Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Indonesia Sebagai Negara Hukum”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : KADARUSMAN, S.H

DISUSUN OLEH: ANTI JULANTY

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)YAHYA BIMA
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan
hidahyah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah dapat selesai sesuai dengan
yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnah-Nya Amin. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dalam Keperibadian Keperawatan “Indonesia
Sebagai Negara Hukum”. Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah sebagai informasi serta
untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari
orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman sehingga makalah ini terselesaikan. Makalah
ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

                         Bima 22 November


2021

                                                                 

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….…………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….  ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………  iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang………………………………………………………………….…1

2. Rumusan masalah……………………………………………………...……….…1

3. Tujuan……………………………………………………………………….. ….  2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Negara Indonesia Sebagai Negara Hukum ……,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..6


B. Hubungan Negara Hukum dan HAM …….…………………………………....9
C. Prinsip Negara Hukum dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara ………........12
D. Upaya Penegakkan HAM di Indonesia ……………………..…………………13
E. Contoh Kasus yang Melanggar HAM ………………...……………………….14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..15

B. Saran………………………………………………………………….. ……….15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
 A.   LATAR BELAKANG
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Dengan adanya
penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian tersebut maka
pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru, yaitu pendidikan
kewarganegaraan berbasis Pancasila. Sehingga seluruh penerus bangsa Indonesia bisa
memahami arti dari Negara yang memiliki hukum dan arti dari hak asasi manusia
sehingga bisa saling menghargai satu sama lainnya.
B.   RUMUSAN MASALAH
1. Apakah makna Indonesia sebagai Negara Hukum?
2. Bagaimanakah hubungan Negara Hukum dengan HAM?
3. Bagaimana menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai warga
negara?
4. Bagaimana mendukung Penegakkan HAM di Indonesia?
C.   TUJUAN 
Berdasarkan latar belakang, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui pengertian dari pada Hak Asasi Manusia dan seperti apa
praktek pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Serta hukuman apa yang
diberlakukan untuk orang yang melanggar Hak Asasi Manusia.
 D.   MANFAAT
Agar para intelektual khusus nya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi
tentang sistem Negara hukum di Indonesia dan prinsip-prinsip Negara hukum dan juga
mengerti tentang paradigma hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
 

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAKNA NEGARA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut
harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara
kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara
untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide
kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia  harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya
mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti
ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya
mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti
ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan
kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi
setiap anggota masyarakat.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1
ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan
Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang
kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa
Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil,
yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan
landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang
Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.

5
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut :
 Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.
 Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
 Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
 Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD
1945).
 Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
 Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
 Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-
J UUD 1945).
 
B. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN HAM

1. Pengertian Negara Hukum


Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang
sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat  sempurna
yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan
sempurna jika memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan
secara internal, yaitu adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan
masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama anggotamasyarakat. Kelengkapan secara
eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari
organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti
halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists
onlyone perfect society in the natural order, namely  the state (Henry J. Koren(1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam
formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya
keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-cara pendekatan saja.
Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurnya.
Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal
istilah negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata
Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan
istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law. Di
Indonesia, istilah  Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah
“Negara Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis
telah dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu.

6
Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia
(Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia
Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan
dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang demokratis telah lama bersemi dan
berkembang dalam pikiran dan hati para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila
ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para
pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para
pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal   28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17
Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota
BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum)
oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara, 2010:2). Dalam sidang–sidang
tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang ketatanegaraan sepert i:
negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara.
Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk
merdeka, jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri
negara, menjunjung tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep
negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita
negara hukum para pendiri negara secara formal dapatditemukan dalam setiap
penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 danUUDS 1950. Dalam konstitusi –
konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat  dalam Deklarasi Umum HAM
PBB tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan,
danperlindungan HAM perlu dan penting unt uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara
(Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)Pengertian negara hukum selalu menggambarkan
adanyapenyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum.
Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasihukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar
yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD
Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep
negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi
hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Menurut Winarno (2010),
konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep negara hukum dalam
arti material atau negara hukum dalam arti luas.
Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai t ujuan bernegara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV. Bahwasannya,
negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut  melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Bukti lain yang menjadi
dasar yuridis bagi keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada:

7
Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan
bertanggungjawab atasperekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
 
2. Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Apabila melanggar HAM maka seseorang akan bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM.
Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat
terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang
tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
a. Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia:
1. Hak Asasi Pribadi / Personal Right:
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama
dankepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik / Political Right:


 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasipolitik
lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right:


 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi / Property Rigths:


 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.
 Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.

8
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:


 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan   dan
penyelidikan di mata hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Right:


 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakatdan minat.
 
b. Jenis-Jenis HAM
Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi
manusia dalam 7 pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34. Namun
setelah UUD 1945 dilakukan perubahan (amandemen) maka ada bagian khusus
tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian sebagai berikut:
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.

9
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
 Pasal 28 I

10
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur,
dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang dijalankan.
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak
azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan
suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan
kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak
azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang
yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian
Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia
secara yuridis didasarkan pada UUD Negara RI 1945.
 
C. PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM KEHIDUPAN SEBAGAI WARGA NEGARA
Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderungmengarah pada
konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit. Dalam
Prinsip ini negara hukum diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang kecil atau sempit.
Seperti dalam uraian terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur - unsur
lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku.
Peran pemerintah sangat kecil dan pasif. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum
mengarah pada pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya
memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman.

11
Prinsip Negara Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki
sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :
HAM terjamin oleh undang-undang.
Supremasi hukum.
Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.
Kesamaan kedudukan di depan hukum.
Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
Pemilihan umum yang bebas.
Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
 
D. UPAYA PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA
Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik. Maksudnya
terhadap berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para pelaku pelanggaran
diselesaikan melalui Pengadilan HAM bagi pelanggaran HAM berat dan melalui KKR
(Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi). 
Upaya penegakan HAM melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti ketentuan-
ketentuan antara lain, sebagai berikut:
Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat tersebut di atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi pelaku yang berumur di bawah
18 tahun pada saat kejahatan dilakukan. 
Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkan UURI No.26 Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM adhoc.
Pembentukan Pengadilan HAM ad hoc diusulkan oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dibatasi pada tempat dan waktu
perbuatan tertentu (locus dan tempos delicti ) yang terjadi sebelum diundangkannya UURI
No. 26 Tahun 2000. 
Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur, maka pemeriksaan perkaranya
dilakukan majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Lima orang tersebut,
terdiri atas 2 orang hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim ad
hoc (diangkat di luar hakim karir). Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian
pelanggaran HAM dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran
bahwa ia telah melakukan pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya, kemudian
dilakukan perdamaian. Jadi KKR berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran dan
korban atau keluarganya untuk melakukan penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat jalur
Pengadilan HAM.

12
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM, antara
lain :
 Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM; 
 Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi serta
rehabilitasi; 
 Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM; 
 Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga – lembaga HAM
bila terjadi pelanggaran HAM; 
 Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat jalan
Peradilan HAM mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam yang
berkepanjangan yang dapat menghambat kehidupan yang damai dan harmonis dalam
bermasyarakat.
Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur pelaksanaannya
dalam peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a. UUD 1945
UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak
mendapat pengajaran. Maka untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-gedung
sekolah, mengangkat guru, memberikan bea siswa pada anak berprestasi tetapi dari segi
ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.
b. Ketetapan MPR
TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk
membentuk lembaga yang melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian,
dan mediasi tentang HAM. Maka dibentuklah KOMNAS HAM melalu Keputusan
Presiden Nomor 50 Tahun 1993.
c. Undang-Undang
UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka
manakala terjadi pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar peradilan
HAM.
E. CONTOH KASUS YANG MELANGGAR  HAM
  Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran
No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan
karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan
tersebut tentunya disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha
berarti tambahnya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993,
Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut
dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4
Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250.

13
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam
aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain
terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2
Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo.3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya
bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4
Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan
harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250. Tunjangan tetap
Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya
dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang
dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak
perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut
unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka
dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan
mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim
Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak
Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8,
keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan
telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran HAM di negeri ini. Marsinah
memperjuangkan haknya sebagai buruh untuk meningkatkan kesejahteraan seperti tertera
dalam surat edaran gubernur. Namun demikian perusahaan kiranya memiliki pandangan
berseberangan dengan kaum buruh tersebut. Perusahaan cenderung untuk tetap tidak
memberikan hak buruh berupa kenaikan gaji. Atas keadaan tersebut buruh bereaksi
dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi buruh tersebut direaksi dengan aksi
represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng pihak militer mereka memaksa
kaum buruh untuk menghentikan aksinya. Tekanan-tekanan dari pihak perusahaan kiranya
tidak menyurutkan langkah mereka, hingga akhirnya perusahaan memutuskan untuk
membunuh para pimpinan yang dianggap sebagai penggerak demonstrasi tersebut.
Sepertinya kasus ini adalah suatu hasil konspirasi tingkat tinggi, karena
penyelidikan polisi seolah membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan
Marsinah menjadi satu kasus misterius tak terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh jadi
cukup mudah untuk mengungkap kebenaran kasus ini, akan tetapi adanya pihak-pihak
yang tidak menginginkan kasus ini terungkap berusaha serapat mungkin menutupi kasus
ini. 
  

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Negara hukum  yang berbeda beda memiliki makna yang sama
yaitu Negara yang menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang
menjadikan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut dengan
hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat di sebut juga dengan hukum
dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang brita cara
mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan,memeriksa perkara dan
memberikan putusan dengan tujuan untuk mempertahankan hukum materil sedangkan
hukum Materil dan di sebut juga dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi)
memiliki arti aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.Negara hukum memiliki
ciri-ciri yaitu percaya akan adanya tuhan dan pengakuan dari perlindungan hak-hak
asasi manusia yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi dan
kebudayaan serta peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi
sesuatu kekuasaan apapun.
Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu
sama lainnya, karena kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan dengan
semestinya sebab itu yang dapat membuat warga Negara Indonesia mendapat suatu
keadialan,perlindungan dan  pengakuan secara sah dan sebagai pembentuk suatu
Negara yang adil makmur dan sejahtera.
B. SARAN
Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun
waktu seperti itu bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya.
Namun mari kembali lagi pada kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin
HAM warganya.
Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM di
Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi dan kerja
sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang
semoga baik-baik saja.
Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya
membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di
Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good goverment.
Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya
pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.
Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon maaf .
atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih

15
 

16
DAFTAR PUSTAKA

Adib. MOHAMMAD. DKK. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA &


KEWARGANEGARAAN.
Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.
Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

17

Anda mungkin juga menyukai