Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNATIONAL

Tugas untuk memenuhi penilaian pada mata pelajaran PKN


Materi Sistem Hukum dan Peradilan International

Oleh :

FARIZKA NILA CAHYANI


HIKMAH FERLIZA
NESHA ZHARANI PUTRI
NOFIA FEBRIDIANI
REZA ANILAWATI

SMK MA’ARIF BANYUMAS


KABUPATEN PRINGSEWU
LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah PPKn yang berjudul Makalah Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Banyumas, Februari 2023


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terciptanya suatu keadilan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah bangsa
termasuk bangsa Indonesia. Keadilan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia bukan
keadilan yang diperuntukkan oleh sekelompok orang saja atau penguasa, namun keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan yang menjadi dambaan seluruh umat manusia
diharapkan mampu memberi jaminan keadilan bagi seluruh warga negara. Jaminan keadilan
yang diberikan oleh pemerintah berupa dasar negara, undang-undang dasar, dan peraturan
perundang-undangan. Seperti jaminan keadilan yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5,
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Berpedoman pada sila tersebut, bangsa
Indonesia ingin mewujudkan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia di seluruh
wilayah nusantara.

Keadilan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia bukan hanya pada bidang tertentu
saja, akan tetapi seluruh bidang yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
budaya, serta pertahanan dan keamanan. Keadilan sosial dapat diwujudkan melalui
pembangunan di segala bidang. Keadilan akan tampak apabila hasil pembangunan dapat
dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya bahwa pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah harus dapat dirasakan hasilnya oleh seluruh masyarakat Indonesia dan
mampu menjamin kesejahteraan bersama sesuai dengan tujuan nasional bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum ?
2. Bagaimana sistem peradilan Internasional?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hukum


Pengertian hukum internasional menurut para ahli, antara lain :
Hugo de Groot
Dalam buku de Jure Belli ac Pacis ( perihal perang dan damai ) mengemukakan
bahwa hukum dan hubungan internasional dadasarkan pada kemauan atau hukum alam dan
persetujuan beberapa atau semua negara. Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari
mereka yang menyatakan diri didalamnya.
Sam Suhaedi
Hukum internasional merupakan himpunan aturan, norma dan asas yang mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat internasional
J.G Starke
Hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law) yang sebagian besar
terdiri dari asas dan karena biasanya ditaati dalam hubungan antar negara
Wirjono Prodjodikoro
Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara berbagai
bangsa diberbagai negara
Mochtar Kusumaatmaja
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas negara antara :
 Negara dan negara
 Negara dan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukun bukan
negara satu sama lain

B. Asal Mula Hukum Internasional

Dalam kajian mengenai azas hukum dapat diketahui, bahwa peraturan-peraturan


hukum yang tampaknya berdiri sendiri, sesungguhnya diikat oleh beberapa pengertian yang
lebih umum sifatnya yang mengandung tuntutan etis. Paul Scholten mengatakan bahwa azas
hukum dengan tuntutan etisnya itu terdapat dalam hukum positif tetapi ia sekaligus
melampaui hukum positif dengan cara menunjuk kepada suatu penilaian etis (Scholten,
1954).
Agar azas hukum dapat memberikan penilaian etis terhadap hukum positif, maka azas
hukum itu harus ada di luar hukum positif itu. Keberadaan di luar hukum positif tersebut
untuk menunjukkan, betapa azas hukum itu mengandung nilai etis yang self evident bagi
yang mempunyai hukum positif itu. Karena adanya ikatan oleh azasazas hukum itu, maka
hukumpun merupakan suatu sistem (Satjipto Rahardjo, 1986).

Peraturan-peraturan hukum yang berdiri sendiri-sendiri itu lalu terikat dalam satu
susunan kesatuan disebabkan karena mereka itu bersumber pada satu induk penilaian tertentu.
Sudikno Mertokusumo (1991) menyatakan hukum merupakan sistem berarti bahwa hukum
itu merupakan tatanan, merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.

Dengan perkataan lain sistem hukum adalah satu kesatuan yang terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis
seperti peraturan hukum, asas hukum dan pengertian hukum.

Masing-masing bagian harus dilihat dalam kaitannnya dengan bagian-bagian lain dan
dengan keseluruhannya seperti gambar mozaik; suatu gambar yang dipotong-potong menjadi
bagian kecil-kecil untuk kemudian dihubungkan lagi sehingga tampak utuh kembali gambar
semula. Masing-masing bagian tidak bediri sendiri lepas hubungannya dengan yang lain,
tetapi kait-mengkait dengan bagian-bagian lainnya. Tiap bagian tidak mempunyai arti di luar
kesatuan. Di dalam kesatuan itu tidak dikehendaki adanya konflik, pertentangan atau
kontradiksi antara bagian-bagian. Kalau sampai terjadi konflik maka akan segera diselesaikan
oleh dan di dalam sistem itu sendiri dan tidak dibiarkan berlarut-larut. Selanjutnya, Sudikno
Mertokusumo menyatakan: keseluruhan tata hukum nasional dapat disebut sistem hukum
nasional. Kemudian masih dikenal sistem hukum perdata, sistem hukum pidana, sistem
hukum administrasi. Di dalam hukum perdata sendiri terdapat sistem hukum kelurga, sistem
hukum benda, sistem hukum harta kekayaan dan sebagainya.

Sementara itu, Soerjono Soekanto (1988) menyatakan bahwa hukum yang ada dalam
masyarakat terhimpun dalam suatu sistem yang disusun dengan sengaja, yang sesuai dengan
pembidangannya. Misalnya di Indonesia, hukum yang mengatur perdagangan terhimpun
dalam kitab undang-undang hukum dagang, hukum yang mengatur kegiatan-kegiatan agraris
dalam masyarakat, terhimpun dalam UUPA beserta peraturan pelaksanaannya, hukum yang
mengatur masalah pidana sebagian terbesar terhimpun dalam kitab undang-undang hukum
pidana dan seterusnya. Sistem hukum tersebut biasanya menurut Soekanto, biasanya
mencakup hukum substantif dan hukum ajektifnya yang mengatur hubungan antar manusia,
antar kelompok manusia, dan hubungan antar manusia dengan kelompoknya.

C. Hukum Internasional Dalam Arti Modern


Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan
hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang
semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum


antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan
aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang
mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.
1. Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam
perundang-undangan. Contoh: hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum
perdata dicantumkan pada KUHPerdata. Hukum tertulis sendiri masih dibagi
menjadi dua, yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan dan yang tidak
dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam
lembaran negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut hukum
tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan
penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum
tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal
yang terus bergerak maju.
2. Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak
dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan
atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah
tertentu.
D. Asas-asas Hukum Internasional
Asas – asas hukum Internasional adalah:
1.Asas Teritorial
Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua
barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang atau orang yang berada di
wilayahnya tersebut berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya.

2.Asas Kebangsaan
Asas ini berdasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut
asas ini, setiap negara di manapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan
hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstritorial, artinya hukum
negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di
negara asing.

3.Asas Kepentingan Umum


Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan
diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum,
jadi hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

E. Sumber Hukum Internasional

Istilah sumber hukum Internasional memiliki makna materiil dan formil.

Dalam sumber hukum formal tersebut, ada 4 sumber hukum Internasional yang
digunakan oleh Mahkamah Internasional untuk mengadili perkara yang diajukan kepadanya,
yaitu:
Sumber-sumber formal hukum internasional adalah sumber-sumber yang
dipergunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan
internasional yang tercantum dalam Piagam Mahkamah Internasional Pasal 38 dalam 4 butir
berikut.
1) Perjanjian-perjanjian Internasional
2) Kebiasaan-kebiasaan Internasional
3) Asas-asas atau prinsip-prinsip hukum umum yang telah diterima sebagai
hukum
4) Keputusan Pengadilan dan ajaran-ajaran para ahli hukum yang paling
terkemuka dari berbagai negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan
kaidah-kaidah hukum.
Sumber hukum sebagaimana tertulis dalam butir 1,2, dan 3 tersebut di atas
merupakan sumber hukum utama atau primer dalam Hukum Internasional.
Sedangkan, butir ke-4 adalah sumber hukum tambahan atau subsider.

F. Subjek Hukum Internasional

a. Negara
Sejak lahirnya hukum Internasional, negara sudah diakui sebagai subjek hukum
Internasional. Bahkan, hingga sekarang pun masih ada anggapan bahwa hukum Internasional
pada hakikatnya adalah hukum antar negara.
b. Takhta Suci

Vatikan sebagai tahta suci


Di samping negara, sejak dulu Takhta Suci (Vatikan) merupakan subjek hukum
Internasional. Hal ini merupakan peninggalan sejarah masa lalu. Ketika itu, Paus bukan
hanya merupakan kepala Gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga
sekarang, Takhta Suci mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota.

c. Palang Merah Internasional

Lambang PMI

Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyai tempat


tersendiri dalam sejarah hukum Internasional. Kedudukan PMI sebagai subjek hukum
Internasional lahir karena sejarah masa lalu. Pada umumnya, PMI merupakan subjek hukum
Internasional dengan ruang lingkup yang terbatas dan tak penuh.

d. Organisasi Internasional

Kantor Pusat PBB di New York City


Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum Internasional pada jaman
sekarang sudah tak diragukan lagi. Organisasi Internasional seperti PBB, ILO, dan lainnya
mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi Internasional.
Dengan demikian, PBB dan organisasi Internasional semacam itu merupakan subjek hukum
Internasional.

e. Orang Perseorangan (Individu)


Orang perseorangan juga dapat dianggap sebagai subjek hukum Internasional,
meskipun dalam arti yang terbatas. Dalam perjanjian Versailles misalnya, yang mengakhiri
Perang Dunia 1 antara Jerman dengan Inggris dan Perancis. Di dalamnya terdapat pasal-pasal
yang memungkinkan orang perseorangan mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah
Arbitrase Internasional.

f. Pemberontak dan Pihak Dalam Sengketa (Belligerent)


Menurut hukum perang, dalam beberapa keadaan tertentu pemberontak dapat
memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa. Akhir-akhir ini muncul
perkembangan baru yang mirip dengan pengakuan terhadap status pihak yang bersengketa
dalam perang. Contohnya Gerakan Pembebasan Palestina (PLO).

G. Peradilan Internasional
Sistem peradilan nasional, sistem kaitanya dengan peradilan internasionl yaitu
unsur-unsur atau komponen-komponen lembaga pengadilan internasional yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk atau kesatuan dalam mencapai keadilan internasional.
Komponen-komponen tersebut yaitu :
a) Mahkamah internasional ( the internasional court justice)
b) Mahkamah pidana internasional ( the internasional criminal court)
c) Panel khusus dan special pidana internasional ( the internasional criminal
tribunals and special courts )

a) Mahkamah internasional (The Internasional Court of Justice ICJ


Berkedudukan di Den Haag, Belanda dan sebagai organ utama PBB untuk mengadili
dan mengahakimi setiap Negara yang bersengketa, oleh karena itu setiap Negara yang
bersengketa harus tunduk pada yuridiksi pengadilan sebelum kasus mereka didengar.
Mahkamah internasional ini telah didirikan tahun 1945 dan mulai berfungsi pada tahun 1946 .
Fungsi dari Pengadilan Pengadilan memiliki peran ganda: untuk menetap sesuai dengan
hukum internasional sengketa hukum itu diserahkan kepada oleh Negara, dan memberikan
pendapat konsultasi mengenai pertanyaan hukum dimaksud dengan internasional organ dan
lembaga yang berwenang sebagaimana mestinya.

1. Komposisi Mahkamah Internasional (MI)


Komposisi MI terdiri dari 15 hakim. 2 diantaranya merangkap sebagai ketua dan
wakil ketua, masa jabatanya adalah 9 tahun. Pemilihan diadakan setiap tiga tahun untuk satu-
sepertiga dari kursi, dan hakim pensiun dapat dipilih kembali. Calon hakim tersebut direkrtut
dari warga Negara anggota yang dinilai cakap dibidang hukum internasional.

Susunan Mahkamah adalah sebagai berikut: Presiden Shi Jiuyong (Cina); Wakil
Presiden Raymond Ranjeva (Madagaskar); Hakim Gilbert Guillaume (Prancis); Abdul G.
Koroma (Sirra Leone); Vladlen S.Vereshchetin (Federasi Rusia) ; Rosalyn Higgins (Inggris),
Gonzalo Parra-Aranguren (Venezuela), Pieter H. Kooijmans (Belanda), Francisco Rezek
(Brazil); Shawkat Al-Khasawneh AWN (Jordan); Thomas Burgenthal (Amerika Serikat);
Elaraby Nabil (Mesir); Hisashi Owada (Jepang); Bruno Simma (Jerman) dan Peter Tomka
(Slovakia).

2. Fungsi Utama Mahkamah Internasional


Fungsi utama MI adalah menyeleasaikan kasus-kasus persengketaan internasional
yang subjeknya adalah Negara.pasal 34 statuta MI menyatakan bahwa yang boleh beracara di
MI hanyalah subyek hokum Negara (only states may be parties in cases before the court).3
kategori Negara :
 Negara anggota PBB.
 Negara bukan anggota PBB yang menjadi anggota statuta asal memenuhi
persyaratan.
 Negara bukan anggota statuta MI harus membuat deklarasi bahwa tunduk pada
semua ketentuan Mahkamah Internasional dan piagam PBB.
 Yurisdiksi Mahkamah Internasional

Yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh MI yang bersumber pada hukum
Internasional untuk menentukan dan menegakan sebuah aturan hukum, yuridiksi ini meliputi
kewenangan untuk:
1) memutuskan perkara – perkara pertikaian (contentiouscase)
2)Memberikan opini yang bersifat nasehat (advisory opinion)

Selain itu para phak yang beracara di MI harus menerima yurisdiksi MI. ada
beberapa cara penerimaan tersebut :
 Perjanjian khusus, dalam hal ini Negara yang beracara di MI harus membuat
perjanjian khusus yang berisi subyek persengketaan. Contoh kasus yaitu pulau
lugtan dan sipadan antara Indonesia dan Malaysia.
 Penundukan diri dalam perjanjian Internasional, para pihak yang menundukan
diri pad yurisdiksi MI sebagaimana terdapat dalam isi perjanjian internasional
diantara mereka.dan tentu saja tunduk kepada yurisdiksi masih tetap harus
dilakukan.
 Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute MI, tetap anggota stauta
mempunyai kewajibn untuk tunduk kepada MI. tapi bedanya mereka tidak perlu
 Keputusan MI mengenai yurisdiksinya,manakala ada sengketa pada yurisdiksi
tersebut maka di selesaikan oleh MI.para pihak dapt mengajukan keberatan awal
terhadap yuridiksi MI..
 Penafsiran putusan, MI harus menafsirkan putusan jika diminta oleh salah satu
pihak bahkan kedua belah pihak, menurut statute pasal 26.
 Perbaikan putusan, pengajuan permintaaan dilakukan untuk menundukan diri
pada yurisdiksi. syarat pengajuan tersebut yaitu adanya fakta baru (novum) yang
belum diketahui oleh MI ketika putusan itu dibuat. Pada menerima permintaan,
Pengadilan memutuskan Negara dan organisasi yang mungkin memberikan
informasi yang bermanfaat dan memberikan mereka kesempatan untuk
menyajikan laporan tertulis atau lisan.

b) Mahkamah pidana internasional (the internasional criminal court,ico)

MPI merupakan mahkamah pidana internasional yang berdiri permanent


berdasarkan traktat multilateral MPI brtujuan untuk mewujudkan supremasi hukum
internasional dan memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional dipidana.MPI
daisahkan pada tanggal 1 juli 2002, dan dibentuk berdasarkan statute roma lahir terlebih
dahulu pada tanggal 17 juli 1998, tiga tahun kemudian, yaitu tanggal 1 juli 2005 statuta
mahkamah internasional telah diterima oleh 99 negara.
1. Komposisi
Pada awalnya MPI terdiri dari 18 oarang hakim yang bertugas selama sembilan
tahun tanpa dapat dipilih kembali. Para hakim dipilih berdasarkan dua pertiga suara majelis
Negara pihak yang terdiri atas Negara-negara yang telah meratifikasi statute ini (pasal 35 ayat
6 dan 9).
Dalam memilih para hakim, Negara pihak harus memperhitungkan perlunya
perwakilan. Berdasarkan prinsip-prinsip system hukum di dunia, keseimbangan geografis,
dan keseimbangan jender. Prinsip yang mendasr dari statute Roma ini adalah ICC merupakan
pelengkap bagi yurisdiksi pidana nasional, berarti mahkamah internasional harus
mendahulukan system nasional.

2. yurisdiksi MPI
Kewenangan yang dimiliki MPI untuk menegakan aturan hokum internasional adalh
memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh warga Negara dari Negara
yang telah meratifikasi statute MI.

1. Kejahatan genosida ( the crime of genoside)


yaitu tindakan kejahatan yang berupaya untuk memusnahkan keaseluruhan
atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras ataupun kelompok keagamaan
tertentu.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan( the crimes against humanity)
yaitu tindakan penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi
pensusuk sipil tertentu.
3. Kejahatn perang ( warcrimes)
yaitu tindakan yang berkenaan dengan kejahatan perang, semua tindakan
terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan konvensi
jenewa (misalnya pembunuhan berencana, penyikasaan, dll) dan kejahatan
yang melanggar hokum konflik bersenjata internasional ( menyerang objek-
objek sipil bukan militer)
4. Kejahatan agresi ( the crime of aggression)
yaitu tindakan kejahatan yang mengancam terhadap perdamaian.
c) Panel khusus dan spesialisasi perdana internasional (the internasional criminal
tribunals and special courts. ICT/SC)

Adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka


kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen atau sementara (ad hoc) dalam arti
setelah selesai mengadili maka peradilan ini dibubarkan.
Yuridiksi atau kewenangan darai Panel khusus dan special pidana internasional ini,
adalah menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida (pembersihan etnis) tanpa melihat
apakah Negara dari si pelaku itu telah meratifikasi atau belum terhadap statute panel khusus
dan special pidana internasional ini. Contoh Special Court for East Timor dan Indonesia
membentuk Peradilan HAM.

d) Proses Hukum yang Adil atau Layak


Pada dasarnya sasaran akhir dari sistem peradilan pidana adalah due process of law
sebagai proses hukum yang adil dan tidak memihak, layak, serta merupakan proses peradilan
yang benar, yang telah melalui mekanisme atau prosedur-prosedur yang ada, sehingga dapat
diperoleh keadilan substantif. Heri Tahir menyebutkan bahwa, “... proses hukum yang adil
pada hakikatnya merupakan roh dari sistem peradilan pidana itu sendiri yang ditandai dengan
adanya perlindungan terhadap hak-hak tersangka dan terdakwa”. Due process of law
merupakan perwujudan dari sistem peradilan pidana yang benar-benar menjamin,
melindungi, dan menegakkan Hak Asasi Manusia. Due process of law secara substantif
tercermin dalam due process model dari Herbert L. Packer. Due Process Model adalah model
yang sarat dengan nilai-nilai kemanusian dalam mekanismenya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Hukum internasional adalah “keseluruhan kaidah dan asas yang


mengatur hubungan/persoalan yang melintasi batas negara dengan negara, negara
dengan subjek hukum lain bukan negara serta antara subjek hukum lain bukan
negara”.
2. Pembagian Hukum Internasional Hukum internasional terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu : 1) Hukum Perdata Internasional (privat international law) 2) Hukum Pidana
Internasional (Public international Law) \
3. Sumber Hukum Internasional Sumber Hukum Internasional adalah sumber-sumber
yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-
masalah hubungan internasional.
4. Subjek Hukum Internasional Adalah pihak-pihak yang membawa hak dan
kewajiban hukum dalam pergaulan internasional.
5. Lembaga Peradilan Internasional 1) Mahkamah Internasional, 2) Mahkamah
Pidana Internasional, 3) Panel Khusus dan Spesial Pidana internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali. 2002. Keterpurukan Hukum di Indonesia (Penyebab dan solusinya). Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Adolf, Huala. 1990. Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta: Raja
Grafindo

Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. 2003. Hukum Internasional, Bunga Rampai. Bandung: Alumni.

Anda mungkin juga menyukai