DISUSUN OLEH :
SARAH ANANDA PUTRI
B1A020415
DOSEN PENGAMPU
Suryadi,Dr,M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum merupakan peraturan berupa norma yang dibuat oleh suatu
kekuasaan atau adat yang berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, perdamaian,
mencegah terjadinya kekacauan dan memberikan sanksi bagi orang yang
melanggar hukum. Indonesia merupakan negara hukum, karenanya aturan dan
penegakan hukum menjadi bagian penting dalam kehidupan, bukan saja ada
aturannya secara formal, namun realisasi pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan faktor utama
untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian.
Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, negara Indonesia
berusaha untuk menjunjung tinggi penegakan hukum, negara akan menjamin
setiap warganya bersamaan kedudukan di depan hukum dan dalam
pemerintahan tanpa terkecuali.
Dibutuhkan adanya peraturan-peraturan yang mampu menjamin hak dan
kewajiban setiap warga negara tanpa adanya diskriminasi. Sejarah bangsa
Indonesia hingga kini mencatat adanya kesenjangan sosial yang disebabkan
oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif. Selain itu terjadi pola
penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat negara dan pejabat publik yang
seharusnya menjadi penegak hukum dan pelindung rakyat tetapi justru
mengintimidasi, menganiaya, sampai menghilangkan nyawa.
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Undang-undang, peraturan, dan
sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Apabila Warga Negara
Indonesia tidak mematuhi hukum yang ada tentu akan dijatuhi sanki berupa denda
hingga dipenjara.
Ketaatan kepada peraturan dan hukum adalah sebuah konsep yang harus
diwujudkan dalam diri setiap warga negara. Semakin seseorang itu taat hukum,
maka bisa disimpulkan kalau tingkat kesadaran hukumnya juga tinggi.
Fase Pra-Kolonial
Terdapat 2 zaman kerajaan yaitu kerajaan Hindu-Budha dan zaman kerajaan Islam
Fase Kolonial
Fase kolonial biasa disebut dengan fase penjajahan, semenjak Belanda menjajah
Indonesia, banyak sekali perubahan terutama dalam sistem hukum di Indonesia.
Sejak masa VOC berlangsung pada abad XVII, tatanan hukumnya
dikualifikasikan sebagai tatanan hukum represif in optima forma. Tatanan hukum
yang berlaku saat itu menguntungkan bangsa Belanda dan merugikan bangsa
Indonesia terutama dalam bidang ekonomi.
Pada Maret 1942, Terjadi pada saat Jepang ingin menguasai kekuasaan yang
Belanda miliki pada waktu itu. Jepang mulai meduduki seluruh daerah Hindia
Belanda. Untuk melaksanakan tata pemerintahan di Indonesia, pemerintahan
balatentara Jepang berpedoman kepada undang-undangnya yang disebut
“Gunseirei”.
Fase Pra-Kolonial
Terdapat 2 zaman kerajaan yaitu kerajaan Hindu-Budha dan zaman kerajaan Islam
Fase Kolonial
Fase kolonial biasa disebut dengan fase penjajahan, semenjak Belanda menjajah
Indonesia, banyak sekali perubahan terutama dalam sistem hukum di Indonesia.
Sejak masa VOC berlangsung pada abad XVII, tatanan hukumnya
dikualifikasikan sebagai tatanan hukum represif in optima forma. Tatanan hukum
yang berlaku saat itu menguntungkan bangsa Belanda dan merugikan bangsa
Indonesia terutama dalam bidang ekonomi.
Pada Maret 1942, Terjadi pada saat Jepang ingin menguasai kekuasaan yang
Belanda miliki pada waktu itu. Jepang mulai meduduki seluruh daerah Hindia
Belanda. Untuk melaksanakan tata pemerintahan di Indonesia, pemerintahan
balatentara Jepang berpedoman kepada undang-undangnya yang disebut
“Gunseirei”.
Fase Kemerdekaan
Di fase kemerdekaan ini terdapat 3 masa yaitu masa orde lama, masa orde baru
dan masa reformasi.
Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang di tetapkan oleh bangsa Indonesia
sendiri atau Negara Indonesia. Orde Lama dipimpin Presiden Soekarno dan wakil
presiden Moh. Hatta. Sejak 18 Agustus 1945 tata hukum positif di Indonesia
adalah system hukum yang tersusun atas subsistem hukum adat, subsistem hukum
Islam, dan subsistem hukum Barat. Dinamika politik pada masa ini mengalami
pasang surut.
Masa Reformasi
Negara Indonesia di dalam proses menjatuhkan hukuman memiliki alur yang tidak
sembarangan. Ada aturan-aturan dan alur yang perlu diperhatikan dengan sangat
baik. Alur hukum antara sistem peradilan pidana dengan perdata juga berbeda.
Untuk lebih jelasnya, berikut ada penjelasan mengenai proses sistem peradilan
pidana dan perdata yang ada di Indonesia. Berita hukum
Sistem peradilan ini menegakkan hukum pidana ataupun kejahatan. Tindakan dari
pidana atau kejahatan yang dimaksud yaitu bisa berupa pengambilan harta benda
secara paksa, perampasan kemerdekaan maupun perampasan hak seseorang serta
tindakan pembunuhan atau yang menghilangkan nyawa seseorang.
Tujuan adanya sistem peradilan ini adalah untuk mencegah masyarakat agar tidak
menjadi korban tindak pidana ataupun tindak kejahatan. Selain itu supaya pelaku
tindak pidana tidak mengulangi kembali perbuatan yang pernah dilakukannya.
Ada beberapa tahapan atau proses sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia,
antara lain yaitu:
Pihak kepolisian bertugas untuk menyelidiki jika ada laporan atau ada pengaduan
kejahatan atas seseorang. Setelah itu dilaksanakan berbagai proses lanjutan seperti
misalnya penangkapan, pemeriksaan saksi, penyitaan, pemeriksaan tersangka,
pemeriksaan surat, pemeriksaaan TKP dan berbagai hal lainnya. Penyelidikan lalu
dijadikan Berkas Perkara atau BP yang diserahkan kepada pihak Penuntut Umum.
Tahap yang satu ini dilaksanakan proses pendaftaran serta pengajuan perkara ke
pengadilan oleh pihak Penuntut Umum.
Tahap Pemeriksaan Oleh Pihak Hakim di Pengadilan
Persiapan sidang serta sidang perkara yang diajukan oleh pihak Penuntut Umum
akan diadakan oleh pengadilan tinggi. Jumlah sidang menyesuaikan kebutuhan.
Proses dari sidang ini meliputi proses pembacaan tuntutan, proses pernyataan dari
saksi serta proses pembacaan pembela. Pada proses tahap terakhir yaitu
pembacaan keputusan.
Sistem peradilan ini menegakkan hukum perdata yang bisa terjadi pada badan
hukum maupun perorangan. Contoh kasusnya yaitu mengenai masalah sengketa
antara badan hukum, sengketa kepemilikan tanah, sengketa perusahaan dan lain
sebagainya. Beberapa hal yang termasuk dalam jenis hukum perdata meliputi
hukum perdagangan, hukum perburuhan, hukum perkawinan, hukum pertanahan
dan lain-lain.
Ada beberapa tahapan proses sistem peradilan perdata yang ada di Indonesia,
antara lain yaitu:
Pendaftaran ini di daerah pengadilan yang ingin dituju. Mengenai gugatan akan
memperoleh nomor perkara, lalu diajukan kepada pihak Ketua Pengadilan Negeri.
Maksud dari tempat perkara ini yaitu tempat perkara yang digugat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nepotisme.
3.2 SARAN
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan karangan itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.