Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI PERTEMUAN 5

NAMA : Muhammad Mutawalli Sya’rawi


NRT : 2021.2301.1.01
PRODI : Hukum Keimigrasian C

1) Buatlah flowchard sederhana berisikan sejarah hukum Indonesia dimulai


sejak masa pendudukan belanda sampai dengan saat ini

SEJARAH HUKUM DIINDONESIA

KOLONIALISME

Periode VOC, Masa Besluit Masa Regerings Masa Indische Periode Politik Etis
Statuten van Regerings (1814- Reglement (1855- Staatsregeling Sampai
Batavia (1602-1799) 1855) 1926) (1926-1942) Kolonialisme Jepang
(1942-1945)
Revolusi Fisik
Revolusi Fisik Sampai
Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal

Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
Sampai Orde Baru
Orde Baru

UUD 1945
Pasca Orde Baru
(1998 – Sekarang) RIS & Konstitusi RIS

Negara Kesatuan,
Peraturan yang ada berlaku
A. Periode Kolonialisme

Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: Periode VOC,
Liberal Belanda dan Politik Etis hingga Penjajahan Jepang.

1. Periode VOC, Statuten van Batavia (1602-1799)

Pada masa pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan untuk:

a. Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi di negeri


Belanda;
b. Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan
c. Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan para pendatang
Eropa.

Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-orang Belanda atau Eropa.


Sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah hukum-hukum yang dibentuk oleh
tiap-tiap komunitas secara mandiri. Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu
telah meminggirkan hak-hak dasar rakyat di nusantara dan menjadikan
penderitaan yang mendalam terhadap rakyat pribumi di masa itu.

2. Masa Besluit Regerings (1814-1855)

Pada masa ini muncul kerja paksa demi menopang perekonomian Belanda yang
habis berperang.

Pada masa ini lahir kodifikasi hukum perdata:

a. Reglement op de Rechtterlijke Organisatie/Peraturan Organisasi Pengadilan


b. Algemene Bepalingen van Wetgeping/Ketentuan umum ttg PUUan
c. Burgerlijk Wetboek/Kitab UU Hukum Sipil
d. Wetboek van Koophandel/KUHD
e. Reglement op de Burgerlijke Recht Vordering/Peraturan Acara Perdata
3. Masa Regerings Reglement (1855-1926)

Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya


disebut RR 1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan (di Hindia Belanda).
Tujuan utamanya melindungi kepentingan kepentingan usaha-usaha swasta di
negeri jajahan dan untuk pertama kalinya mengatur perlindungan hukum
terhadap kaum pribumi dari kesewenang-wenangan pemerintahan jajahan. Hal ini
dapat ditemukan dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur tentang
pembatasan terhadap eksekutif (terutama Residen) dan kepolisian, dan jaminan
terhadap proses peradilan yang bebas.

Otokratisme administrasi kolonial masih tetap berlangsung pada periode


ini, walaupun tidak lagi sebengis sebelumnya. Namun, pembaruan hukum yang
dilandasi oleh politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak meningkatkan
kesejahteraan pribumi. Karena eksploitasi masih terus terjadi, hanya subyek
eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi eksploitasi
oleh modal swasta.

4. Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)

Undang-undang dasar yang mengatur tata negara dan pemerintahan Hindia


Belanda. IS mulai berlaku pada 1 Januari 1926
a. RR menjadi IS = peraturan ketatanegaraan Indonesia
b. Unifikasi hukum bagi 3 golongan P. 131 IS

5. Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang (1942-1945)

UU: Gunseirei = osamu seirei = osamu kenrei, Aturan yang telah ada
masih diberlakukan dan Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di
antara kebijakan-kebijakan awal politik etis yang berkaitan langsung dengan
pembaharuan hukum adalah:

1. Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan


hukum;
2. Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi:
3. Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi;
4. Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada
kepastian hukum.

Hingga runtuhnya kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di Hindia


Belanda mewariskan: Dualisme/pluralisme hukum privat serta
dualisme/pluralisme lembaga-lembaga peradilan.

Penggolongan rakyat ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang disamakan,


Timur Asing, Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi.

Masa pendudukan Jepang, pembaharuan hukum tidak banyak terjadi.


Seluruh peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan
peraturan militer Jepang, tetap berlaku sembari menghilangkan hak-hak istimewa
orang-orang Belanda dan Eropa lainnya. Beberapa perubahan perundang-
undangan yang terjadi:
Kitab UU Hukum Perdata (KUHPer), yang semula hanya berlaku untuk golongan
Eropa dan yang setara, diberlakukan juga untuk orang-orang Cina.

Beberapa peraturan militer disisipkan dalam peraturan perundang-


undangan pidana yang berlaku.

Di bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan adalah:

1. Penghapusan dualisme/pluralisme tata peradilan;


2. Unifikasi kejaksaan;
3. Penghapusan pembedaan polisi kota dan pedesaan/lapangan;
4. Pembentukan lembaga pendidikan hukum;
5. Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi pemerintahan dan
hukum dengan orang-orang pribumi.

B. Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal

1. Periode Revolusi Fisik

Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini adalah pembaruan
di dalam bidang peradilan, yang bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi:
Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan
penyederhanaan.Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan
swapraja, kecuali badan-badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan
pendirian Mahkamah Islam Tinggi.

2. Periode Demokrasi Liberal

UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada masa ini
pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi. Yang ada adalah dilema
untuk mempertahankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan
mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi
dan tata hubungan internasional.

Kemudian yang berjalan hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan


seluruh badan-badan dan mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar
pengadilan negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung
dan UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.

C. Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru

1. Periode Demokrasi Terpimpin


Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat
berpengaruh dalam dinamika hukum dan peradilan adalah:
a. Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan dan mendudukan MA dan
badan-badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
b. Mengganti lambang hukum dewi keadilan menjadi pohon beringin yang
berarti pengayoman;
c. Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan campur tangan
secara langsung atas proses peradilan berdasarkan UU No.19/1964 dan UU
No.13/1965.
d. Menyatakan bahwa hukum perdata pada masa kolonial tidak berlaku kecuali
sebagai rujukan, sehingga hakim mesti mengembangkan putusan-putusan
yang lebih situasional dan kontekstual.

2. Periode Orde Baru


Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru
justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Di
bidang perundang-undangan, rezim Orde Baru membekukan pelaksanaan UU Pokok
Agraria, dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang
memudahkan modal asing berinvestasi di Indonesia.

Diantaranya adalah UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU


Pertambangan. Selain itu, orde baru juga melakukan:

Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif. Pengendalian sistem


pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum.
Singkatnya, pada masa orde baru tak ada perkembangan yang baik dalam hukum
Nasional.

D. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)

Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang, sudah


terjadi empat kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-undangan dan kelembagaan
negara, beberapa pembaruan formal yang mengemuka adalah:

1. Pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan


2. Pembaruan sistem hukum dan hak asasi manusia
3. Pembaruan sistem ekonomi.

Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) masih
kokoh mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas jangkauannya. Selain itu,
kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat para
pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini
ditambah advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan
hukum.

Hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung meneruskan proses
peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran HAM, serta peradilan para
konglomerat hitam.

Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat untuk menuntut hak-haknya dan


mengembangkan sumber daya hukumnya secara mandiri, semakin gencar dan luas
dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaruan hukum tetap terasa lambat dan masih tak
tentu arahnya.
Garis Besar:

1. 1945-1949 : dibuat UUD 1945, aturan peralihan: semua aturan yg ada masih
berlaku
2. 1949-1950: RIS, Konstitusi RIS, aturan yang ada masih berlaku
3. 1950-1959: kembali Negara Kesatuan, aturan yang ada masih berlaku
4. 1959-saat ini: aturan yang ada masih berlaku

Diadakan ‘pembinaan hukum nasional’ : politik hukum, kebijakan hukum,


pembangunan hukum, Implikasi untuk hukum acara: acara pidana diganti dengan
UU No 8 tahun 1981 ttg KUHAP dan Bermunculan UU baru (khusus)

2) Dalam beberapa sistem hukum Indonesia hingga saat ini masih


mempergunakan hukum peninggalan belanda, berikanlah pendapat saudara
apakah hal tersebut masih relevan dengan keadaan (hukum) sekarang

Menurut saya tentu saja relevan atau saling terkait dikarenakan adanya
perjalanan sejarah yang panjang dari penjajahan yang dilakukan oleh penjajah kolonial
Belanda khususnya, penerapan hukum juga dari masa lalu yang diterapkan sudah
menjadi darah daging dalam dunia hukum di Indonesia sehingga mempengaruhi hampir
semua aspek, bukan hanya pada aspek agraria saja melainkan perbedaan pandangan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan menghindari terjadinya kekosongan Hukum
atau kevakuman Hukum, Karena disaat Indonesia merdeka pada tanggal.
Aspek-aspek lain juga ikut terpengaruhi terhadap budaya hukum barat yang
sejak dulu sudah diterapkan. Saat ini Negara Indonesia belum bisa sepenuhnya untuk
mengganti Tata Hukum Kolonial, karena masih terdapat sebagian besar dasar hukum
Belanda yang berlaku di Indonesia sebagai seperangkat norma hukum yang mengatur
negara Indonesia, yang ditentukan oleh badan yang kompeten dengan tujuan tunggal
untuk mencapai tujua serta tertulis dalam peraturan atau keputusan (IUS CONSTITUM),
contohnya : KUH Pidana, KUH Perdata, KUH Dagang dan sebagainya.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila Indonesia bisa membuat
sistem hukum sendiri, yang murni tanpa adanya campuran dari sistem hukum manapun,
dan bisa digunakan dengan baik. Tidak menutup kemungkinan sistem hukum yang kita
anut berdasarkan peninggalan Belanda perlahan akan terlupakan, dan Indonesia bisa
mengembangkan sistem hukum yang murni berdasarkan pemikiran bangsa sendiri, dan
mungkin akan membuat negara kita menjadi negara maju.

Anda mungkin juga menyukai