok :
a. Wakil Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas
kekuasaan kehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
Fungsi :
a. Wakil Ketua Pengadilan Negeri berfungsi sebagai Koordinator Pengawasan di
daerah Hukumnya
3. Hakim :
Tugas Pokok :
a. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman,
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat pertama.
Fungsi :
a. Melakukan tugas-tugas Pengawasan sebagai Pengawas Bidang dengan memberi
petunjuk dan bimbingan yang diperlukan bagi para Pejabat structural maupun
Fungsional.
4. Panitera / Sekretaris :
Tugas Pokok :
a. Panitera Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi perkara dan
mengatur tugas Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti.
b. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti bertugas
membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang Pengadilan.
c. Sekretaris bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan DIPA selaku Kuasa
Penggugat Anggaran (KPA).
d. Sekretaris selaku Pengguna barang (Kuasa Pengguna Barang) bertanggung
jawab atas keberadaan dan pemanfaatan barang milik negara (BMN).
e. Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi umum
Pengadilan, dan mengatur tugas Wakil Sekretaris, Kasub Kepegawaian, Kasub
Umum dan Kasub Keuangan.
Fungsi :
a. Panitera wajib membuat daftar semua perkara perdata dan pidana yang diterima
di Kepaniteraan.
b. Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang
berlaku.
c. Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen,
akta, buku daftar, biaya perkara,uang titipan pihak ketiga, Surat-surat berharga,
barang bukti, dan surat-surat lainnya yang disimpan di Kepaniteraan.
d. Melaksanakan Penyusunan Rencana dan Program Kerja Anggaran (RAK-KL).
e. Menunjuk Bendahawaran Penerima (PNBP).
f. Menunjuk Bendaharawan Pengeluaran, termasuk Bendaharawan Gaji dan
Pembuat Daftar Gaji.
g. Menunjuk Pejabat yang berwenang menguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
dan penanda tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
h. Melakukan penilaian DP3 kepada Wakil Panitera dan Wakil Sekretaris
5. Wakil Panitera :
Tugas Pokok :
a. Membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang Pengadilan
selaku Panitera Pengganti.
Fungsi :
a. Membantu Panitera didalam melaksanakan tugasnya dalam memimpin
Kepaniteraan di Pengadilan Negeri.
b. Melaksanakan tugas Panitera apabila Panitera berhalangan.
c. Membantu Panitera untuk membina secara langsung pelaksanaan administrasi
perkara antara lain ketertiban dalam mengisi buku register, pembuaran laporan
periodik dan lain-lain.
6. Wakil Sekretaris :
Tugas Pokok :
a. Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi umum
Pengadilan, dan mengatur tugas Wakil Sekretaris, Kasub Kepegawaian, Kasub
Umum dan Kasub Keuangan.
Fungsi
a. Membantu Sekretaris didalam melaksanakan tugasnya dalam memimpin
Sekretariaqtan di Pengadilan Negeri.
b. Melaksanakan tugas Sekretaris apabila Sekretaris berhalangan.
c. Membantu Sekretaris untuk membina secara langsung pelaksanaan administrasi
umum antara lain ketertiban pengelolaan Kepegawaian, Keuangan DIPA, Pengisian
Register, Pelaporan – Pelaporan, Surat Menyurat, Kearsipan dan pembuatan
laporan periodik lainnya
7. Jurusita :
Tugas Pokok :
a. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua / Hakim Ketua Mejlis
untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman, tegoran-tegoran, protes-protes,
dan pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara-cara berdasarkan ketentuan
undang-undang.
Fungsi
a. Membuat relaas panggilan sidang.
b. Membuat relaas Pemberitahuan Putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi
dan Mahkamah Agung.
c. Membuat relaas pemberitahuan-pemberitahuan yang berkaitan dengan banding,
kasasi PK dan Eksekusi.
d. Membuat berita acara penyitaan, yang salinannya diserahkan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
e. Membuat Penetapan-Penetapan dan berita acara yang berkaitan dengan
pelaksanaan Eksekusi.
C. Kekuasaan Kehakiman
1. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 24 ayat (2 )dan pasal 24A ayat (1) dan Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah
dirubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Dalam undang-undang ini mengatur tentang kedudukan, susunan, kekuasaan,
hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan perkara di Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
Kewenangan Mahkamah Agung adalah:
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:
- permohonan kasasi;
- sengketa tentang kewenangan mengadili;
- permohonan peninjauan kembali.
b. Menguji peraturan perundang-undangan yang di bawah undang-undang terhadap
undang-undang.
c. kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Terdapat pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi, ada perkara-perkara
tertentu yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi, perkara tersebut adalah:
- putusan praperadilan;
- perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau diancam pidana denda;
- perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat
daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang
bersangkutan.
Mahkamah Agung berwenang juga:
- melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawahnya dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman;
- melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan yang ada di
bawahnya;
- meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis peradilan dari
semua badan yang berada di bawahnya;
- memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di semua badan
yang berada di bawahnya;
- memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan
rehabilitasi;
- dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada
lembaga negara dan lembaga pemerintahan.
Dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan tertinggi dari semua lingkungan peradilan. Segala urusan organisasi,
administrasi, dan finansial Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

2. Mahkamah Konstitusi
Kedudukan
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna
menegakkan hukum dan keadilan

kewenangan
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

kewajiban
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa
a) penghianatan terhadap negara;
b) korupsi;
c) penyuapan;
d) tindak pidana lainnya;
2. atau perbuatan tercela, dan/atau
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Tentang Mahkamah Konstitusi RI UU no 8 Tahun 2011 Tentang
Perubahan atas Undang Undang Tentang Mahkamah Konstitusi RI

3. Komisi Yudisial
Ketentuan ini menegaskan bahwa kedudukan Komisi Yudisial adalah sebagai
lembaga negara yang keberadaannya bersifat konstitusional.
Selanjutnya, menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 menegaskan
bahwa "Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan
lain".
Kemandirian Komisi Yudisial itu dijamin oleh ketentuan Pasal 24B Ayat (1) UUD
1945 (Hasil Perubahan Ketiga), yang menegaskan bahwa:"Komisi Yudisial bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim".
Selanjutnya mengenai wewenang dan tugas dari Komisi Yudisial Republik Indonesia
dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 24A Ayat (3) dan Pasal 24B Ayat (1)
UUD 1945 (Hasil Perubahan Ketiga) yang dijabarkan dalam Pasal 13 Undang
Undang No. 22 Tahun 2004 pada pokoknya wewenang dari Komisi Yudisial adalah:
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden; dan
2. Mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Bahwa sesuai dengan UUD 1945 (hasil perubahan ketiga), fungsi utama Komisi
Yudisial adalah:
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung;
2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Hukum merupakan peraturan di dalam Negara yang bersifat mengikat dan memaksa
setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi, sistem hukum adalah keseluruhan
tentang apa yang harus di lakukan dan apa yang harus tidak di lakukan oleh
manusia yang mengikat dan terpadu dari suatu kegitan satu sama lain untuk
mencapai tujuan .
B. Saran
Agar system hukum nasional benar-benar terarah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan maka perlu adanya
kesatuan system hukum yang memdai dalam masing-masing system dan adanya
kekuasaan kehakiman yang bebas dan mandiri “Demi keadilan Sosial Ketuhanan
yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai