Anda di halaman 1dari 16

UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
      Istilah pendidikan sering kita dengar ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat penting untuk diberikan dan diajarkan kepada
orang lain dari orang-orang tertentu yang lebih berpengalaman dalam suatu hal tertentu pula.
Pada zaman global seperti sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena
pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi
kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.
     Pendidikan juga dikatakan penting karena pendidikan itu adalah hal yang diajarkan secara
turun-temurun dari dulu. Sejak kita lahirpun, orang tua kita pasti sudah memberikan pendidikan
tentang berbagai hal. Pendidikan itu dapat diperoleh melalui berbagai cara, misalnya melalui
perkataan atau tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, pendidikan
juga dapat diperoleh dari sumber-sumber tertentu seperti buku dan lain-lain.
     Pendidikan yang diterima dan diajarkan ke setiap orang itu berbeda-beda tergantung sifat dan
kebutuhan. Oleh karena itu, setiap pendidikan yang diterima oleh orang yang satu dengan orang
yang lainnya tidak selalu sama. Pendidikan sangat diperlukan agar setiap generasi penerus
bangsa menjadi manusia yang memiliki bekal masa depan yang cerah. Hal ini dikarenakan
pendidikan yang dimiliki setiap orang bisa mengarahkan bagaimana masa depan orang itu
nantinya.
     Pendidikan itu sangat diperlukan, oleh karena itu pendidikan tidak dapat terlepas begitu saja
dari kehidupan manusia. Setiap proses pendidikan, tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa ada
unsur-unsur yang mendukung di dalamnya. Proses pendidikan ini pasti melibatkan banyak hal
yang disebut unsur-unsur pendidikan. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan
terarah sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan, perlu kita ketahui apa saja yang
termasuk unsur-unsur pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah,

1. Apa pengertian unsur-unsur pendidikan ?


2. Apa saja yang termasuk unsur-unsur pendidikan ?

ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD
3. Tujuan Penulisan

1. Mengerti dan memahami pengertian unsur-unsur pendidikan


2. Mengerti dan memahami apa saja yang termasuk unsur-unsur pendidik
PEMBAHASAN
A. Pengertian Unsur-Unsur Pendidikan
Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang
kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.[1]
Unsur-unsur  pendidikan meliputi beberapa hal :

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)


2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkugan pendidikan)

            Kesemua unsur diatas sangat penting didalam pendidikan. Sebab jika salah satu unsur
tidak ada, maka tidak terjadi pendidikan. Misalnya : kalau unsur tujuan pendidikan tidak ada,
tidak akan jelas kemana arah anak akan dididik. Atau unsur pendidik tidak ada, maka tidak akan
ada orang yang melaksanakan pendidikan itu. Kalau faktor anak didik tidak ada, tentu orang
yang akan dididik tidak ada. Kalau alat-alat pendidikan tidak ada, maka bagaimana
melaksanakan pendidikan itu, demikian pula unsur-unsur lainnya.
B. Unsur-unsur Pendidikan
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
     Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan
baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
     Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga
pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan
untuk menunjukkan peserta didik tingkat sekolah dasar) dan thalib al-‘alim (orang yang
menuntut ilmu dan biasa digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan
Pertama dan Atas serta Perguruan Tinggi).[2]
            Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan yang
konsisten dan berkesinambungan menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Peserta
didik tidak hanya sebagai objek (sasaran pendidikan) tetapi juga sebagai subjek pendidikan,
diperlakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan maslah-masalah dalam proses
pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan
pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari guru misalnya serta orang yang memerlukan
kawan tempat mereka berbagi rasa dan belajar bersama.
Hakekat Paserta Didik :

 Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.


 Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus disesuaikan dalam proses
pendidikan.
 Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman, rasa
kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
 Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya.
 Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun terdiri dari
banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa).
 Peserta didik merupakan objek dalam pendidikan yang aktif, kreatif, serta produktif.
Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima dan
mendengarkan saja.

Beberapa pemikiran tentang peserta didik :


            Kesepakatan umum yang menyatakan bahwa sasaran utama pendidikan adalah manusia,
yang disebut dengan istilah peserta didik, anak didik atau subjek didik. Ada 4 kubu yang
mempertahankan pendiriannya masing-masing mengenai permasalahn pendidikan sepanjang
zaman, karena sejak zaman dahulu telah menjadi pemikiran pendidikan. Meskipun jawabannya
tak pernah menghasilkan kata sepakat dalm suatu konsep pendidikan yang universal. Aliran
Empirisme dan nativisme sebagai dua kubu yang saling bertentangan serta aliran Konvergensi
sebagai kubu ketiga yang berusaha mensintesiskan keduanya. Kubu keempat adalah aliran
Naturalisme-romantisme pendidikan, yang dalam banyak berbeda pandangan dengan aliran-
aliran pendidikan lainnya.

1. Aliran Empirisme

     Aliran Empirisme dikemukakan oleh John Locke seorang filosof bangsa Inggris yang
berpandangan bahwa manusia (peserta didik) yang lahir kepermukaan bumi ini bagaikan kertas
putih (tabularasa) yang belum bertulis dan sepenuhnya siap menerima apa saja pun yang
dikehendaki penulisnya. Menurut Locke perkembangan kepribadian peserta didik sepenuhnya
ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan. [3]
2. Aliran Naturalisme
     Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negative, yang akan
merusak saja. Menurut Rousseau : “Manusia adalah baik waktu dilahirkan, tetapi manusia
menjadi rusak karena masyarakat.
3. Aliran predestinasi
     Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak telah ditentukan sebelumnya yaitu oleh
pembawaannya masing-masing. Pembawaan ini diperoleh anak melalui keturunan.
4. Aliran kovergensi
     Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh
pembawaannya saja, melainkan ditentukan oleh hasil kerja sama antara kedua faktor
(pembawaan dan lingkungan).
     Pengaruh lingkungan tidaklah seperti pengaruh yang diberikan oleh pendidik, sebab pengaruh
lingkungan tanpa adanya kesengajaan, kesadaran apalagi perencanaan. Berbeda dengan pengaruh
yang diberikan oleh pendidik dimana mereka berusaha dengan sabar, tanggung jawab, sistematis,
programatis di dalam mengantarkan anak-anak mencapai kedewasaannya.[4]
Pembentukan dan perkembangan anak didik dipengruhi oleh :

 Lingkungan tempat dimana anak itu tinggal.


 Lingkungan tempat dimana pendidikan berlangsung.
 Teman bermain dan orang-orang yang berada di sekitarnya.
 Buku-buku bacaan.
 Macam-macam kesenian.

2. Orang yang membimbing (pendidik)


     Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak
didik, dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai
individu atau pribadi.[5] Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanah pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan
amanah adalah orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap
orang karena tanggung jawab atas pendidikan.
     Secara formalnya yang menjadi pendidik itu adalah orang tua, guru-guru, pemimpin-
pemimpin masyarakat, ulama dan pemerintah sendiri. Disebut formal karena namanya sudah
menunjukkan fungsinya sebagai pendidikan. Adapun yang dapat dimasukkan kedalam pendidik
lainnya adalah orang dewasa. Disini akan diberi penjelasan mengenai orang dewasa, orang tua,
dan guru.

1. Orang dewasa

Pengertian orang dewasa ialah :

 Manusia yang memiliki pandangan hidup, prinsip hidup, pasti dan tetap.
 Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-
cita untuk mendidik.
 Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatanny sendiri dan
yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
 Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif
penuh inisiatif
 Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.

2. Orang tua

     Orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrat yang berlangsung selama hidup yang
didasarkan hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam
memberikan pengaruh kepada kepribadian anak.[6] Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak-
anaknya berfungsi untuk mempertanggung jawabkan, melindungi, mengasuh, mengasah dan
mengasihi.menjadi orang tua berarti ada kesediaan untuk melaksanakan fungsi yang menjadi
pelaksana dan pejaga amanah yang dipercayakan kepadanya, yaitu :

 Fungsi pengemban amanah dari tuhan, karena anak dianugrahkan oleh Tuhan bukan
untuk disia-siakan dan diperlakukan semaunya.
 Fungsi sosial, maksudnya menjadi orang tua itu juga mengemban amanah dari
masyarakat, bahwa anak itu diharapkan oleh masyarakat dapat tumbuh menjadi
kekayaan masyarakat.
 Fungsi ekonomis, maksudnya orang tua dipercayakan untuk membina anak-anaknya
sebagai tenaga kerja yang produktif yang akan menghasilkan secara ekonomis.[7]

3. Guru

            Guru sebagai pendidik dalam  lembaga pendidikan formal sekolah, yang secara langsung
dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab
pendidikan dari anak didik dalam lembaga pendidikan formal sekolah.
Ciri-Ciri guru yang baik :

 Dapat memahami dan menghormati murid.


 Harus mengerti dan memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
 Dapat menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
 Dapat menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
 Dapat menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
 Mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikan.
 Tidak terikat oleh satu buku pelajaran.
 Tidak hanya mengajar dalam arti meyampaikan pengetahuan atau kata-kata saja
kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi murid.[8]

Peranan Pendidik :
     Siapa saja yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kelebihan-kelebihan dari segi
kepribadian. Dalam tugasnya harus banyak yang dikerjakan, ada kalanya dia harus menunjukkan
kewibawaannya, ia perlu menyatakan kebijaksanaannya dengan membiarkan anak
memperhatikan kepribadiannya. Sebab seorang pendidik bukan hanya menyajikan bahan-bahan
pendidikan semata-mata tetapi sekaligus menyajikan kepribadiaannya kepada anak didik.
Tindakan dan perbuatannya akan menyerapkan kepada pribadi anak didik, misalnya keyakinan
dan kepercayaannya, pandangan tentang hal-hal yang baik dan buruk, reaksinya terhadap apa
yang dilakukan anak didik, keputusannya dan lain-lain.[9]
Kriteria Seorang Pendidik :

 Mempunyai bakat dan keinginan untuk menjadi pendidik.


 Mempunyai sifat-sifat kepribadian yang baik menurut nilai-nilai moral.
 Peramah, periang, memiliki perasaan luhur dan optimis.
 Pribadinya terbuka, mudah berteman dengan siapa saja.
 Memiliki kesenangan bergaul dan mencintai anak-anak.
 Cepat mengambil keputusan dan bijaksana, pandangannya tajam dan kreatif.
 Lincah gerak geriknya, gagah dan rapi serta menyenangi kesederhanaan.[10]

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


     Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi, isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.
     Mengajar  merupakan serangkaian interaksi antara orang yang berperanan pendidik dengan
anak  didik. Untuk mengukur keefektifan guru, seorang pengamat menggunakan seperangkat
dimensi yanhg dianggap ada hubungannya dengan keefektifan peranan guru. Guru dinilai “baik”
atau “buruk” tergantung pada klasifikasi yag dibuat sesuai dengan skala tertentu. Philip Jackson
(1969) menyimpulkan 3 ciri pembeda kehidupan kelas antara lain : khalayak ramai, pujian dan
kekuasaan.
     Murid yang baik ialah murid yang mendengarkan gurunya, mengikuti pelajaran, tidak
mengganggu teman di kelas, dan patuh.
3 hal yang membedakan peranan guru dan murid :

1. Tingkat kesukarelaan.

Dreeben (1973) menyatakan bahwa guru bekerja disekolah karena di gaji, sedangkan murid
masuk sekolah karena kewajiban belajarnya.

2. Tingkat keaktifan vs kepasifan

Peranan murid ang baik, lebih banyak menuntut kepatuhan dan kesabaran daripada inisiatif dan
tanggung jawab. Guru memonopoli peranan aktif dan membiarkan muridnya bersabar terhadap
tindakan guru sebagai agen. “Moore, 1969 : 586).

3. Kekuasaan atau wewenang


Guru adalah atasannya murid. Hubungan antara guru dan murid memadukan 2 populasi yang
tidak sederajat kebudayaannya, guru diilhmi dengan peradaban, sedangkan murid merupakan
orang yang diberi peradaban.
Guru dan murid saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain dengan sikap yang
menimbulkan pertentangan. Murid dianggap sebagai bahan yang oleh guru diharapkan bisa
memberikan hasil  otoritas berada di pihak guru. Guru senatiasa di pihak yang menang.[11]
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
     Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu perjalanan. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan bila ia tidak mengetahui dengan
jelas apa itu tujuan ?, atau kemana ia membawa anak didiknya ?.
     Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi manusia yang baik,
bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengabdi kepada masyarakat
dan sebagainya.
Herbert Spencer (1860) menganalisis tujuan pendidikan dalam 5 bagian yaitu :

 Kegiatan demi kelangsungan hidup.


 Usaha mencari nafkah.
 Pendidikan anak.
 Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan Negara.
 Penggunaan waktu senggang.

     Tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode belajar dan
mengajar yang lebih serasi serta memungkinkan penilai proses dan hasil belajar yang lebih teliti.
Penyusunan kurikulum telah memperhatikan tujuan pendidikan serta menganalisisnya dalam
tujuan yang lebih khusus.
     Tujuan pendidikan dapat berbeda tingkatannya, ada tujuan yang sangat umum, ada juga
tujuan yang khusus. Tujuan yang tampaknya sudah sangat khusus seperti, “sanggup membaca
huruf” masih dapat dikhususkan misalnya : “sanggup membaca huruf cetak dan huruf tulis,
membaca huruf kecil dan huruf besar”. Suatu tujuan harus dikhususkan di tentukan oleh taraf
kemampuan dan pengetahuan anak yang akan menerima pelajaran.
     Tujuan umum biasanya sangat indah dan muluk kedengarannya, tetapi akan menemui
kesukaran bila hendak diwujudkan karena menimbulka tafsiran yang aneka ragam. Misalnya
tujuan “agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam masyarakat”. Tujuan itu
harus jelas, dan tujuan yang jelas ialah tujuan yang spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat
diamati dan diukur.[12]
     Tujuan akhir pendidikan adalah pembinaan pembelajaran. Dengan demikian menurut
Kohnstamm tujuan pendidikan ialah manusia dewasa yang telah memiliki pengetahuan yang
akan menjadi sumber tingkah laku perbuatannya yang bernilai kesusialaan dan yang akan
dipertanggung jawabkan sendiri. Tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Indonesia yaitu
membentuk manusia yang cakap serta warga Negara yang demokratis, yang bertanggung jawab
atas kesejahteran di masyarakat dan tanah air.[13]
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
     Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan
keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi
pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni
perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran.
     Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials)
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang
sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan
untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Materi pembelajaran dipilih
seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.:

 Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama
nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya.
 Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi
dan sebagainya.
 Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep
yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
 Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
 Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja.

Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran :

1. Relevansi atau kesesuaian.

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip
ataupun jenis materi yang lain. Contoh : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
adalah ” Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat” (Sosiologi kelas XI
semester 1). Maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ” Referensi
tentang berbagai fenomena sosial yang mengarah pada timbulnya konflik sosial” (materi
konsep), bukan ” langkah – langkah mengantisipasi dan menanggulangi konflik (materi
prosedur).

2. Konsistensi atau keajegan.

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus
diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial (Sosiologi
kelas X semester 2), maka materi yang diajarkan juga harus meliputi perilaku menyimpang dan
sikap-sikap anti sosial.

3. Adequacy atau kecukupan.

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan
dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Sumber materi pendidikan :

 Buku
 Laporan hasil penelitian.
 Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah).
 Majalah ilmiah.
 Kajian pakar bidang studi.
 Karya professional.
 Buku kurikulum.
 Terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
 Situs-situs internet.
 Multimedia (TV, video, VCD, kaset audio, dsb).
 Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industry, ekonomi).
 Narasumber (orang/manusia).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

1. Alat-alat

Alat-alat pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan didalam
mencapai tujuannya baik berupa benda atau bukan benda.[14]Alat pendidikan dapat
dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :
a. Alat Sebagai Perlengkapan
Alat sebagai perlengkapan ialah alat yang berwujud benda-benda yang nyata atau kongkret yang
dipentingkan dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan ini antara lain :
Buku Teks
Peranan buku-buku teks dalam kepentingan pendidikan sangat besar sekali, sebab anak-anak
bukan hanya dapat mereproduksi ingatan sebagaimana terdapat dalam bentuk penyampaian
secara lisan, tetapi dengan membaca buku-buku teks ini memerlukan kecakapan, menarik
kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang diteliti, membanding-bandingkan dan menilai isi secara
kritis. Buku-buku teks merupakan alat sebagai penjelas bagi pendidik, karena itu harus benar-
benar buku yang terpilih sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan.
Perpustakaan
Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan terhadap buku baik dari anak yang sedang
menuntut ilmu maupun dari siapa saja yang ingin meningkatkan perbendaharaan ilmu
pengetahuannya maka perlulah didirikan perpustakaan.
Adapun bentuk perpustakaan ada yang bersifat umum (perpustakaan umum atau perpustakaan
keliling) dan ada yang bersifat khusus (perpustakaan pribadi, perpustakaan sekolah).
b. Alat Peraga dalam Pendidikan (Audiovisual Aids)
Alat-alat peraga yaitu alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat diamati.
[15] Berapa macam alat peraga :
Auditio Aids : type recorder, radio, televisi, film bicara, alat-alat musik, mikrofon, dan lain-lain.
[16]
Visual Aids : papan tulis, gambar-gambar dan poster, peta dan globe, tamasya atau darmawisata,
gambar film, dan lain-lain.[17]
2. Metode
     Metode pembelajaran merupakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang dilandasi oleh teori : belajar, psikologi, filsafat, sosial dan komunikasi yang
membutuhkan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
     Metode yang dilakukan pendidik antara lain memanfaatkan perilaku peserta didik dalam
pengorganisasian belajar. Strategi lainnya dapat juga dilakukan dengan cara peserta didik secara
alami bermain secara berpasangan atau berkelompok, sehingga perilaku peserta didik tersebut
dapat dimanfaatkan pendidik dalam pengorganisasian pembelajaran di kelas dengan suasana
aktif, kreatif, efektif, menarik dan menyenangkan.
a. Metode Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dimaksudakan dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang dinamis penuh aktifitas, sehingga peserta didik aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya. Belajar merupakan proses aktif dari peserta
didik dalam membangn pengetahuan dan keterampilannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru
agar peserta didik aktif yaitu peserta didik diberi tugas mengamati, membandingkan,
menggambar, dan mendeskripsikan berbagai objek. Dalam hal ini, pendidik mengamati aktivitas
peserta didik, kemudian peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasilnya baik kelompok
maupun individu.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan harus
mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat media belajar yang
sederhana yang memudahkan pemahaman peserta didik.  Kegiatan pembelajaran harus dirancang
oleh guru menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya sikap berfikir kritis dan berimajinasi
sehingga anak menjadi lebih kreatif.  Peserta didik perlu dibekali kemampuan berfikir kritis dan
kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan
masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif membawa pengaruh dan makna tertentu bagi peserta didik. Artinya
pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa selama pembelajaran berlangsung
dapat mewujudkan keterampilan yaitu peserta didik menguasai kompetensi tentang keterampilan
yang diharapkan. Jadi dalam belajar yang efektif dan bermakna, informasi baru diasimilasikan
pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996 : 112). Dengan
demikian strategi yang dilakukan mampu mendorong anak yang memiliki kemampuan lebih
dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan
nyaman. Peserta didik tidak merasa takut dan tertekan serta berani mencoba. Pendidik
menghindari cara-cara intimidasi dalam mengajar, tetapi mengedepankan cara-cara yang
persuasive dan senantiasa member penguatan dengan benar seperti pemberian pujian. Agar
mendapat penghargaan dari pendidik maupun teman-temannya maka hasil pekerjaan peserta
didik sebaiknya di pajang di dinding kelas. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk
menampilkan yang terbaik sehingga menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. [18]
7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkungan pendidikan)
     Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak baik berupa benda-benda,
peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan
pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan
lingkungan di mana anak-anak bergaul sehari-harinya.[19] Bila kita teliti mulai dari masyarakat
dan kebudayaan yang sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan meliputi :

 Keluarga/Informal
 Sekolah/Formal
 Masyarakat/Non Formal

     Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tripusat pendidikan.
Artinya, tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung jawab
pendidikan bagi generasi muda.(Dewantara, 1962).

1. Lembaga pendidikan keluarga

Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang diberikan oleh kedua
orang tua sianak yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang terbentuk
berdasarkan kodrat dan secara suka rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah dari
sepasang suami isteri.[20] Keluarga adalah inti masyarakat. Disinilah anak didik mulai
mengenali kehidupan dan pendidikan. Keadaan anak didik sebelum lahir telah ditentukan oleh
faktor-faktor keturunan atau warisan yang didukung oleh keluarganya, mengenai kejasmanian
dan kerohaniannya, kemudian dengan kelahirannya dimulailah pengaruh-pengaruh luar yang
menghambat ataupun menyuburkan benih-benih yang ada.[21]
Fungsi keluarga yang mesti dipahami oleh setiap anggota keluarga dapat diperincikan sebagai
berikut :
a. Fungsi ekonomis, keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri dan didalamnya berisikan
anggota-anggota keluarga yang mandiri dan ikut mengkonsumsi barang-barang yang
diproduksinya.
b.Fungsi sosial, keluarga memberikan prestise dan status kepada anggota-anggotanya.
c.Fungsi edukatif, memberikan pendidikan kepada anak didik dan remaja yang menjadi tanggung
jawab para orang tua.
d. Fungsi protektif, keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan
psiko-sosial.
e. Fungsi religious, keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada anggota-anggotanya.
f. Fungsi afektif, keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan
Hal-hal Penting Diperhatikan Dalam Keluarga

 Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.


 Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas
kewajiban masing-masing.
 Orang tua dan orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat
dan watak anak-anak.
 Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak
 Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya diluar lingkungan sekolah.

2. Lembaga Pendidikan Sekolah


Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran kegunaannya
untuk pemberian pendidikan kepada masyarakat. Pendidikan formal disekolah merupakan
lanjutan atau pengembangan dari pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua terhadap anak-
anaknya dalam keluarga, hal tersebut timbul karena beberapa faktor antara lain:

 Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, karena tidak semua orang tua memiliki
pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan oleh anak-anaknya.
 Karena kesempatan waktu, karena kesibukan orang tua dengan tanggung jawabnya
yang besar dan banyak, mungkin kesempatan waktu sangat tidak memungkinkan
walaupun pengetahuan orang tuanya memadai.
 Faktor perkembangan anak, yaitu sudah masanya anak harus mendapatkan
pendidikan dan pengajaran disekolah, karena pertumbuhan dan perkembangan secara
jasmani, emosi, dan fikirannya sudah matang untuk menerima semua itu dan sudah
ada kesediaan melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
 Faktor lingkungan yaitu karena kemajuan zaman, orang tua tidak mungkin lagi
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap perkembangan
teknologi yang mengalami kemajuan begitu pesat.

Tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan oleh orang tua, terutama dalam memberi ilmu
pengetahuan dan dengan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dimasukkan anak ke
sekolah.[22]
Sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan adalah:

 Sekolah membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta


menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar
atau tidak dapat diberikan dirumah.
 Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
 Disekolah diberikan pelajaran estetika, keagamaan, etika, membedakan benar atau
salah dan sebagainya.[23]

3. Lembaga Pendidikan Masyarakat


Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat ikut
mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui pengalaman berulang kali
dengan mengalami yang beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka ragam
pula. Pendidikan dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap
pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi yang diletakkan dasar-dasarnya oleh keluarga dan
sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat.
Fungsi masyarakat :

 Mengawasi jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa.


 Menyalurkan aspirasi masyarakat.
 Membantu dan meningkatkan kualitas keluarga.

 
PENUTUP
KESIMPULAN
Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang
kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.
Unsur-unsur  pendidikan meliputi beberapa hal :

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)


2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkugan pendidikan)

Kesemua unsur diatas sangat penting didalam pendidikan. Sebab jika salah satu unsur tidak ada,
maka tidak terjadi pendidikan. Setiap unsur tidak dapat di abaikan dalam proses pendidikan
karena dari satu unsur ke unsur yang lain memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membangun
proses belajar yang efektif. Apabila suatu unsur hilang maka unsur lain tidak dapat berjalan
dengan baik. Setiap unsur membangun unsur yang lainnya. Seperti bangunan yang kokoh dengan
dasar yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

 Bakar, Rosdiana A. Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Citapustaka Media


Perintis.
 Nurgaya Pasya. dan Mahariah. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka
Umum.
 Anshari, M. Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya-Indonesia : Usana Offset
Pringting.
 Soemanto, Wasty dan Hendyat Soetopo. Dasar dan Teori Pendidikan
Dunia Tantangan bagi Para Pemimpin Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
 Brubacher, John S.1 947. A History of The Problems of Education, New York :
McGraw-Hill Book Company.
 Syaifullah, Ali. 1982. Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya : Usaha
Nasional.
 Nasution, S. Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta : PT Bumi Aksara.
 Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan, Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting.
 Nasution, S. 1994. Teknologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
 Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung-
Indonesia : Alfabeta.
 Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta : Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai