Anda di halaman 1dari 7

KONSEP

DAURAH YANG TEPAT SEBAGAI PEMBENTUKAN


KARAKTER MUSLIM NEGARAWAN

Nama : Fahmi Ihsan Margolang


Asal Kamda : Kota Bandung

TRAINING FOR INSTRUKTUR KAMMI


( KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA)
DAERAH MALANG 2023
Sebuah Jurnal Abdi Negara menerangkan bahwa Kata Daurah berasal dari bahasa
arab yakni dara, yaduru, daurah yang artinya pelatihan,atau kegiatan proses
menguprade suatu kemampuan, yang mana dengan mengumpulkan orang secara
jama'(Amilia, Aditiawan, and Mubaroq 2021), adapaun contohnya, seperti Daurah
Quran, Daurah Tah idz, Daurah Lugho dan banyak daurah-daurah lain tentunya,yang
mana Daurah ini adalah proses untuk menambah pengetahuan terhadap suatu
disiplin ilmu.
Daurah yang kita fahami sebagai pelatihan atau bentuk upaya dalam memberikan
pendidikan serta edukasi, sebagaimana yang dijelaskan oleh lailan dkk, didalam
Jurnal bimbingan konsling bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan
potensi dari peserta didik, dan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang
terjadi (Maharani and Ningsih 2015), baik itu dari lingkungan atau pribadi dari
peserta didik tersebut.
Pengembangan kompetensi manusia yang kita kenal dengan peningkatan Kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) tentunya memiliki tujuan yang diharapkan dapat
melahirkan keuntungan, Muhammad Darari menerangkan bahwa ada beberapa
keuntungan yang didapat dari sebuah pendidikan yakni, penigkatan skill,
pengetahuan serta dapat merubah tingkah laku dari peserta didik tersebut (Bariqi
2018) yang tentunya dapat menjadi lebih baik.
Mengenai konsep pendidikan, saya sangat setuju dengan konsep yang ditawarkan
Bobbi de porter dalam bukunya Quantum Teaching, adapaun konsep yang
ditawarkan beliau adalah TANDUR singkatan dari
(Tumbuhkan;alami;namai;demontrasikan;ulangi;dan rayakan), konsep ini adalah
menumbuhkan kesadaran secara merdeka, tanpa adanya unsur penekanan atau
pemaksaan kepada peserta didik.(Bobby de porter 1992), mereka diberikan
kesempatan untuk dapat menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dapat
menghasilkan dampak yang baik atau buruk terhadap mereka, seperti pada halnya
ketika kita ingin menyampaikan tentang pacaran kepada mereka, tidaklah perlu kita
katakan bahwa pacaran tersebut haram, melainkan kita coba untuk menanyakan,
bagaiamana sudut pandang mereka tentang kegiatan tersebut, diiringi dengan
penjelasan kita, hingga ketika kita rasa mereka sudah memahami hal tersebut, maka
kita dapat menyampaikan kesimpulannya diiringi dengan memberikan apresiasi
kepada peserta didik yang mencoba memberikan tanggapannya.
Islam memiliki konsep yang tidak kalah hebat, memiliki banyak rujukan orang yang
luar biasa, yang berhasil menyebarkan pengetahuannya serta agamanya, salah
satunya adalah lukman yang menasihati anaknya, bahkan Allah abadikan didalam
Qur'an, Surat Lukman ayat 13 sebagi berikut yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan

2
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Jika kita perhatikan dari aspek
bahasa, bahwa kalimat yang lukman gunakan memanggil anaknya dengan kalimat
‫ﻲ‬
‫ ﯾَﺎ ﺑُﻧَ ﱠ‬yang dasar katanya adalah ‫ اﺑن‬yang artinya adalah anak, namun konteks bahasa
yang digunakan berbeda yang mengartikan dengan panggilan lemah lembut dan
penuh sayang,(Rahim and Kalimantan 2018), maka disini kita dapat melihat bahwa
metode yang lukman gunakan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya
dengan cara kasih sayang dan penuh keikhlasan, kemudian kita juga bisa melihat
bagaimana komunikasi yang Ibrahim gunakan ketika diperintakan oleh Allah untuk
menyembelih anaknya Ismail, dia tidak dengan begitu saja melakukan hal tersebut,
namun dia meminta pandangan kepada anaknya terhadap perintah Allah yang
disampaikan kepadanya, disini kita dapat melihat, bahwa metode yang Ibrahim
gunakan bukan sistem otoriter, melainkan dia menggunakan konsep diskusi yang
efektif, hingga anaknya dapat menerimanya dengan ikhlas tanpa unsur paksaan atau
tekanan.
Seseorang yang mendidik juga dapat dikatakan sebagai murobbi, yang mana
tujuanya tidak lain, mendekatkan diri kepada jalan yang benar, dia harus mampu
lebih baik kedekatanya serta kebih tulus kepada Allah Swt, mampu menjaga adab
serta akhlaknya, karena sangat tidak pantas dan tak layak bagi kita yang meminta
orang melakukan sesuatu yang kitapun tidak mengerjakannya, bahkan Allah
tegaskan didalam Surah As Saff ayat ayat 3 yang artinya : "Sangatlah dibenci Allah
orang-orang yang mengatakan, namun ia tidak mengerjkannya", Oleh karena itu
seorang pendidik atau guru harus mampu menjaga dirinya, adapun yang dimaksud
menjaga dirinya sebagai berikut :
1.Menjaga lisannya (Komunikasi efektif)
Seseorang pendidik harus mampu menata kalimat yang sesuai dengan peserta didik
serta waktu dan kondisinya, hal ini Allah jelaslan didalam Qur'an Surah An Nahl ayat
125, yang artinya "serulah kepada jalan tuhanmu, dengan hikmah, dengan cara yang
baik dan debati mereka dengan cara yang bijaksana" begitulah luar biasanya Islam
menuntun ummatnya agar mampu memposisikan diri dengan tepat
2.Menjaga akhlaknya
Ibnu Athaillah menerangkan didalamnya buku Tajul arus bahwa seorang guru
mendidik bukan hanya dari lisan saja, melainkan dengan akhlak dan sikapnya yang
mulia(Ibnu Athaillah 2015), layaknya Rasul menda'wahi pria buta yang selalu
mencaci maki Rasul SAW, namun beliau malah bersikap baik dengan memberi
makan bahkan menyuapi pria buta tersebut, yang beliau menyadari ketika Rasul
tiada, bahwa yang selalu merawatnya adalah Rasul SAW, hingga pada akhirnya beliau
masuk Islam bukan dari ajakan lisan Rasul, namun ketulusan akhlak yang luar biasa.

3
3.Menjaga hubunngan dengan Allah
Jika kita fahami dari pendapatnya Ibnu Athaillah bahwa keadaan seorang tokoh
diantara seribu orang lebih bermanfaat dari pada nasihat seribu orang, oleh karena
itu seorang guru atau pendidik mampu menjaga keadaanya, yang dimaksud menjaga
keadaan adalah,menjaga hubungan bathinnya yakni kesucian jiwa serta kebersihan
hati, karena orang-orang yang seperti ini, memancarkan karisma yang menyejukkan,
dari bicaranya, senyumnya hingga diamnya
Dalam sebuah proses pendidikan, yang aktif berperan bukan hanya seorang guru,
namun murid juga harus memiliki kriteria yang pantas untuk menerima suatu
pengetahuan, sebagaimana yang dijelaskan oleh syeik Al Zarnuji didalam kitabnya
Ta'lim muta'alim, menerangkan bahwa tidak sedikit dari para penuntut ilmu yang
bersungguh-sungguh dalam belajar namun mereka tidak mendapatkan hikmah dari
pengetahuannya, beliau menerangkan hal tersebut akibat adanya kesalahan dalam
proses mencari ilmu(Syeikh Al Zarnuji 2009).
Syeikh Al Zarnuji menerangkan bahwa sebelum menuntut ilmu, seorang murid
terlebih dahulu harus mampu meluruskan niatnya, yang mana tujuanya benar untuk
mencari ridho Allah, kemudian memuliakan guru serta ilmu tersebut, dan diiringi
dengan sifat wara' atau rendah hati, tidak memiliki rasa sombong terhadap
pengetahuan yang ia miliki, dan tentunya seorang murid harus memilki karakter
yang optimis dalam belajar, tidak mudah menyerah dan selalu semangat.
Daurah atau pelatihan tentunya memiliki tujuan serta harapan yang dilakukan oleh
seorang pendidik, tak lain adanya peningkatan suatu kemanfaatan dari apa yang
dimiliki sebelummnya, artinya adanya pemindahan dari yang buruk kepada yang
baik, dan yang baik menjadi lebih baik lagi hingga seterusnya, oleh karea itulah
pentingnya mengkonsep suatu daurah agar apa yang kiranya diharapkan dapat
tercapai.
Karakter muslim Negarwan jika menjadi target pencapaian dalam suatu daurah
maka ada banyak hal yang harus diperhatikan, karena makna karakter muslim
Negarawan sangat begitu menakjubkan, jika karakter adalah bentuk umum dari sifat
serta tindakan atau prilaku, kemudian muslim adalah pengamalan dari tiga unsur
yang wajib terpenuhi, yakni akal yang baik, hati yang salim serta isk yang sehat dan
kemudian ditambah dengan Negarawan, yakni seseorang yang mencintai tanah
airnya serta bersikap patriot, maka kita dapat simpulkan bahwa makna dari
karakter muslim Negarawan adalah, pengejewantahan dari sifatnya seorang muslim
yang ta'at dan sholeh dalam kehidupannya dan mencintai Negaranya, maka tentu
daurah yang disiapkan harus sesempurna mungkin, mulai dari pembicaranya yang
baik dari pengetahuan serta akhlaknya, hingga konsep kurikulum yang disusun
dengan sempurna, adapun kurikulum yang tepat menurut saya adalah bagaimana
melihat pemahaman dari peserta didik tersebut, tidak terburu-buru dalam

4
menyampaikan setiap tahapannya, mengikuti ritme pemahaman mereka, mulai
dasar hingga materi yang lebih tinggi.
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) sebagai organisasi
mahasiswa yang memiliki karakter harokatul amal dan harokatul tajnid, yang
memiliki konsep daurah yang biasa disebut dengan DM (Daurah Marhalah), dan
memiliki jenjang setiap tahapannya, dari pertama yang diharapkan mampu menjadi
eksikutor atau aktor-aktor yang berperan dimasyarakat, kemudian tingkat kedua
sebagai konseptor atau penata dari suatu rencana, hingga tingkat tiga sebagai
ideolognya sebuah organisai, setiap tingkatannya memiliki kriteria tertentu yang
harus dipenuhi, dengan tujuan pengupayaan untuk semangat terus meningkatkan
skill.
Konsep Daurah yang telah kita fahami tentu perlu dikorelasikan dengan karakter
KAMMI itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh bobby, kemudian Imam al Zarnuji
menganai metode yang tepat dalam proses belajar mengajar, yakni harus mampu
menggunkan konsep merdeka dalam berlajar, dengan memberikan mereka
kesempatan untuk mengenal diri mereka sendiri, yang kita fahami memberikan
mereka ruang untuk berpendapat dan berdiskusi dengan baik, diiringi dengan
akhlak yang mulia sebagai pembawa keridhoan dari Allah Swt, agar yang diharapkan
dapat tercapai, yaitu Daurah yang dapat membentuk dan melahirkan kader yang
memiliki karakter sebagai seorang muslim Negarawan

5
DAFTAR PUSTAKA

Amilia, Fitri, Rohmad Tri Aditiawan, and Syahrul Mubaroq. 2021. “Pelatihan
Penulisan Berita Di Pondok Modern Muhammadiyah Pakusari.” Abdi Indonesia
1(2): 115–25.
Bariqi, Muhammad Darari. 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Sdm).” Jurnal Dinamika Pendidikan 11(2): 153.
Bobby de porter. 1992. Quantum Teaching. 1st ed. ed. Sari Meutia. New York: Dell
Publishng.
Ibnu Athaillah. 2015. Tajul Arus Rujukan Utama Mendidik Jiwa. ed. Fauzi Faisal.
Damaskus: Daar Al Maktabi.
Maharani, Laila, and Tika Ningsih. 2015. “Layanan Konseling Kelompok Tekhnik
Assertive Training Dalam Menangani Konsep Diri Negatif Pada Peserta Didik.”
KONSELI : Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal) 2(1): 23–28.
Rahim, Abdan, and Kabupaten Paser Kalimantan. 2018. “Pendidikan Islam Dalam
Surah Luqman.” 12(1): 51–74.
Syeikh Al Zarnuji. 2009. Ta’lim Al-Muta’allim. pertama. ed. Husein bdullah.
Surabaya: Mutiara Ilmu.

6
TENTANG PENULIS

Fahmi Ihsan Margolang. Lahir di Kota Tanjungbalai


Sumatra Utara, 30 Maret 2003. Anak Pertama dari tiga
bersaudara, pernah bersekolah di SD IT Darul Fikri,
kemudian melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren
Al Uswah Kabupaten Langkat selama 3 tahun, setalah itu
melanjutkan pendidikan ke MAN Tanjungbalai, dan kini
berkuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan
Ilmu Hukum.

Fahmi merupakan Co Founder dari Berkas Legal, yakni lembaga dari pelatihan
hukum, kemudian Founder dari Bunda Clean, sebuah Usaha mikro yang bergerak
dibidang kebersihan, beliau juga menjadi Guru Al Qur'an Hadist di Mdta Ilaa Khairi
Ummah, aktif diberbagai organisasi baik intra maupun extra kampus.

Penulis dapat dihubungi melalui :


Facebook : Fahmi Ihsan Margoloang
Instagram : @fahmiimrgolang
Email : fahmitamvan1231@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai