Anda di halaman 1dari 94

Topik 1.

Kontrak Kuliah dan Konsep Dasar Psikologi Pendidikan

Pengertian Psikologi dan Objek Psikologi

A. Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli

 James: Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan
kondisi-kondisinya.
 Watson: Psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia,
perbuatan dan ucapan baiknya yang dipelajari maupun tidak, sebagai pokok
masalah.
 Woodworth & Marquis: Psikologi merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu
(meliputi perilaku motorik, kognitif dan emosi).

B. Objek Psikologi

1. Objek Material: Objek yang bersifat umum dilihat dari wujudnya. Objek material dari
Psikologi yaitu Manusia.
2. Objek Formal:  Objek yang bersifat spesifik.  Objek formal dari Psikologi yaitu
Perilaku Manusia dan  hal yang berkaitan.

Pengertian, Tujuan dan Jenis Pendidikan


 Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang individu.
 Tidak ada satupun individu yang lahir tanpa di didik, baik itu disuatu instansi, rumah
atau suatu komunitas.
 Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang
mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya
hal yang menentukan keberhasilan tersebut.

A. Pengertian Pendidikan Menurut Beberapa Ahli

 Crow & Crow: Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan berkembang.
 Dewey: Pendidikan adalah suatu proses pengalaman setiap manusia menempuh
kehidupan  baik fisik maupun rohani.
 Good: Pendidikan adalah sebuah upaya untuk mengembangkan kecakapan individu,
baik secara sikap maupun perilaku dalam bermasyarakat.
 Langeveld: Pendidikan adalah upaya untuk membantu peserta didik agar mereka
mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggungjawab.

B. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung
jawab.

C. Jenis Pendidikan

Jenis Pendidikan ada tiga yaitu:

1. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.  Contoh: Taman
Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Peguruan Tinggi
meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

2. Pendidikan NonFormal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat


dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan nonformal disediakan
bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan pada
jenjang tertentu dalam pendidikan formal. Contoh: Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), Lembaga Kursus, Sanggar, Lembaga Pelatihan, Kelompok Belajar,
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Majelis Taklim

3. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan yang berasal dari lingkungan dimana


peserta didik dapat belajar secara mandiri dan keluarga/dari didikan kedua orang tua kita,
yang pengaplikasiannya kita ikutkan pada pendidikan formal maupun non formal. Contoh:
Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun, Moral

Pentingnya Psikologi dalam Pendidikan

 Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang individu.
 Tidak ada satupun individu yang lahir tanpa di didik, baik itu disuatu instansi, rumah
atau suatu komunitas.
 Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang
mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya
hal yang menentukan keberhasilan tersebut.

Pengertian Psikologi Pendidikan dan Latar Belakang Historis Psikologi


Pendidikan
A. Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Beberapa Ahli

 Elliot: Psikologi pendidikan adalah penerapan teori-teori psikologi untuk mempelajari


perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam
dunia pendidikan.
 Santrock: Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam
lingkungan pendidikan.
 Wherington: Psikologi pendidikan berfungsi sebagai studi sistematis tentang proses-
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

B. Latar Belakang Historis Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis di bidang psikologi sebelum awal


abad ke-20. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi
pendidikan yaitu:

1. William James (1842-1910), James menegaskan pentingnya mempelajari proses


belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas
tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas
cakrwala  pemikiran anak.
2. John Dewey (1859-1952), John Dewey menjadi motor penggerak untuk
mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Dewey mengemukakan ide penting
terkait pendidikan yaitu: (a) Anak sebagai pembelajar aktif (active learner). Dewey
percaya bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif; (b) Pendidikan
seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya; (c) Semua anak berhak mendapat
pendidikan yang selayaknya
3. E.L Thorndike (1874-1949), Perintis ketiga adalah Thorndike, yang memberi banyak
perhatian pada penilaian dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara
ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang
paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak.

Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Pada garis besarnya ruang lingkup psikologi pendidikan  meliputi studi pembahasan
tentang:

 Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh


terhadap belajar
 Sifat –sifat dari proses belajar
 Hubungan antara tingkat kematangan dengan  kesiapan belajar
 Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam kecepatan
dan keterbatasan belajar
 Perubahan –perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
 Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil dari belajar
 Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar
 Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-
pengalaman belajar  dan pendidikan informal terhadap suatu individu
 Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah
 Akibat/pengaruh psikologis yang ditimbulkan dari kondisi-kondisi sosiologis sikap
para siswa

Metode Riset yang Digunakan dalam Psikologi Pendidikan

Tidak ada hanya satu pendekatan terbaik atau yang paling bermanfaat terhadap riset; setiap
metode dapat bermanfaat jika diterapkan pada beberapa pertanyaan yang benar. Metode
utama yang digunakan peneliti pendidikan untuk mempelajari sekolah, guru, siswa dan
pengajaran adalah eksperimen, studi korelasi dan riset deskriptif.

 Metode Eksperimen: merupakan metode yang digunakan untuk menguji pengaruh


suatu perlakuan. Dalam eskperimen, peneliti dapat menciptakan perlakuan khusus
dan menganalisis dampaknya. Beberapa metode eksperimen yang ada antara lain:
eksperimen laboratorium, eksperimen lapangan acak dan eksperimen kasus tunggal.
 Studi Korelasi: Metode ini yang paling sering digunakan dalam psikologi
pendidikan. Studi korelasi merupakan riset tentang hubungan antara variabel-
variabel ketika hubungan itu terjadi secara alami. Dalam riset korelasi, peneliti
mempelajari variabel-variabel sebagaimana adanya untuk melihat apakah semuanya
berkaitan. Variabel dapat berkorelasi positif, berkorelasi negatif atau tidak
berkorelasi.
 Riset Deskriptif: merupakan studi riset yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan
mengumpulkan informasi yang rinci tentang sesuatu yang menarik. Salah satu tipe
riset deskripif (decriptive research) adalah survei dan wawancara. Tipe lain, yang
disebut etnografi, melibatkan pengamatan terhadap lingkungan sosial (seperti ruang
kelas atau sekolah) dalam jangka waktu yang lama. Riset tindakan (action research)
merupakan bentuk khusus riset deskriptif yang dilangsungkan oleh pendidik di
ruang kelas atau sekolahnya sendiri. Di Indonesia, riset ini dikenal sebagai Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dalam riset tindakan, guru atau kepala sekolah dapat mencoba
metode pengajaran atau strategi organisasi sekolah yang baru, mengumpulkan
informasi tentang cara kerja metode atau strategi itu, dan menyampaikan informasi
ini kepada orang lain.

Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan

1. Kontribusi bagi Proses Pendidikan

 Memberi dasar bagi penyusuan kurikulum


 Membantu dalam pengelolaan kelas
 Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
 Membantu terhadap produksi buku pelajaran

2. Kontribusi bagi Peserta Didik

 Mengerti hakekat belajar


 Pendidikan yg lebih kooperatif dan demokratif bagi Siswa
 Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan intra/ekstra kurikuler

3. Kontribusi bagi Pendidik

 Pendidik lebih memahami proses perkembangan siswa


 Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu
 Memahami permasalahan anak didik
 Mengetahui metode mengajar yang efektif
 Membantu dalam mengambil keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar
 Membantu dalam evaluasi belajar
 Meningkatkan kemampuan meneliti
 Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak khusus

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-
kondisinya. Objek Psikologi yaitu objek material dan formal
 Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang
individu. Tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara
yang demokratis juga bertanggung jawab. Jenis Pendidikan ada tiga yaitu
pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal
 Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang
mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya
hal yang menentukan keberhasilan tersebut
 Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan
pendidikan. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi
pendidikan yaitu Willian James, John Dewey dan E.L Thorndike
 Pada garis besarnya ruang lingkup psikologi pendidikan  meliputi studi pembahasan
tentang semua hal yang berkaitan dengan belajar
 Metode utama yang digunakan peneliti pendidikan untuk mempelajari sekolah, guru,
siswa dan pengajaran adalah eksperimen, studi korelasi dan riset deskriptif

Pandangan Piaget tentang Perkembangan Kognisi

 Piaget mempelajari mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-


kelamaan.
 Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak
terhadap dan interaksi aktifnya dengan lingkungan.
 Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan.
 Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan/kemampuan
kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas.
 Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan dan cara mengolah
informasi yang baru.
Konsep-Konsep dalam Perkembangan Kognisi menurut Piaget

 Skema:  Pola mental yang menuntun perilaku


 Adaptasi: Proses menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan melalui
asimilasi dan akomodasi
 Asimilasi: Proses memahami objek atau peristiwa baru berdasarkan skema yg telah
ada
 Akomodasi: Mengubah skema yg telah ada agar sesuai dengan situasi baru
 Ekuilibrasi: Proses memulihkan keseimbangan antara pemahaman sekarang dan
pengalaman baru

Tahap-Tahap Perkembangan Kognisi menurut Piaget

1. Tahap Sensorimotor (saat lahir hingga usia 2 tahun) 

Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot)
mereka (menggapai, menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi memperlihatkan tak lebih dari
pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukkan
pola sensorimotor yang lebih kompleks.

Piaget percaya bahwa pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah object permanence.
Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan
kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh. Pencapaian kedua adalah realisasi
bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara diri dan lingkungan sekitar.Menjelang
akhir periode sensorimotor anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia di sekitarnya
bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.

2. Tahap Pra-Operasional (usia 2 hingga 7 tahun)

Tahap ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor
tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun tahap ini lebih bersifat egosentris
dan intuitif ketimbang logis. Pemikiran Pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua
subtahap yaitu:

 Subtahap Fungsi Simbolis

Terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara
mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Penggunaan bahasa yang mulai
berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran
simbolis dalam subtahap ini. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil,
awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Meskipun anak kecil membuat kemajuan di
subtahap ini, pemikiran pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan yakni
egosentrisme dan animisme.

 Subtahap Pemikiran Intuitif

Subtahap ini dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai usia tujuh tahun.
Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu semua
jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-
anak tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak
menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang ingin mereka ketahui.

3. Tahap Operasional Konkret (usia 7 hingga 11/12 tahun)


Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika
menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk
menggolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem
abstrak. Pada level operasional konkret anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu
yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan
operasi konkret ini.

4. Tahap Operasional Formal (usia 11/12 tahun hingga dewasa)

Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret,
dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran
formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Saat remaja berpikir secara lebih
abstrak dan idealis, pada saat yang sama mereka juga mulai berpikir secara lebih logis.
Mereka menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji
solusinya.

Perkiraan
Tahap Pencapaian
Usia
Bayi membangun pemahaman dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indrawi dan tindakan fisik.
Sensorimotor 0-2 thn Bayi melangkah maju dari tindakan instingtual dan reflesif
saat baru saja lahir ke pemikiran simbolis menjelang akhir
tahap ini.
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan
gambar. Kata dan gambar ini merefleksikan peningkatan
Praoperasional 2-7 thn
pemikiran simbolis dan melampaui koneksi informasi
indrawi dan tindakan fisik.
Anak kini bisa bernalar secara logis tentang kejadian-
Operasional
7-11 thn kejadian konkret dan mampu mengklasifikasikan objek ke
Konkret
dalam kelompok yang berbeda.
Operasional 11 thn- Remaja berpikir secara lebih abstrak, idealistis, dan logis.
Formal dewasa
Implikasi Teori Piaget terhadap Pendidikan

Implikasi pengajaran utama yang diambil dari Piaget adalah sebagai berikut:

1. Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan hanya hasilnya.


2. Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran berdasar keterlibatan aktif yang
diprakarsai sendiri oleh siswa.

3. Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa berpikir seperti orang
dewasa.

4. Penerimaan atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing orang.

Pandangan Vygotsky tentang Perkembangan Kognisi

 Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama, dia berpendapat
bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya berdasar konteks historis
dan budaya yg dialami anak-anak.
 Kedua, dia percaya bahwa perkembangan bergantung pada sistem tanda yg ada
bersama masing-masing orang ketika mereka bertumbuh. Sistem tanda merupakan
simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah, misalnya bahasa, sistem penulisan, sistem
berhitung pada suatu budaya.
 Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan
masukan orang lain.
 Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran
dan informasi dari orang lain.
 Perkembangan melibatkan penghayatan anak terhadap tanda-tanda ini sehingga
sanggup berpikir & memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini
disebut pengaturan diri (self regulation).

Istilah dalam Perkembangan Kognisi menurut Vygotsky

1. Percakapan Pribadi

 Percakapan pribadi (private speech) adalah mekanisme yang ditekankan Vygotsky


untuk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi.
  Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak menyerap percakapan orang lain dan
kemudian menggunakan percakapan itu untuk membantu diri sendiri memecahkan
masalah.
 Percakapan pribadi mudah dilihat pada diri anak-anak kecil yang sering berbicara
dengan diri sendiri, khususnya ketika dihadapkan dengan tugas yang sulit.
 Anak-anak yang melakukan banyak penggunaan percakapan pribadi memelajari
tugas yang rumit dengan lebih efektif daripada anak-anak lain.

2. Zona Perkembangan Proksimal

 Sumbangan terpenting teori Vygotsky ialah penekanan pada hakikat pembelajaran


sosiobudaya.
 Vygotsky percaya bahwa pembelajaran terjadi ketika anak-anak berkerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development; proximal=berikutnya)
mereka. Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan diri seseorang
yg langsung di atas tingkat sekarang.
 Tugas dalam zona perkembangan proksimal adalah sesuatu yang masih belum dapat
dikerjakan seorang anak sendirian tetapi benar-benar dapat dikerjakan dengan
bantuan teman yang lebih kompeten atau orang dewasa.

3. Pentanggan (scaffolding)

 Gagasan kunci yang berasal dari pendapat Vygotsky tentang pembelajaran sosial
adalah pentanggan (scaffolding).
 Pentanggan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi dukungan dan meminta
anak tersebut memikul tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup.
 Orang tua menggunakan pentanggan ketika mereka mengajari anak mereka
menggunakan permainan baru/ketika mengikat tali sepatunya.
 Konsep terkait adalah pemagangan kognisi yang menjelasakan keseluruhan proses
pencontohan, pembimbingan, petanggaan dan evaluasi yang lazim setiap kali
berlangsung pengajaran perorangan.

Penerapan Teori Vygotsky ke dalam Pengajaran

Teori Vygotsky mempunyai dua implikasi utama.

1. Keinginan menyusun rencana pembelajaran kooperatif di antara kelompok-kelompok


siswa yg mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.

2. Pendekatan pengajaran Vygotsky menekankan pentanggaan, dengan siswa yg memikul


makin banyak tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Penerapan Teori Vygotsky di Ruang Kelas

Guru dapat menggunakan informasi tentang zona perkembangan proksimal Vygotsky


ketika mengorganisasikan kegiatan di ruang kelas dengan cara berikut:

1. Pengajaran dapat direncanakan agar dapat menyediakan praktik dalam zona


perkembangan proksimal bagi masing-masing anak atau kelompok anak. Misalnya, isyarat
dan bisikan yang membantu anak selama pra-penilaian dapat menjadi dasar bagi kegiatan
pengajaran.

2. Kegiatan pembelajaran kooperatif dapat direncanakan bersama kelompok-kelompok


anak pada tingkat yang berbeda yang dapat membantu belajar satu sama lain.

3. Pentanggaan menyediakan isyarat dan bisikan pada tingkat yang berbeda. Dalam
pentanggaan, orang dewasa tidak menyederhanakan tugas, melainkan peran belajar
disederhanakan “melalui campur tangan gurunya secara bertahap”.

 Pandangan Erikson tentang Perkembangan Psikososial

 Ketika anak-anak mengingat kemampuan kognisinya, mereka juga mengembangkan


konsep diri, cara berinteraksi dengan org lain dan sikap terhadap dunia ini.
 Pemahaman tentang perkembangan pribadi dan sosial sangat berperan penting bagi
kemampuan guru memotivasi, mengajar dan berhasil berinteraksi dengan siswa
dalam berbagai usia.

Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial menurut Erikson

Erikson mempunyai hipotesis bahwa orang melewati delapan tahap psikososial sepanjang
hidupnya. Pada masing-masing tahap terdapat krisis atau masalah krisis yang harus diatasi.
Kebanyakan orang mengatasi masing-masing krisis psikososial itu dengan memuaskan dan
kemudian meninggalkannya untuk menghadapi tantangan baru.
1. Tahap I: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan

Tahap ini terjadi pada masa bayi. Perkembangan kepercayaan (trust) membutuhkan
pengasuhan yang hangat dan bersahabat. Hasil positifnya adalah rasa nyaman dan
berkurangnya ketakutan sampai pada titik minimal. Ketidakpercayaan akan tumbuh jika bayi
diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan.

2. Tahap II: Otonomi vs Rasa Malu dan  Keraguan

Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir (late infancy) dan masa belajar berjalan (toddler).
Setelah mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya
adalah tindakan sendiri. Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan
mengembangkan rasa malu dan ragu.

3. Tahap III: Inisiatif vs Rasa Bersalah

Tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal/prasekolah, sekitar usia tiga hingga
lima tahun. Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka mendapat lebih
banyak banyak tantangan ketimbang saat bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka
harus aktif dan tindakannya mempunyai tujuan. Dalam tahap ini, orang dewasa berharap
anak menjadi lebih bertanggung jawab untuk menjaga tubuh dan milik mereka.
Memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak mengembangkan rasa
bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau mereka terlalu cemas.

4. Tahap IV: Industri/Mampu vs Inferioritas

Tahap ini terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar, dari usia enam tahun hingga usia puber
atau remaja awal. Insiatif anak memmbuat mereka berhubungan dengan banyak energinya
untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa kanak-kanak akhir
adalah masa di mana anak paling bersemangat untuk belajar, saat imajinasi mereka
berkembang. Bahaya di masa sekolah dasar ini adalah munculnya perasaan rendah diri
(inferioritas), ketidakprotifan dan inkompetensi.

5. Tahap V: Identitas vs Kebingungan Peran

Tahap ini terjadi di masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu jati dirinya, apa
makna dirinya dan ke mana mereka akan menuju. Mereka berhadapan dengan banyak
peranbaru dan status dewasa (seperti pekerjaan dan pacaran). Remaja perlu diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya.
Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang jalan
ke masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri mereka.

6. Tahap VI: Keintiman vs Keterasingan

Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah membentuk
hubungan yang positif dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan intimasi sebagai
penemuan diri sendiri tetapi kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Bahaya pada tahap
ini adalah orang bisa gagal membangun hubungan dekat dengan pacar atau kawannya dan
terisolasi secara sosial. Bagi individu seperti ini, kesepian bisa membayangi seluruh hidup
mereka.

7. Tahap VII: Generativitas vs Stagnasi

Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan, sekitar usia 40-an dan 50-an.
Generativitas berarti mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi selanjutnya. Ini
bisa berkaitan dengan peran seperti parenting dan pengajaran. Melalui peran itu orang
dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup yang berguna.
Erikson mendeskripsikan stagnasi sebagai perasaan tidak bisa melakukan apa-apa untuk
membantu generasi selanjutnya.

8. Tahap VIII: Integritas vs Keputusasaan

Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir, sekitar usia 60-an sampai meninggal.
Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah mereka lakukan.
Jika evaluasi retrospektif ini positif, mereka akan mengembangan rasa integritas. Yakni,
mereka memandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh dan positif dan layak dijalani.
Sebaliknya orang tua akan putus asa jika renungan mereka kebanyakan negatif.

Teori Piaget tentang Perkembangan Moral

 Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognisi berkembang lebih dulu
 Kemampuan kognisi menentukan kemampuan anak-anak bernalar tentang situasi
sosial
 Mengenai kemampuan kognisi, Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral
berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi, dalam hal ini dari tipe
penalaran moral yang sangat egosentris ke tipe penalaran moral yang didasarkan
pada sistem keadilan berdasarkan kerja sama dan tindakan timbal balik
 Untuk memahami penalaran moral anak-anak, Piaget mengamati anak-anak dalam
bermain gundu

    

Tahap-Tahap Perkembangan Moral Piaget

1.  Heteronomous Morality

Heteronomous Morality adalah tahap perkembangan moral pertama menurut Piaget. Tahap


ini berlangsung dari kira-kira usia empat sampai tujuh tahun. Pada tahap ini, keadilan dan
aturan diangap sebagai bagian dari dunia yang tak bisa diubah, tidak dikontrol oleh orang.
Pemikir heteronomous juga percaya pada keadilan yang imanen (selalu ada), yakni konsep
bahwa jika satu aturan dilanggar maka hukuman akan segera dijatuhkan anak. Anak kecil
percaya bahwa pelanggaran secara otomatis akan menyebabkan jatuhnya hukuman.

2.  Autonomous Morality

Autonomous Morality adalah tahap perkembangan moral yang tercapai pada usia 10 tahun
atau lebih. Pada tahap ini, anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan
manusia dan bahwa dalam menilai suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya harus
dipikirkan.
Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral

 Teori Kohlberg tentang penalaran moral adalah penjabaran dan perbaikan teori
Piaget
 Sama seperti Piaget, Kohlberg mempelajari cara anak-anak (dan orang dewasa)
bernalar tentang aturan yang mengatur perilaku mereka dalam situasi tertentu
 Kohlberg tidak mempelajari permainan anak-anak, tetapi lebih menyelidiki
tanggapan mereka terhadap beberapa situasi terstruktur atau dilema moral

Tahap-Tahap Perkembangan Moral Kohlberg

Kohlberg berpendapat bahwa orang melewati rangkaian enam tahap penilaian atau
penalaran moral yaitu:

1. Tingkat Prakonvesional

Tingkat ini merupakan tingkat terbawah dari perkembangan moral, dimana pada level ini
anak tidak menunjukkan internalisasi nilai moral dan penalaran moralnya dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman dari luar.

Rentang Umur Tahapan Sifat Penalaran Moral


Terlihat pada Tahap 1: Orang membuat keputusan berdasarkan pada
anak-anak Menghindari apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri,
prasekolah, hukuman dan tanpa memperhatikan kebutuhan atau
sebagian besar ketidakpatuhan perasaan orang lain. Mereka mematuhi aturan
siswa sekolah hanya jika ditetapkan oleh individu yang lebih
dasar, beberapa kuat; mereka mungkin tidak patuh jika mereka
siswa sekolah tidak akan tertangkap. Perilaku “salah” adalah
menengah perilaku yang akan dihukum.
Orang-orang menyadari bahwa orang lain juga
memiliki kebutuhan. Mereka mungkin
Tahap 2:
pertama dan mencoba memenuhi kebutuhan orang lain jika
Pertukaran
sedikit siswa mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka
bantuan
sekolah sendiri pada saat yang sama. Mereka terus
menengah atas mendefinisikan benar dan salah terutama
 
dalam hal konsekuensi terhadap diri mereka
sendiri.

2. Tingkat Konvensional

Tingkat ini merupakan tingkat pertengahan dari perkembangan moral, dimana pada tahap
ini internalisasi masih setengah-setengah, dalam arti bahwa individu mematuhi standar
tertentu (internal) tetapi standar ini pada dasarnya adalah standar dari orang lain (eksternal).

Rentang Umur Tahapan Sifat Penalaran Moral


Terlihat pada Orang membuat keputusan berdasarkan
sedikit siswa tindakan apa yang akan menyenangkan orang
sekolah dasar lain, terutama tokoh otoritas (misalnya, guru,
yang lebih tua, Tahap 3: Anak teman sebaya). Mereka peduli tentang
beberapa siswa Baik menjaga hubungan melalui berbagi,
sekolah kepercayaan, dan kesetiaan serta mereka
menengah mempertimbangkan perspektif dan niat orang
pertama, dan lain saat membuat keputusan
banyak siswa Orang-orang memandang masyarakat sebagai
sekolah pedoman menyeluruh tentang benar dan salah.
menengah atas. Mereka tahu bahwa aturan diperlukan untuk
(Tahap 4 menjaga kehidupan masyarakat berjalan
biasanya tidak dengan lancar dan percaya bahwa itu adalah
muncul Tahap 4: Hukum tugas mereka untuk mematuhi aturan. Namun,
sebelum dan ketertiban mereka menganggap aturan tidak fleksibel;
sekolah mereka tidak selalu perlu menyadari bahwa
menengah ketika masyarakat membutuhkan perubahan,
atas). peraturan juga harus berubah.

 
 
3. Tingkat Pascakonvensional

Tingkat ini merupakan tingkat tertinggi dalam perkembangan moral, dimana pada level ini
perkembangan moral telah diinternalisasikan dan penalaran moral telah muncul.

Rentang Umur Tahapan Sifat Penalaran Moral


Orang-orang mengakui bahwa aturan
mewakili kesepakatan di antara banyak
individu tentang perilaku yang sesuai. Aturan
dipandang sebagai mekanisme yang berguna
untuk menjaga ketertiban sosial dan
Tahap 5:
melindungi hak-hak individu, bukan sebagai
Kontrak Sosial
perintah mutlak yang harus dipatuhi hanya
karena itu adalah hukum. Orang orang juga
Jarang terlihat mengakui fleksibilitas aturan; aturan yang
sebelum usia tidak lagi melayani kepentingan terbaik
kuliah (Tahap 6 masyarakat dapat dan harus diubah.
sangat jarang Tahap 6 adalah tahap hipoteis, ideal, yang
bahkan di masa hanya sedikit orang yang bisa mencapainya.
dewasa) Orang-orang dalam tahap ini mematuhi
beberapa prinsip abstrak dan universal
Tahap 6: (misalnya, kesetaraan semua orang,
Prinsip-Prinsip penghormatan terhadap martabat manusia,
Etis Universal komitmen terhadap keadilan) yang melampaui
norma dan aturan tertentu. Mereka mengikuti
panggilan hati nurani yang kuat dan dengan
sukarela melannggar hukum yang melanggar
prinsip etis mereka sendiri.
 

Menumbuhkan Perkembangan Moral

1. Tingkat Global-Pendekatan Seluruh Distrik

 Melembagakan pendekatan pembangunan karakter secara global dan inklusif


dengan masukan dari guru, pengurus,orang tua dan  pada tingkat yang lebih tinggi
bahkan siswa.
 Pada tingkat SD, siswa menerima panduan dan diajak membahas pelanggaran dan
konsekuensinya.
 Pada tingkat SMP dan SMA, siswa lebih dilibatkan ke dalam penciptaan dan 
pemeliharaan panduan dan bahkan memainkan peran penting dalam mengambil
keputusan di sekitar pelanggaran panduan.

2. Tingkat Lokal-Pengajaran di Ruang Kelas

 Guru dapat memilih untuk memanfaatkan keingintahuan alami siswa dan dapat
mengajarkan nilai dan pengambilan keputusan melalui diskusi.

3. Tingkat Individu-Manajemen Konflik

 Keluarga menginkan sekolah memberi siswa sarana yang perlu untuk menangani
konflik serius tanpa kekerasan dan guru  serta pengurus mengevaluasi atau
memprakarsai program penyelesaian konflik di banyak sekolah.

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Konsep-Konsep dalam Perkembangan Kognisi menurut Piaget yaitu skema, adaptasi,


asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan
bahwa kecerdasan/kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat
tahap yang jelas yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret dan
operasional formal
 Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan
masukan orang lain. Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda
melalui pengajaran dan informasi dari orang lain
 Erikson mempunyai hipotesis bahwa orang melewati delapan tahap psikososial
sepanjang hidupnya. Pada masing-masing tahap terdapat krisis atau masalah krisis
yang harus diatasi
 Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral berlangsung dalam tahap-tahap
yang dapat diprediksi. Tahap-tahap perkembangan moral Piaget yaitu Heteronomous
Morality  dan Autonomous Morality
 Tahap-tahap perkembangan moral Kohlberg yaitu tingkat prakonvensional, tingkat
konvensional, tingkat pascakonvensional

Topik 3. Perkembangan selama Masa Anak-Anak dan Remaja


Perkembangan Anak selama Masa Prasekolah

 Anak-anak dapat disebut usia prasekolah ketika mereka berumur antara 3 dan 5


tahun. Ini adalah masa perubahan pesat dalam semua bidang perkembangan.
  Anak-anak menguasai kebanyakan kemampuan motorik pada akhir periode ini dan
dapat menggunakan kemampuan fisiknya untuk mencapai berbagai jenis tujuan.
 Secara kognisi,mereka mulai mengembangkan pemahaman tentang kelompok dan
hubungan serta menyerap banyak informasi tentang dunia sosial dan fisik mereka.

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik menjelaskan perubahan penampilan fisik anak-anak dan juga


kemampuan motoriknya.Pencapaian fisik utama bagi anak-anak prasekolah adalah
peningkatan pengendalian terhadap otot-otot besar dan kecil. Perkembangan otot kecil
atau kegiatan motor halus terkait dengan gerakan yang memerlukan ketepatan dan
kecekatan, seperti mengancing kemeja atau menutup resleting jaket. Perkembangan otot
besar atau kegiatan motor kasar melibatkan gerakan seperti berjalan dan berlari.

Pada akhir periode prasekolah, kebanyakan anak dengan mudah dapat melakukan tugas-
tugas untuk diri sendiri, seperti memasang ikat pinggang, mengancing pakaian dan
menutup resleting. Mereka dapat naik dan turun tangga  dengan kaki yang saling
bergantian. Mereka dapat melakukan kegiatan motor halus seperti memotong dengan
gunting dan menggunakan krayon untuk mewarnai daerah yang sudah ditentukan
sebelumnya. Mereka juga mulai belajar menulis huruf dan kata.

Perkembangan Motorik Anak-Anak Prasekolah


Usia Kemampuan
2 tahun Berjalan dengan kaki mengangkang dan tubuh berayun.
Dapat memanjat, mendorong, menarik, berlari, bergantung dengan kedua
tangan.

Mempunyai sedikit daya tahan.

Meraih benda dengan kedua tangan.


Lebih merapatkan kedua kaki ketika berjalan dan berlari.

Dapat berlari dan bergerak lebih mulus.


3 tahun
Meraih benda dengan satu tangan.

Melumuri dan megoleskan cat; menyusun balok.


Dapat mengubah irama berlari.

Melompat dengan janggal;melompat.


4 tahun
Mempunyai kekuatan, daya tahan dan koordinasi yang lebih besar.

Menggambar bangun dan bentuk sederhana; membuat lukisan;


menggunakan balok untuk bangunan.
Dapat berjalan di balok keseimbangan.

Melompa dengan mulus; berdiri pada satu kaki.


5 tahun
Dapat mengurus kancing dan resleting; dapat mengikat tali sepatu.

Menggunakan perkakas dan alat dengan benar.


  

  

2. Perkembangan Kognisi

a. Penguasaan Bahasa

Anak-anak lazimnya mengembangkan kemampuan bahasa dasar sebelum masuk sekolah.


Perkembangan bahasa melibatkan komunikasi lisan maupun tertulis. Kemampuan verbal
berkembang sangat dini dan pada usia 3 tahun, anak-anak sudah menjadi pembicara yang
terampil. Selama masa prasekolah, perbendaharaan kata anak-anak bertambah, bersama
pengetahuan mereka tentang aturan bahasa lisan. Pada waktu mereka mulai sekolah, anak-
anak telah menguasai kebanyakan aturan gramatika bahasa dan perbendaharaan kata
mereka terdiri atas ribuan kata.
b. Bahasa Lisan

Perkembangan bahasa lisan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas pembicaraan yang
dilakukan orang tua dengan anak-anak mereka. Orang tua kelas menengah berbicara jauh
lebih banyak kepada anak mereka daripada orang tua kelas pekerja, dan anak-anak mereka
mempunyai jumlah perbendaharaan kata yang sangat berbeda. Anak-anak dengan orang
tua yang berpenghasilan rendah yang banyak berbicara kepada anak-anak mereka juga
mempunyai perbendaharaan kata yang banyak.

c. Membaca

Banyak anak prasekolah dapat membaca buku dari awal hingga akhir dengan menafsirkan
gambar-gambar pada masing-masing halaman. Mereka mengerti tentang alur cerita dan
sering dapat memperkirakan apa yang akan terjadi berikutnya ke dalam cerita yang
sederhana. Mereka dapat mengenali logo pada toko dan produk yang udah tidak asing lagi.
Anak-anak mempunyai kemampuan bahasa yang rumit yang sangat berperan penting
dalam membaca.

d. Menulis

Kemampuan menulis anak-anak mengikuti urutan perkembangan.  Kemampuan ini muncul


dari coretan sebelumnya dan pada awalnya tersebar di seluruh bagian halaman.
Karakteristik ini menunjukkan bahwa pemahaman yang tidak lengkap tentang batas-batas
kata dan juga ketidakmampuan menciptakan baris kedalam pikian untuk menempatkan
huruf. Anak-anak menemukan ejaan dengan melakukan penilaian tentang bunyi dan
menghubungkan bunyi yang mereka dengar dengan huruf yang mereka kenal.

 3. Perkembangan Sosioemosi

Hubungan perkembangan sosioemosi pada tahap prasekolah yaitu:

a. Hubungan dengan Teman Sebaya

Teman sebaya adalah anak-anak yang lain yang mempunyai usia yang hampir ataupun
sama dengan seorang anak. Teman sebaya mulai memainkan peran yang penting dalam
perkembangan dan kognisi anak-anak. Konflik dengan teman sebaya juga memungkinkan
anak-anak melihat bahwa orang lain mempunyai pemikiran,perasaan,dan sudut pandang
yang  berbeda dari mereka sendiri. Konflik juga mempertinggi kepekaan anak-anak
mengenai akibat perilaku terhadap orang-orang lain.

b. Perilaku Prososial

Perilaku prososial adalah tindakan sukarela terhadap orang lain seperti kepedulian, saling
berbagi, penghiburan, dan kerja sama. Perilaku ini meliputi hal-hal berikut:

 Teknik disipliner orang tua yang menekankan konsekuensi perilaku anak bagi orang
lain dan yang diberlakukan ke dalam hubungan orang tua-anak yang hangat dan
responsif.
 Kontak dengan orang dewasa yang menunjukkan bahwa mereka mengharapkan
perhatian terhadap orang lain, yang memungkinkan anak-anak mengetahui bahwa
penyelesaian agresif atas persoalan tidak dapat diterima dan yang menyediakan
alternatif yang dapat diterima.
 Kontak dengan orang dewasa yang menghubungan karakteristik yang positif ke
anak-anak ketika mereka berperilaku baik.

c. Permainan

Kebanyakan interaksi anak-anak prasekolah dengan teman sebaya terjadi selama


permainan. Namun, kadar permainan yang melibatkan anak-anak lain meningkat selama
masa prasekolah. Permainan berperan penting bagi anak-anak karena hal itu melatih
kemampuan bahasa, kognisi, dan sosial mereka dan memberi andil bagi perkembangan
kepribadian umum mereka. Permainan juga di kaitkan dengan kreativitas, khususnya
kemampuan untuk berpikir yang tidak begitu kaku dan lebih fleksibel.

Jenis Program Pendidikan Anak Usia Dini


Anak-anak mengawali sekolah formal mereka pada usia kira-kira 6 tahun, waktu ketika
mereka biasanya telah memperoleh kemampuan kognisi dan sosial yang mereka butuhkan
untuk kegiatan belajar terorganisir.

1. Program Penitipan Anak

Program penitipan anak eksis terutama untuk menyediakan layanan pengasuhan anak bagi
orang tua yang bekerja. Program tersebut berkisar mulai dari pengasuhan bayi di mana
seorang dewasa merawat beberapa anak hingga program prasekolah yang terorganisir.

2. Prasekolah

Perbedaan utama antara program penitipan anak dan prasekolah adalah bahwa prasekolah
lebih mungkin menyediakan program terencana yang dirancang untuk menumbuhkan
perkembangan sosial dan kognisi anak-anak kecil, dimana  fokus utama pendidikan
prasekolah adalah pelatihan kesiapan. Kebanyakan prasekolah adalah program setengah
hari, dengan dua atau tiga orang dewasa yang mengawasi satu kelas yang terdiri atas 15
hingga 20 anak.

3. Program Prasekolah Kompensasi

Program prasekolah kompensasi merupakan program yang dirancang menyiapkan anak-


anak-anak yang kurang beruntung guna memasuki taman kanak-kanak dan kelas satu.

4. Intervensi Dini

Banyak peneliti percaya bahwa intervensi lebih dini perlu bagi anak-anak yang berisiko
terbesar gagal sekolah. Banyak program intervensi dini telah dikembangkan untuk dimulai
pada anak-anak sejak usia 6 bulan. Salah satunya adalah program di pemukiman tengah
kota Milwaukee bagi anak-anak yang ibunya mengalami keterlambatan mental.

5. Program Taman Kanak-Kanak

Kebanyakan siswa mengikuti taman kanak-kanak setahun sebelum mereka masuk kelas
satu. Tujuan semula taman kanak-kanak ialah menyiapkan siswa mengikuti pengajaran
formal dengan mendorong perkembangan kemampuan sosial mereka, tetapi pada tahun-
tahun belakangan ini fungsi tersebut telah makin diambil alih program prasekolah. Taman
kanak-kanak telah makin banyak berfokus pada masalah akademis, dengan menekankan
kemampuan dini membaca dan matematika dan juga perilaku yang pantas di sekolah.
6. Praktik yang Sesuai dengan Perkembangan

Konsep yang akhirnya makin dianggap penting dalam pendidikan masa anak-anak awal
adalah praktik yang sesuai dengan perkembangan. Ini adalah pengajaran yang didasarkan
pada karakteristik dan kebutuhan masing-masing siswa, bukan usia mereka. Tiap-tiap anak
dipandang sebagai orang yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan masing-masing.
Kurikulum dan pengajaran tanggap terhadap perbedaan masing-masing kemampuan dan
minat. Tingkat kemampuan, perkembangan dan gaya belajar yang berbeda-beda harus
diperkirakan, diterima, dan digunakan untuk merancang kurikulum.

Perkembangan Anak selama Masa Sekolah Dasar

 Anak-anak yang memasuki kelas satu berada dalam periode transisi dari
pertumbuhan pesat masa anak anak awal ke tahap perkembangan yang lebih
bertahap. 
 Perubahan perkembangan mental maupun sosial menjadi ciri khas perkembangan
masa sekolah awal. 
 Keberhasilan anak-anak di sekolah sangat berperan penting selama masa sekolah
awal, karena pada kelas-kelas sekolah dasarlah mereka mendefinisikan diri sebagai
siswa.

1. Perkembangan Fisik

Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar, perkembangan fisik mereka


mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal. Anak-anak
berubah relatif sedikit ukuran tubuhnya selama masa sekolah dasar. Anak perempuan
lazimnya sedikit lebih pendek dan lebih ringan daripada anak laki-laki hingga sekitar usia 9
tahun, ketika tinggi dan bobot berat badan kira-kira sama untuk anak laki-laki dan anak
perempuan. Perkembangan otot dikalahkan perkembangan tulang dan kerangka.
Pada saat anak memasuk sekolah dasar, mereka telah mengembangkan banyak
kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan badan, berlari,
melompat, dan melempar. Pria berada 12 hingga 18 bulan di belakang wanita dalam
pertumbuhan fisik, sehingga anak laki-laki yang mengalami kedewasaan dini sekalipun tidak
memulai dorongan pertumbuhan mereka hingga 11 tahun. Anak perempuan biasanya akan
memulai periode mesntruasi mereka pada usia 13 tahun. Bagi anak laki-laki, akhir masa
praremaja dan permulaan masa remaja awal di ukur oleh ejakulasi pertama yang terjadi
antara 13-16 tahun.

2. Perkembangan Kognisi

Antara usia 5-7 tahun, proses pemikiran anak-anak mengalami perubahan penting. Ini
adalah periode peralihan dari tahap pemikiran praoperasi ke tahap operasi konkret. Selain
masuk pada tahap operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat
mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta-kognisi,
yaitu kemampuan memikirkan pemikiran mereka sendiri dan mempelajari cara belajar.

3. Perkembangan Sosioemosi

Ketika anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah mengembangkan kemampuan


pemikiran, tindakan, dan pengaruh sosial yang lebih rumit

a. Konsep Diri dan Harga Diri

Bidang-bidang perkembangan pribadi dan sosial yang penting bagi anak-anak sekolah
dasar adalah konsep diri dan harga diri. Kedua aspek perkembangan anak-anak ini akan
sangat dipengaruhi oleh pengalaman dalam keluarga, di sekolah, dan dengan teman
sebaya. Konsep diri meliputi cara kita memahami kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap
dan nilai kita. Perkembangannya dimulai pada saat lahir dan terus dibentuk oleh
pengalaman. Harga diri merujuk ke proses kita mengevaluasi keterampilan dan kemampuan
kitaPada masa sekolah dasar awal, anak-anak mulai terfokus pada sifat yang lebih abstrak
dan internal seperti kecerdasan dan kebaikan hati pada saat menggambarkan diri.

b. Makin Pentingnya Peran Teman Sebaya

Kelompok sebaya memegang peran penting tambahan. Di kelas-kelas sekolah dasar tingkat
rendah, kelompok sebaya biasanya terdiri atas anak-anak sesama jenis kelamin yang
mempunyai usia yang kira-kira sama. Kecenderungan ini mungkin terjadi karena keragaman
kemampuan dan minat di antara anak-anak kecil. Namun pada kelas enam, siswa sering
membentuk kelompok yang mencakup anak laki-laki maupun anak perempuan.

c. Persahabatan pada Masa Anak-Anak Pertengahan

Persahabatan adalah hubungan sosial terpenting antara teman-teman sebaya selama masa
anak-anak, dan hal itu mengalami serangkaian perubahan sebelum masa dewasa. Antara
usia 3 dan 7 tahun, biasanya anak-anak memandang teman sebagai rekan bermain
sementara. Ketika anak-anak memasuki masa anak-anak pertengahan, persahabatan
menjadi lebih stabil dan timbal balik. Pada usia ini, teman sering digambarkan berdasar
sifat-sifat pribadi dan persahabatan didasarkan pada dukungan satu sama lain, kepedulian,
kesetiaan dan sikap saling memberi dan menerima.

d. Penerimaan Teman Sebaya

Salah satu aspek penting hubungan sebaya pada masa anak-anak pertengahan ialah
penerimaan atau status dalam kelompok sebaya.  Anak-anak yang tidak diterima dengan
baik atau yang ditolak oleh teman sebaya mereka di sekolah dasar mempunyai risiko yang
tinggi. Anak-anak ini lebih mungkin putus sekolah, terlibat perilaku nakal dan mempunyai
masalah emosi dan psikologis pada masa remaja dan dewasa daripada teman sebaya
mereka yang lebih diterima. Anak-anak yang diterima dengan baik dan populer cenderung
bekerja sama, suka membantu dan memberi perhatian, dan jarang mengganggu atau
agresif. Anak-anak yang dibenci oleh teman sebayanya cenderung sangat agresif dan tidak
memiliki kemampuam prososial dan penyelesaian konflik.

e. Membantu Anak-Anak Mengembangkan Kemampuan Sosial

Karena penerimaan teman sebaya merupakan alat prediksi yang begitu kuat tentang
penyesuaian diri saat ini dan jangka panjang, banyak teknik intervensi telah dirancang untuk
mendongkrak kemampuan sosial dan tingkat penerimaan anak-anak yang tidak populer
dan ditolak. Pendekatan umum meliputi hal-hal berikut:

 Memperkuat perilaku sosial yang pantas


 Memberikan keteladanan
 Menyediakan pendampingan (coaching)
Perkembangan Anak selama Masa Sekolah Menengah Pertama dan
Menengah Atas

 Periode perkembangan remaja dimulai dengan pubertas


 Periode pubertas atau masa remaja awal adalah waktu perkembangan fisik dan
intelektual yang pesat
 Masa remaja pertengahan adalah periode penyesuaian dan pengintegrasian
perubahan masa remaja awal yang lebih stabil
 Masa remaja akhir ditandai oleh peralihan ke tanggung jawab, pilihan dan
kesempatan masa dewasa

1. Perkembangan Fisik

Pubertas adalah serangkaian perubahan fisiologis yang mengakibatkan organisme yang


tidak matang sanggup melakukan reproduksi. Hampir setiap organ dan sistem tubuh
dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak-anak pra-puber dan remaja pasca-puber berbeda
penampilan luar karena perubahan tinggi badan dan proporsi tubuh dan perkembangan
ciri-ciri seks primer dan sekunder. Wanita rata-rata biasanya memulai perubahan pubertas 1
hingga 2 tahun lebih awal daripada pria rata-rata. Namun dalam masing-masing jenis
kelamin, rentang usia permulaan yang lazim adalah kira-kira 6 tahun. Usia keragaman
maksimum adalah 13 tahun untuk pria dan sekitar 11 tahun untuk wanita.

2. Perkembangan Kognisi

Ketika seluruh bagian tubuh lain berubah pada masa pubertas, otak dan fungsi lain juga
berubah, dan waktu perubahan intelektual sangat berbeda-beda seluruh individu. Salah satu
indikasinya adalah bahwa nilai ujian intelegensia yang diperoleh selama beberapa tahun
dari orang yang sama paling banyak berfluktuasi selama kurun waktu mulai usia 12 hingga
15 tahun. Dalam teori perkembangan kognisi Piaget, masa remaja adalah tahap peralihan
dari penggunaan penalaran operai konkret ke penerapan operasi formal. Salah satu
karakteristik yang menandai perkembangan pemikiran operasi formal adalah penalaran
hipotesis-deduktif yang muncul pada saat anak-anak berusaha kira-kira 12 tahun. Sebelum
operasi formal, pemikiran pada hakikatnya bersifat operasi konkret. 

3. Perkembangan Sosioemosi

Pada masa remaja, anak-anak juga mengalami perubahan penting dalam kehidupan sosial
dan emosi mereka. Penolakan dapat menimbulkan persoalan emosi yang serius. Disinilah
terletak penyebab utama perubahan hubungan praremaja dengan orang tua. Hal itu terjadi
bukan karena anak-anak praremaja tidak peduli dengan orang tua mereka. Hal itu terjadi
hanya karena teman merasa dirasakan lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan akan
penerimaan oleh teman sebaya ini membantu menjelaskan mengapa anak-anak praremaja
sering berpakaian serupa

a. Perkembangan Identitas

Salah satu tanda pertama masa remaja awal ialah kehadiran daya refleksi, yaitu
kecenderungan memikirkan apa yang terjadi ke dalam benak sendiri dan mempelajari diri
sendiri. Remaja mulai memandang diri sendiri dengan lebih dekat dan mendefiniskan secara
terbuka. Mereka mulai menyadari bahwa terdapat perbedaan dari apa yang mereka pikirkan
dan rasakan serta bagaimana mereka berprilaku.

b. Konsep Diri dan Harga Diri

Konsep diri dan harga diri  juga berubah ketika anak-anak memasuki dan menjalani masa
remaja. Harga diri juga mengalami fluktuasi dan perubahan selama masa remaja. Harga diri
mencapai titik terendah ketika anak-anak memasuki sekolah menengah pertama atau
sekolah menengah atas dan ketika awal pubertas. Anak perempuan yang mengalami
kedewasaan dini cenderung menderita penurunan harga diri yang paling dramatis dan
berlangsung lama. Pada umumnya, anak-anak perempuan remaja mempunyai harga diri
yang lebih rendah daripada anak laki-laki. Harga diri atau perasaan umum tentang nilai diri
tampaknya dipengaruhi paling kuat oleh penampilan fisik dan kemudian oleh penerimaan
sosial teman sebaya.

c.  Hubungan Sosial

Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perubahan hakikat persahabatan juga terjadi.
Pada umumnya, jumlah waktu yang dihabiskan bersama teman meningkat tajam; remaja
menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya mereka dari pada bersama
anggota keluarga atau sendirian. Remaja yang mempunyai persahabatan yang memuaskan
dan harmonis juga melaporkan tingkat harga diri yang lebih tinggi, kurang merasa kesepian,
mempunyai kemampuan sosial yang lebih matang dan berkinerja lebih baik di sekolah
daripada remaja yang tidak mempunyai persahabatan  yang mendukung.

d. Hubungan dengan Teman Sebaya

Hakikat hubungan dengan teman sebaya pada masa remaja dicirikan berdasarkan status
sosial dan pertemanan akrab sebaya. Persahabatan dengan teman sebaya pada masa
remaja juga telah dipelajari berdasarkan klik dan pertemanan akrab yang merupakan
tempat remaja menghubungkan diri. Klik (clique)adalah kelompok yang agak kecil dan akrab
yang ditentukan oleh minat, kegiatan, dan persahabatan anggota-anggotanya. Sebaliknya
pertemanan, akrab (crowd) adalah kelompok yang lebih besar yang ditentukan oleh
reputasinya. Kesetiaan pada klik atau pertemanan akrab lazim ditemukan selama masa
remaja tetapi tidak selalu berjangka panjang atau berlangsung stabil.

e. Perkembangan Emosi

Kebanyakan remaja mengalami konflik emosi pada suatu saat. Hal ini hampir tidak
mengejutkan karena mereka mengalami perubahan yang pesat dan dramatis menyangkut
citra tubuh, peran yang diharapkan dan hubungan dengan teman sebaya. Peralihan dari
sekolah dasar ke sekolah menengah pertama atau sekolah lanjutan pertama dan selanjutnya
ke sekolah menengah atas juga dapat agak memberi tekanan. Bagi kebanyakan remaja,
tekanan emosi bersifat sementara dan berhasil ditangani tetapi bagi beberapa
orang,tekanan tersebut mengakibatkan kenakalan, penyalahgunaan obat-obatan dan
percobaan bunuh diri.

Masa remaja dapat menjadi saat yang berisiko besar bagi banyak orang karena anak-anak
usia belasan tahun kini dapat untuk pertama kali terlibat perilaku atau mengambil
keputusan yang mempunyai konsekuasi negatif jangka panjang. Masalah-masalah yang
terjadi pada masa remaja adalah sebagai berikut:

 Gangguan emosi
 Bullying
 Putus sekolah
 Penyalahgunaan obata-obatan dan alkohol
 Kenakalan
 Risiko kehamilan
 Risiko penyakit menular seksual
 Identitas seksual

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Anak-anak dapat disebut usia prasekolah ketika mereka berumur antara 3 dan 5


tahun. Anak-anak menguasai kebanyakan kemampuan motorik pada akhir periode
ini dan dapat menggunakan kemampuan fisiknya untuk mencapai berbagai jenis
tujuan.
 Jenis program pendidikan anak usia dini mencakup program penitipan anak,
prasekolah, program sekolah kompensasi, intervensi dini, program taman kanak-
kanak dan praktik yang sesuai dengan perkembangan
 Perubahan perkembangan mental maupun sosial menjadi ciri khas perkembangan
masa sekolah awal
 Periode perkembangan remaja dimulai dengan pubertas. Masa remaja awal adalah
waktu perkembangan fisik dan intelektual yang pesat. Masa remaja pertengahan
adalah periode penyesuaian dan pengintegrasian perubahan masa remaja awal yang
lebih stabil. Masa remaja akhir ditandai oleh peralihan ke tanggung jawab, pilihan
dan kesempatan masa dewasa

Topik 4. Keragaman Siswa (dilihat dari Perbedaan Kelompok)

Perbedaan Budaya

Budaya merujuk pada norma, tradisi, perilaku, bahasa dan persepsi bersama tentang suatu
kelompok. Pada saat anak-anak memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya
di tempat mereka dibesarkan, seperti bahasa, keyakinan, sikap, cara berperilaku dan kesukaan
akan makanan. Kebanyakan anak dipengaruhi oleh beberapa budaya. Latar belakang budaya
masing-masing anak dipengaruhi oleh suku bangsa, status sosioekonomi, agama, bahasa
keluarga, jenis kelamin, identitas serta pengalaman kelompok lain.
Banyak perilaku yang terkait dengan pengasuhan budaya tertentu mempunyai konsekunesi
penting bagi pengajaran di ruang kelas. Misalnya, sekolah mengharapkan sisw aberbicara dalam
bahasa Inggris standar. Hal ini mudah dilakukan ssiswa dari kelaurga yang menggunakan bahasa
inggris standar, tetapi sulit dilakukan siswa yang kelaurganya menggunakan bahasa lain atau
dialek bahasa Inggris yang cukup berbeda

Ketika orang bersentuhan dengan budaya yang sangat berbeda dari budaya mereka sendiri,
banyak dari mereka khususnya anak-anak secara bertahap menjalani akulturasi (acculturation),
mengadopsi beberapa nilai dan kebiasaan budaya baru. Beberapa akultruasi sangat penting untuk
keberhasilan dalam lingkungan budaya baru, tetapi akulturasi yang cepat dapat merusak
kesejahteraan sosial dan emosional anak-anak.

Perbedaan Etnis

Faktor penentu utama budaya yang di mana siswa akan dibesarkan adalah asal usul etnis
mereka. Kelompok etnis adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang lebih besar yang
memandang diri mempunyai sejarah, warisan sosial dan budaya serta tradisi bersama yang
didasarkan pada ras, agama, bahasa atau identitas nasional. Etnis tidak sama dengan ras; ras
hanya merujuk ke karakteristik fisik, seperti warna kulit. Kelompok etnis biasanya
mempunyai budaya bersama, yang mungkin saja tidak akan ditemukan pada semua orang
dari ras tertentu.
Perbedaan Status Sosioekonomi

 Salah satu hal penting yang membedakan siswa satu sama lain adalah kelas sosial.
Status sosioekonomi adalah kelompok orang berdasarkan karakteristik ekonomi,
individual dan pekerjaannya. Para pakar sosiologi mendefinisikan kelas sosial atau
status sosioekonomi (SSE), berdasar penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan gengsi
seseorang dalam masyarakat. 
 Kinerja sekolah siswa berkorelasi dengan status sosial ekonomi mereka. Siswa
dengan SSE tinggi cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih tinggi, dan
siswa dengan SSE rendah cenderung memiliki risiko lebih besar untuk putus sekolah. 
 Ketika siswa dari keluarga SSE rendah naik ke kelas lebih tinggi; mereka cenderung
jatuh lebih jauh dan lebih jauh di belakang rekan-rekan mereka dengan SSE lebih
tinggi. Siswa dengan SSE rendah sering tinggal di lingkungan dengan sumber daya
ekonomi dan pendidikan pas-pasan, yang keduanya berkontribusi pada rendahnya
prestasi siswa.
 Siswa dari SSE tinggi, dimana orang tua memiliki harapan yang tinggi untuk prestasi
anak-anak mereka sehingga anak-anak menderita kecemasan dan depresi yang
signifikan. Siswa di rumah tangga berpenghasilan tinggi sering merasakan tekanan
berlebihan untuk berbuat curang agar sukses dan mengikuti rekan-rekan mereka. 
 Selain itu, beberapa orang tua berpenghasilan tinggi memiliki pekerjaan yang
menjauhkan mereka secara fisik maupun emosional dari anak-anak mereka sehingga
membatasi bimbingan dan dukungan yang seharusnya mereka berikan. 
 Namun, secara keseluruhan, anak-anak yang hidup dalam kemiskianlah terutama
kemiskinan kronis yang menghadapi hambatan paling signifikan untuk mencapai
keberhasilan akademis dan kesejahteraan pribadi.
Perbedaan Gender

 Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita. 
 Peran gender adalah ekspetasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita
seharusnya berpikir, merasa dan berbuat. 
 Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah perbedaan gender dalam bidang
fisik, kognitif, pribadi dan sosial

1. Aktivitas Fisik dan Keterampilan Motorik

Rata-rata, anak laki-laki cenderung lebih aktif daripada anak perempuan; dengan demikian
mereka lebih banyak kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama dan cenderung
kurang menikmati aktivitas menetap seperti membaca. Sebelum pubertas, anak laki-laki dan
perempuan  tampaknya memiliki potensi untuk pertumbuhan fisik dan psikomotorik yang
sama, meskipun  anak perempuan memiliki sedikit keunggulan dalam keterampilan motorik
halus (misalnya, untuk menulis dengan tangan).

Namun secara keseluruhan, anak laki-laki lebih mengembangkan keterampilan fisik dan
motorik mereka, mungkin melalui partisipasi dalam tim olahraga. Setelah pubertas, anak
laki-laki memiliki keunggulan biologis dalam hal tinggi dan kekuatan otot.

2. Kemampuan Kognitif dan Akademis

Perbedaan gender yang paling konsisten diamati adalah kemampuan visual-pasial (vitual-
spatil ability), yang merupakan kemampuan untuk membayangkan dan memanipulasi
secara mental figur dua dan tiga dimensi. Rata-rata anak laki-laki menunjukkan kecakapan
yang lebih besar dalam pemikiran visual-spasial, bahkan pada masa bayi. Sebaliknya
perempuan memiliki keunggulan dalam keterampilan verbal tertentu, misalnya rata-rata
anak perempuan memiliki kosakata yang lebih banyak dan dapat lebih cepat memikirkan
kata-kata yang mereka butuhkan untuk mengekspresikan pikiran mereka.
Meskipun tingkat kemampuannya mungkin serupa, anak perempuan secara lebih konsisten
mendapatkan nilai yang lebih tinggi di sekolah. Anak perempuan biasanya memiliki
keunggulan dalam membaca dan menulis, dan setelah pubertas anak laki-laki cenderung
memiliki keunggulan dalam pemecahan soal matematika yang kompleks.

3. Pengalaman dengan Teknologi

Anak laki-laki dan perempuan menjadi semakin mahir dengan teknologi. Secara
keseluruhan, anak laki-laki tampaknya menghabiskan lebih banyak waktu luang mereka
dengan teknologi daripada anak perempuan. Anak laki-laki lebih cenderung memiliki sikap
positif dengan teknologi dan mereka lebih cenderung bermain video game, hiburan yang
dapat mengganggu perkembangan membaca dan menulis tetapi meningkatkan
kemampuan visual-spasial.

Ketika menggunakan teknologi pendidikan di sekolah, anak laki-laki mungkin lebih percaya
diri pada awalnya karena mereka mungkin memiliki lebih banyak pengalaman
menggunakan teknologi serupa, namun anak perempuan beradaptasi dengan baik dan
umumnya mendapat manfaat yang sama dari teknologi pendidikan.

4. Motivasi dalam Aktivitas Akademis

Rata-rata, anak perempuan lebih terlibat dalam kegiatan kelas, lebih rajin menyelesaikan
tugas sekolah dan lebih mudah lulus dari sekolah menengah atas. Selain itu, anak
perempuan sering lebih tertarik untuk mendapatkan pendidikan tinggi daripada anak laki-
laki dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang mendapatkan gelar sarjana. Anak
perempuan lebih menyukai tugas-tugas yang mereka tahu akan berhasil, sedangkan rata-
rata, anak laki-laki lebih bersedia untuk mengambil tantangan akademis dan risiko serta
lebih cenderung menanggapi kegagalan mereka dengan tenang.

5. Perasaan Diri

Mulai dari kelas sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, anak laki-laki tampaknya
memiliki perasaan diri yang sedikit lebih positif daripada anak perempuan. Anak laki-laki
cenderung menilai diri mereka lebih tinggi dalam matematika dan olahraga, sedangkan
anak perempuan cenderung menilai diri mereka lebih tinggi dalam membaca dan studi
sosial.

6. Perilaku dan Hubungan Interpersonal


Salah satu perbedaan gender yang paling konsisten teramati adalah agresi. Pada anak usia
dini dan sepanjang tahun sekolah dasar dan menengah, anak laki-laki lebih agresif secara
fisik daripada anak perempuan. Namun, anak perempuan dapat sama agresifnya dalam cara
nonfisik, misalnya dengan menyebarkan desas-desus atau menghina teman sebaya. Anak
perempuan juga lebih mungkin untuk terlibat dalam perudungan di dunia maya daripada
anak laki-laki.

Perbedaan yang konsisten juga terlihat dalam kegiatan dan hubungan interpersonal anak
laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki cenderung berkumpul dalam kelompok besar yang
terlibat dalam permainan kasar; permainan tim dan kegiatan pengambilan risiko fisik. Anak
laki-laki cenderung kompetitif, sedangkan anak perempuan lebih cenderung menjadi afiliatif
dan kooperatif. Anak perempuan lebih terbiasa dengan keadaan mental orang lain dan lebih
peka terhadap pesan-pesan nonverbal yang halus, bahasa tubuh yang dikomunikasikan
orang lain. Anak perempuan menghabiskan banyak waktu luang mereka dengan satu atau
dua teman dekat, dengan siapa mereka dapat berbagi pikiran dan perasaan terdalam
mereka.

7. Perilaku Kelas

Anak laki-laki lebih cenderung berperilaku tidak pantas di kelas. Hal ini disebabkan karena
sebagian anak laki-laki cenderung lebih aktif secara fisik daripada anak perempuan. Anak
laki-laki lebih banyak berbicara dan mengajukan lebih banyak pertanyaan, kadang-kadang
tanpa menunggu untuk dipanggil. Mereka juga cenderung mendominasi diskusi kelompok
kecil dan sesi kerja.

Anak perempuan lebih pendiam ketika menjadi peserta di kelas, mereka cenderung tidk
secara sukarela mengajukan gagasan dan mengajukan pertanyaan. Anak perempuan lebih
cenderung mengekspresikan pendapat mereka dalam kelompok kecil daripada diskusi
kelompok besar, dan mereka lebih cenderung mengambil peran pemipin hanya dalam
kelompok sesama jenis kelamin.

8.  Aspirasi Karir

Secara historis, anak laki-laki memiliki aspirasi karir yang lebih ambisius daripada anak
perempuan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak gadis juga mulai mengarahkan
pandangan mereka pada profesi yang menantang. Kesenjangan gender telah sangat
menurun dalam ilmu kesehatan, tetapi laki-laki masih lebih banyak daripada perempuan
dalam karier matematika, fisika,teknik dan komputer.
Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Masing-masing individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu


halnya dengan siswa, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain pasti berbeda
 Pada saat anak-anak memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek
budaya di tempat mereka dibesarkan, seperti bahasa, keyakinan, sikap, cara
berperilaku dan kesukaan akan makanan
 Faktor penentu utama budaya yang di mana siswa akan dibesarkan adalah asal usul
etnis mereka
 Salah satu hal penting yang membedakan siswa satu sama lain adalah kelas
sosial. Kinerja sekolah siswa berkorelasi dengan status sosial ekonomi mereka
 Peran gender adalah ekspetasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita
seharusnya berpikir, merasa dan berbuat. Para peneliti telah mengidentifikasikan
sejumlah perbedaan gender dalam bidang fisik, kognitif, pribadi dan sosial

Topik 5. Keragaman Siswa (dilihat dari Perbedaan Individu)

Perbedaan Inteligensi
Para ahli mendefinisikan dan mengonseptualisasikan inteligensi dalam berbagai cara, tetapi
sebagian besar ahli sepakat bahwa Inteligensi memiliki beberapa kualitas berbeda, seperti:

 Bersifat adaptif: dapat digunakan secara fleksibel untuk menanggapi berbagai situasi


dan masalah.
 Berkaitan  dengan kemampuan belajar:  orang yang cerdas dalam domain tertentu
mempelajari informasi dan keterampilan baru dalam domain tersebut lebih cepat
dan mudah daripada orang yang kurang cerdas dalam domain tersebut.
 Melibatkan penggunaan pengetahuan sebelumnya untuk menganalisis dan
memahami situasi baru secara efektif.
 Melibatkan interaksi yang kompleks dan koordinasi beraneka ragam proses mental.
 pesifik budaya: apa yang dianggap sebagai perilaku cerdas dalam suatu budaya
belum tentu merupakan perilaku cerdas dalam budaya lain.

Dengan mempertimbangkan kualitas-kualitas ini, para ahli mendefinisikan inteligensi


(kecerdasan) dalam arti yang luas yakni kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya secara fleksibel untuk menyelesaikan tugas-tugas baru yang
menantang. Beberapa Psikolog menyatakan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
umum yang dimiliki orang dengan tingkat yang berbeda-beda dan diterapkan dalam
berbagai kegiatan. Psikolog lain tidak setuju, mengutip bukti bahwa orang bisa lebih atau
kurang cerdas dalam berbagai jenis tugas, pada titik berbeda dalam perkembangan dan
dalam konteks yang berbeda. Teori-teori intelegensia yang akan dikaji mencerminkan
beragam perspektif tersebut.

1.  Konsep Spearman tentang g

Spearman menyatakan bahwa walaupun tentu saja tedapat perbedaan kemampuan


seseorang dari satu tugas ke tugas lain, ada faktor kecerdasan umum atau “g” yang
ditemukan dalam seluruh situasi pembelajaran. Bukti yang mendukung “g” adalah bahwa
kemampuan-kemampuan berkorelasi satu sama lain, orang yang pandai mempelajari satu
hal maka kemungkinan, secara rata-rata akan pandai mempelajari hal-hal lain. Siswa yang
mendapat skor tinggi pada suatu tes akan cenderung mendapat skor tinggi pada tes lainnya
juga. Korelasi akan kuat di antara tes kemampuan yang serupa dan akan lemah di antara tes
kemampuan berbeda. Sebagai contoh, seorang siswa yang mendapat nilai sangat tinggi
pada tes kosakata mungkin akan mendapat nilai tinggi juga pada ukuran kemampuan
verbal lainnya, tetapi mungkin ia kesulitan menyelesaikan soal matematika.

Charles Spearman (1904,1927) memanfaatkan temuan tersebut untuk mengusulkan bahwa


inteligensi terdiri dari:

a. Kemampuan penalaran tunggal (faktor umum) yang digunakan secara menyeluruh.

b. Sejumlah kemampuan yang lebih spesifik, seperti kemampuan pemecahan masalah dan
penalaan abstrak (faktor spesifik).

Faktor umum dan faktor spesifik yang relevan bekerja sama saat kita terlibat dengan
berbagai tugas.

2.  Inteligensi Cair dan Inteligensi Terkristalisasi Cattell

Beberapa dekade setelah karya inovatif Spearman, Raymond Cattell (1963, 1987)
menemukan bukti untuk dua komponen berbeda pada inteligensi umum (g) yaitu:

a.  Orang berbeda-beda dalam inteligensi cair (fluid intelligence), kemampuan mereka


untuk memperoleh pengetahuan dengan cepat, menggunakan kemampuan penalaran
abstrak dan beradaptasi dengan situasi baru secara efektif.
b.  Mereka berbeda-beda dalam inteligensi terkristalisasi (crystallized intelligence),
yakni pengetahuan dan keterampilan yang mereka kumpulkan dari pengalaman, sekolah
dan budaya mereka.

Inteligensi cair lebih penting untuk tugas baru dan asing, terutama yang membutuhkan
pengambilan keputusan cepat dan melibatkan konten nonverbal. Inteligensi terkristalisasi
lebih penting untuk tugas-tugas yang lazim, terutama yang sangat bergantung pada bahasa
dan pengetahuan sebelumnya.

3.  Inteligensi Majemuk Gardner

Howard Gardner (1983, 1999, 2011) mengemukakan bahwa orang memiliki setidaknya
delapan kemampuan berbeda atau inteligensi majemuk (multiple intelligences), yang realitf
independen satu sama lain. dalam pandangannya, mungkin juga terdapat inteligensi
kesembilan (eksistensial) yang didedikasikan untuk masalah filosofis dan spiritual. Delapan
kemapuan tersebuat antara lain:

a.  Inteligensi Linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa secara efektif

b.  Inteligensi Logis-Matematis adalah kemampuan menalar secara logis, terutama dalam


matematika dan sains

c.  Inteligensi Spasial adalah kemampuan untuk memperhatikan detail dari apa yang dilihat
dan dibayangkan serta manipulasi objek visual dalam pikiran seseorang

d.  Inteligensi Musikal adalah kemampuan untuk membuat, memahami dan mengharagai


musik
e.  Inteligensi Tubuh-Kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh seseorang
dengan terampil

f.  Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk memperhatikan aspek-aspek


terkecil dari perilaku orang lain

g.  Inteligensi Intrapersonal adalah kemampuan kesadaran akan perasaan, motif dan


keinginan sendiri

h.  Inteligensi Naturalis adalah kemampuan untuk mengenali pola-pola di alam dan


perbedaan di antara berbagai bentuk kehidupan dan benda-benda alami

Tipe Inteligensi Contoh Perilaku yang Relevan


 membuat argumen persuasif
Inteligensi  menulis puisi atau berkontribusi ke blog
linguistik  memperhatikan nuansa halus dalam memaknai kata-kata

  memecahkan soal matematika dengan cepat


 membuat buku-buku matematis
Inteligensi logis-
 merumuskan dan menguji hipotesis tentang fenomena yang
matematis
diamati

 menggambar kemiripan visual suatu objek


 melihat perbedaan halus di antara objek-objek yang secara visual
Inteligensi
mirip
spasial
 membuat dan memaniupulasi citra mental

 bermain alat musik


Inteligensi  menyusun karya musik
musikal  mengidentifikasi struktur musik yang mendasarinya

 menari
Inteligensi  bermain basket 
tubuh-kinestetik  menampilkan pantomim

 membaca suasana hati orang lain


 mendeteksi niat dan keinginan orang lain yang mendasarinya
Inteligensi
 menggunakan pengetahuan orang lain untuk mempengaruhi
interpersonal
pikiran dan perilaku mereka

Inteligensi  mengidentifikasi motif yang memandu perilaku seseorang


 menggunakan pengetahuan diri untuk berhubungan lebih efektif
intrapersonal
dengan orang lain

 mengidentifikasi anggota spesies tumbuhan atau hewan tertentu


 mengklasifikasikan bentuk alami (misalnya batu, jenis gunung)
Inteligensi
 menerapkan pengetahuan seseorang tentang alam dalam kegiatan
naturalis
seperti bertani atau pelatihan hewan

4.  Teori Inteligensi Sternberg

Robert Sternberg (2004, 2010, 2012) berspekulasi bahwa orang mungkin lebih atau kurang
cerdas dalam tiga domain yang berbeda. Teorinya berfokus pada bagaimana keterampilan
dan kemampuan yang kita miliki dalam domain ini membantu kita mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang. Tiga jenis kemampuan inteligensi tersebut yaitu:

a.  Inteligensi analitis adalah kemampuan memahami, menilai, menganalisis,


membandingkan dan mengevaluasi jenis informasi dan masalah yang sering muncul dalam
lingkungan akademis dan pada tes inteligensi.

b.  Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mendesain, menemukan,


mengimajinasikan, dan sintesis gagasan dalam konteks situasi baru.

c.  Inteligensi praktis adalah kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan,


mengimplementasikan, mempraktikkan dan melibatkan penerapan pengetahuan dan
keterampilan secara efektif untuk mengelola dan merespons masalah sehari-hari dan situasi
sosial.
Sternberg mengatakan bahwa murid dengan pola triakis yang berbeda akan “tampak
berbeda” di sekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih disukai
dalam sekolah umum (konvensional). Mereka sering sekali menyerap pelajaran di mana
guru memberi pelajaran dan murid diberi ujian. mereka biasanya dianggap murid “pintar”
yang mendapat ranking bagus, nilainya selalu bagus, nilai baik dalam tes inteligensi dan
mudah masuk ke universitas.

Murid yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas.
Sternberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas
pelajaran sesuai dengan harapan guru. Mereka tidak memberi jawaban yang lazim atu tepat,
tetapi jawaban yang unik atau aneh, sehingga sering dimarahi atau disalahkan. Guru yang
baik tidak akan menghambat kreativitas murid, tetapi Sternberg percaya bahwa sering kali
keinginan guru untuk meningkatkan pengetahuan murid justru menekan pemikiran
kreativitasnya.

Seperti murid dengan inteligensi kreatif yang tinggi, murid dengan inteligensi praktis sering
kali kesulitan dalam memenuhi keinginan sekolah. Namun, murid ini sering kali berprestasi
di luar kelas. Mereka mungkin punya keahlian sosial yang bagus dan pemahaman umum
yang baik. Saat dewasa, mereka terkadang menjadi manajer yang sukses, pengusaha atau
politikus, meskipun catatan prestasi sekolahnya biasa-biasa saja.

Sternberg percaya bahwa dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga tipe
inteligensi itu. Artinya, murid harus diberikan kesmepatan untuk belajar menggunakan
pemikiran analitis, kreatif dan praktis, meski tetap diberi pengajaran gaya konvensional yang
hanya fokus pada belajar dan mengingat informasi.

Perbedaan Gaya Belajar dan Gaya Berpikir

  
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk
menggunakan kemampuannya. Guru mungkin akan mengatakan bahwa anak melaksanakan
kegiatan belajar dan berpikir dengan berbagai cara. Guru sendiri juga bervariasi dalam gaya
berpikir dan belajarnya. Tak satupun dari kita yang hanya punya satu gaya belajar dan
berpikir, kita punya banyak gaya. Individu itu sangat bervariasi sehingga ada banyak gaya
belajar dan berpikir yang dikemukakan oleh para pendidik dan piskolog. Dua dikotomi gaya
yang paling banyak didiskusikan dalam wacanan tentang pembelajaran adalah gaya
impulsif/reflektif dan gaya mendalam/dangkal.

1.  Gaya Impulsif/Reflektif

Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung
bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan
merenungkan akurasi dari suatu jawaban. Murid yang impulsif sering kali lebih banyak
melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Murid yang reflektif lebih mungkin
melakukan tugas di bawah ini:

a.  Mengingat informasi yang terstruktur

b.  Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks

c.  Memecahkan probel dan membuat keputusan

Murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan
berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya
tinggi. Murid reflektif lebih efektif dan lebih baik dalam pelajaran sekolah ketimbang murid
impulsif.

2.  Gaya Mendalam/Dangkal

Gaya mendalam/dangkal adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu
cara yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut (gaya mendalam)
atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang
belajar dengan menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara
pasif, sering kali hanya mengingat informasi.
Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang
mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang yang perlu untuk diingat. Pelajar
mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu,
pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar
dangkal (surface learner) lebih mungkin termotivasi belajar jka ada penghargaan dari luar,
seperti pujian dan tanggapan positif dari guru.

 Perbedaan Kepribadian

Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang menjadi
ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Beberapa peneliti kepribadian percaya
bahwa mereka telah mengidentifikasikan lima faktor utama dari kepribadian, yakni “ciri
bawaan paling menonjol” yang dianggap bisa mendeskripsikan dimensi utama dari
kepribadian yaitu: openness, conscientiousnes,  extraversion,  agreeableness  dan neuroticism.

a.  Openness to experience

Kepribadian openness to experience ini mengelompokan individu berdasarkan


ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk mengetahui serta mempelajari
sesuatu yang baru. Karakteristik positif pada individu yang memiliki dimensi ini cenderung
lebih kreatif, imajinatif, intelektual, penasaran dan berpikiran luas, tertarik pada variasi. Sifat
kebalikan dari openness to experience ini adalah individu yang cenderung konvensional dan
nyaman terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan kegelisahan jika diberikan
tugas-tugas baru.

b.  Conscientiousness

Individu yang memiliki kepribadian conscientiousness ini cenderung lebih berhati-hati dalam


melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah
keputusan, mereka juga memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik
positif pada dimensi ini adalah rapi, perhatian, disiplin, dapat diandalkan, bertanggung
jawab, tekun dan berorientasi pada pencapaian. Sifat kebalikan
dari conscientiousness  adalah individu tak rapi, ceroboh, impulsif,  kurang bertanggung
jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat diandalkan dalam melakukan suatu
pekerjaan.

c.  Extraversion

Kepribadian extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang dalam


berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik positif individu extraversion  adalah senang
bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas. Sebaliknya, individu
yang introversion (kebalikan dari extraversion) adalah mereka yang pemalu, suka menyendiri,
penakut dan pendiam.

d.  Agreeableness

Kepribadian agreableness  ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan memiliki
kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik positifnya adalah kooperatif
(dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik, hangat dan berhati lembut serta
suka membantu. Karakteristik kebalikan dari sifat agreeableness  adalah mereka yang tidak
mudah bersepakat dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak
ramah.

e.  Neuroticism

Kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam


menahan tekanan atau stress. Karakteristik positif dari neuroticism disebut
dengan emotional stability (stabilitas emosional). Individu dengan emosional yang stabil
cenderung tenang saat menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh.
Sedangkan karakteristik kepribadian dengan karakteristik negatif adalah mudah gugup,
depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah pikiran.

Membahas kepribadian dalam konteks faktor “lima besar” bisa memberi kerangka untuk
mengkaji kepribadian murid kita. Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk
mengkarakterisasi kepribadian individual bukan hanya dengan berdasarkan pada ciri
bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya. Kepribadian lain adalah
introvert dan ekstrovert.
Misalkan Anda memiliki murid ekstrovert dan introvert di kelas. Menurut teori interasi orang-
situasi, kita tidak bisa memprediksi mana yang akan beradaptasi dengan lebih baik kecuali
kita mempertimbangkan situasinya. Toeri interasi orang-situasi memperkirakan bahwa
murid yang ekstrovert akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja
sama dengan murid lain, sedangkan murid introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih
baik jika dia dimita mengerjakan tugas secara sendirian. Demikian pula,
murid ekstrovert akan lebih senang apabila bersosialisasi dengan banyak orang sedangkan
murid introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu orang
teman.

Perbedaan Temperamen

Temperamen terkait erat dengan kepribadian dengan gaya belajar dan berpikir.
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan
atau respon. Beberapa murid bertemperamen aktif, sedangkan yang lainnya tenang.
Beberapa murid merespons orang lain dengan hangat, sedangkan orang lain secara sambil
lalu. Deskripsi ini menunjukkan bahwa adanya variasi temperamen. Ada tiga tipe atau jenis
temperamen yaitu:

a.  Easy Child (anak mudah) merupakan gaya temperamen di mana anak biasanya


biasanya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan
pengalaman baru.

b.  Difficult Child (anak sulit) merupakan gaya temperamen di mana anak cenderung


bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan lamban dalam menerima
pengalaman baru.

c.  Slow-to-Warn-Up Child (anak lambat bersikap hangat) merupakan gaya temperamen


di mana anak biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukkan kelambanan dalam
beradaptasi dan intensitas mood yang rendah.
Temperamen sulit atau temperamen yang merefleksikan kurangnya kontrol diri dapat
membuat murid kena masalah. Dalam sebuah studi, remaja bertemperamen sulit biasanya
lebih tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stress.

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Siswa berbeda-beda dalam  tingkat kinerja, kecepatan, kecerdasan, gaya belajar,


gaya berpikir, kepribadian dan juga temperamen
 Para ahli mendefinisikan dan mengonseptualisasikan inteligensi dalam berbagai cara.
Charles Spearman menyatakan bahwa walaupun tentu saja tedapat perbedaan
kemampuan seseorang dari satu tugas ke tugas lain, ada faktor kecerdasan umum
atau “g” yang ditemukan dalam seluruh situasi pembelajaran.  Raymond Cattell 
menemukan bukti untuk dua komponen berbeda pada inteligensi umum (g)
yaitu: inteligensi cair (fluid intelligence) dan inteligensi terkristalisasi (crystallized
intelligence). Howard Gardner mengemukakan bahwa orang memiliki setidaknya
delapan kemampuan berbeda atau inteligensi majemuk (multiple intelligences), yaitu
inteligensi linguistik, inteligensi logis-matematis, inteligensi spasial, inteligensi
musikal, inteligensi tubuh-kinestetik, inteligensi interpersonal, inteligensi
intrapersonal dan inteligensi naturalis. Robert Sternberg mengemukakan tiga jenis
kemampuan inteligens yaitu: inteligensi analitis, inteligensi kreatif dan inteligensi
praktis
 Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang
untuk menggunakan kemampuannya. Dua dikotomi gaya yang paling banyak
didiskusikan dalam wacanan tentang pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan
gaya mendalam/dangkal
 Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang
menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Beberapa peneliti
kepribadian percaya bahwa mereka telah mengidentifikasikan lima faktor utama dari
kepribadian, yakni “ciri bawaan paling menonjol” yang dianggap bisa
mendeskripsikan dimensi utama dari kepribadian
yaitu: openness, conscientiousnes,  extraversion,  agreeableness  dan neuroticism
 Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan atau respon. Ada tiga tipe atau jenis temperamen yaitu: easy child (anak
mudah), difficult child (anak sulit) dan slow-to-warn-up child (anak lambat bersikap
hangat) 
Topik 6. Students with Special Needs

Siswa dengan Kesulitan Kognitif atau Akademis yang Khusus


1.  Disabilitas Belajar

Learning disability merupakan ketidakmampuan di mana anak : (1) punya inteligensi normal


atau di atas rata-rata; (2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran; dan (3)
tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan
kesulitan. Ketidakmampuan ini bukanlah kondisi tunggal, melainkan berbagai jenis
ketidakmampuan spesifik yang diduga berasal dari disfungsi otak atau sistem saraf pusat.

a. Karakteristik Umum

Secara umum, siswa-siswa yang menyandang disabilitas belajar biasanya memiliki banyak
kekuatan, tetapi mungkin juga menghadapi banyak hambatan seperti:

 Keterampilan membaca dan menulis yang buruk


 Strategi pembelajaran dan memori yang tidak efektif
 Masalah dalam konsentrasi dan menyelesaikan tugas yang diberikan, terutama ketika
menghadapi gangguan (distraksi)
 Kepekaan diri yang buruk dan motivasi rendah untuk tugas akademis khususnya
ketika tidak ada bantuan individual di bidang-bidang kesulitannya
 Keterampilan motorik yang buruk
 Keterampilan sosial yang buruk

Karakteristik di atas belum bisa secara tepat menggambarkan semua siswa dengan
disabilitas belajar. Sebagai contoh, beberapa anak tidak bersemangat di kelas, dan beberapa
yang lain sangat terampil bersosialisasi dan populer di antara teman sebaya. Terkadang
ketidakmampuan belajar mencerminkan ketidaksesuaian antara kemampuan berkembang
siswa, di satu sisi, dan harapan sesuai jenjang pendidikan terhadap kinerja, di sisi lain.
Sebagai contoh, ketika siswa mencapai jenjang sekolah menengah pertama, mereka
umumnya diharapkan bisa bekerja cukup dengan sedikit atau tanpa pengawasan, namun
siswa dengan ketidakmampuan belajar tidak selalu memiliki keterampilan dalam mengatur
waktu untuk menjalankan tugas yang harus dilakukan.

Di kelas-kelas sekolah menengah atas, pembelajaran mungkin menuntut siswa membaca


dan mempelajari buku-buku pelajaran yang canggih, namun rata-rata siswa sekolah
menengah atas dengan kesulitan belajar hanya memiliki kemampuan membaca seperti
siswa kelas empat atau lima dan hanya sedikit mempunyai strategi pembelajaran yang
efektif.

b. Bentuk Disabilitas Belajar

Beberapa bentuk disabilitas belajar yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

 Kesulitan Persepsi, siswa memiliki kesulitan untuk memahami atau mengingat


informasi yang mereka dapat melalui modalitas tertentu, seperti penglihatan atau
pendengaran.
 Kesulitan Memori, siswa memiliki lebih sedikit kapasitas untuk mengingat informasi
untuk waktu yang pendek ataupun lama, mereka mungkin memiliki masalah dengan
memori kerja atau memori jangka panjang.
 Kesulitan Metakognitif,  siswa memiliki kesulitan dalam menggunakan strategi
belajar yang efektif, memantau kemajuan menuju tujuan pembelajaran dan
mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.
 Kesulitan Pemrosesan Bahasa Oral, siswa memiliki kesulitan dalam memahami
bahasa yang diucapkan atau mengingat apa yang telah mereka ketahui.
 Kesulitan Membaca, siswa mengalami kesulitan untuk mengenali kata-kata yang
dicetak atau memahami apa yang telah mereka baca; bentuk esktremnya dikenal
sebagai disleksia (dyslexia).

Apa itu Disleksia? 


Play Video
 Kesulitan Bahasa Tulis, siswa mengalami kesulitan dalam menulis tangan, mengeja
atau mengekspresikan diri mereka secara koheren dalam bentuk tulisan; bentuk
esktremnya dikenal sebagai disgrafia.
 Kesulitan Matematika, siswa mengalami kesulitan dalam berpikir tentang atau
mengingat informasi yang melibatkan angka; bentuk esktremnya dikenal sebagai
diskalkulia.
 Kesulitan Persepsi Sosial, siswa mengalami kesulitan menafsirkan petunjuk atau
tanda sosial orang lain sehingga merespons situasi sosial secara tidak tepat.
 Kesulitan Pemrosesan Musik, siswa memiliki sedikit kepekaan dalam mengolah suara
dan tidak mampu mengenali nada-nada yang akrab terdengar; bentuk esktremnya
dikenal sebagai amusia.

c. Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran untuk siswa dengan disabilitas belajar harus dirancang sesuai dengan
kekuatan dan kelemahan siswa. Jika Anda menjadi guru kelas reguler, kemungkinan besar
Anda akan bermitra dengan pendidik siswa berkebutuhan khusus ketika di kelas Anda
terdapat siswa penyandang disabilitas belajar. Anda dan pendidik khusus perlu bekerja
secara kolaboratif untuk menyesuaikan pengajaran. Beberapa strategi yang berguna adalah
sebagai berikut:

 Minimalkan gangguan
 Sajikan informasi baru secara eksplisit dan terorganisasi dengan baik
 Sajikan informasi dalam berbagai modalitas sensorik
 Sajikan bahan-bahan baru yang menstimulasi
 Analisis kesalahan siswa demi mendapatkan petunjuk untuk mengatasi masalah
kesulitan pemrosesan siswa
 Ajarkan keterampilan belajar dan srategi belajar
 Sediakan kertas atau alat bantu elektronik yang mendukung siswa saat belajar dan
bekerja

 2.  ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan ketidakmampuan dimana anak
secara konsisten menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut: (1) kurang perhatian, (2)
hiperaktif dan (3) impulsif. Sebenarnya semua siswa cenderung kurang perhatian, hiperaktif
dan impulsif pada suatu waktu. Akan tetapi, siswa dengan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder-ADHD) mempunyai kekurangan
yang signifikan dan kronis dalam area seperti kriteria berikut:

 Kurang perhatian (inattention), siswa mungkin punya kesulitan untuk memfokuskan


dan mempertahankan perhatian pada tugas yang diberikan, terutama saat
munculnya alternatif yang menarik. Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam
mendengarkan dan mengikuti aturan dan bisa membuat kesalahan yang ceroboh.
 Hiperaktivitas, siswa terlihat memiliki terlalu banyak energi. Mereka cenderung
gelisah dan berkeliaran di sekitar ruang kelas pada waktu yang tidak tepat.
 Impulsivitas, siswa hampir selalu mengalami kesulitan yang menghambat perilaku
yang sesuai. Mereka mungkin menyampaikan jawaban tanpa berpikir, memulai tugas
sebelum waktunya, atau terlibat dalam perilaku berisiko/merusak tanpa memikirkan
konsekuensi potensialnya.

Siswa dengan ADHD tidak perlu memperlihatkan semua karakteristik ini. Sebagai contoh,
ada siswa yang kurang perhatian tanpa menjadi hiperaktif. Namun, semua siswa dengan
ADHD menunjukkan karakteristik umum: ketidakmampuan untuk menghalangi pemikiran-
pemikiran yang tidak tepat, tindakan yang tidak tepat atau keduanya.

a. Karakteristik Umum

Siswa yang diidentifikasi ADHD umumnya memiliki karakteristik seperti:

 Kurangnya perhatian, hiperaktif dan impulsif


 Imajinasi dan kreativitas yang luar biasa; ingatan yang sangat rinci
 Kesulitan pemrosesan kognitif tertentu dan prestasi sekolah yang rendah
 Bermasalah dengan perencanaan dan manajemen waktu
 Memiliki masalah perilaku di dalam kelas (misalnya gangguan, ketidakpatuhan)
 Penggunaan media yang lebih lama (misalnya, menonton TV atau menggunakan
komputer)
 Keterampilan sosial yang buruk dan kesulitan interpersonal
 Meningkatnya kemungkinan penyalahgunaan zat adiktif pada remaja

Hiperaktivitas dan masalah impulsif siswa dapat sedikit berkurang pada masa remaja, tetapi
tidak 100 % menghilang sehingga membuat siswa mengalami kesulitan dalam menangani
tuntutan yang meningkat di sekolah menengah atas; bagi banyak penyandang, ADHD ini
dapat terus terbawa sampai masa dewasa.

b. Penyebab

Dalam beberapa hal, ADHD muncul akibat kegagalan otak membatasi kemampuan siswa
memusatkan perhatian dan mengendalikan perilaku mereka. Kadang-kadang kelainan ini
diwariskan, tetapi kadang-kadang, sebaliknya kelainan itu adalah dampak dari keterpaparan
arah terhadap zat beracun d lingkungan awal anak-anak, barangkali dari debu dari cat yang
berkonten racun tinggi dari bangunan yang sudah tua.

c. Obat dan ADHD

Banyak anak-anak dan remaja yang terdiagnosa ADHD diberi resep dengan obat untuk
meringankan gejalanya. Meskipun ada perdebatan mengenai kemungkinan pemberian
resep obat yang berlebihan untuk anak-anak dan remaja penyandang ADHD, penelitian
terakhir menunjukkan bahwa obat bisa membantu dalam beberapa hal:

 Bagi beberapa orang, efek obatnya kuat; tetapi bagi yang lain efeknya ringan
 Obat mengurangi gejala-gejala ADHD, tetapi tidak menyembuhkannya
 Obat paling efektif asalkan dosisnya diawasi dengan ketat dan ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan
 Beberapa obat merupakan stimulan sedangkan yang lain tidak. Stimulan mendukung
komunikasi yang lebih efektif antara berbagai jaringan sel otak; nonstimulan terdiri
dari berbagai obat lain.
 Obat dapat efektif pada anak-anak prasekolah, terutama ketika pada arah itu
terdapat beberapa gangguan mental tambahan.
 Di antara anak-anak prasekolah, beberapa intervensi perilaku dapat diterapkan
dengan lebih sukses ketimbang memberikan pengobatan.

d. Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran yang digunakan untuk siswa ADHD adalah sebagai berikut:

 Pantau apakah obat stimulan bekerja secara efektif


 Ulangi dan sederhanakan instruksi untuk tugas di kelas dan pekerjaan rumah
 Lengkapi instruksi verbal dengan instruksi visual
 Modifikasi lingkungan dan jadwal kerja siswa
 Modifikasi ujian jika perlu
 Libatkan guru pendidikan khusus
 Nyatakan ekspektasi secara jelas dan beri tanggapan kepada anak dengan segera
 Gunakan strategi manajemen perilaku, terutama dengan memberikan tanggapan
positif jika terjadi kemajuan
 Berikan petunjuk terstruktur
 Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata
 Menyediakan saluran untuk energi yang berlebih seperti beri kesempatan untuk
berdiri dan berjalan-jalan
 Pecah tugas menjadi bagian-bagaian yang lebih ringkas
 Bantu siswa mengatur dan menggunakan waktu mereka secara efektif

Part 1: Apa itu ADHD & Penyebabnya? 

Play Video

Part 2: Ciri & Gejala ADHD 

Play Video

Part 3: Trik ADHD bisa Menyesuaikan Diri 

Play Video

3.  Gangguan Bicara dan Komunikasi


Gangguan bicara dan komunikasi (speech and communication disorder) merupakan
hambatan dalam berbahasa lisan atau dalam pemahaman bahasa yang secara signifikan
mengganggu kinerja akademis siswa. Contohnya mencakup masalah artikulasi yang terus-
menerus, kegagapan, pola bahasa yang tidak normal dan kesulitan memahami pembicaraan
orang lain. Ketika anak-anak mencapai kelas satu, sekitar 5 % memiliki gangguan bicara.
Kadang-kadang tetapi tidak selalu, anak-anak ini mengalami kesulitan dalam melihat dan
memproses secara mental aspek-aspek tertentu dari bahasa lisan, ini adalah subkategori
gangguan berbicara dan berkomunikasi yang dikenal sebagai gangguan bahasa spesifik
(spesific language impairements).

a. Karakteristik Umum

Meskipun ada beberapa siswa dengan gangguan berbicara dan berkomunikasi mempunyai
disabilitas lainnya, banyak dari mereka hanyalah tipikal siswa pada umumnya. Berikut adalah
karakteristik umum untuk gangguan berbicara dan berkomunikasi:

 Keengganan untuk berbicara; rasa malu dan kesadaran diri saat berbicara
 Kesulitan dalam membaca dan menulis

b. Penyebab

Sering kali, tetapi tidak selalu, sumber gangguan tersebut dapat ditelusuri dari hereditas
(warisan keturunan) atau kelainan otaknya.

c. Strategi Pengajaran

Strategi yang dapat membantu siswa yang mengalami gangguan bicara dan komunikasi
adalah sebagai berikut:
 Mendorong komunikasi lisan secara teratur
 Mendengarkan dengan sabar
 Bertanya untuk klarifikasi ketika ada pesan yang tidak jelas
 Menggunakan komunikasi argumentatif dan alternatif ketika siswa hanya memiliki
sedikit bahasa lisan atau bahkan tak punya bahasa lisan sama sekali

Siswa dengan Masalah Sosial atau Perilaku


1.  Gangguan Emosional dan Perilaku

Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavioral disorders)
diidentifikasi sebagai siswa dengan kebutuhan khusus, dan oleh karena itu memenuhi syarat
untuk layanan pendidikan khusus ketika masalah mereka memiliki dampak negatif yang
signifikan pada pembelajaran di kelas. Gejala gangguan emosi dan perilaku secara khusus
masuk dalam satu dari dua kategori besar yaitu:

 Perilaku eksternalisasi (externalizing behavior) memiliki efek langsung atau tidak


langsung pada orang lain; contohnya mencakup agresi, pembangkangan, pencurian
dan kurangnya kontrol diri secara umum.
 Perilaku internalisasi (internalizing behavior) utamanya mempengaruhi siswa dengan
gangguan contohnya kecemasan berat atau depresi, perubahan suasana hati (mood)
yang berlebihan, penarikan diri dari interaksi sosial dan gangguan perilaku makan.

Siswa dengan externalizing behavior cenderung terjadi pada anak lelaki daripada anak


perempuan dan lebih dirujuk untuk mendapat layanan dan evaluasi khusus. Namun, siswa
dengan internalizing behavior   lebih cenderung terjadi pada anak perempuan dan memiliki
risiko kegagalan yang sama di sekolah. Gangguan ini perlu ditanggapi dengan serius
karena, selain kegagalan sekolah, siswa dengan externalizing behavior dan internalizing
behavior juga berisiko mengalami masalah kesehatan mental serius, termasuk berpikir
tentang (atau berusaha) bunuh diri.
Ketika siswa memiliki gangguan emosi atau perilaku, perilaku mereka yang tidak sesuai
dapat mengganggu tidak hanya prestasi akademis mereka tetapi juga rusaknya hubungan
sosial dengan teman sebaya yang menghasilkan kegagalan sosial dan akademis. Beberapa
dari siswa ini mungkin mencari pertemanaan dengan beberapa teman sebaya yang akan
menerimanya, rekan yang secara tipikal juga memiliki cara yang sama dan mungkin saling
mengenalkan obat-obatan, alkohol atau tindakan kriminal satu sama lain.

a.  Karakteristik Umum

Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal
kemampuan dan kepribadian mereka. Namun, selain kesulitan dalam memelihara hubungan
dengan teman sebaya yang sehat seperti yang disebutkan tadi, karakterisktik lain nya
adalah sebagai berikut:

 Sering absen dari sekolah


 Memburuknya kinerja akademis seiring bertambahnya usia
 Sering (tetapi tidak selalu) memiliki kecerdasan di bawah rata-rata
 Tingkat percaya diri yang rendah
 Perilaku agresif atau menarik diri
 Marah atau sering mendebat
 Sering melanggar aturan
 Sedikit atau tidak ada empati untuk kesusahan orang lain
 Penyalahgunaan obat-obatan yang signifikan

b.  Penyebab

Beberapa gangguan emosi dan perilaku disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kondisi
kehidupan yang penuh tekanan, salah asuh atau konsumsi alkohol dan penyalahgunaan
obat dalam keluarga. Selain itu, penyebab biologis (misalnya predisposisi keturunan,
ketidakseimbangan kimiawi, kerusakan otak) dapat juga terlibat, baik oleh mereka sendiri
atau melalui interaksi dengan lingkungan.

c.  Strategi Pengajaran

Dari hasil penelitian menujukkan bahwa beberapa perawatan dengan obat tertentu cukup
membantu bagi beberapa anak dan remaja yang mengalami gangguan emosi dan perilaku,
namun dukungan lingkungan tetaplah penting. Intevensi yang efektif harus disesuaikan
dengan kebutuhan unik setiap siswa, tetapi beberapa strategi berikut dapat bermanfaat
bagi banyak siswa:

 Tunjukkan ketertarikan kita pada kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi siswa.


 Berikan siswa perasaan bahwa mereka mempunyai kendali terhadap lingkungannya.
 Pastikan bahwa siswa mempelajari keterampilan dasar
 Waspadai tanda-tanda yang menunjukkan seorang siswa mungkin berencana untuk
bunuh diri

Penanganan Perilaku Agresif 


Play Video

Tanda-Tanda Depresi 

Play Video

Mengatasi Depresi 

Play Video

 2.  Gangguan Spektrum Autis

Ciri-ciri utama dari gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) adalah adanya
gangguan kognisi sosial (misalnya, pengambilan perspektif, menafsirkan bahasa tubuh
orang), keterampilan sosial, penggunaan bahasa dan interaksi sosial. Banyak siswa dengan
gangguan ini lebih suka menyendiri dan menunjukkan keterikatan emosional yang lemah.
Beberapa siswa mengembangkan kemampuan bahasa secara terbatas, di saat kemampuan
berbahasa siswa lain berkembang. Ciri-ciri yang umum juga adalah perilaku berulang (yang
sering kali sangat aneh dan jarang terlihat pada usia sebayanya) dan tidak fleksibel,
mengikuti rutinitas tertentu.
Selain dari kesamaan dalam gangguan sosial dan perilaku berulang, individu dengan
gangguan spektrum autisme sangat berbeda dalah hal seberapa parahnya kondisi mereka,
inilah yang dimaksud dengan istilah spektrum. Dalam autis fungsi tinggi (high functioning
autism), suatu bentuk yang agak ringan, siswa biasanya memiliki keterampilan bahasa
normal dan inteligensi rata-rata atau di atas rata-rata. Dalam kasus-kasus yang parah, yang
secara sederhana sering disebut sebagai autisme, anak-anak memiliki keterlambatan besar
dalam perkembangan kognitif dan bahasa serta memamerkan perilaku melanggar aturan,
mungkin secara terus menerus mereka akan menggoyang-goyangkan atau mengayun-
ayunkan jemari, atau mengulangi apa yang dikatakan orang lain, atau menunjukkan
ketertarikan tidak biasa terhadap kategori objek. Siswa dengan gangguan spektrum autis
mungkin kurang dapat peka atau sebaliknya terlalu peka terhadap stimulasi lingkungan.

a.  Karakteristik Umum

Siswa dengan gangguan spektrum autisme biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Adanya gangguan kognisi sosial


 Adanya perilaku berulang dan tidak fleksibel
 Keterampilan berpikir visual-spasial yang kuat dan kesadaran luar biasa terhadap
detail visual
 Kemampuan yang tidak biasa untuk mempertahankan perhatian dan fokus di tengah
gangguan (distraksi) yang terjadi
 Kesulitan memahami perasaan orang lain
 Memori yang baik untuk satu rangkaian fakta yang tidak terkait
 Mungkin menghindari kontak fisik dengan orang lain
 Kesulitan merencanakan dan mengatur tindakan di masa depan
 Kebutuhan kuat akan lingkungan yang konsisten dan dapat diprediksi

Kadang-kadang siswa dengan autisme menunjukkan sindrom savant (savant syndrome)


yaitu memiliki kemampuan yang tidak biasa (misalnya bakat matematika, artistik atau musik
yang luar biasa) yang kontras ketika dibandingkan dengan aspek lain.

b.  Penyebab

Sebagian besar gangguan spektrum autisme kemungkinan disebabkan oleh kelainan pada
otak. Selain itu, kadang-kadang autisme terjadi di dalam keluarga dan dapat memiliki asal
muasal genetik.
c.  Strategi Pengajaran

Banyak dari strategi kelas yang dijelaskan sebelumnya dapat diterapkan pada siswa autis.
Dua strategi tambahan yang dapat membantu antara lain:

 Maksimalkan konsistensi perencanaan ruang kelas dan jadwal mingguan


 Gunakan pendekatan visual untuk pengajaran

Siswa dengan Keterlambatan Umum dalam Fungsi Kognitif dan Sosial


1.  Retardasi Mental/Disabilitas Intelektual

Siswa dengan disabiltas intelektual memperlihatkan karakteristik berikut:

 Secara signifikan memiliki inteligensi di bawah rata-rata inteligensi umum, para siswa
yang memiliki skor tes inteligensi yang cukup rendah, biasanya tidak lebih tinggi dari
70, mencerminkan kinerja di bawah 2 % dari kelompok usia mereka. Selain itu, para
siswa ini belajar dengan lambat dan secara konsisten menunjukkan prestasi buruk di
hampir semua bidang studi akademis.
 Kekurangan dalam perilaku adaptif, siswa-siswa ini berperilaku seperti anak-anak
yang jauh lebih muda. Kekurangan mereka dalam perilaku adaptif mencakup
keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu mengelola kehidupan sehari-hari dan
kecerdasan sosial yaitu menempatkan diri dengan tepat dalam berbagai situasi
sosial.
Karakteristik ini harus tampak nyata pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, orang-
orang yang memperlihatkan karakteristik ini baru di awal usia 18 tahun, mungkin sebagai
akibat dari cedera kepala yang serius, tidak dapat digolongkan memiliki retardasi
mental/disabilitas intelektual. Retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

 Mild retardation (retardasi mental ringan): IQ 50-69


 Moderate retardation (retardasi mental sedang): IQ 35-49
 Severe retardation (retardasi mental berat): IQ 20-34
 Profound retardation (retardasi mental sangat berat): IQ < 20

a.  Karakteristik Umum

Siswa penyandang retardasi mental/disabilitas intelektual cenderung menunjukkan


karakteristik sebagai berikut:

 Inteligensi di bawah rata-rata dan kurang dalam perilaku adaptif


 Keramahan dan keinginan tulus untuk menjadi bagian dari sekolah
 Pengetahuan umum yang kurang tentang dunia
 Keterampilan membaca dan bahasa yang buruk
 Rentang perhatian yang pendek
 Memori buruk; sedikit atau tidak ada strategi pembelajaran dan memori yang efektif
 Kesulitan menarik kesimpulan dan memahami ide-ide abstrak
 Kesulitan menggeneralisasi sesuatu yang dipelajari dalam satu situasi ke situasi baru
 Perilaku bermain dan keterampilan interpersonal yang tidak dewasa
 Keterlambatan keterampilan motorik, kondisi yang menyebabkan kinerja buruk
dalam aktivitas fisik

b.  Penyebab

Retardasi mental/disabilitas intelektual biasanya disebabkan oleh faktor genetik. Bentuk


paling umum dari retardasi mental adalah Down Syndrome yang diwariskan secara genetik.
Sebagian besar anak dengan Down Syndrome mengalami keterlambatan perkembangan
kognitif dan sosial. Selain itu disebabkan oleh faktor biologis, tetapi tidak diwariskan, seperti
malnutrisi yang parah atau konsumsi alkohol yang berlebihan selama kehamilan atau
kekurangan oksigen saat kelahiran. Faktor lain adalah faktor lingkungan, seperti pengabaian
orang tua dan kondisi esktrem lingkungan ruman yang tidak menstimulasi juga dapat
menjadi penyebabnya.
Down Syndrome dapat Dideteksi sejak dalam Kandungan 

Play Video

Mengenal Down Syndrome 

Play Video

  Penyebab Down Syndrome 

Play Video

Mengasuh & Mendidik Anak Down Syndrome 

Play Video

c.  Strategi Pengajaran

Beberapa strategi mengajar yang baik untuk berinteraksi dengan anak-anak retardasi
mental adalah:

 Membantu anak retardasi mental untuk berlatih menentukan pilihan personal dan
determinasi diri jika dimungkinkan
 Selalu ingat level fungsi mental anak
 Sesuaikan instruksi pengajaran Anda dengan kebutuhan si anak
 Berikan contoh konkret dari suatu konsep dan gunakan instruksi yang jelas dan
sederhana
 Beri anak kesempatan untuk melatih apa-apa yang telah mereka pelajari
 Perhatikan rasa penghargaan diri si anak, jangan membanding-bandingkan dengan
anak yang tidak terkena retardasi mental
 Jangan berprasangka negatif terhadap kemampuan belajar anak
 Sadari bahwa  banyak anak dengan retardasi mental bukan hanya memiliki
kebutuhan akademik tetapi juga membutuhkan bantuan untuk meningkatkan
keterampilan perawatan diri dan keterampilan sosial
 Cari dukungan sumber daya
 Jika Anda mengajar di kelas menengah, evaluasilah keahlian vokasional yang
dibutuhkan murid retardasi mental untuk mendapatkan pengajaran
 Libatkan orang tua sebagai mitra mendidik anak

Siswa dengan Hambatan Fisik atau Indera


1.  Gangguan Fisik dan Kesehatan
Gangguan fisik dan kesehatan (physical and health impairements) adalah kondisi fisik atau
medis umum (biasanya jangka panjang) yang mempengaruhi kinerja sekolah, seperti tingkat
pengajaran khusus, bahan kurikuler, peralatan atau fasiltas yang diperlukan. Siswa dalam
kategori ini mungkin mempunyai energi dan kekuatan terbatas, kepekaan mental yang
kurang atau kontrol otot yang rendah. Contoh kondisi yang mungkin mememuhi syarat
siswa layanan khusus ini adalah mereka yang mengalami trauma otak, tulang
belakang, cerebral palsy, epilepsi, kanker, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

Cerebral Palsy 

Play Video

 a.  Karakteristik Umum

Sulit untuk menggeneralisasi siswa dengan gangguan fisik dan kesehatan karena kondisinya
sangat berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada beberapa karakteristik umum yang
bisa diperhatikan yaitu:

 Stamina yang rendah dan kecenderungan untuk mudah lelah


 Tingkat intelektual yang bervariasi (banyak siswa yang memiliki kemampuan belajar
mirip dengan teman sebaya  yang tidak memiliki keterbatasan); kadang-kadang
fungsi  intelektual siswa dapat rusak sementara, terutama jika anak-anak tersebut
menjalani kemotrapi
 Tingkat prestasi akademis yang lebih rendah sebagai akibat dari seringnya siswa
absen dari sekolah
 Lebih sedikitnya kesempatan untuk memiliki pengalaman dan berinteraksi dengan
dunia luar dengan cara-cara penting yang mendidik (misalnya, jarang menggunakan
transportasi umum; lebih sedikitnya kunjungan ke konser, museum dan kebun
binatang)
 Kemungkinan timbulnya harga diri yang rendah, adanya rasa tidak aman, terisolasi
dari teman sebaya, sangat bergantung pada bantuan orang dewasa, sebagaiannya
tergantung bagaimana orang tua dan orang lain menanggapi gangguan tersebut.

b.  Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran yang dapat diterapkan untuk siswa dengan gangguan fisik dan
kesehatan antara lain:

 Peka terhadap batasan spesifik dan mengakomodasi mereka secara fleksibel


 Mengetahui apa yang dilakukan saat darurat
 Jika siswa dan orang tua memberi izin, ajari kelas mengenai hakikat tantangan siswa

2.  Gangguan Penglihatan/Visual

Siswa dengan gangguan penglihatan/visual (visual impairment) memiliki malfungsi pada


saraf mata yang menghalangi penglihatan normal bahkan dengan memakai kaca mata atau
lensa kontak yang korektif. Beberapa siswa buta total, beberapa siswa lainya hanya bisa
melihat pola-pola kabur dari cahaya dan gelap, dan siswa lainnya memiliki ruang pandang
yang terbatas (tunnel vision) yang mengakibatkan mereka hanya dapat melihat pada area
sempit. Penglihatan berperan penting dalam perkembangan kemampuan kognitif, termasuk
membaca dalam cetakan, memahami hubungan jarak jauh dan pemahaman konsep. Bila
siswa mempunyai gangguan penglihatan, kemampuan-kemampuan itu mungkin tertunda
dan dapat mempengaruhi keseluruhan pembelajaran siswa dalam semua subjek akademis.

a.  Karakteristik Umum

Siswa dengan gangguan penglihatan mempunyai banyak atau semua karakteristik berikut
ini:

 Fungsi yang normal dari indra lain (mendengar, meraba, dsb)


 Kemampuan belajar umum yang sama dengan siswa nondisabilitas, meski memori
visualnya dan perkembangan konsepnya tertunda atau rusak
 Lebih terbatas kosakatanya, bahasa ekspresif  dan reseptifnya, serta pengetahuan
umumnya
 Perkembangan motorik yang tertunda; mengurangi kemampuan untuk menirukan
perilaku orang lain
 Ketidakmampuan untuk mengamati bahasa tubuh orang dan isyarat nonverbal
lainnya, mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman pesan orang lain dan perilaku
sosial yang tidak matang.
 Bingung dan cemas (khususnya dalam lingkungan yang semrawut seperti di ruang
makan atau tempat bermain) sebagai akibat dari tidak adanya pengetahuan visual
mengenai situasi yang sedang terjadi
 Di kelas dasar, kurangnya pengetahuan tentang peraturan bahasa tulis

b.  Penyebab

Gangguan penglihatan disebabkan oleh abnormalitas kongenital mata. Kerusakan juga bisa
terjadi pada mata atau saluran ke otak.

c.  Strategi Pengajaran

Para ahli secara khusus memberikan siswa pelatihan Braille, orientasi dan mobilitas, serta
secara khusus mengadaptasi teknologi komputer. Namun demikian, guru-guru pendidikan
umum memainkan peran penting juga, seperti yang tercermin pada strategi berikut:

 Beri kesempatan siswa terlebih dahulu memahami tata letak fisik ruang kelas
 Gunakan materi visual dengan kekontrasan yang lebih tajam
 Sangat tergantung pada moda yang lain, perangkat lunak cetak-baca atau alat
bacaan portabel yang dapat menerjemahkan teks tercetak ke dalam bahasa lisan
 Berikan waktu lebih untuk belajar dan menunjukkan kinerja
 Ajarkan strategi belajar kepada siswa Anda

3.  Gangguan Pendengaran
Siswa dengan gangguan pendengaran mengalami  malfungsi pada telinga atau syaraf-
syaraf berkaitan yang mempengaruhi persepsi suara dalam kisaran frekuensi siswa bicara
orang normal. Siswa yang tuli total tidak mampu memahami bahasa lisan bahkan dengan
alat bantu dengar. Siswa dengan kesulitan pendengaran masih bisa memahami beberapa
perkataan, tetapi akan mengalami kesulitan luar biasa untuk memahami keseluruhan
pembicaraan.

a.  Karakteristik Umum

Sebagian besar siswa yang kehilangan pendengaran mempunyai kemampuan intelektual


yang normal. Meski begitu, mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut:

 Perkembangan bahasa yang tertunda karena mereka kurang terpapar terhadap


bahasa lisan, khusunya jika gangguan terjadi saat kelahiran atau pada awal
kehidupan
 Kecakapan dalam bahasa isyarat atau pengucapan dengan jari jemari
 Beberapa kemampuan untuk membaca ujaran/membaca gerakan bibir
(speechreading)
 Lebih sedikit menggunakan bahasa lisan dibandingkan dengan teman sekelas yang
dapat mendengarkan
 Keterampilan membaca yang kurang berkembang, khususnya jika perkembangan
bahasanya tertunda
 Sedikitnya pengetahuan umum karena kurangnya paparan terhadap bahasa lisan
 Prestasi akademis yang di bawah rata-rata
 Keterkucilan secara sosial, keterampilan sosial yang lebih terbatas dan kurangnya
kemampuan pengambilan perspektif sebagai hasil kurangnya kemampuan
berkomunikasi

b.  Strategi Pengajaran

Ada beberapa hal yang sebaiknya diterapkan demi memfasilitasi kesuksesan siswa dengan
gangguan pendengaran yaitu:

 Minimalkan suara bising yang tidak relevan


 Lengkapi presentasi audio dengan informasi visual dan pengalaman-pengalaman
langsung
 Komunikasikan cara untuk membantu siswa mendengar dan membaca ujaran
Siswa dengan Perkembangan Kognitif yang Tinggi
1.  Anak Berbakat (Gifted)

Anak berbakat merupakan anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (biasanya memiliki IQ
130 atau lebih) dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik, sains
atau matematika. Layanan pendidikan khusus diperlukan untuk membantu siswa berbakat
mencapai potensinya secara penuh. Anak berbakat (gifted) kemungkinan hasil dari dua
faktor yaitu predisposisi genetik dan pengasuhan lingkungan. Dalam beberapa kasus, siswa
unggul dan berbakat merupakan hasil dari pelatihan intensif dan mentoring. Kemunculan
dari perkembangan bakat ini juga meningkat seiring dengan banyak dukungan dan
dorongan keluarga untuk mengembangkan bakat-bakat tertentu.

a.    Karakteristik Umum

Siswa unggul memiliki berbagai kekuatan dan bakat yang unik, dan mereka yang
memperlihatkan bakat khusus dalam satu bidang mungkin memiliki kemampuan rata-rata
di bidang lain. Meskipun demikian, banyak siswa unggul memiliki karakteristik sebagai
berikut:

 Keterampilan kosakata, bahasa dan membaca yang tinggi


 Pengetahuan umum yang luas tentang dunia
 Kemampuan untuk belajar lebih cepat, mudah, mandiri daripada teman sebaya
 Proses kognitif dan strategi pembelajaran yang maju dan efisien
 Fleksibelitas yang cukup besar dalam hal ide dan pendekatan terhadap tugas
 Standar kinerja yang tinggi (kadang-kadang mencapai tingkat perfeksionis)
 Motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang; bosan saat
melakukan tugas-tugas yang mudah
 Minat yang kuat di bidang yang kekuatannya telah diidentifikasi
 Konsep diri yang positif, terutama yang berkaitan dengan penghargaan akademis
 Perkembangan sosial dan penyesuaian emosional rata-rata atau di atas rata-rata

b.   Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran yang dapat dilakukan untuk siswa berbakat antara lain:

 Berikan tugas dan pekerjaan individual


 Membentuk kelompok belajar yang menyatukan siswa dengan minat dan
kemampuan yang serupa
 Ajarkan keterampilan kognitif yang kompleks dalam konteks bidang tertentu
 Sediakan kesempatan untuk belajar mandiri dan proyek pembelajaran layanan

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Siswa dengan kesulitan kognitif atau akademis yang khusus: disabilitas belajar,


attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan gangguan bicara dan
komunikasi.  Learning disability merupakan ketidakmampuan di mana anak: punya
inteligensi normal atau di atas rata-rata, kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih
mata pelajaran dan tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi
mental, yang menyebabkan kesulitan. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
merupakan ketidakmampuan dimana anak secara konsisten menunjukkan satu atau
lebih ciri-ciri seperti kurang perhatian, hiperaktif dan impulsif. Gangguan bicara dan
komunikasi (speech and communication disorder) merupakan hambatan dalam
berbahasa lisan atau dalam pemahaman bahasa yang secara signifikan mengganggu
kinerja akademis siswa
 Siswa dengan masalah sosial atau perilaku: gangguan emosional dan perilaku dan
gangguan spektrum autis. Gejala gangguan emosi dan perilaku secara khusus masuk
dalam satu dari dua kategori besar yaitu: perilaku eksternalisasi (externalizing
behavior) memiliki efek langsung atau tidak langsung pada orang lain; contohnya
mencakup agresi, pembangkangan, pencurian dan kurangnya kontrol diri secara
umum; dan perilaku internalisasi (internalizing behavior) utamanya mempengaruhi
siswa dengan gangguan contohnya kecemasan berat atau depresi, perubahan
suasana hati (mood) yang berlebihan, penarikan diri dari interaksi sosial dan
gangguan perilaku makan. Ciri-ciri utama dari gangguan spektrum autisme (autism
spectrum disorder) adalah adanya gangguan kognisi sosial (misalnya, pengambilan
perspektif, menafsirkan bahasa tubuh orang), keterampilan sosial, penggunaan
bahasa dan interaksi social
 Siswa dengan disabiltas intelektual memperlihatkan karakteristik, seperti secara
signifikan memiliki inteligensi di bawah rata-rata inteligensi umum, para siswa yang
memiliki skor tes inteligensi yang cukup rendah, biasanya tidak lebih tinggi dari 70,
mencerminkan kinerja di bawah 2 % dari kelompok usia mereka dan kekurangan
dalam perilaku adaptif, siswa-siswa ini berperilaku seperti anak-anak yang jauh lebih
muda
 Siswa dengan hambatan fisik atau indera: gangguan fisik dan kesehatan, gangguan
penglihatan/visual dan gangguan pendengaran. Gangguan fisik dan kesehatan
(physical and health impairements) adalah kondisi fisik atau medis umum (biasanya
jangka panjang) yang mempengaruhi kinerja sekolah seperti tingkat pengajaran
khusus, bahan kurikuler, peralatan atau fasiltas yang diperlukan. Siswa dengan
gangguan penglihatan/visual (visual impairment) memiliki malfungsi pada saraf mata
yang menghalangi penglihatan normal bahkan dengan memakai kaca mata atau
lensa kontak yang korektif. Siswa dengan gangguan pendengaran mengalami 
malfungsi pada telinga atau syaraf-syaraf berkaitan yang mempengaruhi persepsi
suara dalam kisaran frekuensi siswa bicara orang normal
 Siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi yaitu anak berbakat (gifted). Anak
berbakat merupakan anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (biasanya memiliki IQ
130 atau lebih) dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik,
sains atau matematika

Topik 7. Pendekatan Pemrosesan Informasi

Pengertian Pendekatan Pemrosesan Informasi dan Pandangan Siegler


1.   Pengertian Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi merupakan pendekatan kognitif dimana anak mengolah
informasi, memonitornya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti
dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir (thinking). Menurut
pendekatan pemrosesan informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk
memperoleh informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Beberapa pendekatan pemrosesan informasi
memiliki kecenderungan yang lebih konstruktivis ketimbang pendekatan lainnya. Mereka
yang mempunyai kecenderungan konstruktivis memandang guru sebagai pembimbing
kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas-
tugas tersebut.

 2.   Pandangan Siegler

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan
informasi yaitu proses berpikir, mekanisme pengubah dan modifikasi diri.

a.  Pemikiran

Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi. Dalam
hal ini Siegler meberikan perspektif luas tentang apa itu berpikir. Dia mengatakan bahwa
ketika anak merasakan (perceive), melakukan penyandian (encoding), mempresentasikan dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir.
Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan
individu bisa beradaptasi dan menyesuaikam diri dengan perubahan dalam lingkungan,
tugas dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan berpikir manusia. Individu hanya dapat
memperhatikan sejumlah informasi yang terbatas pada satu waktu dan kecepatam kita
memproses informasi juga terbatas.

b.  Mekanisme Pengubah

Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah
pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat
mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak
yaitu encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi dan generalisasi.

 Encoding
Encoding  adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler mengatakan
bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relevan
dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena biasanya dibutuhkan waktu dan
usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan
penyandian secara otomastis dan memaksimalkan efektivitasnya.

 Otomatisitas (automaticity)

Istilah otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau
tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan informasi
menjadi semakin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide
dan kejadian.

 Konstruksi Strategi

Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk pemrosesan informasi. Siegler
mengatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk
memecahkan masalah.

 Generalisasi

Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, diperlukan generalisasi. Anak perlu
melakukan generalisasi atau mengaplikasikan strategi pada problem lain. Generalisasi
berada di bawah topik transger yang akan dibahas berikutnya. Transfer terjadi saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari  atau
memecahkan masalah dalam situasi yang baru.

c.  Modifikasi Diri

Pendekatan pemrosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori


perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunkan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk
menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak
membangun respons baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi
sebelumnya. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan informasi dicontohkan dalam
metakognisi yang berarti kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang mengetahui”.
Kita akan membahas metakognisi di akhir dan terutaman akan menekankan pada
bagaimana kesadaran diri murid dapat memampukan mereka untuk beradaptasi dan
megelola stratgi mereka selama pemecahan masalah dan berpikir.

 Memori dan Encoding


1.  Memori

Memori atau ingatan adalah retensi informasi dari waktu ke waktu yang
melibatkan encoding, penyimpandan dan pengambilan kembali. Para Psikolog Pendidikan
mempelajari bagaimana informasi diletakkan atau disimpan dalam memroi, bagaimana ia
dipertahankan atau dismpan setelah disandikan (encoded) dan bagaimana ia ditemukan
atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari.

Memori membuat kita terasa berkesinambungan. Tanpa memori, Anda tidak mampu
menghubungkan apa yang terjadi kemarin dengan apa yang Anda alami sekarang. Dewasa
ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa adalah penting untuk tidak memandang
memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan tetapi harus
dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka. Agar memori bekerja, anak
harus mengambil informasi, menyimpannya dan kemudian mengambilnya kembali untuk
suatu tujuan di kemudian hari. Pemrosesan informasi dalam memori mencakup encoding,
penyimpanan (storage) dan pengambilan (retrieval).

2.  Encoding
Encoding adalah memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam bahasa sehari-
hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat murid
mendengarkan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik atau bicata dengan
kawan, dia sedang menyandikan informasi ke dalam memori. Ada enam konsep yang
berhubungan dengan encoding yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam,
elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji) dan penataan (organisasi).

a.  Atensi

Untuk mengawali proses encoding, anak harus memperhatikan informasi. Atensi adalah


mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting
dalam memperhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak
terbatas. Saat guru memberikan instruksi untuk mengerjakan suatu tugas, murid perlu
memperhatikan apa yang dikatakan guru dan tidak diganggu oleh murid lain yang
berbicara. Saat murid belajar untuk menghadapi ujian, mereka harus fokus secara selektif
pada buku yang mereka baca dan menghindari atau menghilangkan stimulasi lain seperti
suara televisi.

Kemamupuan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain secara tepat adalah tantangan
lain yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus
membutuhkan kemampuan untuk berpindah-pindah dari aktivitas menulis huruf, menata
kalimat, menyusun paragraf dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kemampuan
menggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak yang
yang lebih muda. dan anak kecil.

Problem lain bagi anak kecil adalah mereka terlalu fokus pada usaha memperhatikan aspek
dari suatu tugas atau situasi ketimbang hal-hal yang penting. Mereka lebih fokus pada
aspek yang menonjol dari situasi ketimbang pada aspek yang relevan. Misalnya, saat anak-
anak TK menonton video seorang badut memberi instruksi untuk memecahkan masalah,
anak-anak itu kemungkinan besar lebih memperhatikan pada penampilan badut ketimbang
instruksinya. Pada pertengahan usia sekolah dasar, anak makin baik dalam  perhatiannya
pada dimensi yang relevan. Perubahan ini sering kali menandai refklesi yang lebih besar
berkurangnya impulsivitas. Tentu saja,ada perbedaan individual dalam hal atensi ini, dan
beberapa anak SD butuh bantuan untuk memperhatikan dimensi yang relevan dari suatu
tugas ketimbang dimensi yang mencolok.

Salah satu alasan kenapa anak yang lebih tua bisa lebih baik dalam memberi perhatian
adalah karena mereka lebih bisa menyusun rencana aksi untuk memandu usaha atensi
mereka saat mereka akan memecahkan problem. Akan tetapi, anak yang lebh kecil
seringkali bisa secara efektif menggunakan strategi memfokuskan perhatian apabila strategi
itu diajarkan kepada mereka. Pengalaman di sekolah mungkin membantu murid untuk lebih
menyadari kapabilitas atensi mereka atau saat mereka berkembang, mereka mulai
memahami bahwa pikiran mereka akan berjalan baik jika ia aktif dan konstruktif.

b.  Pengulangan

Pengulangan (rehearsal) adalah  repitisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih
lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik apabila murid perlu
menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang singkat. Saat mereka
harus mempertahankan informasi untuk jangka waktu yang panjang, seperti saat mereka
belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi, makan lebih dilakukan
strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan tidak bisa bekerja baik
untuk mempertahankan informasi dalam jangka panjang adalah karena pengulangan sering
kali hanya berupa mengulang-ulang informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu.
Ketika murid mengkonstruksi memori mereka dengan cara yang bermakna, mereka akan
bisa mengingat dengan lebih baik. Mereka juga mengingat dengan lebih baik jika mereka
memproses materi secara mendalam dan mengelaborasinya.

c.  Pemrosesan mendalam

Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efisein untuk
menyandikan informasi untuk memori jangka panjang. Fergud Craik dan Robert Lockhart
(1972) mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level. Teori
mereka yakni, teori level pemrosesan, menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada
kontinum dari dangkal ke mendalam, dimana pemrosesan yang mendalam akan
menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri indrawi atau fisik dari suatu stimulan akan
dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini dilakukan dengan mendeteksi garis, sudut,
dan kontur (contour) dari huruf cetak atau frekuensi, durasi dan kekerasan suara.

Pada level pemrosesan menengah, stimuli tersebut dikenali dan diberi label. Misalnya, objek
berkaki empat dan mengonggong dan diidentifikasi sebagai anjing. Kemudian pada level
yang mendalam, informasi ini diproses secara semantik, dari segi maknanya. Misalnya jika
seorang anak melihat tulisan kapal, pada level dangkal mungkin dia memperhatikan bentuk
huruf itu, pada level menengah dia mungkin memikirkan karakteristik dari kata itu (misalnya
kata itu terdengar seperti kata kadal), dan pada level terdalam dia mungkin memikirkan
kapan dia terakhir kali memancing bersama ayahnya di kapal dan jenis kapal yang
digunakan. Para peneliti telah menemukan bahwa individu mengingat informasi dengan
lebih baik jika mereka memprosesnya pada level yang lebih dalam.

d.  Elaborasi

Para psikolog kognitif segera menyadari bahwa ada lebih banyak cara untuk menyandikan
yang lebih baik ketimbang pemrosesan mendalam. Mereka menemukan bahwa ketika
individu menggunakan elaborasi dalam menyandikan informasinya, memori mereka akan
sangat terbantu. Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi,
saat Anda menyajikan konsep demokrasi kepada murid, mereka kemungkinan akan
mengingatnya dengan lebih baik jika mereka diberi contoh yang bagus dari demokrasi.
Mencari contoh adalah cara yang bagus untuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi
diri (self-reference) adalah cara yang efektif untuk mengelaborasi informasi. Jika Anda
berusaha agar murid ingat konsep keadilan, semakin banyak mereka menemukan contoh
dari ketidakadilan dan keadilan dalam kehidupan mereka sendiri, semakin besar
kemungkinan mereka akan mengingat konsep tersebut. Demikian pula, murid akan lebih
mengingat konsep simfoni apanila mereka mengasosiasikannya dengan saat mereka diajak
menonton konser simfoni ketimbang hanya mengulang-ulang kalimat yang mendefiniskan
simfoni. Mencari asosiasi personal dengan informasi akam membuat informasi lebih
bermakna dan membantu murid untuk mengingatnya.

Penggunanan elaborasi berubah seiring dengan perkembangan. Remaja lebih mungkin


menggunakan elaborasi secara spontak ketimbang anak-anak. Anak SD bisa diajari
menggunakan elaborasi pada satu tugas belajarnya, tetapi dibandingkan dengan remaja,
mereka  mungkin tidak menggunakan elaborasi untuk tugas belajar lain. Walau demikian,
elaborasi verbal dapat menjadi strategi memori yang efektif bahkan untk anak-anak SD.
Salah atau alasan kenapa elaborasi bisa bekerja dengan baik dalam menyandikan informasi
adalah karena elaborasi menambahkan perbedaan dalam kode memori. Untuk mengingat
satu informasi, seperti nama, pengalaman, atau fakta geografi, murid perlu mencari satu
kode yang memuat informasi di antara berbagai kode dalam memori jangka panjang
mereka. Proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode memorinya unik.  Situasinya
tidak berbeda dengan pencarian seorang kawan di kerumunan penumpang di bandara,
dimana jika kawan Anda tingginya 170 cm, berambut merah, maka akan lebih mudah
menemukannya di tengan keramaian ketimbang jika kawan Anda itu tidak memiliki ciri-ciri
yang unik.

e.  Mengkonstruksi Citra

Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi. Allan
Paivio (1986) percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara sebagai kode
verbal atau sebagai kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan unik dari
suatu kode citra, maka semakin baik memori Anda dalam mengingat informasi tersebut.
Para peneliti menemukan bahwamengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat
informasi verbal adalah cara yang lebih baik bagi anak yang lebuh tua ketimbang anak yang
lebih muda. Para peneliti juga menemukan bahwa anak SD yang lebih muda dapat
menggunakan imaji untuk mengingat gambar secara lebih baik ketimbang jika mereka
diminta mengingat materi verbal seperti kalimat.

f.  Penataan

Apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka menyandikannya, maka


memori mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata informasi yang Anda sajikan,
semakin mudah murid Anda mengingatnya. Ini teurtama berlaku jika Anda menata
informasi secara hierarkis atau menjelaskannya. Juga jika Anda mendorong murid untuk
mengorganisasikan informasi, mereka sering kali akan mengingat dengan lebih baik
ketimbang jika Anda tidak memberi instruksi tentang penataan. Chunking (pengemasan)
adalah strategi penataan memori yang baik yakni dengan mengelompokkan atau
“mengepak” informasi menadi unit-unit “higher-order” yang dapat diingat sebagai satu unit
tunggal. Chunking dilakukan dengan membuat sejumlah besar informasi menjadi lebih
mudah dikelola dan lebih bermakna.

Penyimpanan
Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga simpanan
utama yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda yakni memori
sensoris, memori jangka pendek (working memory) dan memori jangka panjang. Anak-anak
mengingat beberapa informasi selama kurang dari satu detik, beberapa informasi diingat
selama setengah menit dan informasi lainnya diingat selama beberapa menit, jam, tahun
bahkan seumur hidup. Tiga tipe memori yang bervariasi sesuai dengan kerangka waktunya
adalah memori sensoris (yang berlangsung hanya beberapa detik); memori jangka pendek
(juga disebut  working memory bertahan  sekitar 30 detik); dan memori jangka panjang
(bertahan sampai seumur hidup).

1.  Memori Sensoris

Memori sensoris (sensory memory) mempertahankan informasi dari dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid
menerima sensasi visual, suara dan sensasi lainnya. Murid punya memori sensoris untuk
suara  selama beberapa detik, kurang lebih seperti lamanya suatu gema suara. Akan tetapi,
memori sensoris untuk gambar visual bertahan hanya sekitar seperempat detik. Karena
informasi sensoris bertahan hanya sesaat, adalah penting bagi murid untuk memperhatikan
informasi sensoris yang penting bagi pembelajaran mereka.

2.  Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek adalah sistem memori berkapasitas terbatas di mana informasi
dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulangi atau diproses lebih lanjut, di
mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan
memori sensori, memori jangka pendek kapasitasnya terbatas tapi durasinya relatif lebih
panjang.
Berkaitan dengan memori jangja pendek ini, psikolog Inggris Alan Baddeley (1993)
mengemukakan bahwa working memory adalah sistem tiga bagian yang secara temporer
mempertahankan informasi saat orang melakukan tugas. Working memory adalah adalah
semacam “memori kerja” mental di mana informasi dikelola atau dimanipulasi dan
dipadukan untuk membantu kita membuat keputusan, memecahkan masalah, dan
memahami bahasa tulis dan lisan. Perhatikan bahwa working memory tidak seperti toko
pasif dengan rak-rak penyimpan informasi sampai dia dipindah ke memori jangka panjang.
Sebalinya, working memory adalah sistem memori yang sangat aktif. Baddeley
mengemukakan tiga komponen working memory yaitu:

 Phonological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari informasi


pembicaraan. Bagian ini memuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara) yang
menghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal) yang membuat
individu dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.
 Visual spatial working memory menyimpan informasi visual dan spasial, termasuk
imaji visual. Seperti  phonological loop, memori visual-spasial ini berkapasitas
terbatas. Kedua memori ini berfungsi secara terpisah (independen). Anda bisa
mengulang-ulang angka dalam phonological loop sembari membuat susunan spasial
dari angka-angka itu dalam visual spatial working memory.
 Central executive  bukan hanya mengintegrasikan informasi dari  phonological
loop dan visual spatial working memory, tapi juga dari memori jangka
panjang. Central executive memainkan peran penting dalam atensi, perencanaan dan
pengorganisasian perilaku. Central executive bertindak sebagai penyelia (supervisor)
yang memonitor informasi dan isu mana yang layak mendapat perhatian dan mana
yang sebaiknya diabaikan. Ia juga memilih strategi mana yang dipakai untuk
memproses informasi dan memecahkan problem. Sebagaimana halnya dengan dua
komponen lainnya phonological loop, visual spatial working memory dan  central
executive punya kemampuan terbatas.

Dalam satu studi, verbal working memory diganggu oleh emosi negatif. Dengan kata lain,
saat orang sedang tak enak hati terhadap sesuatu, working memory mereka mungkin
menjadi tidak efisien. Dalam studi lainnya, mahasiswa yang menulis tentang emosi
negatifnya menunjukkan peningkatan dalam working memory  ketimbang mahasiswa yang
menulis emosi positif dan mereka yang berada dalam kelompok kontrol yang menulis
jadwal hariannya. Efek kegiatan menulis terhadap  working memory diasosiasikan dengan
nilai rata-rata yang lebih tinggi. Implikasi penting  dari studi ini adalah studi ini
menunjukkan bahwa working memory itu dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh
pengalaman seperti menulis pengalaman seseorang. Misalnya, murid yang “takut” dengan
matematika acak kali mengalami defisiensi dalam working memorynya saat mengerjakan
soal matematika karena adanya pikiran buruk yang masuk dan kecemasan terhadap soal
matematika. Murid tersebut mungkin dapat dibantu dengan cara menyuruhnya menuliskan
kecemasannya terhadap matematika.

3.  Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama
periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kapasitas memori jangka panjang
manusia sungguh mengherankan. Ilmuwan komputer John von Neumann menyebutkan
ukurn 2,8 x 10 (280 kuin-tiliun) bit, yang berarti bahwa kapasitas penyimpanan memori
jangka panjang pada dasarnya tidak terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan adalah
efisiensi yang dilakukan seseorang untuk mengambil informasinya. Seringkali tidak
dibutuhkan waktu lama untuk mencari informasi yang kita inginkan dari gudang
penyimpanan yang amat luas ini.  Tentu saja, tidak semua informasi dapat diambil kembali
dari memori jangka panjang dengan begitu mudah.

a.  Model Tiga Simpanan

Konsep memori tiga tahap yang telah dideskripsikan di atas dikembangkan oleh Richard
Atkinson dan Richard Shiffrin (1968). Menurut model Atkinson-Shiffrin, memori melibatkan
sekuensi tahap memori sensoris,memori jangka pendek dan memori jangka pajang. Banyak
informasi hanya berada pada tahap memori sensoris seperti suara dan penglihatan.
Informasi ini hanya akan dismpan sebesar. Akan tetapi, ada beberapa informasi terutama
yang kita perhatikan, ditransfer ke memori jangka pendek, di mana ia bisa dipertahankan
selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan). Atkinson dan Shiffrin
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek
dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori
jangka panjang.

Beberapa pakar memori kontemporer percaya bahwa model Atkinson dan Shiffrin teralu
sederhana. Mereka mengatakan bahwa memori tidaak selalu bekerja dalam urutan tiga
tahap yang rapi seperti dalam model Atkinson dan Shiffrin. Misalnya, para pakar ini
menggunakan isi memori jangka panjang secara lebih fleksibel ketimbang hanya sekedar
mengamil informasi darinya.

b.  Isi Memori Jangka Panjang

Sebagaimana tipe memori dapat dibedakan berdasarkan berapa lama memori itu disimpan,
demikian pula memori dapat dibedakan berdasarkan isinya. Banyak piskolog kontemporer
sependapat bahwa ada hierarki isi memori jangka panjang. Dalam hierarki ini, memori
jangka panjang dibagi menjadi subtipe memori deklaratif dan memori prosedural. Memori
deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan memori semantik.

1)  Memori Deklaratif

Memori deklaratif adalah rekoleksi atau pengingatan kembali informasi secara sadar, seperti
fakta spesifik atau kejadian yang dapat dikomunikasikan secara verbal. Memori deklaratif
pernah disebut sebagai “mengetahui bahwa”, dan belakangan ini diberi label “memori
eksplisit”. Bentuk memori deklaratif murid misalnya penjelasan ulang atas kejadian yang
telah mereka saksikan atau mendeskripsikan prinsip dasar matematika. Akan tetapi, murid
tidak perlu bicara untuk menggunakan memori deklaratif. Apabila murid duduk dan
merenungkan pengalamannya, maka memori deklaratif mereka sudah bekerja.

 Memori Episodik

Metode episodik adalah retensi informasi tentang di mana dan kapan terjadinya suatu
peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah, dengan siapa
mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka seminggu yang lalu
merupakan memori episodik.

 Memori Semantik

Memori semantik adalah pengetahuan umum murid tentang dunia. Memori ini mencakup

-  Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri)

-  Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur dari
pemain catur berumur 15 tahun)

-  Pengetahuan  “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempat penting


dan hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa itu Nelson Mandela atau siapa itu
Gus Dur)

Memori semantik itu independen dari indentitas seseorang dengan masa lalu. Misalnya,
murid mungkin mengakses fakta, seperti Jakarta adalah ibukota Indonesia, tetapi tidak tahu
kapan dan di mana mereka mempelajarinya.

2)  Memori Prosedural

Memori prosedural adalah pengetahuan nondeklaratif dalam bentuk keterampilan dan


operasi kognitif. Memori prosedural tidak dapat secara sadar diingat kembali, setidaknya
dalam bentuk fakta atau kejadian spesifik. Ini membuat memori prosedural menjadi sulit,
jika bukannya mustahil untuk dikomunikasikan. Memori prosedural terkadang dinamakan
“mengetahui bagaimana”, dan belakangan ini juga disebut sebagai “memori implisit”. Ketika
murid mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari, naik sepeda, atau mengetik di
komputer, maka mereka menggunakan memori prosedural. Memori ini juga bekerja ketika
mereka bicara dengan tata bahasa yang benar tanpa memikirkan bagaimana cara
melakukannya.

Merepresentasikan Informasi dalam Memori


Ada dua teori bagi murid untuk merepresentasikan informasi dalam memori yaitu teori
jaringan dan teori skema.
1.  Teori Jaringan

Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagaimana informasi di memori


diorganisir dan dihubungkan. Teori ini memerhatikan titik-titk simpul (nodes) dalam jaringan
memori. Misalkan konsep “burung”. Salah satu teori jaringan paling awal mendeskripsikan
representasi memori sebagai representasi yang disusun  secara hierarkis dengan konsep
yang lebih konkret (misalnya “kenari”) diletakkan di bawah konsep yang lebih abstrak
(seperti (seperti “burung”). Tetapi, kemudian disadari bahwa jaringan hierarki itu terlalu rapi
untuk mendeskripsikan secara akurat bagaimana kerja representasi memori aktual. Misalnya,
murid membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan “Apakah burung unta
termasuk burung?” ketimbang menjawab pertanyaan “Apakah kenari termasuk burung?”.
Jadi para peneliti memori, dewasa ini membayangkan jaringan memori lebih sebagai
jairngan yang tidak teratur. Burung tertentu seperti kenari, lebih dekat dengan titip simpul
atau pusat kategori “burung” ketimbang burung unta.

2.  Teori Skema

Teori skema menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi informasi, kita menyesuaikannya
dengan informasi yang sudah ada di benak kita. Sebuah skema adalah informasi, konsep,
pengetahuan, informasi tentang kejadian yang sudah eksis dalam pikiran seseorang. Skema
dari pengetahuan sebelumnya mempengaruhi cara kita menyandikan, membuat informasi,
dan mengambil informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang berasumsi bahwa
pengambilan informasi melibatkan fakta spesifik, teori skema menyatakan bahwa pencarian
di memori jangka panjang tidak melibatkan fakta yang sangat tepat. Kita sering tak
menemukan secara tepat apa yang kita inginkan dan kita harus mengkonstruksikan fakta
lainnya. Ketika diminta mengambil infomasi dari memori, kita sering kali mengisi gap antara
memori kita yang terfragmentasi dengan bermacam-macam fakta yang akurat dan tidak
akurat.
Teori skema secara akurat memprediksi bahwa orang tidak selalu menyimpan dan
mengambi data seperti komputer mengambil data. Pikiran juga dapat mendistorsi kejadiaan
saat ia menyandikan dan menyimpan kesan dari realitas. Script adalah skema untuk suatu
kejadian. Script sering kali mengandung informasi tentang ciri fisik, orang dan kejadian
tertentu. Jenis informasi ini amat membantu ketika guru dan murid perlu mencari tahu apa
yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk aktivitas seni, murid mungkin
mengingat bahwa Anda akan menyuruh mereka untuk menggamabr, bahwa mereka harus
menghiasi baju mereka, bahwa mereka harus mencari kertas gambar dan melukis dengan
kuas, bahwa mreka harus membersihkan kuas setelah selesai dan seterusnya.

 Mengambil Kembali dan Melupakan Informasi


Setelah murid menyandikan atau menyimpan informasi dan merepresentasikannya dalam
memori, mereka mungkin mampu mengambil kembali beberapa informasi tetapi mungkin
juga melupakan beberapa diantaranya.

1.  Mengambilan Kembali

Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita menelusuri gudang memori
kita untuk menari informasi yang relevan. Seperti halnya dengan penyandian, pencarian ini
bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Misalnya, jika Anda bertanya
pada murid bulan apa sekarang, jawabannya mungkin muncul segera. Artinya, pengambilan
kembali ini bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada murid Anda nama tamu
yang data ke kelas dua bulan lalu, maka proses pengambilan informasinya mungkin
membtuhkan lebih banyak usaha.

a.  Prinsip efek posisi serial

Prinsip efek posisi serial merupakan prinsip yang menyatakan bahwa orang lebih mudah
mengingat item yang ada di awal dan di akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada di
tengah. Misalnya, saat Anda memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan
banuan tutoring, Anda mengatkan , “Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Tugu Tani,
belok kiri di Gambir, dan belok kanan di Monas”. Murid kemungkinan besar akan lebih ingat
pada “Belok kiri di Rawamangun”  dan “Belok kanan di Monas” ketimbang “Belok kanan di
Tugu Tani”. Primacy effect berarti bahwa item di awal suatu daftar cenderung akan lebih
diingat. Recency effect berarti bahwa item yang berada di akhir dafar juga cenderung lebih
diingat.
Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk daftar, tetapi juga pada kejadian-kejadian. Jika
Anda memberikan pelajaran sejarah selama seminggu dan kemudian menanyakannya
kepada murid pada hari Senin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat
apa yang Anda katakan pada hari Jumat minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat
apa yang Anda katakan pada hari Rabu minggu sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi
pengambilan ini adalah sfat dari petunjuk yang digunakan orang untuk mendongkrak
memori mereka. Murid dapat menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila murid
menghadapi “rintangan” untuk mengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu,
dia mungkin bisa menggunakan alfabet, menciptakan nama untuk masing-masing huruf.
Apabila dia berhasil “tersandung” pada nama yang benar, kemungkinan di akan
mengenalinya.

b.  Prinsip Spesifitas Penyandian

Konsiderasi lain dalam memahami pengambilan informasi adalah prinsip spesifitas


penyandian (encoding specificity principle), yaitu prinsip yang menyatakan bahwa asosiasi
yang dibentuk pada saat penyandian atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk
yang efektif untuk pengambilan kembali. Misalnya bayangkan seorang anak berumur 13
tahun menyandikan informasi tenang Bunda Teresa: Dia lahir di Albania, menghabiskan
sebagian besar hidupnya di Indoa, menjadi biarawati Katolik Romawi, sedih melihat orang-
orang sakit dan sekarat di jalan-jala di Calcutta dan memenangkan Hadiah Nobel
kemanusiaan karena membantu orang-orang miskun dan menderita. Kata-kata seperti
Hadiah Nobel, Calcutta dan kemanusiaan dapat dipakai sebagai petunjuk saat anak itu
berusaha mengingat namanya, negara tempat dia tinggal dan agamanya. konsep spesifitas
penyadian sesuai dengan diskusi elaborasi kita diatas, semakin banyak anak melakukan
elaborasi dalam menyandikan informasi, semakin baik mereka dalam mengingat informasi.
Spesifitas penyandian dan elaborasi mengungkapkan betapa saling terkaitnta penyandian
dan pengambilan informasi tersebut.

c.  Mengingat (recall) dan Rekognisi atau Pengenalan (recognition)

Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri.
Mengingat (recall)  adalah tugas memori di mana individu harus mengambil informasi yang
telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal atau menjawab pertanyaan.
Rekognisi atau pengenalan (recognition) adalah tugas memori di mana individu hanya harus
mengidentifikasi (“mengenali”) informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian
pilihan berganda. Banyak murid lebih suka pilihan ganda sebab soal seperti itu memberi
mereka petunjuk, sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk apapun.

2.  Melupakan

Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue). Cue-dependent


forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya
petunjuk pengambila yang efektif. Gagasan cue-dependent forgetting ini dapat menjelaskan
mengapa murid mungkin gagal untuk mengabil fakta yang dibutuhkan untuk ujian bahkan
saat dia merasa yakin “mengetahui” informasi tersebut. Misalnya, jika Anda belajar untuk
menhadapi tes psikologi pendidikan dan diberikan pertanyaan tentang perbedaan antara
mengingat dan mengenali dalam pengambilan informasi, Anda mungkin akan bisa
mengingat perbedaan itu dengan lebih baik apabila Anda punya petunjuk “isilah titik-titik”
dan “pilihan berganda”.

Prinsip cue-dependent forgetting  sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan bahwa


kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpann, tetapi karena ada
informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang kita inginkan.
Bagi murid yang belajar untuk ujian bioloi, kemudian untuk ujian sejarah akan mencampuri
ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan bahwa strategi belajar
yang baik adalah mempelajari lebih dahulu ujian yang akan diberikan terakhir. Jadi dalam
contoh di atas, murid akan lebih baik belajar sejarah dahulu dan kemudian belajar biologi.

Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut decay theory, pembelajaran baru
akan melibatkan pembentukan “jejak memori” neurokimiawi, yang akan terpecah. Jadi, teori
ii menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Peneliti memori
Daniel Schacter (2001) menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu
sebagai transience. Penurunan memori berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda.
Beberapa memori tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama
jika memori itu punya kaitan emosional. Kit sering bisa mengingat memori “yang terang” ini
dengan akurasi yang tepat dan jelas. Misalnya, Anda baru saja menyaksikan kecelakaan atau
mengalami kecelakaan, menjalani acara pesta kelulusan sekolah, mengalami pengalaman
romantis, kemungkinan besar Anda akan mampu mengambil atau mengingat kembali
informasi ini bertahun-tahun sesudah kejadian tersebut terjadi.

Keahlian

Keahlian kita untuk mengingat informasi baru tentang suatu subjek akan tergantung kepada
apa yang telah kita ketahui tentangnya. Misalnya kemampuan murid untuk menerangkan
kembali apa yang telah dilihatnya saat dia di perpustakaan sebagian besar dipengaruhi oleh
apa yang diketahui sebelumnya tentang perpustakaan itu, seperti di mana buku dengan
topik tertentu, bagaimana cara mengecek buku, dan sebagainya. Jadi dia tahu sedikit
tentang perpustakaan, murid itu akan butuh lebih lama untuk menjelakan apa-apa yang ada
di sana. Kontribusi pengetahuan yang sudah ada terhadap kemampuan kita untuk meningat
materi baru tampak jelas saat kita mebandingkan memori pakar dan pemula dalam domain
pengetahuan tertentu. Seorang pakar/ahli jauh berbeda dengan pemula (orang yang baru
saja mulai belajar). Pakar menunjukkan memori yang mengesankan dalam area keahlian
mereka. Salah satu alasan mengapa anak mengingat lebih sedikit ketimbang orang dewasa
adalah karena mereka kurang ahli dalam banyak bidang.

1.  Keahlian dan Pembelajaran

Mempelajari perilaku dan proses mental dari para ahli bisa membantu kita mendapat
pengetahuan tentang bagaimana memandu murid agar menjadi pembelajar yang lebih
efektif seperti yang dilakukan para ahli yaitu:

 Memperhatikan ciri dan pola informasi bermakana yang tidak dilihat pemula
 Punya banyak isi pengetahuan yang diorganisasikan dengan cara yang merefleksikan
pemahaman yang mendalam atas subjek tersebut.
 Bisa mengingat kembali aspek penting dari pengetahuan mereka tanpa banyak
usaha
 Bersikap adaptif dalam pendekatan mereka untuk situasi baru
 Menggunakan strategi yang efektif

a.  Pola Organisasi yang Bermakna

Para pakar atau ahli memiliki kelebihan dalam mengingat kembali informasi di area keahlian
mereka. Proses chunking yang adalah salah satu cara mereka dalam mengingat kembali. Dia
area di mana anak-anak sudah menguasai, memori mereka biasanya sangat baik. Dalam
kenyataannya, sering kali memori mereka melebihi orang dewasa yang masih pemula di
daerah itu.

b.  Organisasi dan Kedalaman Pengetahuan

Pengetahuan seorang ahli lebih banyak diorganisasikan di seputar ide atau konsep penting
ketimbang pengetahuan pemula. Ini membuat seorang pakar memiliki pemahaman yang
lebih mendalam ketimbang pemula.Ahli di area tertentu biasanya punya jaringan informasi
yang lebih luas ketimbang pemula. Informasi yang mereka representasikan dalam memori
punya lebih banyak titik temu, lebih banyak interkoneksi dan organisasi hierarki yang lebih
baik.

Dalam pengajaran, sering kali kurikulum didesain dengan cara yang menyulitkan murid
mengorganisasikan pengetahuan dengan cara yang bermakna. Ini terutama terjadi ketika
hanya ada pembahasan dangal atas suatu fakta sebelum berpindah ke topik selanjutnya.
Dalam konteks ini, murid tidak punya banyak waktu untuk mengeksplorasi topik secara
mendalam dan mendapat pemahaman tentang hal-hal penting dan mengorganisasikan ide.
Tipe penyajian dangkal ini bisa terjadi di mata pelajaran apa saja, tetapi biasanya banyak
terjadi di pelajaran sejarah dan sains yang menekankan pada fakta.

c.  Pengambilan cepat

Pengambilan kembali informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha, sedikit
usaha atau tanpa usaha sama sekali. Pakar mengambil informasi dari memori tanpa usaha
sama seklai, sedangkan pemula membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengambil
informasi. Tetapi, walau pakar bisa mengambil informasi dengan tidak banyak usaha, tidak
berarti mereka selalu melakukan tugasnya dengan lebih cepat ketimbang pemula.

Pengambilan tanpa usaha itu penting karena ia tidak memerlukan terlalu banyak atensi
kesadaran. Karena jumlah informasi yang dapat diperhatikan oleh murid dalam satu waktu
itu terbatas, kelancaran dalam pemrosesan informasi dalam beberapa tugas akan memberi
kesempatan murid untuk lebih memperhatikan aspen lain dari tugas itu. Contohnya adalah
pembaca ahli dan pemula. Pembaca ahli bisa dnegan cepat membaca kata dalam kalimat
dan paragraf, dan karenanya mereka dapat mencurahkan perhatian pada pemahaman
sambil membaca. Akan tetapi kemampuan pembaca pemula untuk menguraikan kata tidak
begitu lancar sehingga mereka membutuhkan lebih banyak perhatian dan waktu untuk
tugas ini. Aspek penting dari pengajaran adalah membantu murid mengembangkan
kelancaran yang mereka butuhkan untuk melaksanakan tugas kognitif secara kompeten.

d.  Keahlian Adaptif

Pertanyaan penting lainnya adalah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan
adalah lebih baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel dan
beradaptasi dengan situasi baru. Pakar adaptif mampu untuk memahami situasi baru secara
lebih fleksibel, tidak secara kaku atau tetap.

e.  Strategi

Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami informasi di area kehalian
mereka dan dalam mengembangkannya. Murid yang kompeten lebih mungkin
menggunakan strategi pembelajaran yang efektif ketimbang murid yang tidak kompeten.
Berikut ini beberapa ide yang bagus untuk membantu murid meningkatkan strategi studi
dan pembelajaran mereka yaitu:

1) Menyebarkan dan mengonsolidasikan pembelajaran

Proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang arti
penting dari review  atas apa-apa yang telah mereka pelajari. Anak-anak yang harus bersiap
untuk ujian akan mendapat manfaat dari pendistribusian pelajaran selama periode yang
lebih panjang ketimbang mempelajari pelajaran sehari sebelum ujian. Belajar dengan buru-
buru cenderung menghasilkan memori jangka pendek yang diproses secara dangkal.
Persiapan jangka pajang jauh lebih sulit ketimbang mempelajari semuanya pada menit-
menit terakhir sebelum ujian.

2) Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri

Ketika anak mengajukan sendiri pertanyaan tentang apa yang telah mereka baca atau
aktivitas apa yang telah mereka lakukan, mereka akan mengembangkan sejumlah asosiasi
dengan iformasi yang perlu mereka ambil dari memori. Sejak pertengahan SD, strategi
pertanyaan pada diri sendiri ini dapat membantu murid untuk mengingat. Misalnya, saat
anak membaca, mereka dapat didorong untuk berhetni secara periodik dan mengajukan
pertanyaan seperti “Apa makna dari apa yang baru saja ku baca?” “Mengapa ini penting?”
dan “Apa contoh dari konsep yang baru saja ku baca?”. Murid dapat menggunakan stratgi
pertanyaan sendiri ini saat mereka mendengarkan pelajaran, mendengar tamu bicara atau
menonton video. Jika Anda secara periodik mengingatkan murid untuk mengajukan
pertanyaan tentang pengalaman mereka sendiri, mereka kemungkinan besar akan
mengingat pengalamannya itu.

3) Mencatat dengan baik

Membuat catatan yang baik, entah itu dari pelajaran atau teks akan mebantu dalam
pembelajaran murid. Ketika murid dibiarkan mencatat tanpa diberitahu strategi lainnya,
mereka cenderun akan mencatat secara ringkas dan tak teratur. Beberapa strategi mencatat
dengan baik antara lain:

 Ringkasan; metode meringkas di mana murid mendegarkan selama beberapa menit


kemudian menuliskan ide utama yang disampaikan pembicara pada saat itu.
Kemudian murid mendegarkan lagi selama beberapa mendit, lalu menulis lagi dan
seterusnya.
 Menulis garis besar; murid akan menuliskan garis besar dari apa yang dikatakan
pembicara. Sebuah garis besari mirip dengan penataan bab-bak dalam buku, dengan
judul sebagai topik utama, lalu subjudul sebagai subtopik, lalu subjudul ketiga dan
seterusnya.
 Peta Konsep; strategi lainnya adalah menyuruh murid mempraktikkan pengambaran
peta konsep. Peta konsep mirip dengan garis besar, tetapi menggambarkan
informasi secara visual dalam format seperti jaring-jaring laba-laba.

4) Menggunakan sistem studi

Berbagai sistem telah dikembangkan untuk membantu orang mengingat informasi yang
mereka pelajari. Salah satu sistem paling awal adalah SQ3R, singkatan
dari survey, question, read, recite dan review. Sistem yang lebih baru adalah PQ4R, singkatan
dari preview, question, read, reflect, recite dan review. Jadi, sistem PQ4R menambahkan
langkah reflect pada sistem SQ3R. Sejak masa sekolah dasar, murid akan mendapat manfaat
dengan mempraktikkan sistem PQ4R. Sistem ini membantu murid dengan membuat mereka
dapat menata informasi secara bermakna, mengajukan pertanyaan, merefleksikannnya dan
mengulasnya. Berikut detail dari langkah sistem PQ4R yaitu:

 Preview; suruh murid untuk menyurvei materi secara ringkas guna mendapatkan
pemahaman secara keseluruhan organisasi ide-idenya. Mintalah mereka agar selalu
membaca jdul untuk melihat topik utama dan subtopik yang akan dibahas.
 Question; ajak anak untuk mengajukan pertanyaan kepada diri mereka sendiri
tentang materi setelah mereka membacanya. DI awal deskripsi  tentang memori dan
strategi studi, kita menandaskan pentingnya mengajukan pertanyaan utnuk diri
sendiri.
 Read; kini suruh anak-anak membaca materinya. Dorong murid menjadi pembaca
aktif. Usahakan mereka berkonsentrasi pada bacaannya dan berusaha memahami
apa yang dikatakan oleh penulisnya. Ini membantu murid agar tidak menjadi
pembaca kosong yang hanya menatap teks tanpa menyerap sesuatu yang penting.
 Reflect; dengan sesekali berhenti dan merenungkan materi, murid akan dapat
meningkatkan pemahaman akan maknanya. Dorong murid untuk melakukan analisis
pada poin studi ini. Setelah mereka membaca sesuatu, tantang mereka untuk
membuka ide dan menuliskannya. Ini adalah saat yang baik bagi mereka untuk
memikirkan aplikasi dan interpretasi informasi dan menghubungkannya dengan
informasi lain yang sudah ada di memori jangka panjangnya.
 Recite; ini berarti murid menguji diri sendiri untuk mengetahui apakah mereka dapat
meningat materi dan merekonstruksikny. Pada poin ini, suruh murid menyusun
serangkaian pertanyaan tentang materi dan menjawabnya.
 Review; suruh murid untuk melampaui materi dan mengevluasi apa yang telah
mereka ketahui dan tidak diketahui. Pada poin ini mereka harus membaca ulang dan
mempelajari kembali materi yang tidak mereka ingat atau tidak mereka pahami
dengan baik.

2.   Memperoleh Keahlian

Ada beberapa hal yang menentukan seseorang menjadi ahli atau tidak yaitu:

a.  Latihan dan Motivasi

Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwa latihan yang disengaja adalah
syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini
melibatkan latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk individual, memberikan
umpan balik informasi, mengixinkan kesempatan untuk repetisi dan mengizinkan koreksi
kesalahan. Latihan yang panjang membutuhkan motivasi yang besar. Murid yang tidak
termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi paakr dalam area
tertentu. Jadi, murid yang mengeluhkan tugas, tidak gigih dan tidak banyak berlatih
memecahkan soal matematika selama bertahun-tahun tidak akan menjadi ahli matematika.

b.  Bakat

Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian berpendapat bahwa keahlian bukan hanya
membutuhkan latihan dan motivasi tetapi juga bakat. Seseorang tidak akan berkembang
menjadi pakar di bidangnya tanpa motivasi dan latihan yang ekstensif karena bakat saja
tidak cukup membuat orang menjadi pakar.

Metakognisi

Metakognisi adalah pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau cara belajar
(“mengetahui tentang mengetahui”). Ada perbedaan antara pengetahuan metakognitif
dengan aktivitas metakognitif. Pengetahuan metakognitif melibatkan usaha monitoring dan
refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual,
seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan atau diri sendiri dan pengetahuan strategis,
seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur spesifik untuk memecahkan
problem. Aktivitas metakognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan
mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan
suatu tujuan. Salah seorang pakar pemikiran anak, Deanna Kuhn (1999) percaya bahwa
metakognisi harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir
yang lebih kritis, terutama di sekolah menengah.

Michael Pressley dan rekan-rekannya (1997) telah mengembangkan model metakognitif


yang disebut model pemrosesan informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi
yang kompeten adalah hasil dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi. Faktor ini antara
lain strategi, pengetahuan isi, motivasi dan metakognisi. Mereka percaya bahwa kognisi
anak-anak akan baik melalui tiga langkah yaitu:

 Anak diajari oleh orang tua atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Dengan
latihan, mereka belajar tentang karakteristik dan keuntungan yang mepelajari
pengetahuan spesifik. Lingkungan atau rumah anak yang lebih menantang secara
intelektual akan membuat anak menghadapi dan mempelajari strategi yang juga
lebih spesifik.
 Guru bisa mendemonstrasikan kesamaan dan perbedaan beberapa strategi dalam
domain tertentu, seperti matematika, yang memotivasi anak untuk melihat ciri-ciri
strategi yang sama dan berbeda. Ini akan menghasilkan pengetahuan relasional yang
lebih baik.
 Pada poin ini, murid mengetahui manfaat umum dari menggunakan strategi, yang
menghasilkan pengetahuan strategi umum. Mereka belajar menghubungkan hasil
pembelajaran yang sukses dengan usaha mereka dalam mengevaluasi, memilih, dan
memonitor strategi yang digunakan (aktivitas dan pengetahuan metakognitif).

Rangkuman materi hari ini yaitu:

 Pendekatan pemrosesan informasi merupakan pendekatan kognitif dimana anak


mengolah informasi, memonitornya dan menyusun strategi berkenaan dengan
informasi tersebut. Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama
dari pendekatan pemrosesan informasi yaitu proses berpikir, mekanisme pengubah
dan modifikasi diri
 Memori atau ingatan adalah retensi informasi dari waktu ke waktu yang
melibatkan encoding, penyimpandan dan pengambilan kembali. Encoding adalah
memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam bahasa sehari-
hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran
 Setelah menyandikan informasi, maka perlu mempertahankan atau menyimpan
informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga
simpanan utama yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda
yakni memori sensoris, memori jangka pendek (working memory) dan memori jangka
panjang
 Ada dua teori bagi murid untuk merepresentasikan informasi dalam memori yaitu
teori jaringan dan teori skema
 Setelah kita menyandikan atau menyimpan informasi dan merepresentasikannya
dalam memori, kita mungkin mampu mengambil kembali beberapa informasi tetapi
mungkin juga melupakan
 Keahlian kita untuk mengingat informasi baru tentang suatu subjek akan tergantung
kepada apa yang telah kita ketahui tentangnya
 Metakognisi adalah pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau cara belajar
(“mengetahui tentang mengetahui”)

Anda mungkin juga menyukai