PESERTA DIDIK
1
Lebih lanjut Abdul Mujib mengatakan peserta didik
cakupannya sangat luas, tidak hanya melibatkan anak-anak
tetapi mencakup orang dewasa. Sementara istilah anak didik
hanya mengkhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik mengisyaratkan tidak hanya dalam
pendidikan formal seperti sekolah, madrasah dan sebagainya
tetapi penyebutan peserta didik dapat mencakup pendidikan non
formal seperti pendidikan di masyarakat, majlis taklim atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainya.
Lain halnya dengan Ahmad Tafsir (2006:164-165)
berpendapat bahwa istilah untuk peserta didik adalah murid
bukan pelajar, anak didik atau peserta didik. Beliau berpendapat
bahwa pemakaian murid dalam pendidikan mengandung
kesungguhan belajar, memuliakan guru, keprihatinan guru
terhadap murid. Dalam konsep murid ini terkandung keyakinan
bahwa mengajar dan belajar itu wajib, dalam perbuatan
mengajar dan belajar terdapat keberkahan tersendiri. Pendidikan
yang dilakukan oleh murid dianggap mengandung muatan
profane dan transcendental.
Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengatakan, sebutan murid lebih
umum sama halnya dengan penyebutan anak didik dan peserta
didik. Istilah murid memiliki ciri khas tersendiri dalam ajaran
Islam. Istilah murid ini pertama kali diperkenalkan oleh kalangan
sufi. Istilah murid dalam tasawuf mengandung pengertian orang
yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan
menuju Tuhan. Hubungan antara guru dan murid adalah
hubungan searah. Pengajaran berlangsung dari subjek (guru) ke
2
objek (murid). Dalam ilmu pendidikan hal seperti ini disebut
pengajaran berpusat pada guru.
Murid dalam pengertian pendidikan umum adalah tiap
kelompok atau sekelompok individu yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Murid dalam pengertian pendidikan secara
khusus adalah anak yang belum dewasa yang menjadi tanggung
jawab pendidik (Barnadib, 1989:1).
Abuddin Nata (2005:131) mengatakan dari segi
kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut
fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Dalam pandangan lebih moderen, anak
didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran
pendidikan, melainkan harus perlakukan sebagai subjek
pendidikan. Karena hal ini dilakukan dengan cara melibatkan
mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar
mengajar.
Abdullah Nashih Ulwan (Rahardjo, 1999:59) mengatakan
peserta didik adalah objek pendidikan. Ia merupakan pihak yang
harus di didik, dibina dan dilatih untuk mempersiapkan menjadi
manusia yang kokoh iman dan Islamnya serta berakhlak mulia.
Beliau lebih lanjut mengatakan keberhasilan dalam
merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal, faktor anak
didik harus menjadi perhatian. Dalam hal ini, peserta didik perlu
dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak mengalami banyak
3
hambatan dalam menerima ajaran tauhid dan nilai-nilai
kemuliaan lainnya.
Dari sekian pendapat di atas, peserta didik adalah manusia
berjenis kelamin lakilaki dan perempuan baik anak-anak
maupun orang dewasa yang sedang mengalami fase
perkembangan baik secara fisik atau psikis. Proses ini dilakukan
dengan cara dididik, dibina dan dilatih untuk menjadi makhluk
yang taat kepada Allah Swt melalui pendidikan Islam.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
5
baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun
lingkungan tempat ia tinggal
e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua
unsur utama: jasmani dan ruhaniah. Unsur jasmani
berkaitan dengan daya fisik yang dapat dkembangkan
melalui proses pembiasaan dan latihan, sementara unsur
ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa.
f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali
berbagai potensi (fitrah) yang perlu dikembangkan secara
terpadu (Toto Suharto. 2006: 124-125).
Disamping itu perbedaan individu dapat ditimbulkan oleh
adanya faktor-faktor perkembangan, yaitu:
a. Faktor kemampuan dasar
Terdiri atas kemampuan dasar umum yang disebut
intelegensi (IQ), dan kemampuan dasar khusus yang disebut
aptitude/bakat.
b. Faktor lingkungan
Yakni lingkungan alam sekitar, lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
c. Faktor kepribadian
Yang berpengaruh dalam perkembangan meliputi: sikap,
minat, motivasi, sosialitas dan pandangan hidup.
Dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, hakikat anak
didik terdiri dari beberapa macam:
a. Anak didik atau peserta didik adalah darah daging sendiri,
orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka
semua keturunannya menjadi anak didik di dalam
keluarga;
6
b. Anak didik atau peserta didik adalah semua yang berada
di bawah bimbingan pendidik di lembaga pendidikan
formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok
pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat
pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan
sejenisnya, bahwa peserta pengajian di masyarakat yang
dilaksanakan seminggu sekali atau sebulan sekali,
semuanya orang-orang yang menimba ilmu yang dapat
dipandang sebagai anak didik;
c. Anak didik atau peserta didik secara khusus adalah orang-
orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang
menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran,
dan berbagai al yang berkaitan dengan proses
kependidikan.
7
Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan
peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran paling tepat,
sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Berikut ini disebutkan
beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat
perhatian dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan Jasmani
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan
jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang
bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan
pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik
yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara
lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan
jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai
ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi,
di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan
perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
2. Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang
bersifat rohaniah.Al-Qussy membagi kebutuhan rohani
manusia ke dalam 6 kelompok, yaitu:
a. Kebutuhan kasih sayang
b. Kebutuhan akan rasa aman
c. Kebutuhan akan rasa harga diri
d. Kebutuhan akan rasa bebas
e. Kebutuhan akan sukses
8
f. Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau
pengendalian diri manusia, seperti pengetahuan lain
yang ada pada setiap manusia berakal.
3. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta
didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam halini sekolah
harus dipandang sebagai lembagatempat para siswa belajar,
beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis
kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
4. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari
sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat
serta kecakapanyang berbeda beda. Untuk
mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran
ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam rangkan
mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
Semua kebutuhan-kebutuhan peserta didik tersebut harus
diperhatikan oleh setiap pendidik agar peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik
sesuai dengan ajaran yang benar.
Pendidik hendaknya ikut memperhatikan pemenuhan
kebutuhan psikologis peserta didik terhadap agama yang diyakini
dan persoalan-persoalan lainnya yang terjadi pada dirinya. Bila
hal ini dilakukan, gejolak peserta didik terhadap berbagai
aktivitas negative akan mampu dihindari. Akan tetapi bila
pendidik hanya melaksanakan sebatas tugasnya sebagai
transformation of knowledge belaka, maka peserta didik akan
9
mencari jawaban terhadap gejolak dirinya pada hal-hal yang
terlarang, baik agama maupun moral.
10
balik (interelasi) dan saling pengaruh mempengaruhi antara
sesame anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.
c. Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini ialah aspek pandangan yang mengakui
bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, yang
menurut istilah ahli disebut homodivisnous (makhluk yang
percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious
artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan
dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang
berketuhanan atau beragama adalah di dalam jiwa manusia
terdapat insting yang disebut insting religious atau garizah
diniyah (insting percaya pada agama). Itulah sebabnya,
tanpa melalui proses pendidikan insting religious atau garizah
diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang
secara wajar. Dengan demikian, pendidikan keagamaan
mutlak diperlukan untuk mengembangkan insting religious
atau garizah diniyah tersebut.
Menurut Al-Ghazali, anak adalah amanah Allah dan harus
dijaga dan di didik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan
mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke
dunia ini, bagaikan sebuah mutira yang belum diukur dan belum
berbentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang
tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi
mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Maka
ketergantungan anak kepadfa pendidiknya termasuk kepada
kedua orang tuanya, tampak sekali. Ketergantungan ini
hendaknya dikurangi secara bertahap sampai akil baligh.
11
1.3.3 Karakteristik Peserta Didik
Syaiful Bahri Djamarah (2000:51-52) mengatakan bahwa
peserta didik memiliki karakteristik-karakteristik yang penting
untuk diperhatikan. Karakter-karakter tersebut antara lain:
1. Belum menjadi orang dewasa, sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik;
2. Masih menyempurnakan aspek tertentu untuk
menyempurnakan kedewasaannya;
3. Memiliki sifat dasar yang sedang berkembang secara
terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi,
emosi dan sebagainya.
Pendapat Syaiful tersebut cenderung menempatkan
pendidikan dari pendekatan pedagogis. Dalam pendekatan
pedagogis peserta didik lebih ditempatkan sebagai sosok yang
sangat membutuhkan pendidik untuk mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu peserta didik diposisikan sebagai anak
didik. Setiap manusia memiliki perkembangan termasuk peserta
didik.
Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang
disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:
1) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan
psikis yang khas, sehingga ia meruoakan insan yang unik.
2) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang.
Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-
perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan
kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
12
3) Peserta didik adalah individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa,
Mahasiswa, Warga Belajar, Palajar, Murid serta Santri.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Karakteristik peserta
didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang
terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki
(Hamzah. B Uno.2007).
Adapun klasifikasi karakteristik peserta didik yang
mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:
a) Gaya belajar
Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda
dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum,
menurut Bobby De Potter terdapat dua benang merah yang
disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara
seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut
sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah
dan mengatur informasi tersebut. Modalitas belajar adalah
cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki.
Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-
beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas
belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual,
Auditory, Kinestethic.
13
- Visual
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna,
gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual
menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh
mata. Beberapa ciri dari pembelajar visual di antaranya
adalah:
1. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
2. Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa
ada artinya saat di dalam kelas
3. Pembaca cepat dan tekun
4. Lebih suka membaca daripada dibacakan
5. Rapi dan teratur
- Auditory
Model pembelajar auditory adalah model di mana
seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa
yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah
ditangkap oleh para pembelajar auditory ini. Ciri-ciri
orang-orang auditorial, di antaranya adalah:
1. Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
2. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan
tulisan di buku ketika membaca
3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,
berirama, dan warna suara.
5. Bagus dalam berbicara dan bercerita.
14
- Kinestetik
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang
menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-
ciri pembelajar kinestetik, di antaranya adalah:
1. Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
2. Berbicara dengan perlahan
3. Menanggapi perhatian fisik
4. Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
5. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka.
b) Kondisi fisik
- Pada masa kanak-kanak
Pada masa ini anak ditandai denga hilangnya ciri –perut
yang menonjol, seperti halnya kaki yang berkembang
lebih cepat dari pada kepala. Pada mas perkembangan
motorik anak semakin lebih halus 0-7 tahun.
- Pada masa pra remaja
Pada masa ini (SD) perkembangan fisik anak lebih
lambat dari pada mereka memasuki maa kanak-kanak
( perubahan relative sedikit ) 07-15 tahun.
- Pada masa remaja
Pada masa ini disebur pubertas yang mana perubahan
fisik yang mebuat organisme secara matang mampu
berproduksi.Penelitian menunjukkan bahwa anak yang
matang lebih awal mempunyai rasa cemas, lebih suka
marah, sering konflik dengan orang tua dan mempunyai
15
harga diri yang lebih rendah dari pada anak yang
masuk pubertas akhir.
16
- 2-7 tahun disebut dengan Pra-operasional
Kemampuan: perkembangan kemampuan
menggunakan symbol-simbol yang menggambarkan
objek-objek yang ada disekitarnya. Berfifkirnya masih
ego sentris dan berpusat. Dicirikan dengan adanya fungsi
semiotik (symbol) pada periode 2-4 tahun, serta
berkembangnya pemikiran intuitif pada periode 4-7
tahun. Fungsi semiotik pada beberapa gejala :
1) imitasi tak langsung (membuat imitasi yang secara
tidak langsung dari bendanya sendiri. Contohnya,
anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran.
2) Permainan simbolis. Contohnya, mobil-mobilan
dengan balok-balok kecil. Permainan simbolis dapat
merupakan ungkapan diri anak.
3) Menggambar. Anak dapat menggambar realistic
tetapi tidak proporsional. Contohnya gambar rumah
dan pepohonan tegak lurus di lereng pegunungan.
4) Mengetahui bentuk-bentuk dasar geometris; bulat,
bundar, persegi.
5) Bahasa ucapan. Anak mulai menggunakan suara
sebagai representasi benda atau kejadian.
6) Perkembangan bahasa sangat memperlancar
perkembangan konseptual anak dan juga
perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget
perkembangan bahasa merupakan transisi dan sifat
egosentris ke komunikasi sosial.
17
- 7-11 tahun disebut dengan operasional konkrit
Kemampuan: mampu berpikir logis mampu
memperhatikan lebih dari satu aspek. Bisa
menghubungkan dengan aspek yang lain. Tidak lagi
egosentris, belum mampu berfikir dan memecahkan
persoalan yang bersifat abstrak, masih terbatas pada
hal-hal konkret. Logika tentang sifat reversibilitas dan
kekekalan. Berpikir decentering, seriasi, klasifikasi,
kesimpulan probalistis.
- 11- dewasa disebut dengan operasional formal
Kemampuan: mampu berfikir abstrak dan dapat
menganilis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah. Mulai berkembang reasoning
dan logika remaja. Asimilasi dan akomodasi berperan
membentuk skema lebih menyeluruh. Pemikiran remaja
samadengan dewasa secara kualitas, namun berbeda
kuantitas, yaitu skema orang dewasa lebih banyak.
Pemikiran bersifat deduktif, induktif dan abstraktif.
18
4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang
orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya
5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan
pendidikan yang setara.
6. Menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang batas waktu yang
ditetapkan.
Berkaitan dengan pelayanan sekolah kepada peserta didik,
hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah hak yang
diterima oleh peserta didik dan kewajiban dari peserta didik itu
sendiri.
Adapun Hak dari peserta didik diantaranya :
1. Peserta didik mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
2. Memperoleh pedidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya.
3. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas
dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang
telah dibakukan.
4. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan
lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku, penerimaan
siswa pada sekolah yang dikehendaki.
5. Pindah sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi
sesuai dengan persyaratan penerimaan siswa pada sekolah
yang dimasuki.
19
6. Memperoleh penerimaan penilaian hasil belajarnya.
7. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu
yang telah ditentukan.
8. Mendapatkan pelayanan khusus apabila menyandang
kecacatan.
20
REFERENSI
21
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran :Sebagai
Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta :
Kencana
http://teras-fisika.blogspot.co.id/2012/12/pertumbuhan-dan-
perkembangan-peserta.html
https://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/psikologi-
perkembangan-dewasa-awal/
http://danakristina20.blogspot.co.id/2013/12/makalah-
perkembangan-dan-pertumbuhan.html
https://inelsa.wordpress.com/2012/09/27/9/
22