Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa…”, adalah sebuah
kalimat singkat dari Pembukaan UUD 1945 yang memiliki nilai tersirat tentang tekad negara ini
untuk lepas dari jeratan penjajahan. Tidak mudah bagi Indonesia untuk mendapatkan sebuah
kemerdekaan. Selain mengorbankan waktu berabad-abad lamanya, sudah tak terhitung berapa
nyawa pahlawan dari putra-putri bangsa yang dikorbankan demi bumi pertiwi tercinta.

Penjajahan di Indonesia yang dilakukan oleh bangsa kolonial telah mempengaruhi


berbagai aspek kehidupan. Mulai dari ekonomi, seni, budaya, hingga politik dan ketatanegaraan.
Pengaruh-pengaruh yang dibawa oleh para bangsa kolonial tersebut diterapkan baik secara paksa
maupun sukarela di tanah air ini. Tak sedikit hal-hal yang dipengaruhi oleh penjajah tersebut
diadopsi oleh bangsa ini dalam menjalankan roda ketatanegaraan hingga saat ini.

A. Masa Penjajahan Belanda


Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia merupakan bagian dari kerajaan Belanda yang
pada saat itu memiliki sebutan “Hindia Belanda”. Peraturan yang diberlakukan Belanda di
Indonesia adalah Undang-Undang Kerajaan Belanda dan Indische Staatsregelling (IS)
Secara lebih spesifik Peraturan Perundang-undangan pada masa berlakunya Indische
Staatsregelling (IS) dibagi ke dalam empat bagian. Urutan dari keempat bagian tersebut ialah
Wet, Algemene Maatsregelen van Bestuur (AmvB), Ordonantie, dan Reggering Verordeningen
(RV). Keempat peraturan perundang-undangan tersebut disebut juga sebagai “Algemene
Verordeninge” atau Peraturan Umum. Selain itu dikenal juga “Verordeningen” atau Peraturan
Lokal yang dibuat oleh Gubernur, Bupati, Camat, dan sebagainya. Pembentukan Wet dilakukan
oleh badan pembentuk Undang-Undang Negeri Belanda yaitu Mahkota dan Parlemen.
Sedangkan Algemene Maatsregelen van Bestuur (AmvB) dibentuk oleh Mahkota sendiri.
Ordonantie dan Reggering Verordeningen (RV) dibentuk oleh Gubernur Jendral, namun
perbedaannya adalah Ordonantie dibentuk oleh Gubernur Jendral bersama Volksraad.
Sistem ketatanegaraan pada masa penjajahan dibagi kedalam Kekuasaan Eksekutif,
Kekuasaan Kehakiman, dan Pengawas Keuangan. Kekuasaan Eksekutif meliputi Gubernur
Jendral dengan kewenangan sangat luas dan dibantu oleh Badan Penasehat. Kekuasaan
Kehakiman terletak atau ada pada Mahkamah Kehakiman. Sedangkan Pengawas Keuangan
dilakukan oleh Algemene Reken Kamer.

B. Masa Penjajahan Jepang


Setelah kurun waktu yang cukup lama, Belanda meninggalkan kekuasaannya di Indonesia yang
kemudian disusul kedatangan Jepang. Rakyat Indonesia dibuat terpedaya dengan iming-iming jepang
untuk mensejahterakan rakyatnya yang pada kenyataannya penindasan oleh Jepang dirasakan sangat
parah oleh bangsa Indonesia. Sumber daya manusia dan sumber daya alam dari negeri ini diperas untuk
keuntungan mereka.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah pada Sekutu setelah dua jantung
kota pentingnya dibom atom oleh Sekutu. Dengan kondisi yang sudah sangat terdesak Jepang
memberikan janji kepada Indonesia untuk memberikan kemerdekaan. Angin segar ini menjadi semangat
yang memacu bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan.
Untuk merealisasikan janjinya tersebut Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau disebut juga dengan BPUPKI. Selanjutnya BPUPKI melakukan sidang
perdana mereka pada tanggal 28 Mei – 1 Juni 1945 yang membahas mengenai rancangan dasar negara.
Sidang kedua yang membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar berlangsung pada tanggal 1 Juli
– 17 Juli 1945. Tugas BPUPKI kemudian dialihkan kepada PPKI setelah BPUPKI dibubarkan.
Saat pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang tidak dibenarkan untuk mengubah susunan
ketatanegaraan/hukum di Indonesia. Kekuasaan yang dilakukan Jepang hanya berupa meneruskan
kekuasaan pemerintahan Belanda sebelumnya. Kekuasaan tertinggi tidak lagi berada pada pemerintah
Belanda melainkan berada pada Bala Tentara Jepang.
Pembagian wilayah kekuasaan Jepang di Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah besar, yaitu Pulau
Jawa, Pulau Sumatera, kemudian wilayah lainnya selain dari dua pulau tersebut dikategorikan sebagai
wilayah ketiga.

C. Pasca Kemerdekaan
- Pasca Pemberlakuan UUD 1945 (18 Agustus 1945)
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi di depan rakyat Indonesia
yang dalam teks proklamasi tersebut mengandung tiga unsur utama, yaitu kedaulatan
penuh dalam mengatur/menata sistem ketatanegaraan sendiri, pemindahan kekuasaan
diselenggarakan dalam waktu singkat, dan pemberitahuan kepada seluruh rakyat baik
nasional maupun internasional.
Pada masa itu norma-norma pertama dari tata hukum Indonesia adalah Proklamasi itu
sendiri. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan,
kemudian Soekarno dan Moh. Hatta diangkat sebagai Presiden RI pertama. Kewenangan
dalam pembentukan Departemen dilakukan oleh Presiden.
Langkah selanjutnya adalah pengangkatan anggota-anggkota KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat) dan pembentukan provinsi oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Pada saat itu KNIP merupakan pemegang kekuasaan Legislatif yang
kemudian menghasilkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara) yang pada saat itu
merupakan acuan arah kemudi menjalankan negara.
Staat Fundamental Norm, menurut Hans Nawiasky merupakan dasar pembentukan
Konstitusi/UUD termasuk norma pengubahannya. Proklamasi dan Staat Fundamental
Norm merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal tersebut tertuang dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945. Sedangkan ”Constitution” itu sendiri menurut Carl
Schmitt adalah keputusan bersama tentang dan bentuk kesatuan politik yang disepakati
oleh bangsa.
Staat Fundamental Norm merupakan norma tertinggi dalam suatu negara dan tidak
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi. Selain itu Staat Fundamental Norm bersifat pre-
supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat. Staat Fundamental Norm
merupakan norma tempat bergantungnya norma-norma hukum dibawahnya.

- Republik Indonesia Serikat (RIS)


Pada masa ini Belanda masih memiliki keinginan untuk tetap menguasai Indonesia
yang merdeka dan berdaulat. Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut disepakati
beberapa perjanjian-perjanjian yang diantaranya:
 Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947:
a. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Sumatera, dan
Madura. Di wilayah lainnya yang berkuasa adalah Belanda
b. Belanda dan Indonesia akan bekerjasama membentuk Republik Indonesia
Serikat
 Konferensi Meja Bundar:
Berubahnya Indonesia dari negara kesatuan menjadi negara serikat.
- UUDS 1950:
1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.
2. Menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
3. Presiden berhak untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dapat dikatakan bahwa Negara Indonesia pada masa ini menganut sistem Parlementer
dalam menjalankan pemerintahan

- Orde Lama:
 Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
a. Berlakunya kembali UUD 1945
b. Dibubarkannya Konstituante
c. Pembentukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS
(Dewan Pertimbangan Agung Sementara).

Pada masa orde lama banyak terjadi penyimpangan yang salah satunya adalah
aksi dari pemberontakan pada tanggal 30 September atau disebut juga
Pemberontakan G30SPKI.

- Orde Baru:
1. Diawali dengan Supersemar
2. Orba bertekat menjalankan UUD 1945 & Pancasila seara murni dan konsekuen
3. Demokrasi Pancasila dibawah kepemimpinan Soeharto dengan sistem Presidensial
4. Dilaksanakan pemilu dalam lima tahun sekali yang sayangnya tidak terdapat nilai
demokratis karena sangat terintervensi.
5. Kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan mengatur seluruh proses politik
mengakibatkan terjadinya sentralistik kekuasaan pada Presiden.
6. Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan tidak berbasis kepada Ekonomi
Kerakyatan.
7. Indikator tidak terlaksananya demokrasi dengan baik yaitu tidak adanya rotasi
kekuasaan eksekutif; rekruitmen politik yang tertutup; pemilu yang tidak demokratis;
Hak Asasi Manusia terbatas,; kebebasan politik dibatis; serta mewabahnya korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
- Era Reformasi:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik
3. MPR bukan lagi merupakan lembaga tertinggi
4. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
5. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden
6. Kekuasaan Legislatif lebih dominan
7. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu.
8. Presiden tidak dapat membubarkan DPR

Anda mungkin juga menyukai