BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Konsitusi merupakan pondasi awal dalam penegakan hukum, ia yang menjadi dasar tertinggi
dalam pelaksanaan ekosistem Kenegaraan,1 K. C. Wheare: Konstitusi adalah keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan
mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara. 2 karenanya suatu konstitusi harus
memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter
karena terjadi perubahan dalam konstitusinya. 3
Perkembangn Konsitusi di Indonesia sendiri diawali pada pasca proklamasi, 17 Agustus 1945
yang kemudian diresmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi
yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang
harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut.4 Adapun potensi dalam perubahan Konsitusi itu terdapat aturan yang
mengatur pada pasal 37 apabila MRP mengganti Konsitusi harus terlebih dahulu melalui proses
referendum.
Dalam perjalanan Konsitusi di Indonesia tentu mengalami banyak dinamika, mulai dari
berdirinya konsitusi tersebut, kemudian muncul dualisme dalam Naskah UUD 1945, hingga
kemudian implementasi penegakan Norma Hukum konsitusi di Indonesia, yang akan dikaji
dengan mendalam serta spesifik pada makalah yang kami sajikan ini.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman Sejarah Konsitusi di Indonesia ?
2. Bagaimana konsep Dualisme Naskah UUD 1945 ?
3. Bagaimana penegakan Norma Konsitusi di Indonesia ?
1
Kusnardi Moh, Ilmu Negara, ed. asri J, 1st ed. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2015).
2
Ahmad Syafii, Hukum Perbandingan Konsitusi (Jakarta: Pretasi Pustaka Publisher, 2009).
3
Indryani Silvia Ningsih, “Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara,” OSF Preprints,
no. 7 (2021): 1.
4
Ahmad Basarah, “Kajian Teoritis Terhadap Auxiliary State`S Organ Dalam Struktur Ketatanegaraan
Indonesia,” Masalah-Masalah Hukum 43, no. 1 (2014): 1-8–8.
BAB II PEMBAHASAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang pertama adalah UUD 1945 yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, berlaku secara nasional sampai dengan tanggal 27
Desember 1949. Naskah Undang Undang Dasar Pertama tersebut disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Penyusunan naskah Rancangan Undang-Undang
Dasar 1945 dimulai dari pembentukan BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei
1945. BPUPKI mengadakan sidang-sidang yang dapat dikelompokkan menjadi dua masa
persidangan; Sidang pertama mulai dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945dan masa persidangan
kedua tanggal 10 Juli-17 Juli 1945. Dari persidangan-persidangan BPUPKI tersebut berhasil
disusunnaskah komplit Rancangan Undang-Undang Dasar meliputi pernyataan
Indonesia merdeka, Pembukaan Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar teridiri
atas pasal-pasal.6
5
Jurnal Hukum Diktum, Andi Herawati, and Universitas Islam Makassar, “Konsep Ketatanegaraan Dalam
Islam” 11 (2013): 1–8.
6
Kusnardi Moh, Ilmu Negara.
tanggal 27 Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah Negara Bagian Republik Indonesia
saja.
periode ini ialah dominasi yang sangat kuat dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial
politik. Undang-Undang Dasar 1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk
bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/MPRS/1963 yang mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan
pembatasan waktu lima tahun ini. Tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar
1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat
demikian. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menggantikan Dewan Perwakilan
Rakyat hasil pemilihan umum ditonjolkan peranannya sebagai pembantu Presiden, sedangkan
fungsi kontrolnya ditiadakan. Bahkan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dijadikan menteri
sehingga fungsi mereka lebih sebagai pembantu presiden dari pada wakil rakyat. Kuatnya posisi
presiden juga merambah dalam bidang-bidang lain di luar bidang eksekutif. Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 tahun 1964 Presiden diberi wewenang untuk campur tangan di bidang
yudikatif. Dan masih Banyak lagi penyimpangan-penyimapangan terhadap Undang-Undang
Dasar 1945 sebagaimana dibeberkan oleh Miriam Budiardjo . Puncaknya pecahnya peristiwa G
7
Utang Rosidin, Hukum Tata Negara, ed. elan Jaelani, Pertama (Kota Bandung: Penerbit widina, 2022).
30 S/PKI telah mengakhiri periode demokrasi terpimpin dan membuka jalan untuk di mulainya
masa demokrasi Pancasila.8
Pengalaman sejarah pada masa lalu baik masa Orde Lama maupun masa Orde Baru,
bahwa penerapan terhadap pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang memiliki sifat
“multi interpretable” atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengakibatkan
terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan presiden. Hal inilah yang melatarbelakangi
perlunya dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Amandemen
merupakan keharusan,karena hal itu akan mengantar bangsa Indonesiakearah tahapan
baru penataan terhadap ketatanegaraan.9
8
Syafii, Hukum Perbandingan Konsitusi.
9
Ningsih, “Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara.”
Refrensi :
Basarah, Ahmad. “Kajian Teoritis Terhadap Auxiliary State`S Organ Dalam Struktur
Ketatanegaraan Indonesia.” Masalah-Masalah Hukum 43, no. 1 (2014): 1-8–8.
Diktum, Jurnal Hukum, Andi Herawati, and Universitas Islam Makassar. “Konsep
Ketatanegaraan Dalam Islam” 11 (2013): 1–8.
Kusnardi Moh. Ilmu Negara. Edited by asri J. 1st ed. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2015.
Ningsih, Indryani Silvia. “Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara.” OSF
Preprints, no. 7 (2021): 1.
Rosidin, Utang. Hukum Tata Negara. Edited by elan Jaelani. Pertama. Kota Bandung: Penerbit
widina, 2022.
Syafii, Ahmad. Hukum Perbandingan Konsitusi. Jakarta: Pretasi Pustaka Publisher, 2009.