“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa…”, adalah sebuah
kalimat singkat dari Pembukaan UUD 1945 yang memiliki nilai tersirat tentang tekad negara ini
untuk lepas dari jeratan penjajahan. Tidak mudah bagi Indonesia untuk mendapatkan sebuah
kemerdekaan. Selain mengorbankan waktu berabad-abad lamanya, sudah tak terhitung berapa
nyawa pahlawan dari putra-putri bangsa yang dikorbankan demi bumi pertiwi tercinta.
C. Pasca Kemerdekaan
- Pasca Pemberlakuan UUD 1945 (18 Agustus 1945)
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi di depan rakyat Indonesia
yang dalam teks proklamasi tersebut mengandung tiga unsur utama, yaitu kedaulatan
penuh dalam mengatur/menata sistem ketatanegaraan sendiri, pemindahan kekuasaan
diselenggarakan dalam waktu singkat, dan pemberitahuan kepada seluruh rakyat baik
nasional maupun internasional.
Pada masa itu norma-norma pertama dari tata hukum Indonesia adalah Proklamasi itu
sendiri. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan,
kemudian Soekarno dan Moh. Hatta diangkat sebagai Presiden RI pertama. Kewenangan
dalam pembentukan Departemen dilakukan oleh Presiden.
Langkah selanjutnya adalah pengangkatan anggota-anggkota KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat) dan pembentukan provinsi oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Pada saat itu KNIP merupakan pemegang kekuasaan Legislatif yang
kemudian menghasilkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara) yang pada saat itu
merupakan acuan arah kemudi menjalankan negara.
Staat Fundamental Norm, menurut Hans Nawiasky merupakan dasar pembentukan
Konstitusi/UUD termasuk norma pengubahannya. Proklamasi dan Staat Fundamental
Norm merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal tersebut tertuang dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945. Sedangkan ”Constitution” itu sendiri menurut Carl
Schmitt adalah keputusan bersama tentang dan bentuk kesatuan politik yang disepakati
oleh bangsa.
Staat Fundamental Norm merupakan norma tertinggi dalam suatu negara dan tidak
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi. Selain itu Staat Fundamental Norm bersifat pre-
supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat. Staat Fundamental Norm
merupakan norma tempat bergantungnya norma-norma hukum dibawahnya.
Dapat dikatakan bahwa Negara Indonesia pada masa ini menganut sistem Parlementer
dalam menjalankan pemerintahan
- Orde Lama:
Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
a. Berlakunya kembali UUD 1945
b. Dibubarkannya Konstituante
c. Pembentukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS
(Dewan Pertimbangan Agung Sementara).
Pada masa orde lama banyak terjadi penyimpangan yang salah satunya adalah
aksi dari pemberontakan pada tanggal 30 September atau disebut juga
Pemberontakan G30SPKI.
- Orde Baru:
1. Diawali dengan Supersemar
2. Orba bertekat menjalankan UUD 1945 & Pancasila seara murni dan konsekuen
3. Demokrasi Pancasila dibawah kepemimpinan Soeharto dengan sistem Presidensial
4. Dilaksanakan pemilu dalam lima tahun sekali yang sayangnya tidak terdapat nilai
demokratis karena sangat terintervensi.
5. Kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan mengatur seluruh proses politik
mengakibatkan terjadinya sentralistik kekuasaan pada Presiden.
6. Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan tidak berbasis kepada Ekonomi
Kerakyatan.
7. Indikator tidak terlaksananya demokrasi dengan baik yaitu tidak adanya rotasi
kekuasaan eksekutif; rekruitmen politik yang tertutup; pemilu yang tidak demokratis;
Hak Asasi Manusia terbatas,; kebebasan politik dibatis; serta mewabahnya korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
- Era Reformasi:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik
3. MPR bukan lagi merupakan lembaga tertinggi
4. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
5. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden
6. Kekuasaan Legislatif lebih dominan
7. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu.
8. Presiden tidak dapat membubarkan DPR