Anda di halaman 1dari 3

Periodisasi Sistem Pemerintahan di Indonesia

Perkembangan ketatanegaraan Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode, sejak masa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya tonggak
ketatanegaraan Indonesia telah ada jauh sebelum proklamasi.
Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)
Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI (27 Desember 1949 – 15 Agustus
1950). Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 September 1949 dikota Den Hagg,
(Belanda)diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta,
Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadriedan,
delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen. Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu
ialah untuk meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara
yang adil dan pengakuan kedaulatanyang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik
Indonesia Serikat (RIS).Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda
mengakui kedaulatanIndonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada
RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada tanggal 27
Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di
Amesterdam. Bila kita tinjau isinya, konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang
berideologi pancasila dan ber-UUD 1945 karena :
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16negara
bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal 1 dan Konstitusi RIS).
2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang liberalistis atau pemerintahanberdasarkan
demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya bertanggung jawab atasseluruh
kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)
3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangatpembukaan
UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan negaraIndonesia
(Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence bangsaIndonesia, kata tap
MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpanganmukadimah ini adalah
perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yangkemudian yang membuka jalan bagi
penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan
didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
KONSTITUSI RIS 1949(Periode 27 Desember 1949- 17 Agustus 1950)
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan kemenangan di pihak Tentara Sekutu dan kekalahan di
pihak Jepang, maka kepergian Pemerintah Balatentara Jepang dari tanah air Indonesia dimanfaatkan oleh
Pemerintah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Tentara Belanda melakukan Agresi I pada tahun 1947 dan Agresi II pada tahun1948 untuk maksud
kembali menjajah Indonesia. Dalam keadaan terdesak, maka atas pengaruh PBB, pada tanggal 23 Agustus
1949 - 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (Round Table Conference) di Den Haag, Belanda.
Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Republik Indonesia dan ‘Bijeenkomst voor Federal Overleg’
(B.F.O.) serta wakil Nederland dan Komisi PBB untuk Indonesia.
Konferensi Meja Bundar tersebut berhasil menyepakati tiga hal, yaitu:

1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.


2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS yang berisi 3 hal, yaitu (a) piagam penyerahan kedaulatan dari
Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RIS; (b) status Uni; dan (c) persetujuan perpindahan.
3. Mendirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda

Naskah konstitusi RIS disusun bersama oleh delegasi Republik Indonesia dan delegasi BFO ke
Konferensi Meja Bundar itu. Dalam delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem,
terdapat Prof. Dr. Soepomo yang terlibat dalam mempersiapkan naskah UUD tersebut. Rancangan UUD itu
disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai UUD RIS. Naskah UUD yang
kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai
lembaga perwakilan rakyat di Republik Indonesia dan kemudian resma mendapat persetujuan Komite Nasional
Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember 1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal
27 Desember 1949.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi RIS Tahun 1949 itu,
wilayah Republik Indonesia sendiri masih tetap ada di samping negara federal RIS. Karena, sesuai ketentuan
Pasal 2 Konstitusi RIS, Republik Indonesia diakui sebagai salah satu negara bagian dalam wilayah Republik
Indonesia Serikat, yaitu mencakup wilayah yang disebut dalam persetujuan Renville. Dalam wilayah federal,
berlaku Konstitusi RIS 1949, tetapi dalam wilayah Republik Indonesia sebagai salah satu negara bagian tetap
berlaku UUD 1945. Dengan demikian, berlakunya UUD 1945 dalam sejarah awal ketatanegaraan Indonesia,
baru berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa berlakunya Konstitusi RIS, yaitu tanggal 27 Agustus 1950,
ketika UUDS 1950 resmi diberlakukan.
Konstitusi RIS yang disusun dalam rangka Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949 itu,
pada pokoknya juga dimaksudkan sebagai UUD yang bersifat sementara. Disadari bahwa lembaga yang
membuat dan menetapkan UUD itu tidaklah representatif. Karena itu, dalam Pasal 186 Konstitusi RIS ini
ditegaskan ketentuan bahwa Konstituante bersama-sama dengan Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan
Konstitusi RIS. Dari ketentuan ini, jelas sekali artinya bahwa Konstitusi RIS 1949 yang ditetapkan di Den
Haag itu hanyalah bersifat sementara saja.
Pokok-pokok system penyelenggaraan menurut konstitusi RIS adalah:

1. Negara berbentuk federasi atau serikat, artinya Negara didalamnya terdiri dari Negara Negara bagian
yang masing-masing Negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negeri.
2. Kedaulatan dilakukan oleh pemerintah bersama DPR dan senat.
3. Pemerintah adalah presiden dan para menteri.
4. Presiden dipilh oleh orang-orang yang dikuasakan pemerintahbagian.
5. Presiden adalah kepala Negar
6. Presiden tidak dapat diganggu gugat
7. Sistem kabinet parlementer, yaitu menteri bertanggung jawab kepada DPR dipimpin oleh Perdana
menteri
8. Menganut lembaga bilateral terdiri dari senat dan DPR.senat adalah wakil dari Negara bagian atau
daerah.Setiap daerah memiliki dua wakil.

Hal-hal pokok yang diatur:

1. Bentuk negara dari kesatuan menjadi federasi/serikat.


2. Sistem pemerintahan berubah dari kabinet presidensil menjadi parlementer.
3. Tidak mengenal jabatan wakil Presiden.

Sistematika Konstitusi RIS atau UUD RIS adalah:

1. Mukadimah atau pembukaan terdiri dari 4 alenia


2. Batang tubuh terdiri dari VI bab dan 197 pasal

Dampak pemerintahan ini mengakibatkan ketidakstabilan politik dan pemerintahan. Pemerintah menjadi
lemah dan banyak pemberontakan atau gerakan sparatisme.

Anda mungkin juga menyukai