Anda di halaman 1dari 12

KONSTITUSI NEGARA INDONESIA PADA TAHUN 1945 – SEKARANG

A. Pelaksanaan Konstitusi Yang Berlaku Pada Tahun 1945 – 1949

Konstitusi pada tahun 1945 – 1949 terjadi dua kali periode. Periode Pertama yaitu UUD
1945 dan Periode kedua yaitu RIS 1949.

Pada Periode pertama, tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah menetapkan dan
memberlakukan sebuah Undang-Undang Dasar yang merupakan hasil dari perumusan
penyelidikan Lembaga yang dibuat oleh bala tentara Jepang sebagai janjinya untuk
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dengan bentuk Lembaga yang Bernama
BPUPKI yang telah menghasilkan rumusan UUD Negara yang kemudian setelah
kemerdekaan bangsa Indonesia rumusan ini disahkan oleh PPKI menjadi UUD Negara
Republik Indonesia. Dan setelah disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada 18 agustus 1945
maka mulai berlaku dan menjadi hukum dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan
Republik Indonesia.

Namun setelah Proklamasi Kemerdekaan, terjadi banyak gejolak dalam kehidupan


pemerintahan Negara Republik Indonesia. Maka pelaksanaan UUD 1945 sebagai Konstitusi
Negara tidak dapat berjalan dengan maksimal karena bangsa Indonesia masih berjuang
mempertahankan kemerdekaannya dan pembagian kekuasaan tidak berjalan sebagaimana
mestinya karena belum terbentuk Lembaga-lembaga sesuai ketentuan dalam Undang-Undang
tahun 1945 sehingga terjadinya perubahan besar sistem pemerintahan Republik Indonesia
dari sistem Presidensil menjadi sistem Parlementer.

Pada Periode kedua, Negara RI berubah status menjadi salah satu Negara bagian dari
Negara RIS. Undang-undang Dasar 1945 yang semula berlaku untuk seluruh wilayah
Indonesia, mulai tanggal 27 Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah Negara bagian
Republik Indonesia saja.

Negara RIS dengan Konstitusi RIS-nya berlangsung lama karena memang tidak sesuai
dengan jiwa Proklamasi Kemerdekaan yang menghendaki Negara Kesatuan, tidak
menginginkan Negara dalam Negara, sehingga beberapa Negara bagian meleburkan diri lagi
dengan Republik Indonesia.
B. Pelaksanaan Konstitusi Yang Berlaku Pada Tahun 1949-1950

Konstitusi RIS mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
karena hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus – 2
November 1949 yang membawa pengaruh besar dalam sistem Pemerintahan Indonesia.
Perubahan bentuk Negara dari Negara kesatuan menjadi Negara Serikat mengharuskan
adanya penggantian Konstitusi Negara yaitu dari UUD 1945 menjadi UUDS 1949.

Perubahan bentuk Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat melahirkan Konstitusi


RIS bagi Indonesia dengan tujuan mempersiapkan Indonesia menjadi Negara federal.
Pemunculan Negara Federal atau Negara bagian dengan kekuasaan teratas dipegang oleh
kerajaan Belanda adalah sebagai upaya kolonial Belanda agar tetap dapat mempunyai
pengaruh di Nusantara.

Negara–negara bagian Indonesia hasil bentukan Belanda sadar bahwa dukungan


Belanda hanya upaya untuk kembali menguasai Indonesia. Maka Konferensi Inter-Indonesia
digelar antara Indonesia dan Negara-negara bagian pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang
bertujuan mencari jalan keluar untuk mengusir Belanda. Pada tanggal 30 juli 1949
Konferensi Inter-Indonesia dilanjutkan di Jakarta yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta
yang membahas tentang upaya memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia yang telah
disepakati di Yogjakarta. Dan Indonesia serta Negara Bagian bersepakat membentuk panitia
persiapan Nasional yang bertugas menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) :

a) Kerajaan Belanda menyerahkan Kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa syarat
kepada RIS.
b) Pelaksanaan kedaulatan akan dilaksanakan paling lambat 30 Desember 1949.
c) Status RIS dan Kerajaan Belanda terikat dalam suatu unit Indonesia-Belanda yang
dikepalai Ratu Belanda.
d) Kapal-kapal perang akan ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet (jenis kapal laut)
akan diserahkan kepada RIS.
e) Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia, dan KNIP akan digabungkan ke dalam
Angkatan perang RIS.
Berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar, sejak 27 Desember 1949 NKRI berubah
menjadi negara Republik Indonesia Serikat. Pemerintahan RI berkedudukan di Yogjakarta
yang masih menggunakan UUD 1945 dan Pemerintahan RIS berkedudukan di Jakarta
menggunakan UUDS 1949.

Dalam waktu belum genap setahun RIS mempunyai berbagai macam permasalahan yang
nantinya menjadi salah satu penyebab bubarnya RIS. Diantaranya tentang perdebatan status
kemerdekaan Indonesia yang kata Penyerahan Kedaulatan dari Belanda ke Republik
Indonesia Serikat yang dinilai bahwa Kemerdekaan tersebut hasil pemberian dari Belanda.
Dan terdapat pula permasalahan utama pada bidang ekonomi yaitu Inflasi (proses kenaikan
harga barang secara terus menerus) dan Defisit anggaran (pengeluaran belanja Negara lebih
banyak daripada pemasukan). Dan juga terjadi demonstrasi yang menuntut pembubaran RIS.

Pada tanggal 18 Maret 1950 Pemerintah RIS di Jakarta mengeluarkan UU Darurat No. 11
tahun 1950 tentang tata cara perubahan susunan Kenegaraan RIS, maka berdasarkan UU
tersebut, beberapa Negara Bagian mulai menggabungkan diri dengan RI di Yogjakarta.
Negara bagian RIS pun tinggal terdiri dari RI, NIT, dan NST.

Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan perundingan antara pemerintah RIS yang diwakili
oleh Mohammad Hatta setelah mendapat Mandat dari NIT dan NST dengan Pemerintah RI
yang diwakili oleh Abdul Halim. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam piagam persetujuan yang berisi :

1) RIS dan RI sepakat membentuk Negara Kesatuan berdasarkan Proklamasi


Kemerdekaan 17 Agustus 1945
2) RIS dan RI membetuk panitia bersama yang bertugas menyusun UUD Negara
Kesatuan

Pada tanggal 21 Juli 1950, Pemerintah RIS dan RI berhasil menyepakati rancangan UUD
Negara Kesatuan. Pada tanggal 14 Agustus 1950, Parlemen RI dan Senat RIS mengesahkan
rancangan UUD Negara Kesatuan menjadi UUDS tahun 1950. Sehari kemudian, Presiden
Soekarno membacakan piagam terbentuknya NKRI dan dinyatakan mulai berlaku pada
tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian, sejak 17 Agustus 1950 Negara RIS secara resmi
dibubarkan dan Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Pelaksanaan Konstitusi Yang Berlaku Pada Tahun 1950-1959

Negara Kesatuan adalah bentuk Negara yang dikehendaki UUDS 1950 sesuai dengan
pengertian yang tercantum dalam UUD 1945. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Undang-
undang Sementara 1950 yang berlaku antara 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 adalah
Parlementer. Hal ini dijelaskan dalam pasal-pasal berikut :

a) Pasal 45 ayat 1 UUDS 1950 “Presiden adalah Kepala Negara”


b) Pasal 83 ayat 1 UUDS 1950 “Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu
gugat”
c) Pasal 83 ayat 2 UUDS 1950 “Menteri-menteri bertanggung jawab atas keseluruhan
kebijaksanaan Pemerintah baik Bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-
masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”
d) Pasal 84 UUDS 1950 “ Presiden berhak membubarkan DPR, keputusan Presiden yang
menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan DPR
dalam 30 hari”.

Namun sistem pemerintahan yang dianut UUDS 1950, tidak jauh berbeda dengan yang
dianut oleh konstitusi RIS 1949 yaitu sistem parlementer semu (Quasi Parlementer) yang
masih terdapat ciri-ciri Kabinet Presidensil.

Dan pada masa UUDS 1950 tersebut diberlakukan, gejolak politik yang panas
meninbulkan berbagai Gerakan Politik yang tidak stabil, sehingga Kabinet Pemerintahan pun
ikut kena imbasnya, tercatat pada periode 1950-1959 ada tujuh kali pergantian kabinet.

Pada tanggal 1 April 1953 Undang-undang tentang Pemilihan Umum yaitu UU No. 7
Tahun 1953 diumumkan selanjutnya tanggal 29 September 1955 diadakan Pemilihan Umum
(Pemilu) yang pertama kali di Indonesia, Pemilu ini diselenggarakan untuk memilih anggota
DPR. Pada tanggal 10 November 1956 Konstituante hasil pemilu 1955 mulai menggelar
sidangnya di Bandung.

Dalam sidang ini agenda utama adalah menetapkan UUDS 1950. Namun setelah
bersidang selama 3 tahun, Badan yang bertugas membuat Konstitusi tersebut gagal membuat
UUD baru. Kegagalan ini disebabkan karena adanya perdebatan Panjang diseputar persoalan
Dasar Negara. Pada tanggal 25 April 1950, Presiden Soekarno memberikan amanatnya dalam
Sidang Konstituante agar menetapkan UUD 1945 sebagai pengganti UUDS 1950.
Selanjutnya, tanggal 29 Mei 1950 Konstituante Kembali bersidang, namun perdebatan
tentang Dasar Negara Republik Indonesia masih saja terjadi. Karena Konstituante telah
dianggap gagal menetapkan UUD 1945, akhirnya, tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit yang berisi antara lain bahwa Konstituante dibubarkan dan Kembali ke
UUD 1945 dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959
sekaligus menegaskan pada tahun itu Indonesia Kembali ke UUD 1945 serta membentuk
MPRS dan DPRS.

D. Pelaksanaan Konstitusi Pada Tahun 1959-Sekarang

1. Tahun 1959-1966

Pada Periode 1959-1966 dikenal sebagai Periode Demokrasi Terpimpin yang


berlangsung pada 5 Juli 1959-11 Maret 1966. Pada periode demokrasi ini Soekarno
membubarkan parlemen lama dan mengganti dengan parlemen baru. Soekarno mulai
menyatukan tiga ideologi yang paling penting pada masyarakat yaitu Nasionalisme, Agama
dan Komunisme yang disingkatkan dengan ‘NASAKOM’. Ajaran ini mulai disebarkan
kepada masyarakat dengan keyakinan presiden bahwa jika masyarakat menerima dan
melaksanakan NASAKOM maka persatuan Indonesia akan terwujud. Akan tetapi, Idielogi
NASAKOM ini cenderung terhadap PKI yang lambat laun menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan benegara serta menggesser kedudukan Pancasila dan UUD menjadi
Komunisme

Periode Demokrasi Terpimpin dimulai dengan lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang dibuat setelah Konstituante tidak dapat menyelesaikan tugasnya untuk membentuk
UUD tetap sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan Ketatanegaraan. Dekrit
Presiden memuat ketentuan pokok sebagai berikut :

1) Menetapkan pembubaran Konstituante


2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa Indoesia.
3) Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan

Dewan Perwakilan Agung Sementara (DPAS) dalam wantu singkat.Dekrit Presiden 5 Juli
1959 disambut baik oleh Rakyat dan didukung oleh TNI AD. Dan Dekrit Presiden juga
dibenarkan oleh Mahkamah Agung dan DPR yang bekerja terus dalam rangka menegakkan
UUD 1945.
Akan tetapi, pada masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1966 terdapat beberapa
penyimpangan yaitu :

 Menafsirkan Pancasila secara terpisah, tidak dalam Kesatuan bulat dan utuh.
 Pengangkatan Presiden seumur hidup,
 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 (kebijakan ini membuat hilangnya
pengawasan dari Lembaga Legislatif terhadap Eksekutif)

Dalam pelaksanaan periode Demokrasi Terpimpin cenderung terjadi pemusatan


kekuasaan pada Presiden. Hal ini menjadi pengingkaran terhadap nilai-nilai Demokrasi
dengan lahirnya absolutisme dan terpusatnya kekuasaan pada Pemimpin, serta hilangnya
kontrol sosial. Penyalahgunaan makna Demokrasi dimasa lalu salah satunya yaitu
“Demokrasi Terpimpin” dimasa orde lama pada tahun 1959-1966 yang melahirkan
kepemimpinan absolut. Setelah periode tersebut, “Demokrasi Pancasila” di era orde baru juga
mematikan partisipasi rakyat dan menjadikan Pancasila sebagai alat politik kekuasaan.
Kedua penyalahgunaan makna Demokrasi diatas memunculkan keinginan publik dimasa
reformasi untuk tidak melabeli Demokrasi dengan atribut apapun.

Pada tahun 1962-1966 Soekarno menggelar politik konfrontasi melawan Malaysia


dikarenakan ia menganggap Malaysia dan semua yang sebelumnya dikuasai Inggris sebagai
kelanjutan dari Pemrintah Kolonial dan melaksanakan kampanye militer yang tidak suskses
untuk menghancurkan Malaysia. Ini menyebabkan keluarnya Indonesia dari PBB karena PBB
mengizinkan Malaysia menjadi Negara anggota.

Pada tahun 1965, Soekarno memutuskan hubungan dengan dunia kapitalis barat dan
mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan IMF (International Monetery Fund). Hal ini
memperburuk Indonesia hingga mencapai level ekstrim.

Pada 30 September 1965 terjadi Gerakan 30S yang diusung oleh PKI. Yang bertujuan
menggulingkan era Soekarno dan mengganti Negara Indonesia menajadi Negara Komunis,
Gerakan ini terjadi hingga 1 Oktober 1965 dini hari. Gerakan ini memicu aksi Demonstrasi
besar-besaran dari mahasiswa dan beberapa kelompok lainnya, situasi ini akhirnya
meletuskan pemberontakan diberbagai titik. Sehingga Panglima Angkatan Darat Jendral
Soeharto menitip pesan kepada tiga Jendral untuk mendesak dikeluarkannya surat perintah.
2. Tahun 1966-1998

Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini Indonesia sudah mengalami beberapa
Periode Sistem Pemerintahan, salah satunya adalah era Orde Baru (Orba) yang berlangsung
sejak tahun 1966-1998. Orde baru adalah istilah yang digunakan untuk menyebut masa
Pemerintahan yang terjadi di Indonesia setelah mundurnya Presiden Soekarno. Presiden
penggannti Soekarno adalah Soeharto yang mendapatkan mandat melalui SUPERSEMAR
setelah terjadinya peristiwa G30S PKI ditahun 1965 rakyat menuntut Tritura (trik tuntutan
rakyat) yang menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah.

Orde Baru ini dimulai sejak 23 Februari 1966-21 Mei 1998 dalam bentuk Negara
Indonesia Kesatuan (NKRI), Sitem Pemerintahan Presidensial, bentuk Pemerintahan
Republik dan UUD 1945 sebagai dasar Konstitusi atau Undang-Undang yang berlaku. Orde
Baru ini dibuat untuk mengatasi penyimpangan dimasa Orde Lama yang dimana Orde ini
didasari dengan Pancasila serta UUD 1945.

Pada masa orde ini Soeharto melakukan Depolitisasi Indonesia, partai digabung
sehingga hanya dua partai saja yakni, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang terdiri dari
partai – partai Islam dan partai kedua adalah Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang terdiri
dari partai – partai Nasionalis dan Kristen. Golkar yang memiliki jangkauan yg luas dijadikan
alat untuk memastikan bahwa mayoritas suara dalam pemilihan umum akan mendukung
pemerintah, ini memperkuat kekuasaan politik Soeharto.

Dalam permulaan Orde Baru, pertumbuhan Ekonomi sangat mengesankan, akan


tetapi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela yang menyebabkan ribuan
orang melakukan demonstrasi di tahun 1974 ketika Perdana Menteri Jepang berkunjung ke
Jakarta namun pemerintah tidak bisa menguasai Massa. Demontransi ini disebut “Kerusuhan
Malari".

Pada tahun 1980 Suharto berada di puncak kekuasaannya, setiap pemilu dimenangkan
dengan mudah juga Pancasila dijadikan alat penekanan untuk semua organisasi sosial politik.
Selama era 1990an, Pemerintah Orde Baru Soeharto mulai kehilangan kontrol Ketika
masyarakat Indonesia menjadi semakin asertif. Dan pada tahun 1993 demonstrasi –
demonstrasi dijalan menjadi lebih sering terjadi tanpa kesuksesan.

Pada tahun 1997 Krisis Finansial Asia atau yang dikenal juga dengan kerisis moneter
melanda Indonesia,krisis ini menimbulkan efek bola salju,efeknya berlanjut menyebabkan
krisis sosial dan juga politik. Jakarta berubah menjadi medan pertempuran tempat kerusuhan-
kerusuhan menghancurkan ribuan Gedung dan lebih dari seribu orang dibunuh.

Akhirnya pada 21 mei 1998 Bachraruddin Jusuf Habibie selaku wakil presiden dari
presiden Soeharto diangkat menjadi presiden ketiga Indonesia. Dan dia tidak memiliki pilihan
lain selain menyetujui tuntutan masyarakat Indonesia untuk memulai Era Reformasi.

3. Masa reformasi (Tahun 1998-Sekarang)


1) Pada Masa Bj.Habibie (1998-1999)

Bacharuddin Jusuf Habibie,adalah wakil presiden selama masa jabatan presiden


sebelumnya,Suharto. Dia menggantikan Suharto pada tahun 1998 ketika Suharto turun dari
kursi kepresidenan. Pada tahun ini beliau meluncurkan program-program reformasi yang
bersumber dari tuntunan masyarakat Indonesia. Selama masa kepresidenan Habibie,30
undang-undang (UU) baru disetujui oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dalam
bidang pers misalnya, pada era Habibie diterbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang pres.

Selain itu,Habibie juga membuat sejarah dengan membentuk undang-undang yang


mengatur kebebasan rakyat Indonesia dalam pemilu. Ketentuan ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang pemilu. Setelah tahun 1955,masyarakat Indonesia
harus menunggu selama 44 Tahun untuk menyaksikan contoh lain dari pemilihan parlemen
yang bebas dan adil. Pada masa pemilihan Umum (Pemilu) 1999 masyarakat memilih partai
politik,bukan individu.

Pada 30 Agustus 1999 kasus timor timur adalah salah hal yang menyebabkan banyak
konflik,baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Timur-timur perlu
mendeklarsikan kemerdekaannya pada tahun 1975. Tetapi diinvasi oleh Indonesia pada tahun
berikutnya. Hal ini tidak mengakhiri keinginan timur-timur untuk merdeka. Dan Habibie
memiliki sikap terbuka terhadap kemerdekaan timur-timur. Dia menyatakan bahwa jika
timur-timur menolak status provinsi otonomi khusus di Indonesia. Maka timur-timur dapat
merdeka.

Pernyataan Habibie ini tidak disetujui oleh tentara nasional Indonesia (TNI) yang
sangat ingin mencegah pemisahan Timor Timur dari Indonesia. Menurut pihak TNI,
pemisahan Timor Timur itu berbahaya bagi persatuan Indonesia karena dapat menyebabkan
efek domino di Provinsi-Provinsi lain. Maka Habibie menadapatkan mosi tidak
percaya,sehigga reputasi Habibie rusak parah akibat hilangnnya kendali atas situasi politik di
timor timur.

Pada bulan Oktober, Habibie harus menyampaikan pertanggungjawaban di depan MPR


yang berisi laporan tentang kinerjanya sebagai presiden dan kinerja kebijakan selama masa
kepresidenannya. Pidatonya ditolak oleh mayoritas anggota MPR. Setelah penolakan ini,
Habibie memutuskan untuk menghentikan ambisinya menjadi presiden pada tahun 1999.

2) Pada masa Abdurahman Wahid (20 Oktober 1999-2000)

Setelah penolakan PMR yang menyebabkan presiden Habibie memutuskan untuk


berhenti menjabat sebagai presiden Indonesia. Untuk menjadi presiden berikutnya yaitu
Megawati dan Wahid.Disisi lain, MPR Indonesia akhirnya memilih Abdurahman wahid
sebagai presiden baru.

Tepat dihari sebelum dilantik Gusdur yaitu pada tanggal 19 Oktober 1999
Amandemen UUD 1945 pertama di sahkan. Dan pada perubahan UUD yang meliputi pasal 7
yaitu membatasi masa jabatan presiden dan wakil presiden RI sehingga maksimal 2 priode.
Dan beberapa kewenangan presiden RI pun harus berkoordinasi dengan DPR berdasarkan
perubahan ini.

Pada tahun pertamanya sebagai presiden, Gusdur memecat 7 mentri yang semua di
duga terlibat dalam kasus korupsi. Kemudian ia juga menutup depertemen penerangan dan
depertemen sosial secara sepihak tanpa pengetahuan DPR, juga kasus-kasus korupsi
tampaknya masi sangat sering terjadi.

Dan rencana pelengseran Gusdur mendapat perlawanan dari banyak pihak, terutama
dari kaum Nahdliyin, lantaran DPR maupun MPR dianggap tidak bisa membuktikan
kesalahan Gusdur secara konstitusional, termasuk dalam perkara Buloggate dan Bruneiggate.
Demi menjaga stabilitas negara ditengah situasi politik yang semakin panas. Gusdur
akhirnya mengeluarkan muamalat akan melakukan dekrit untuk kedua kalinya seteah masa
pemerintahan Soekarno yaitu pada tanggal 23 Juli 2001.

Hanya 8 jam setelah Presiden Gusdur mengumumkan dekret, MPR melakukan sidang.
Sidang ini memberikan dampak terhadap Gusdur terkait jabatannya sebagai presiden yaitu
pencabutan mandat dan pemberhentian Abdurrahman Wahid sebagi presiden.
3) Pada masa Megawati (2001-2004)

Setelah dilengsernya presiden Abdurrahman Wahid,yang kemudian diambil alih oleh


Megawati Soekarnoputri, beliau merupakan presiden perempuan pertama di Indonesia. Pada
masa pemerintahannya, Indonesia masih menghadapi krisis di beberapa bidang. Maka dari
itu, berbagai kebijaksanaan pun dikeluarkan untuk mengatasinya, yang meliputi 4 hal yaitu
pada bidang politik, bidang sosial, bidang Kesehatan, bidang Pendidikan, bidang hukum, dan
pemberantasan korupsi.

Langkah yang Megawati ambil untuk mengatasi krisis ekonomi dan politik tersebut
adalah berusaha membangun tatanan politik yang baru dengan melakukan amandemen UUD
1945. Tercatat bahwa amandemen kedua UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus
2000, amandemen ketiga UUD 1945 disahkan pada tanggal 9 November 2001, dan
amandemen keempat UUD 1945 disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.

Setelah melewati 4 kali Amandemen (perubahan) UUD 1945, banyak perubahan yang
terjadi, seperti MPR yang semula memiliki kedudukan lebih tinggi menjadi Lembaga majelis
permusyawaratan rakyat yang lebih rendah kedudukannya.

Pada Bidang Sosial, Megawati masih menghadapi kemiskinan di Indonesia yang


menyebabkan dibentuknya Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), yang bertujuan
untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia, di bidang Kesehatan, pemerintah
mengeluarkan Kartu Sehat, yakni program pelayanan Kesehatan gratis bagi penduduk miskin,
di bidang Pendidikan, Megawati mengalokasikan dana untuk sektor Pendidikan dan
Pendidikan luar sekolah, dan dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas
Pendidikan dan kesamaan kesempatan bersekolah, serta meningkatkan kualitas Lembaga
Pendidikan.

Namun pada sisi lain banyak juga hal yang gagal dicapai Megawati dalam masa
pemerintahannya. Salah satunya yang paling menonjol dalam pemerintahan Megawati
Soekarnoputri adalah tentang maraknya privatisassi BUMN. Hal ini dapat dikatakan
menyimpang karena pada dasarnya BUMN adalah salah satu sarana pemasukan kepada
Negara yang harus dipertimbangkan secara seksama.

Akhir dari masa pemerintahan Megawati terjadi Ketika ia mencalonkan diri kembali
dalam pemilihan presiden langsung 2004, berharap untuk menjadi Wanita pertama yang
terpilih sebagai kepala negara di negara mayoritas muslim. Namun, dia dikalahkan secara
telak oleh Susilo Bambang Yudoyono di putaran kedua, pada 20 September 2004.

4) Pada masa Susilo Bambang Yudhyono (2004-2014)

Setelah disahkannya amandemen UUD 1945 yang menyatakan presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden tahap kedua kemudian
dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhyono atau yang akrab di sapa SBY dengan 60,9%
suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih
pertama pilihan rakyat, dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada
20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla.Meskipun ia telah memenangkan
Kepresidenan, tapi beliau masih lemah dalam parlemen Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Beliau juga dikenal sebagai orang yang lama dalam mengambil dan memutuskan
sesuatu.

Dua periode kepemimpinan (2014) selama menjabat sebagai presiden, Susilo


Bambang Yudhyono dianggap sebagai presiden yang secara spesifik mengemukakan agenda
pemberantasan korupsi. Pada saat itu KPK direvitalisasikan dan memiliki posisi politik yang
sangat kuat. Pemberantasan korupsi, dan nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam
kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian,
dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras Bersama
pimpinan dan rakyat. Pada masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam
seperti tsunami, gempa bumi, gunung Meletus, banjir, dll. Semua ini merupakan tantangan
tambahan bagi seorang presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan
ekonomo negara demi kesejahteraan rakyat. Adapun kebijakan politik yang dibuat adalah
Kabinet Indonesia Bersatu yang berada di dalam 2 periode, Kabinet Indonesia Bersatu 1 dan
Kabinet Indonesia Bersatu 2.

Susilo Bambang Yudhyono juga membentuk Unit Kerja Presiden Pengelolaan


Program dan reformasi (UKP4R). Kemajuan pemerintahan SBY tidak sampai disitu saja.
Berbagai kemajuan dilakukan, diantaranya :

1) Adanya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)


2) Pendidikan wajib 12 tahun
3) Pembangunan wilayah juga berjalan baik seiring dengan konektivitas.
Meskipun banyak pencapaian yang dibuat oleh Susilo Bambang Yudhyono, Namun
banyak kontroversial yang ada didalam masa pemerintahannya. Beberapa diantaranya ada :

 Kasus century
 Kriminalisasi KPK atau Komisi Pemberantas Korupsi
 Konflik perbatasan Indonesia dan Malaysia

Pada saat Pemilu Presiden 2014 SBY menolak tegas memperpanjang jabatannya
sebagai presiden. Maka 2014 adalah akhir dari masa pemerintahannya.

5). Pada masa Joko Widodo (2014-sekarang)

Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat
rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, membuatnya
terpilih menjadi presiden pada tanggal 9 Juli 2014, Jokowi menyatakan kemenangannya
dengan Jusuf Kalla sebagai wakilnya.

Jokowi memulai kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu


Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk
meredam sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikritik karena meluncurkan program
yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran. Namun hal ini dibantu
oleh Jusuf Kalla, dengan argument bahwa program kartu tersebut sebenarnya kelanjutan dari
program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program tersebut.

Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia negara demokrasi yang berdasarkan


pada konstitusi, bukan mobokrasi yang memaksa kehendak massa, dan setelah 4 tahun
menjabat sebagai presiden dia akhirnya terpilih kembali pada pilpres tahun 2019 dengan
wakilnya Ma’ruf Amin. Ia masih menjadi hingga saat, banyak UUD baru yang disahkan,
bahkan yang sangat menggemparkan ialah penundaan pemilu 2024.

Anda mungkin juga menyukai