1. BAB I...
Pendahuluan …
a. Latar belakang………………..
b. Rumusan masalah…………….
c. Tujuan pembahasan………………
2. BAB II
Pembahasan…
a. Hakikat peserta didik……………
b. Sifat sifat peserta didik….
c. Tugas dan tujuan peserta didik……..
d. Etika peserta didik dalam agama islam…….
3. BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran saran
c. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dikalangan ilmuan pendidikan Islam setidaknya ada istilah yang digunakan untuk menandai
konsep pendidikan, yaitu : tarbiyah, ta’lim dan ta’bid. Kata tarbiyah menurut Abdurrahman al-Nahlawi
yang berarti pendidikan yang diartikan sebagai usaha, memelihara fitrah anak, menumbuhkan seluruh
bakat dan kesiapannya, mengarahkan fitrah dan seluruh bakat agar menjadi baik dan sempurna, serta
bertahab dalam prosesnya. Adapun kata ta’lim oleh penggunanya dipahami sebagai proses
pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi – fungsi
pendengaran, penglihatan dan hati. Proses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam
wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotorik dan afektif. Sedangkan kata
ta’dib dapat diartikan mendidik yang secara sempit mendidik budi pekerti dan secara luas meningkatkan
peradaban.
Secara sederhana pendidikan Islam dapat dipahami sebagai suatu usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Hakekat pendidikan Islam adalah usaha
orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi
makan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuhasan rohaniah, juga sering diartikan dengan
menumbuhkan kemampuan dasar manusia.
Dengan membaca uraian tentang pendidikan di atas, dapat dipahami bahwa obyek atau peserta
didik merupakan satu unsur penting dalam kegiatan dan proses pendidikan Islam, karena adalaha tidak
mungkin jika pelaksanaan pendidikan Islam tidak bersentuhan dengan manusia – manusia yang
berkedudukan sebagai obyek atau peserta pendidikan. Manusia sebagai peserta didik menempati posisi
yang menentukan dalam sebuah interaksi pembelajaran. Guru tidak mempunyai arti apa – apa tanpa
kehadiran peserta didik sebagai subjek pendidikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa peserta
didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. Hal inilah yang menyebabkan
kajian tentang peserta didik masih menarik dan dianggap perlu dilakukan, terutama yang berkaitan
dengan hakekat peserta didik, sifat – sifat ideal peserta didik, tugas dan tanggung jawab peserta didik
dan etika penuntut ilmu dalam pendidikan Islam dan makalah ini diupayakan akan memberi wawasan
bagi pembaca khususnya yang tertarik terhadap topik / kajian dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakekat peserta didik itu ?
2. Apakah sifat – sifat ideal peserta didik ?
3. Apakah tugas dan tanggung jawab peserta didik ?
4. Bagaimana etika peserta didik dalam pendidikan Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui hakekat peserta didik itu
2. Untuk mengetahui sifat – sifat ideal peserta didik
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab peserta didik
4. Untuk mengetahui etika peserta didik dalam pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Perlu diperjelas beberapa diskripsi tentang hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap
pendidikan Islam, yaitu:
1. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri. Hal ini
sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam proses kependidikan tidak
disamakan dengan pendidikan orang dewasa, baik dalam aspek metode mengajar , materi yang akan
diajarkan, sumber bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.
2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan pertumbuhan.
Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta didik. Hal ini
sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta didik ditentukan oleh faktor usia dan periode
perkembangan atau pertumbuhan potensi yang dimilikinya.
3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani
maupun rohani yang harus dipenuhi. Di antara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan biologis, kasih
sayang, rasa aman, harga diri, realisasi diri, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu penting dipahami oleh
pendidik agar tugas-tugas kependidikannya dapat berjalan secara baik dan lancar.
4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan oleh
faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada. Pemahaman tentang differensiasi
individual peserta didik sangat penting untuk dipahami oleh seorang pendidik. Hal ini disebabkan karena
menyangkut bagaimana pendekatan yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap dan
perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satu
pihak atau kelompok.
5. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani
memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses
pendidikan. Sementara unsur rohaniyyah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk
mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasah daya
intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mem[pertajam daya rasa dapat dilakukan
melalui pendidikan akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu proses pendidikan Islam
hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh. Dalam dataran praktis, pendidikan
Islam tidak hanya mengutamakan pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek secara
integral dan harmonis. Bila tidak, maka pendidikan tidak akan mampu menciptakan out put yang
memiliki kepribadian utuh, akan tetapi malah sebaliknya yaitu kepribadian yang ambigu. Bila fenomena
ini terjadi dalam praksis pendidikan Islam, maka upaya untuk menciptakan insan kamil akan hanya
sebuah mimpi belaka.
6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fithrah) yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan dan
mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa
melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara vertikal maupun horizontal. Ibarat sebidah sawah,
peserta didik adalah orang yang berhak bercocok tanam dan memanfaatkan sawahnya (potensi).
Sementara pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas menyirami dan mengontrol tanaman agar
tumbuh subur sebagaimana mestinya, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku1[13].
Seluruh pendekatan peserta didik di atas perlu dipahami secara mendalam oleh setiap
pendidik atau komponen yang terlibat dalam proses kependidikan Islam. Wacana ini dimaksudkan untuk
memformat tugas-tugas kependidikan yang dinamis bagi tercapainya tujuan yang diinginkan.
1
D. Etika Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Sebagaimana dijelaskan oleh Asmah Hasan Fahmi, bahwa setiap peserta didik harus memiliki
dan berlaku dengan etika yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti sebagai berikut :
1. Setiap peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum menuntut ilmu
2. Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri
dengan tuhan dan bukan untuk bermegah – megahan dan mencari kedudukan. Belajar dengan niat
ibadah kepada Allah. Konsekuensi dari sikap ini, peserta didik akan senantiasa mensucikan diri dengan
akhlakul karimah dalam kehidupan sehari – hari, serta berupaya meninggalkan watak dan akhlah yang
rendah sebagai
3. Peserta didik tidak menganggap rendah sedikitpun pengetahuan – pengetahuan apa saja dengan sebab
ia tidak mengetahuinya, tetapi ia harus mengambil bagian dari tiap – tiap ilmu yang pantas baginya dan
tingkatan yang wajib baginya
4. Janganlah peserta didik mengikuti teman – temannya yang bodoh dalam mengecam sebagian ilmu,
tanpa mengetahui apa yang patut dicela dan dipuji tentangnnya
5. Murid terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya
6. Apabila peserta didik telah memilih guru yang tepat, maka ia harus belajar dengan sabar dan
konsekuwen
7. Ikutilah perintahnya selama tidak menyuruh kemaksiatan
8. Mengupayakan agar tiba terlebih dahulu di majlis dari guru
9. Hendaknya memilih teman yang berhati mulia
10. Menjahui teman yang bersifat malas dan jangan membangga – banggakan suatu kemuliaan yang
dimilikinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peserta didik merupakan unsur terpenting bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Sebab ia merupakan
obyek dan sekaligus subyek dan mitra pendidikan, sehingga sehebat dan selengkap apapun unsur –
unsur lainnya, jika peserta didik tidak ada atau tidak dipedulikan, maka dapat dipastikan kegiatan
pendidikan tidak dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.
2. Diantara sifat – sifat yang harus dimiliki bagi peserta didik adalah : Bersikap tawadhu’ atau rendah hati,
berhias dengan moral dan akhlaq yang baik, bersungguh – sungguh dan tekun belajar, saling
mempererat tali persaudaraan, memiliki sifat tabah, dan wira’.
3. Tugas dan tanggung jawab peserta didik diantaranya : sebelum belajar hendaknya membersihkan hati
dari sifat tercela, bersedia mencari ilmu walaupun meninggalkan keluarga, tempat jauh, bertekhad
mencari ilmu sepanjang hayat, menjaga pikiran dari pertentangan aliran, mempelajari ilmu terpuji dan
mendalam,
4. Peserta didik dalam mencari ilmu harus memiliki etika yang baik diantaranya : niat karena Allah, sopan
– santun pada guru, ber akhlaq yang baik terhadap guru maupun temannya
B. Saran - saran
1. Sebaiknya sebagai seorang murid, niat belajar karena Allah, belajar dengan sungguh – sungguh dan
hormat kepada guru
2. Sebagai guru : sebaiknya mengajar hanya mengharap ridho Allah dan bersifat ikhlas dan sabar dalam
mendidik.
DAFTAR PUSTAKA