Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Disusun oleh :

NAMA : SHERINA AFDIASTI


NPM : 2174201131

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. saya bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan
kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini, saya berharap dapat lebih memahami
secara mendalam tentang Hukum. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah atau penyusunan
makalah berikutnya menjadi lebih baik.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada Dosen saya, Semoga
Allah SWT selalu mecurahkan berkah dan ridho kepada kita semua. Aamiin.

Penyusun.
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................ 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 5
C. TUJUAN .............................................................................................. 5
D. MANFAAT PENULISAN.................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Hukum......................................................................................7
B. Pengertian atau istilah Hukum Sejarah Hukum.....................................9

C. Tujuan Hukum.....................................................................................10

D. Budaya Hukum di Indonesia................................................................11

E. Kegunaan perbandingan sistem hukum................................................13

F. keluarga hukum atau famili hukum.....................................................14

G. sistem hukum utama (major legal system).................…….................16

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN. .......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk


menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi
tercapainya suatu keadilan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hukum
merupakan himpunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang perintah
dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya hukum
merupakan kenyataan dan pernyataan yang beraneka ragam untuk menjamin
adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain, yang
pada dasarnya hukum mengatur hubungan manusia dalam masyarakat
berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula.

Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan


mengarahkan perilaku manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini
ditangkan dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi pelanggar
undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana
yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut. Hukum yang berlaku di
Indonesia memiliki beberapa sumber yang sebelum merdeka sudah berlaku, antara
lain hukum yang bersumber dari agama, hukum yang bersumber dari adat atau
kebiasaan dan hukum yang bersumber dari negara lain yang menjajah Indonesia.
Ketiga sumber hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan
satu dengan lain, karena apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat
menjunjung tinggi hukum adat maka keberadaan hukum itu sendiri akan
berbenturan dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan tujuan
hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan mengarahkan manusia untuk
lebih baik. Di dalam Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 Bab 1 Pasal 1 ayat (3) dijelaskan bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara
Hukum “, hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di Indonesia
baik yang berhubungan dengan negara ataupun masyarakatnya diatur sesuai
peraturan hukum yang berlaku. Hal ini dirumuskan untuk membatasi hak dan
kewajiban masyarakat terhadap masyarakat dan masyarakat terhadap negara agar
terjaminnya rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia. Dalam hal penegakan
hukum ada tujuan yang diharapkan dari adanya penegakan hukum, menurut
Gustav Radbruch hukum ditegakkan bertujuanan agar tercapainya kepastian
hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan hukum terhadap para pihak . Hal ini
sudah sesuai dengan pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan juga Pancasila pada sila ke dua yang berbunyi “
kemanusiaan yang adil dan beradab “ hal ini menunjukkan bahwa penegakan
hukum juga harus terpenuhinya rasa keadilan dan kemanusiaan bagi para pihak
yang sedang menjalankan proses penegakan hukum baik itu korban maupun
pelaku.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hukum ?
2. Apa pengertian atau istilah hukum?
3. Apa Tujuan Hukum ?
4. Apa Budaya Hukum di Indonesia?
5. Apa saja kegunaan perbandingan sistem hukum?
6. Apa saja keluarga hukum atau famili hukum?
7. Bagaimana sistem hukum utama (major legal system)?

C. Tujuan
8. Mengetahui sejarah hukum
9. Mengetahui pengertian atau istilah hukum
10. Mengetahui Tujuan Hukum
11. Mengetahui Budaya Hukum di Indonesia
12. Mengetahui kegunaan perbandingan sistem hukum
13. Mengetahui keluarga hukum atau famili hukum
14. Mengetahui sistem hukum utama (major legal system)
D. Manfaat Penulisan

Memahami tentang sejarah hukum, pengertian atau istilah hukum, tujuan


hukum, budaya hukum di indonesia, kegunaan perbandingan sistem hukum,
keluarga hukum atau famili hukum, dan sistem hukum utama (major legal
system).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum

Dalam sebuah negara hukum, kekuasaan akan dijalankan oleh pemerintah


berdasar kedaulatan hukum atau yang kita sebut sebagai supremasi hukum
yang bertujuan untuk menjalankan sebuah ketertiban hukum.

1) Fase Pra-Kolonial
Fase Pra-Kolonial biasa disebut dengan fase sebelum penjajahan, dahulu
Indonesia sebelum adanya penjajahan menganut sistem kerajaan, diantara
lain kerajaan maja pahit, kerajaan sriwijaya, kerajaan mataram dan
sebagainya. Pada saat itu berarti masih menerapkan hukum sistem antar
masing-masing wilayah kerajaan. Terdapat 2 zaman kerajaan yaitu
kerajaan Hindu-Budha dan zaman kerajaan Islam.

2) Fase kolonial
Fase Kolonial biasa disebut dengan fase penjajahan, semenjak Belanda
menjajah Indonesia, banyak sekali perubahan terutama dalam sistem
hukum di Indonesia. Sejak masa VOC berlangsung pada abad XVII,
tatanan hukumnya dikualifikasikan sebagai tatanan hukum represif in
optima forma. Tatanan hukum yang berlaku saat itu menguntungkan
bangsa Belanda dan merugikan bangsa Indonesia terutama dalam bidang
ekonomi. Periode kolonialisme Jepang Pada Maret 1942, Terjadi pada
saat Jepang ingin menguasai kekuasaan yang Belanda miliki pada waktu
itu. Jepang mulai meduduki seluruh daerah Hindia Belanda. Untuk
melaksanakan tata pemerintahan di Indonesia, pemerintahan balatentara
Jepang berpedoman kepada undang-undangnya yang disebut “Gunseirei”.
Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi,
seluruh peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan
peraturan militer Jepang, tetap berlaku sembari menghilangkan hak-hak
istimewa orang-orang Belanda dan Eropa

3) Fase Kemerdekaan
Di fase kemerdekaan ini terdapat 3 masa yaitu masa orde lama, masa orde
baru dan masa reformasi.
- Masa Orde Lama Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang di
tetapkan oleh bangsa Indonesia sendiri atau Negara Indonesia. Orde
Lama dipimpin Presiden Soekarno dan wakil presiden Moh. Hatta.
Sejak 18 Agustus 1945 tata hukum positif di Indonesia adalah system
hukum yang tersusun atas subsistem hukum adat, subsistem hukum
Islam, dan subsistem hukum Barat. Dinamika politik pada masa ini
mengalami pasang surut.
- Masa Orde Baru Setelah Kudeta G.30.S/PKI digagalkan, kemudian
sejak terbitnya Surat Perintah 11 Maret 1966 yang sering dikenal
sebagai “Supersemar”, maka dimulailah suatu babak baru dalam
perjalanan sejarah kehidupan bangsa Indonesia, yang kemudian
menyebut diri sebagai pemerintahan Orde Baru. Perkembangan dan
dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru diawali
oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan.[25]
Diantaranya UU pokok Agraria, yang bersamaan dengan dibuatnya
UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, UU Pertambangan.
Orde Baru juga menundukkan lembaga-lembaga hukum di bawak
eksekutif, pengendalian sistem pendidikan, pemikiran kritis
masyarakat dibatasi, hingga tak ada perkembangan dalam hukum
nasional. Penyelenggaraan pemerintahan Orde Baru menyalahgunakan
ketentuan peraturan perundang-undangan demi suatu kekuasaan.
Keterpurukan kondisi sistem ketatanegaraan yang dibangun pada masa
Orde Baru mencapai puncaknya ketika diiringi dengan munculnya
krisis ekonomi yang melanda duniaperekonomian bangsa Indonesia
dan Negara-negara Asia.
- Masa Reformasi Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikan posisi
Presiden Soeharto. Selama pemerintahannya sudah terjadi empat kali
amandemen UUD RI. Dengan demikian, komposisi UUD 1945 pada
Sidang Tahunan MPR tahun 2002 yang lalu, maka susunan UUD 1945
memiliki susunan sebagaimana berikut ini: 1). Undang-Undang Dasar
1945 naskah asli; 2). Perubahan pertama Undang-Undang Dasar 1945;
3). Perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945; 4). Perubahan
ketiga Undang-Undang Dasar 1945; 5). Perubahan Keempat Undang-
Undang Dasar 1945.

A. Pengertian atau istilah hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, hukum adalah


peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah. Hukum menyangkut undang-undang,
peraturan, dan lain sebagainya agar bisa mengatur pergaulan hidup
masyarakat.

Selain itu, KBBI menjelaskan bahwa hukum juga bisa diartikan sebagai
patokan (kaidah atau ketentuan) mengenai peristiwa tertentu kepada manusia
di muka bumi. Dalam persidangan, hukum punya peran penting dalam
mengambil keputusan yang akan ditetapkan oleh hakim.

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli


Para ahli dari seluruh dunia memiliki definisinya masing-masing mengenai
hukum. Mengutip buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Tami Rusli, berikut
pengertian hukum menurut para ahli.

1. Mr.E.M Meyers
Mr.E.M Meyers mengungkapkan hukum adalah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi Penguasa-penguasa
Negara dalam melaksanakan tugasnya.
2. S.M. Amin
Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi. Adapun tujuan hukum adalah mengadakan ketatatertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terjaga.

3. J.C.T Simorangkir dan Woerjono Satropranoto


Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.

4. Ernest Utrecht
Menurut ahli hukum asal Belanda ini, hukum adalah himpunan peraturan yang
mengatur kehidupan. Peraturan tersebut dapat berupa perintah atau larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan harus ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat.

B. Tujuan hukum
Secara umum, tujuan adanya hukum dalam kehidupan manusia adalah untuk
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, seimbang dan tentram. Jika tidak
ada hukum yang berlaku, maka manusia bisa bebas melakukan segala hal yang
akhirnya dapat mengancam bahaya.

Menurut Subekti dalam bukunya berjudul Dasa-dasar Hukum dan Pengadilan,


hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
Sementara menurut Jeremy Bentham dalam bukunya yang berjudul
Introduction to The Moral and Legislation, tujuan hukum adalah untuk
mewujudkan semata-mata apa yang bermanfaat bagi banyak orang.

Namun, karena apa yang berfaedah bagi seseorang mungkin bisa dianggap
merugikan bagi orang lain, maka menurut teori utilitas, tujuan hukum adalah
menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang.

C. Budaya hukum di indonesia


Hukum yang dibuat pada akhimya sangat ditentukan oleh budaya hukum
yang berupa nilai, pandangan serta sikap dari masyarakat yang bersangkutan.
Jika budaya hukum diabaikan, maka dapat dipastikan akan terjadi kegagalan
dari sistem hukum modern yang ditandai dengan munculnya berbagai gejala
seperti: kekeliruan informasi mengenai isi peraturan hukum yang ingin
disampaikan kepada masyarakat, muncul perbedaan antara apa yang
dikehendaki oleh undang-undang dengan praktik yang dijalankan oleh
masyarakat. Masyarakat lebih memilih untuk tetap bertingkah laku sesuai
dengan apa yang telah rnenjadi nilai-nilai dan pandangan dalam kehidupan
rnereka. Garnbaran rnengenai budaya hukum dalam unsur-unsur sistem
hukum adalah struktur hukum diibaratkan sebagai mesin yang rnenghasilkan
sesuatu, substansi hukum diibaratkan produk yang di hasilkan oleh rnesin, dan
budaya hukum merupakan apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk
menjalankan mesin serta rnembatasi penggunaan mesin (Makmur, 2015).
Sehingga urgensi penguatan budaya hukum ini sudah menjadi kebutuhan yang
tidak terelakkan lagi. Oleh karena itu pengembangan budaya hukum harus
dilakukan melalui strategi pengembangan yang terarah dan terukur melalui
perumusan kebijakan, strategi pembudayaan hukum dan upaya pengembangan
budaya hukum (Jawardi, 2016). Salah satu upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan budaya hukum dan kesadaran bukum adalab melalui
pendidikan dan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan dalam
rangka mematuhi dan mentaati hukum serta penegakan suprernasi hukum
(Jawardi, 2016). Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
budaya hukum dan kesadaran hukum adalah melalui pendidikan dan
sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan dalam rangka mernatuhi
dan mentaati hukum serta penegakan supremasi hukum. Salah satu cara yang
efektif adalah dengan melakukan penyuluhan hukum. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam rangka mendukung upaya pembudayaan dan kecerdasan
hukum masyarakat, adalah 1) Upaya pembudayaan hukum harus dilakukan
dengan metode yang tepat dan efektif, dengan memanfaatkan berbagai media
dan infrastruktur serta lembagalembaga yang hidup dan tumbuh di
masyarakat. 2) Sosialisasi berbagai materi hukum, perlu terus diupayakan agar
setiap perkembangan terbaru mengenai perundang-undangan diketahui dan
dipahami oleh masyarakat. Dengan demikian, ketersediaan dan kemudahan
akses terhadap informasi materi hukum secara mudah, menjadi bagian penting
dari upaya pembudayaan hukum masyarakat. 3) Budaya hukum masyarakat
harus dibangun paralel dengan peningkatan profesionalisme aparat penegak
hukum dan birokrasi. Karena profesionalisme ini akan sangat berpengaruh
terhadap kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri. 4) Perlu
dilakukan pola dan program pembudayaan hukum secara terpadu, terencana
dan didasarkan kepada faktafakta permasalahan hukum yang terjadi. Dengan
demikian, keberadaan tenaga fungsional penyuluh hukum, perlu segera
direalisasikan. 5) Pembudayaan hukum harus dilakukan sejak usia dini dan
dimulai dari rumah tangga sebagai miniatur terkecil negara hukum, untuk
mencapai masyarakat berbudaya hukum saat ini dan masa depan (Jawardi,
2016). Prinsip-prinsip yang mendukung pembudayaan hukum dan kecerdasan
hukum masyarakat tersebut diatas akan menghasilkan masyarakat yang
berbudaya hukum atau cerdas hukum (Susilawati, 2008). Ciri-ciri masyarakat
cerdas hukum adalah masyarakat yang memahami hukum secara
komprehensif yang terkait dengan hak dan kewajibannya, mengetahui
kebolehan-kebolehan dan larangan-larangan serta memahami keuntungan dan
risiko apa saja yang akan dialami terkait perbuatan hukum yang dilakukannya,
teliti dan cermat dalam mengambil langkah-langkah dan tindakan-tindakan
hukum serta mampu menjauhi segala perbuatan yang dapat menimbulkan
pelanggaran hukum, mampu menghindari perbuatan yang menjurus kepada
pelanggaran hukum. Unsur lain kecerdasan hukum masyarakat adalah
kemampuan untuk berperan serta dalam upaya mewujudkan negara hukum
yang demokratis, melalui kontribusi pemikiran dalam rangka pembangunan
hukum nasional, sehingga hukum yang dibuat benar-benar dapat
mencerminkan nilai-nilai filosofis, sosiologis dan yuridis.
D. Kegunaan perbandingan sistem hukum
Ada beberapa pendapat mengenai manfaat mempelajari perbandingan
hukum yaitu sebagai berikut : Rene David dan Brierly ada beberapa manfaat
dalam mempelajari perbandingan hukum yaitu dapat memahami lebih baik,
untuk mengembangkan hukum nasional kita sendiri, membantu dalam
mengembangkan pemahaman terhadap bangsa-bangsa lain serta dapat
memberikan sumbangan untuk menciptakan hubungan /suasana yang baik
bagi perkembangan hubungan internasional.9 Menurut Tahir Tungadi manfaat
dalam mempelajari perbandingan hukum adalah berguna untuk unifikasi dan
kodifikasi nasional, regional maupun internasional. Mempelajari perbandingan
hukum juga berguna untuk harmonisasi hukum antara konvensi internasional
dengan peraturan perundang-undangan nasional. Sedangkan untuk
pembaharuan hukum, yakni dapat memperdalam pengetahuan tentang hukum
nasional dan dapat secara objektif melihat kebaikan dan kekurangan hukum
nasional. Untuk menentukan asas-asas umum dari hukum ( terutama bagi para
hakim pada pengadilan internasional ) hal ini penting untuk menentukan the
general principal of law yang merupakan sumber yang penting dari hukum
public internasional. Untuk menentukan asas-asan umum dari hukum (
terutama bagi para hakim pada pengadilan internasional ) hal ini penting untuk
menentukan the general principal of law yang merupakan sumber yang
penting dari hukum public internasional. Sebagai ilmu pembantu bagi hukum
perdata internasional misalnya dalam hal ketentuan HPI suatu negara
menunjuk pada ketentuan hukum asing yang harus di berlakukan dalam suatu
kasus. Serta diperlukan dalam program pendidikan bagi penasihat-penasihat
hukum pada lembaga perdagangan internasional dan kedutaan-kedutaan
misalnya untuk dapat melaksanakan traktat traktat internasional.10 Giuditta
Cordero Moss mengatakan Ada 5 tujuan mempelajari perbandingan hukum
yaitu memperbaiki hukum nasional, membuat dan membangun hukum
nasional, sebagai alat dalam proses pembelajaran, alat harmonisasi hukum dan
alat untuk mencapai tujuan hukum.11 Peter De Cruz menyajikan secara
sistematis tentang fungsi dan tujuan mempelajari hukum komparatif. Ia
mengemukakan lima fungsi dan tujuan hukum komparatif yang meliputi
Hukum komparatif sebagai disiplin akademis, hukum komparatif sebagai
bantuan bagi legislasi dan perubahan hukum, hukum komparatif sebagai
perangkat konstruksi dan hukum komparatif sebagai sarana untuk memahami
peraturan hukum dan sebagai kontribusi sebagai penyatuan sistematik dan
harmonisasi hukum12 Sudikno Mertokusumo mengemukakan dua manfaat
mempelajari perbandingan hukum yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat teoritisnya adalah mengumpulkan pengetahuan baru serta sebagai
sarana edukatif yang meliputi fungsi membebaskan dari chauvinisme hukum (
mengagung-agungkan hukum ), fungsi inspiratif memperoleh gambaran yang
lebih baik tentang sistem hukum sendiri, karena dengan memperbandingkan
kita melihat masalah-masalah tertentu untuk menyempurnakan pemecah
tertentu di dalam hukum sendiri. Merupakan alat bantu bagi disiplin-disiplin
lain terutama bagi sosiologi hukum dan antropologi hukum, merupakan
instrumen untuk menentukan perkembangan hukum, mempelajari
perbandingan hukum juga dapat membantu perkembangan asas-asas hukum,
untuk meningkatkan saling pengertian di antara bangsa-bangsa, membantu
dalam pembagian sistem hukum dalam kelompok-kelompok dan sumbangan
bagi doktrin. Sedangkan manfaat praktisnya adalah untuk kepentingan
pembentukan undang-undang yang meliputi Membantu dalam membentuk
undang-undang baru, Persiapan dalam menyusun undang-undang yang
unifrom ( seragam ) dan penelitian pendahuluan pada receptie ( penerimaan )
perundang-undangan asing. Mempelajari perbandingan hukum untuk
kepentingan peradilan mempunyai pengaruh terhadap peradilan pada
umumnya serta penting dalam perjanjian internasonal dan penting untuk
terjemahan yuridis.

E. keluarga hukum atau famili hukum


Marc Ancel membagi keluarga hukum menjadi lima, yaitu:
1. Sistem Eropa Kontinental dan Amerika Latin (system of civil law);
2. Sistem Anglo America (Common Law);
3. Sistem Timur Tengah (Irak, Yordania, Saudi Arabia, dsb.);
4. Sistem Timur Jauh (Cina, Jepang);
5. Sistem dari negara-negara sosialis.

Rene David dan John Bierly membagi keluarga-keluarga hukum sebagai


berikut:
1. Keluarga Hukum Romawi Jerman (Romano – Germanic Family);
2. Keluarga Hukum Common Law (Common Law Family);
3. Keluarga Hukum Sosialis (Family of the socialist law);
4. Keluarga Hukum Agama/Tradisi (Family of the Religions and Traditional
law).

Christian Hertel membagi keluarga hukum (dalam kepustakaan Belanda dan


Jerman lebih umum dikenal sebagai Rechtskreis atau rumpun hukum) sebagai
berikut:
1. Rumpun Common Law;
2. Rumpun hukum Romano-Germanik, yaitu yang semula bersandar pada
Corpus Iuris Civilis Romawi dan kemudian pada Code Napoleon Prancis;
3. Rumpun hukum German (yaitu yang berlaku di kalangan etnik yang
berbahasa Jerman);
4. Rumpun hukum negara-negara Komunis (yang pernah ada maupun yang
masih ada);
5. Rumpun hukum lainnya yang terpaut dengan rumpun Romano-Germanik
terutama di Asia Timur;
6. Rumpun hukum Skandinavia/Nordik yang membaurkan rumpun Common
Law dan rumpun Romano-Germanik;
7. Rumpun hukum Islam (yang mempengaruhi sistem hukum di sejumlah
Negara Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia).
Di samping pembagian yang telah disebutkan di atas, Christian Hertel juga
mengakui hukum adat seperti yang diamatinya di Afrika (customary law atau
African Law).
F. sistem hukum utama (major legal system)
Sistem hukum yang berlaku di dunia ada bermacam-macam dan memiliki
keanekaragaman antara sistem hukum yang atu dengan sistem hukum yang
lain. Menurut Eric L. Richard pakar hukum global business dari indiana
University menjelaskan sistem hukum yang utama di dunia (TheWorld’s
Major Legal Systems) sebagai berikut: 1. Civil Law (Hukum sipil berdasarkan
kode sipil yang terkondifikasi). Yang dipraktikkan oleh negara-negara Eropa
kontental seperti belanda termasuk bekas jajahannya. Sistem hukum ini
berakar hukum Romawi (Roman law) 2. Common Law (hukum yang
berdasarkan kebiasaan berdasarkan presidaen atau judge made law. Sistem
hukum ini praktikkan di negara anglosaxon, seperti Inggris dan Amerika.) 3.
Islamic Law (Hukum Islam), hukum yang berdasarkan syariah islam yang
bersumber dari Alquran dan Hadist. Sistem hukum ini di terapkan di arab
saudi serta berbagai negara di timur tengah. 4. Socialist Law, sistem hukum
yang di praktikkan di negara-negara sosialis seperti kuba dan rusia. 5. Sub-
Saharan africa, sistem hukum yang di praktikkan di negara afrika yang berada
di sebelah selatan gurun sahara. Far East, sistem hukum ini merupakan sistem
hukum yang kompleks yang Merupakan perpaduan antara sistem civil law,
common law dan hukum islam sebagai basis fundamental masyarakat sistem
ini di terapkan di Negara Pakistan, Bangladsh, Selain sistem-sistem hukum di
atas, di dunia dikenal suatu sistem aturan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat dunia yang berasal dari adat kebiasaan yang secara turun-temurun
dihormati dan ditaati oleh masyarakat sebagai tradisi setiap bangsa yang
disebut dengan hukum adat.
“Civil Law” merupakan sistem hukum yang tertua dan paling berpengaruh di
dunia. Sistem hukum ini berasal dari tradisi Roman-Germania. Sekitar abad
450 SM, Kerajaan Romawi membuat kumpulan peraturan tertulis mereka
yang pertama yang disebut sebagai “Twelve Tables of Rome”. Sistem hukum
Romawi ini menyebar ke berbagai belahan dunia bersama dengan meluasnya
Kerajaan Romawi. Sistem hukum ini kemudian dikodifikasikan oleh Kaisar
Yustinus di abad ke 6. The Corpus Juris Civilis diselesaikan pada tahun 534
M. Ketika Eropa mulai mempunyai pemerintahan sendiri, hukum Romawi
digunakan sebagai dasar dari hukum nasional masing-masing negara.
Napoleon Bonaparte di Prancis dengan Code Napoleonnya di tahun 1804 dan
Jerman dengan Civil Codenya di tahun 1896. Sistem Hukum Civil Law
termasuk keluarga hukum Romawi-Jerman. Sistem hukum ini muncul pada
Abad ketigabelas. Peranan Universitas dalam Pengkajian Hukum Romawi-
Jerman sangat besar. Karya universitas terlihat dalam pembentukan kaidah-
kaidah yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau
penyelesaian sengketa, kaidah tersebut dipakai untuk melakukan tindakan
penyelesaian secara konkrit. Kaidah tersebut tentunya masih merupakan
kaidah yang bersifat abstrak, yang digunakan untuk menyelesaikan peristiwa
konkrit. Penulisan Universitas bersifat berupa doktrinal yang memuat asas
yang akan dipakai dalam pengambilan keputusan suatu peristiwa konkrit.
Sistem hukum Eropa Continetal adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut dengan hakim dalam
penerapannya. Hampir 60% daripopulasi tinggal di negara yang nenganut
sistem hukum ini.( Fabri, marco. The chellenge of change for judicial systems,
page 137 (IOS Press 2000) Istilah asli dari sistem hukum ini adalah Droit
Civil selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Civil Law
(Civil law Sysem) yang isinya RomanoGermanic System kemudian
berkembang pesat di wilayah Eropa sehingga sering juga disebut dengan
sistem hukum Eropa Continental. Istilah Romano-Germanic itu muncul
mengingat bahwa sistem hukum ini terdiri atas sejumlah pengaruh aliran
hukum yang terutama didominasi oleh hukum Romawi dan hukum jerman.
Tata hukum menurut rumpun hukum ini merupakan seperangkat kaidah
perilaku.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan


mengarahkan perilaku manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini
ditangkan dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi pelanggar
undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana
yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6696943/pengertian-hukum-menurut-
para-ahli-serta-bentuk-dan- tujuannya#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar
%20Bahasa%20Indonesia,bisa%

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/637440/mod_resource/content/1/PPT%20Nu r
%20Hidayah%20Febriyani_E0018305_Perbandingan%20Hukum%20Pidana%20
%28C%29.pdf
20mengatur%20pergaulan%20hidup%20masyarakat.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3582252&val=31075
&title=Analisis%20Perbedaan%20Komponen%20Pidana%20Sistem%20Hukum
%20Civil%20Law%20dan%20Common%20Law
https://repo- dosen.ulm.ac.id/bitstream/handle/123456789/32302/perbandingan
%20hukum%20 rev%203.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://business-law.binus.ac.id/2019/10/04/apa-itu-budaya-hukum/
5 SOAL PERTANYAAN DARI MAKALAH DIATAS

1. Apa yag dimaksut dengan hukum ?


2. Sebutkan tujuan dari hukum?
3. Menurut Marc Ancel hukum dibagi menjadi lima, sebutkan !
4. Bagaimana sistem hukum di indonesia berkembang?
5. Bagaimana sejarah hukum pada Fase Kolonial ?

Anda mungkin juga menyukai