Anda di halaman 1dari 8

Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

PERTEMUAN 19:
SISTEM HUKUM

istem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang terorganisasi dan kompleks,
suatu himpunan atau perpaduan ha-hal atau bagian yang membentuk suatu
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks. Terdapat komponen yang terhubung
dan mempunyai fungsi masing-masing terhubung menjadi sistem menurut pola.
Sistem merupakan susunan pandangan, teori, asas yang teratur.
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem hukum. Sistem
hukum Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan
hukum negara eropa terutama Belandasebagai Bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak
heran apabila banyak peradaban mereka yang diwariskan termasuk sistem hukum.
Bangsa Indonesia sebelumnya juga merupakan bangsa yang telah memiliki
budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau fakta sejarah
mengatakan bahwa di Indonesia dahulu banyak berdiri kerajaan-kerajaan hindu-
budha seperti Sriwijaya, Kutai, Majapahit, dan lain-lain. Zaman kerajaan
meninggalkan warisan-warisan budaya yang hingga saat ini masih terasa. Salah
satunya adalah peraturan-peraturan adat yang hidup dan bertahan hingga
kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar maka tidak heran
apabila bangsa Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam
sebagai pedoman dalam kehidupan dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.

Sejarah Hukum di Indonesia

• Periode Kolonialisme

Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal
Belanda dan Politik etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 131


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera


Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.

Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan


untuk rakyat pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap
komunitas secara mandiri. Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah
mengesampingkan hak-hak dasar rakyat di nusantara & menjadikan penderitaan
yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa itu.

b. Era Liberal Belanda


Tahun 1854 di Hindia-Belanda dikeluarkan Regeringsreglement (kemudian
dinamakan RR 1854) atau Peraturan mengenai Tata Pemerintahan (di Hindia-
Belanda) yang tujuannya adalah melindungi kepentingan usaha-usaha swasta di
tanah jajahan & untuk yang pertama kalinya mencantumkan perlindungan hukum
untuk rakyat pribumi dari pemerintahan jajahan yang sewenang-wenang. Hal ini
bisa dilihat dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur soal pembatasan
terhadap eksekutif (paling utama Residen) & kepolisian, dan juga jaminan soal
proses peradilan yg bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap terjadi pada era ini, meskipun tidak
lagi sekejam dahulu. Pembaharuan hukum yang didasari oleh politik liberalisasi
ekonomi ini ternyata tidak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat pribumi,
sebab eksploitasi masih terus terjadi.

c. Era Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Politik Etis diterapkan di awal abad ke-20. Kebijakan-kebijakan awal politik etis
yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum antara lain:
1. Pendidikan bagi rakyat pribumi, termasuk juga pendidikan lanjutan hukum;
2. Pendirian Volksraad, yaitu lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Manajemen organisasi pemerintahan, yang utama dari sisi efisiensi;
4. Manajemen lembaga peradilan, yang utama dalam hal profesionalitas;

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 132


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yg berorientasi pada kepastian


hukum.
Sampai saat hancurnya kolonialisme Belanda, pembaruan hukum di Hindia
Belanda meninggalkan warisan: i) Pluralisme/dualisme hukum privat dan
pluralisme/dualisme lembaga-lembaga peradilan; ii) Pengelompokan rakyat ke
menjadi tiga golongan; Eropa dan yang disamakan, Timur Asing, Tionghoa &
Non-Tionghoa, & Pribumi.

Masa penjajahan Jepang tidak banyak terjadi pembaruan hukum di semua


peraturan perundang-undangan yang tidak berlawanan dengan peraturan militer
Jepang, tetap berlaku sambil menghapus hak-hak istimewa orang-orang Belanda
& Eropa lainnya. Sedikit perubahan perundang-undangan yang dilakukan: i) Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, yang awalnya hanya berlaku untuk golongan
Eropa & yang setara, diberlakukan juga untuk kaum Cina; ii) Beberapa peraturan
militer diselipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku. Di
bidang peradilan, pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan
pluralisme/dualisme tata peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan
pembedaan polisi kota & lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga
pendidikan hukum; v) Pengisian secara besar-besaran jabatan-jabatan administrasi
pemerintahan & hukum dengan rakyat pribumi.

• Era Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal

a. Era Revolusi Fisik


i) Melanjutkan unfikasi badan-badan peradilan dengan melaksanakan
penyederhanaan;
ii) Mengurangi serta membatasi peranan badan-badan pengadilan adat &
swapraja, terkecuali badan-badan pengadilan agama yg bahkan diperkuat dengan
pembentukan Mahkamah Islam Tinggi.

b. Era Demokrasi Liberal

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 133


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

Undang-undang Dasar Sementara 1950 yang sudah mengakui HAM. Namun pada
era ini pembaharuan hukum & tata peradilan tidak banyak terjadi, yang terjadi
adalah dilema untuk mempertahankan hukum & peradilan adat atau
mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka
terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan internasional. Selajutnya
yang terjadi hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-
badan & mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan
negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan
UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan & Kekuasaan Pengadilan.

• Era Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru

a. Era Demokrasi Terpimpin


Perkembangan dan dinamika hukum di era ini
i) Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan & mendudukan MA & badan-
badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
ii) Mengubah lambang hukum "dewi keadilan" menjadi "pohon beringin" yang
berarti pengayoman;
iii) Memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk ikut campur tangan secara
langsung atas proses peradilan sesuai UU No.19/1964 & UU No.13/1965;
iv) Menyatakan bahwa peraturan hukum perdata pada masa pendudukan tidak
berlaku kecuali hanya sebagai rujukan, maka dari itu hakim harus
mengembangkan putusan-putusan yang lebih situasional & kontekstual.

b. Era Orde Baru


Pembaruan hukum pada masa Orde Baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam
proses pemerintahan dan politik, pembekuan UU Pokok Agraria, membentuk UU
yang mempermudah modal dari luar masuk dengan UU Penanaman modal Asing,
UU Pertambangan, dan UU Kehutanan. Selain itu, orde baru juga melancarkan: i)
Pelemahan lembaga hukum di bawah kekuasaan eksekutif; ii) Pengendalian
sistem pendidikan & pembatasan pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran
hukum; Kesimpulannya, pada era orba tidak terjadi perkembangan positif hukum
Nasional.

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 134


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

• Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)

Semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie sampai dengan


sekarang, sudah dilakukan 4 kali amandemen UUD RI 1945. Beberapa pembaruan
formal yang terjadi antara lain: 1) Pembaruan sistem politik & ketetanegaraan; 2)
Pembaruan sistem hukum & HAM; dan 3) Pembaruan sistem ekonomi.

Ciri-ciri Sistem Hukum

• terdapat perintah dan larangan


• terdapat sanksi tegas bagi yang melanggar
• perintah dan larangan harus ditaati untuk seluruh masyarakat

Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam


bermasyarakat. Oleh karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang
menentukan dan mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain yang dapat disebut juga kaedah hukum yakni peraturan-peraturan
kemasyarakatan.

Kaedah Hukum
Sumber-sumber yang menjadi kaedah hukum atau peraturan kemasyarakatan:
1. Norma Agama merupakan peraturan hidup yang berisi perintah dan larangan
yang bersumber dari Yang Maha Kuasa. Contoh: jangan membunuh, hormati
orang tua, berdoa, dll
2. Norma Kesusilaan merupakan peraturan yang bersumber dari hati sanubari.
contohnya: melihat orang yang sedang kesulitan maka hendaknya kita tolong.
3. Norma Kesopanan merupakan peraturan yang hidup di masyarakat tertentu.
contohnya: menyapa orang yang lebih tua dengan bahasa yang lebih tinggi atau
baik.
4. Norma Hukum merupakan peraturan yang dibuat oleh penguasa yang berisi
perintah dan larangan yang bersifat mengikat: contohnya: ttiap indakan pidana ada

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 135


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

hukumannya.

Unsur-unsur Hukum
Di dalam sebuah sistem hukum terdapat unsur-unsur yang membangun sistem
tersebut yaitu:
1. Peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peraturan yang ditetapkan oleh instansi resmi negara
3. Peraturan yang bersifat memaksa
4. Peraturan yang memiliki sanksi tegas.

Sifat Hukum
Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati
sehingga menjadi kaidah hukum, peraturan hidup kemasyarakata itu harus
memiliki sifat mengatur dan memaksa. Bersifat memaksa agar orang menaati tata
tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman)
terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.

Tujuan Hukum
Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan
hukum harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari
masyarakat itu. Sementara itu, para ahli hukum memberikan tujuan hukum
menurut sudut pandangnya masing-masing.

1. Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam
pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada
rakyatnya.
2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur
pergaulan hidup manusia secara damai.
3. Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan
sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna
dan kemanfaatan”.
4. Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 136


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

5. Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap


manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :

1. untuk mewujudkan keadilan


2. semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.

Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :

1. menjamin adanya kepastian hukum.


2. Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam
pergaulan masyarakat.

Sumber Hukum
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang
jika dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat
ditinjau dari segi :
1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang, misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli
kemasyarakatan (sosiolog) akan menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum
adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Demikian sudut
pandang yang lainnya pun seterusnya akan bergantung pada pandangannya
masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.
2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :

• Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai


kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa
Negara.

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 137


Modul Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh


pemerintah yang dilihat dari isinya mengikat secara umum seperti yang diatur
dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.
b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang karena bentuknya dan dilibatkan dalam pembuatannya disebut
sebagai undang-undang

• Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan


berulang-ulang dalam hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh
masyarakat. Apabila ada tindakan atau perbuatan yang berlawanan dengan
kebiasaan tersebut, hal ini dirasakan sebagai pelanggaran.
• Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang
dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan
perkara yang sama.
• Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara
yang bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua
Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus menyangkut bidang ekonomi dan
politik.
• Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan
atau para sarjana hukum terkemuka yang mempunyai pengaruh atau
kekuasaan dalam pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
• Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yokyakarta,
Liberty, 2003.
• ___________________, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta, Sinar Grafika,
2006.
• Kartasapoetra, Rien G, Pengantar Ilmu Hukum Lengkap. Jakarta, Bina
Aksara, 1988.
• Dirdjosisworo, Soerjono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali, 1991

S1 Pengantar Ilmu Hukum Universitas Pamulang 138

Anda mungkin juga menyukai