BERLANGSUNG
A. KONSTITUSI RIS
Tidak lama setelah Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, meletuslah konfrontasi RI - Belanda yang dipicu oleh keinginan
Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Dalam konfrontasi ini Belanda berusaha
melemahkan RI dengan cara menduduki daerah - daerah kekuasaan RI dan kemudian
memprakarsai pendirian negara-negara dan daerah-daerah istimewa di daerah-daerah
yang berhasil dikuasainya tersebut. Dari 15 negara dan daerah istimewa yang didirikan
atas prakarsa Belanda, hanya ada tiga negara yang relatif kuat dilihat dari sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya, yaitu NIT, NST dan Pasundan.Tujuan
Belanda yang sebenarnya mendirikan negara-negara dan daerah-daerah istimewa itu
adalah untuk mengembalikan lagi kekuasaanya di Indonesia, dengan cara memfungsikan
kembali alat kekuasaannya di Indonesia, yaitu Binnelands Bestuur dan KNIL di negara-
negara dan daerah-daerah yang dibentuknya itu.
Adanya kenyataan bahwa di Indonesia telah berdiri suatu negara yang merdeka,
yakni RI mendorong pihak Belanda untuk menjalankan siasat federalistic, yaitu berusaha
agar di Indonesia didirikan sebuah negara federal yang beranggotakan RI bersama-sama
dengan negara-negara dan daerah-daerah istimewa yang dikendalikannya. Hal ini tampak
dari persetujuan-persetujuan yang dilakukan antara RI dan Belanda, seperti persetujuan
Linggajati dan Renville, di mana Belanda selalu menekankan pembentukan negara
federal di Indonesia bilamana Indonesia telah menerima kemerdekaan dari Belanda.
Kesanggupan RI untuk mendirikan negara federal seperti tampak dalam Persetujuan
Linggajati, pada gilirannya membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan
pemimpin-pemimpin federalis yang kemudian bergabung di dalam Pertemuan
Musyawarah Federal (PMF).3
Akibat perubahan dari negara kesatuan menjadi negara serikat, maka terjadi
penggantian UUD. Maka disusunlah rancangan UUD Republik Indonesia Serikat yang
dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada perundingan KMB. Setelah kedua belah
pihak (Indonesia dan Belanda) menyetujui rancangan undang-undang tersebut maka
mulai 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama Konstitusi Republik
Indonesia Serikat. Konstitusi tersebut terdiri atas Mukadimah yang berisi 4 alinea, batang
tubuh yang berisi 6 bab dan 197 pasal serta sebuah lampiran. Dengan berubah menjadi
negara serikat (federasi) maka didalam RIS terdapat beberapa negara bagian yang
masing-masing memiliki kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-
negara bagian itu adalah: Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa
Timur, Madura, Sumatera Timur dan Sumatera Selatan. Selain itu juga terdapat pula
kesatuan-kesatuan kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu: Jawa Tengah, Bangka, Belitung,
Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara dan
Kalimantan Timur.4
Di dalam Konstitusi RIS terdapat beberapa ketentuan yang secara mendasar berbeda
dengan UUD 1945. Beberapa ketentuan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Bentuk pemerintahan bersifat federal yang di dalamnya terdapat negara-negara
bagian, yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan
Negara Sumatera Selatan. Di samping itu, terdapat satuan-satuan kenegaraan yang
tegak sendiri, yaitu Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat,
Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimatan Tenggara, dan Kalimantan Timur.
2. Alat-alat perlengkapan negara federal Republik Indonesia Serikat ialah Presiden,
Menteri-menteri, Senat, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, dan
Dewan Pengawas Keuangan.
3. Terdapat 44 butir ketentuan yang mengatur secara detail mengenai hak-hak dan
kebebasan-kebebasan dasar manusia.5
4
https://www.academia.edu/11847165/Terbentuknya_Republik_Indonesia_Serikat
5 http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/sejarah-konstitusi-di-Indonesia.pdf
Konstitusi RIS mulai diberlakukan secara resmi pada 27 Desember 1949 setelah
KNIP dan badan-badan perwakilan dari daerah-daerah memberikan persetujuan. Dasar
hukum pemberlakuan Konstitusi RIS ialah Keputusan Presiden RIS 31 Januari 1950 No.
48 (Lembaran Negara 50-3). Pada 27 Desember 1949 terjadi tiga peristiwa penting
lainnya, yakni penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda yang diwakili Ratu Juliana
kepada Moh. Hatta yang mewakili Republik Indonesia Serikat di negeri Belanda,
penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat di
Yogyakarta, dan penyerahan kekuasaan dari Wakil Belanda Lovink kepada Wakil
Indonesia Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Jakarta.6
6
Wijono Prodjodikoro, Azaz-azaz Hukum Tata Negara di Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,1977), hal. 28.
7https://www.academia.edu/11847165/Terbentuknya_Republik_Indonesia_Serikat
Perdana Menteri : Mohammad Hatta
Menteri Luar Negeri : Mohammad Hatta
Menteri Pertahanan : Hamengku Buwono IX
Menter Dalam Negeri : Ide Anak Agung Gde Agung
Menteri Keuangan : Syafruddin Prawiranegara
Menteri Perekonomian : Ir. Juanda
Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh
Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo
Menteri P danK : dr. Abu Hanifah
Menteri Kesehatan : dr. Josef Leimena
Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo
Menteri Sosial : Mr. Kosasih Purwanegara
Menteri Agama : K. H. Wahid Hasyim
Menteri Penerangan : Arnold Mononutu
Menteri Negara : Sultan Hamid Alkadrie II
Mr. Mohammad Roem
Dr. Suparno
Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet (mengutamakan keahlian dari anggota-
anggotanya), dan bukan kabinet koalisasi yang bersandar pada kekuatan partai-partai
politik. Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah
Indonesia Serikat berlangsung bersamaan di dua tempat. Pada 27 Desember 1949 di
Paleis op de Dam di Amsterdam, Belanda. Perdana menteri RIS Mohammad Hatta atas
nama pemerintah RIS, menerima kedaulatan dari Ratu Juliana, dan di Jakarta, Wakil
Perdana Menteri RIS, Hamengku Buwono IX menerima kedaulatan RIS dari wakil tinggi
mahkota Belanda, A. H. J. Lovink.8
8 http://wawasansejarah.com/sejarah-republik-indonesia-serikat/
ekonomi. Dengan hutang-hutang yang harus ditanggung oleh RIS, RIS harus segera
membenahi dan menyelesaikan permasalahan ekonomi tersebut agar segera dapat
memikirkan kebijakan ekonomi RIS selanjutnya.
3. Dalam sebuah Negara, militer adalah faktor terpenting dalam menjaga
kedaulatan dan keutuhan Negara.
RIS mempunyai angkatan perang yang di sebut APRIS, yang anggotanya berisikan
warga Negara Indonesia bekas tentara KNIL dan TNI yang umumnya tentara RI.
4. Keadaan Kebudayaan RIS
Pemerintah Indonesia dan Belanda bersedia membuat kesepakatan dalam bidang
kebudayaan. Seperti dalam bidang pendidikan, Indonesia dan Belanda bersepakat untuk
saling memberikan pengajaran dan pengetahuan untuk kemajuan masing-masing. Antara
Belanda dan RIS telah bersepakat bahwa dalam hal pengetahuan, pendidikan serta
kebudayaan diadakan kerja sama dalam pembinaan dan pembangunan kebudayaan.
Pemerintah Kerajaan Belanda bersedia untuk bertukar orang-orang yang ahli dalam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Dalam kesepakatan itu pula, tentang pemeliharaan benda-
benda budaya yang dimiliki oleh pemerintah Kerajaan Belanda dan RIS secara bersama-
sama.
5. Keadaan Sosial RIS
Pada bidang sosial ini, yang dibahas adalah mengenai status kepegawaian para
pegawai-pegawai yang berkewarganegaraan Belanda yang bekerja di Indonesia. Pihak
Indonesia dan Belanda pun berunding untuk mencapai kesepakatan mengenai
permasalahan ini.
Pemerintah RIS menerima semua pegawai sipil pemerintah Belanda. Pemerintah RIS
akan menjamin tiap-tiap pegawai pemerintah yang berkebangsaan Belanda yang bekerja
di Indonesia akan keselamatan dan hayat hidupnya ditanggung oleh pemerintah RIS.
Selama para pegawai berkebangsaan Belanda tersebut masih menginginkan untuk bekerja
di Indonesia tanpa ada paksaan dan jika berhenti itu atas kehendaknya sendiri.9
9 https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/12623/12265
Peraturan ini menentukan bahwa uang yang bernilai 2, 50 gulden atau Rp. 5 ke atas
dipotong menjadi dua, sehingga nilainya tinggal setengah.
Meskipun banyak pemilik uang yang terkena dampak peraturan ini, tetapi pemerintah
mulai dapat mengendalikan inflasi agar tidak cepat meningkat. Di samping soal keuangan
ini, ekonomi juga dapat diperbaiki, karena dengan meletusnya Perang Korea,
perdagangan ke luar negeri meningkat, terutama untuk bahan mentah seperti karet.
Dengan meningkatnya ekspor, maka pendapatan negara juga ikut meningkat.10
Masalah utama lain terdapat di bidang kepegawaian, baik sipil maupun militer.
Setelah selesainya perang, jumlah pasukan harus dikurangi karena keuangan negara yang
tidak mendukung. Mereka perlu mendapat penampungan bila pemerintah ingin
melakukan program rasionalisasi. Untuk itu pemerintah membuka kesempatan utuk
melanjutkan pelajarannya dalam pusat latihan yang memberi pendidikan keahlian untuk
memberi mereka kesempatan menempuh karier sipil profesional. Selain itu usaha
transmigrasi juga dilakukan, meskipun demikian masalah kepegawaian belum dapat
diselesaikan pemerintah RIS.
Dalam pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) intinya
diambil dari TNI, sedangkan lainnya dari kalangan bekas anggota KNIL. Personil KNL
yang akan dilebur ke dalam APRIS meliputi 33.000 orang dengan 30 perwira.
Pembentukan APRIS menimbulkan kegoncangan psikologis bagi TNI. Di satu pihak TNI
keberatan untuk bekerjasama dengan bekas musuh. Sebaliknya dari pihak KNIL terdapat
tuntutan untuk ditetapkan sebagai aparat negara bagian, dan menolak masuknya TNI di
negara tersebut. Gejala semacam ini tentunya menimbulkan konflik baru di dalam negeri,
contohnya di Bandung berupa gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang
mengirimkan ultimatum kepada Pemerintah RIS, dan Negara Pasundan serta menuntut
diakui sebagai tentara Pasundan dan menolak pembubaran negara tu. Sementara itu, di
Kalimantan Barat Sultan Hamid menolak masuknya TNI serta menolak untuk mengakui
menteri pertahahan RIS dan menyatakan bahwa dia yang berkuasa di daerah tersebut. Di
Makassar muncul gerakan Andi Aziz di Ambon, dengan nama gerakan Republik Maluku
Selatan (RMS).11
Keadaan ini sengaja diwariskan oleh kekuatan reaksioner Belanda, dengan tujuan
mempertahankan kepentingan dan membuat kondisi RIS kacau. Jika usaha ini berhasil,
maka dunia Internasional akan menganggap RIS tidak mampu memelihara keamanan dan
ketertiban di wilayahnya. Selain disibukkan dengan suasana nasional yang tidak stabil
akibat bom waktu yang sengaja ditinggalkan pihak kolonialis, pemerintah masih harus
menghadapi pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.
10
Frederick, William H. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah
Revolusi. Jakarta: LP3ES.
11 Hutagalung, Batara R. 2010. Serangan Umum 1 Maret 1949: dalam Kaleidoskop
SUMBER :
Buku-Buku :
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada. 2015.
McIlwain, Op. Cit., hlm. 20.
Prodjodikoro, Wijono, Azaz-azaz Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta: Dian
Rakyat. 1977. hal. 28
Frederick, William H. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah
Revolusi. Jakarta: LP3ES
Hutagalung, Batara R. 2010. Serangan Umum 1 Maret 1949: dalam Kaleidoskop Sejarah
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: LKIS.