James: Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan
kondisi-kondisinya.
Watson: Psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia,
perbuatan dan ucapan baiknya yang dipelajari maupun tidak, sebagai pokok
masalah.
Woodworth & Marquis: Psikologi merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu
(meliputi perilaku motorik, kognitif dan emosi).
B. Objek Psikologi
1. Objek Material: Objek yang bersifat umum dilihat dari wujudnya. Objek material dari
Psikologi yaitu Manusia.
2. Objek Formal: Objek yang bersifat spesifik. Objek formal dari Psikologi yaitu
Perilaku Manusia dan hal yang berkaitan.
Crow & Crow: Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan berkembang.
Dewey: Pendidikan adalah suatu proses pengalaman setiap manusia menempuh
kehidupan baik fisik maupun rohani.
Good: Pendidikan adalah sebuah upaya untuk mengembangkan kecakapan individu,
baik secara sikap maupun perilaku dalam bermasyarakat.
Langeveld: Pendidikan adalah upaya untuk membantu peserta didik agar mereka
mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggungjawab.
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung
jawab.
C. Jenis Pendidikan
1. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Contoh: Taman
Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Peguruan Tinggi
meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang individu.
Tidak ada satupun individu yang lahir tanpa di didik, baik itu disuatu instansi, rumah
atau suatu komunitas.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang
mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya
hal yang menentukan keberhasilan tersebut.
Tidak ada hanya satu pendekatan terbaik atau yang paling bermanfaat terhadap riset; setiap
metode dapat bermanfaat jika diterapkan pada beberapa pertanyaan yang benar. Metode
utama yang digunakan peneliti pendidikan untuk mempelajari sekolah, guru, siswa dan
pengajaran adalah eksperimen, studi korelasi dan riset deskriptif.
Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-
kondisinya. Objek Psikologi yaitu objek material dan formal
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seorang
individu. Tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara
yang demokratis juga bertanggung jawab. Jenis Pendidikan ada tiga yaitu
pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang
mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya
hal yang menentukan keberhasilan tersebut
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan
pendidikan. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi
pendidikan yaitu Willian James, John Dewey dan E.L Thorndike
Pada garis besarnya ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi studi pembahasan
tentang semua hal yang berkaitan dengan belajar
Metode utama yang digunakan peneliti pendidikan untuk mempelajari sekolah, guru,
siswa dan pengajaran adalah eksperimen, studi korelasi dan riset deskriptif
Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot)
mereka (menggapai, menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi memperlihatkan tak lebih dari
pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukkan
pola sensorimotor yang lebih kompleks.
Piaget percaya bahwa pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah object permanence.
Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan
kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh. Pencapaian kedua adalah realisasi
bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara diri dan lingkungan sekitar.Menjelang
akhir periode sensorimotor anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia di sekitarnya
bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
Tahap ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor
tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun tahap ini lebih bersifat egosentris
dan intuitif ketimbang logis. Pemikiran Pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua
subtahap yaitu:
Terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara
mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Penggunaan bahasa yang mulai
berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran
simbolis dalam subtahap ini. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil,
awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Meskipun anak kecil membuat kemajuan di
subtahap ini, pemikiran pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan yakni
egosentrisme dan animisme.
Subtahap ini dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai usia tujuh tahun.
Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu semua
jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-
anak tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak
menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang ingin mereka ketahui.
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret,
dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran
formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Saat remaja berpikir secara lebih
abstrak dan idealis, pada saat yang sama mereka juga mulai berpikir secara lebih logis.
Mereka menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji
solusinya.
Perkiraan
Tahap Pencapaian
Usia
Bayi membangun pemahaman dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indrawi dan tindakan fisik.
Sensorimotor 0-2 thn Bayi melangkah maju dari tindakan instingtual dan reflesif
saat baru saja lahir ke pemikiran simbolis menjelang akhir
tahap ini.
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan
gambar. Kata dan gambar ini merefleksikan peningkatan
Praoperasional 2-7 thn
pemikiran simbolis dan melampaui koneksi informasi
indrawi dan tindakan fisik.
Anak kini bisa bernalar secara logis tentang kejadian-
Operasional
7-11 thn kejadian konkret dan mampu mengklasifikasikan objek ke
Konkret
dalam kelompok yang berbeda.
Operasional 11 thn- Remaja berpikir secara lebih abstrak, idealistis, dan logis.
Formal dewasa
Implikasi Teori Piaget terhadap Pendidikan
Implikasi pengajaran utama yang diambil dari Piaget adalah sebagai berikut:
3. Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa berpikir seperti orang
dewasa.
Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama, dia berpendapat
bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya berdasar konteks historis
dan budaya yg dialami anak-anak.
Kedua, dia percaya bahwa perkembangan bergantung pada sistem tanda yg ada
bersama masing-masing orang ketika mereka bertumbuh. Sistem tanda merupakan
simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah, misalnya bahasa, sistem penulisan, sistem
berhitung pada suatu budaya.
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan
masukan orang lain.
Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran
dan informasi dari orang lain.
Perkembangan melibatkan penghayatan anak terhadap tanda-tanda ini sehingga
sanggup berpikir & memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini
disebut pengaturan diri (self regulation).
1. Percakapan Pribadi
3. Pentanggan (scaffolding)
Gagasan kunci yang berasal dari pendapat Vygotsky tentang pembelajaran sosial
adalah pentanggan (scaffolding).
Pentanggan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi dukungan dan meminta
anak tersebut memikul tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup.
Orang tua menggunakan pentanggan ketika mereka mengajari anak mereka
menggunakan permainan baru/ketika mengikat tali sepatunya.
Konsep terkait adalah pemagangan kognisi yang menjelasakan keseluruhan proses
pencontohan, pembimbingan, petanggaan dan evaluasi yang lazim setiap kali
berlangsung pengajaran perorangan.
3. Pentanggaan menyediakan isyarat dan bisikan pada tingkat yang berbeda. Dalam
pentanggaan, orang dewasa tidak menyederhanakan tugas, melainkan peran belajar
disederhanakan “melalui campur tangan gurunya secara bertahap”.
Erikson mempunyai hipotesis bahwa orang melewati delapan tahap psikososial sepanjang
hidupnya. Pada masing-masing tahap terdapat krisis atau masalah krisis yang harus diatasi.
Kebanyakan orang mengatasi masing-masing krisis psikososial itu dengan memuaskan dan
kemudian meninggalkannya untuk menghadapi tantangan baru.
1. Tahap I: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
Tahap ini terjadi pada masa bayi. Perkembangan kepercayaan (trust) membutuhkan
pengasuhan yang hangat dan bersahabat. Hasil positifnya adalah rasa nyaman dan
berkurangnya ketakutan sampai pada titik minimal. Ketidakpercayaan akan tumbuh jika bayi
diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan.
Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir (late infancy) dan masa belajar berjalan (toddler).
Setelah mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya
adalah tindakan sendiri. Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan
mengembangkan rasa malu dan ragu.
Tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal/prasekolah, sekitar usia tiga hingga
lima tahun. Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka mendapat lebih
banyak banyak tantangan ketimbang saat bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka
harus aktif dan tindakannya mempunyai tujuan. Dalam tahap ini, orang dewasa berharap
anak menjadi lebih bertanggung jawab untuk menjaga tubuh dan milik mereka.
Memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak mengembangkan rasa
bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau mereka terlalu cemas.
Tahap ini terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar, dari usia enam tahun hingga usia puber
atau remaja awal. Insiatif anak memmbuat mereka berhubungan dengan banyak energinya
untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa kanak-kanak akhir
adalah masa di mana anak paling bersemangat untuk belajar, saat imajinasi mereka
berkembang. Bahaya di masa sekolah dasar ini adalah munculnya perasaan rendah diri
(inferioritas), ketidakprotifan dan inkompetensi.
Tahap ini terjadi di masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu jati dirinya, apa
makna dirinya dan ke mana mereka akan menuju. Mereka berhadapan dengan banyak
peranbaru dan status dewasa (seperti pekerjaan dan pacaran). Remaja perlu diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya.
Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang jalan
ke masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri mereka.
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah membentuk
hubungan yang positif dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan intimasi sebagai
penemuan diri sendiri tetapi kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Bahaya pada tahap
ini adalah orang bisa gagal membangun hubungan dekat dengan pacar atau kawannya dan
terisolasi secara sosial. Bagi individu seperti ini, kesepian bisa membayangi seluruh hidup
mereka.
Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan, sekitar usia 40-an dan 50-an.
Generativitas berarti mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi selanjutnya. Ini
bisa berkaitan dengan peran seperti parenting dan pengajaran. Melalui peran itu orang
dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup yang berguna.
Erikson mendeskripsikan stagnasi sebagai perasaan tidak bisa melakukan apa-apa untuk
membantu generasi selanjutnya.
Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir, sekitar usia 60-an sampai meninggal.
Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah mereka lakukan.
Jika evaluasi retrospektif ini positif, mereka akan mengembangan rasa integritas. Yakni,
mereka memandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh dan positif dan layak dijalani.
Sebaliknya orang tua akan putus asa jika renungan mereka kebanyakan negatif.
Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognisi berkembang lebih dulu
Kemampuan kognisi menentukan kemampuan anak-anak bernalar tentang situasi
sosial
Mengenai kemampuan kognisi, Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral
berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi, dalam hal ini dari tipe
penalaran moral yang sangat egosentris ke tipe penalaran moral yang didasarkan
pada sistem keadilan berdasarkan kerja sama dan tindakan timbal balik
Untuk memahami penalaran moral anak-anak, Piaget mengamati anak-anak dalam
bermain gundu
1. Heteronomous Morality
2. Autonomous Morality
Autonomous Morality adalah tahap perkembangan moral yang tercapai pada usia 10 tahun
atau lebih. Pada tahap ini, anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan
manusia dan bahwa dalam menilai suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya harus
dipikirkan.
Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral
Teori Kohlberg tentang penalaran moral adalah penjabaran dan perbaikan teori
Piaget
Sama seperti Piaget, Kohlberg mempelajari cara anak-anak (dan orang dewasa)
bernalar tentang aturan yang mengatur perilaku mereka dalam situasi tertentu
Kohlberg tidak mempelajari permainan anak-anak, tetapi lebih menyelidiki
tanggapan mereka terhadap beberapa situasi terstruktur atau dilema moral
Kohlberg berpendapat bahwa orang melewati rangkaian enam tahap penilaian atau
penalaran moral yaitu:
1. Tingkat Prakonvesional
Tingkat ini merupakan tingkat terbawah dari perkembangan moral, dimana pada level ini
anak tidak menunjukkan internalisasi nilai moral dan penalaran moralnya dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman dari luar.
2. Tingkat Konvensional
Tingkat ini merupakan tingkat pertengahan dari perkembangan moral, dimana pada tahap
ini internalisasi masih setengah-setengah, dalam arti bahwa individu mematuhi standar
tertentu (internal) tetapi standar ini pada dasarnya adalah standar dari orang lain (eksternal).
3. Tingkat Pascakonvensional
Tingkat ini merupakan tingkat tertinggi dalam perkembangan moral, dimana pada level ini
perkembangan moral telah diinternalisasikan dan penalaran moral telah muncul.
Guru dapat memilih untuk memanfaatkan keingintahuan alami siswa dan dapat
mengajarkan nilai dan pengambilan keputusan melalui diskusi.
Keluarga menginkan sekolah memberi siswa sarana yang perlu untuk menangani
konflik serius tanpa kekerasan dan guru serta pengurus mengevaluasi atau
memprakarsai program penyelesaian konflik di banyak sekolah.
1. Perkembangan Fisik
Pada akhir periode prasekolah, kebanyakan anak dengan mudah dapat melakukan tugas-
tugas untuk diri sendiri, seperti memasang ikat pinggang, mengancing pakaian dan
menutup resleting. Mereka dapat naik dan turun tangga dengan kaki yang saling
bergantian. Mereka dapat melakukan kegiatan motor halus seperti memotong dengan
gunting dan menggunakan krayon untuk mewarnai daerah yang sudah ditentukan
sebelumnya. Mereka juga mulai belajar menulis huruf dan kata.
2. Perkembangan Kognisi
a. Penguasaan Bahasa
Perkembangan bahasa lisan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas pembicaraan yang
dilakukan orang tua dengan anak-anak mereka. Orang tua kelas menengah berbicara jauh
lebih banyak kepada anak mereka daripada orang tua kelas pekerja, dan anak-anak mereka
mempunyai jumlah perbendaharaan kata yang sangat berbeda. Anak-anak dengan orang
tua yang berpenghasilan rendah yang banyak berbicara kepada anak-anak mereka juga
mempunyai perbendaharaan kata yang banyak.
c. Membaca
Banyak anak prasekolah dapat membaca buku dari awal hingga akhir dengan menafsirkan
gambar-gambar pada masing-masing halaman. Mereka mengerti tentang alur cerita dan
sering dapat memperkirakan apa yang akan terjadi berikutnya ke dalam cerita yang
sederhana. Mereka dapat mengenali logo pada toko dan produk yang udah tidak asing lagi.
Anak-anak mempunyai kemampuan bahasa yang rumit yang sangat berperan penting
dalam membaca.
d. Menulis
3. Perkembangan Sosioemosi
Teman sebaya adalah anak-anak yang lain yang mempunyai usia yang hampir ataupun
sama dengan seorang anak. Teman sebaya mulai memainkan peran yang penting dalam
perkembangan dan kognisi anak-anak. Konflik dengan teman sebaya juga memungkinkan
anak-anak melihat bahwa orang lain mempunyai pemikiran,perasaan,dan sudut pandang
yang berbeda dari mereka sendiri. Konflik juga mempertinggi kepekaan anak-anak
mengenai akibat perilaku terhadap orang-orang lain.
b. Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah tindakan sukarela terhadap orang lain seperti kepedulian, saling
berbagi, penghiburan, dan kerja sama. Perilaku ini meliputi hal-hal berikut:
Teknik disipliner orang tua yang menekankan konsekuensi perilaku anak bagi orang
lain dan yang diberlakukan ke dalam hubungan orang tua-anak yang hangat dan
responsif.
Kontak dengan orang dewasa yang menunjukkan bahwa mereka mengharapkan
perhatian terhadap orang lain, yang memungkinkan anak-anak mengetahui bahwa
penyelesaian agresif atas persoalan tidak dapat diterima dan yang menyediakan
alternatif yang dapat diterima.
Kontak dengan orang dewasa yang menghubungan karakteristik yang positif ke
anak-anak ketika mereka berperilaku baik.
c. Permainan
Program penitipan anak eksis terutama untuk menyediakan layanan pengasuhan anak bagi
orang tua yang bekerja. Program tersebut berkisar mulai dari pengasuhan bayi di mana
seorang dewasa merawat beberapa anak hingga program prasekolah yang terorganisir.
2. Prasekolah
Perbedaan utama antara program penitipan anak dan prasekolah adalah bahwa prasekolah
lebih mungkin menyediakan program terencana yang dirancang untuk menumbuhkan
perkembangan sosial dan kognisi anak-anak kecil, dimana fokus utama pendidikan
prasekolah adalah pelatihan kesiapan. Kebanyakan prasekolah adalah program setengah
hari, dengan dua atau tiga orang dewasa yang mengawasi satu kelas yang terdiri atas 15
hingga 20 anak.
4. Intervensi Dini
Banyak peneliti percaya bahwa intervensi lebih dini perlu bagi anak-anak yang berisiko
terbesar gagal sekolah. Banyak program intervensi dini telah dikembangkan untuk dimulai
pada anak-anak sejak usia 6 bulan. Salah satunya adalah program di pemukiman tengah
kota Milwaukee bagi anak-anak yang ibunya mengalami keterlambatan mental.
Kebanyakan siswa mengikuti taman kanak-kanak setahun sebelum mereka masuk kelas
satu. Tujuan semula taman kanak-kanak ialah menyiapkan siswa mengikuti pengajaran
formal dengan mendorong perkembangan kemampuan sosial mereka, tetapi pada tahun-
tahun belakangan ini fungsi tersebut telah makin diambil alih program prasekolah. Taman
kanak-kanak telah makin banyak berfokus pada masalah akademis, dengan menekankan
kemampuan dini membaca dan matematika dan juga perilaku yang pantas di sekolah.
6. Praktik yang Sesuai dengan Perkembangan
Konsep yang akhirnya makin dianggap penting dalam pendidikan masa anak-anak awal
adalah praktik yang sesuai dengan perkembangan. Ini adalah pengajaran yang didasarkan
pada karakteristik dan kebutuhan masing-masing siswa, bukan usia mereka. Tiap-tiap anak
dipandang sebagai orang yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan masing-masing.
Kurikulum dan pengajaran tanggap terhadap perbedaan masing-masing kemampuan dan
minat. Tingkat kemampuan, perkembangan dan gaya belajar yang berbeda-beda harus
diperkirakan, diterima, dan digunakan untuk merancang kurikulum.
Anak-anak yang memasuki kelas satu berada dalam periode transisi dari
pertumbuhan pesat masa anak anak awal ke tahap perkembangan yang lebih
bertahap.
Perubahan perkembangan mental maupun sosial menjadi ciri khas perkembangan
masa sekolah awal.
Keberhasilan anak-anak di sekolah sangat berperan penting selama masa sekolah
awal, karena pada kelas-kelas sekolah dasarlah mereka mendefinisikan diri sebagai
siswa.
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognisi
Antara usia 5-7 tahun, proses pemikiran anak-anak mengalami perubahan penting. Ini
adalah periode peralihan dari tahap pemikiran praoperasi ke tahap operasi konkret. Selain
masuk pada tahap operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat
mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta-kognisi,
yaitu kemampuan memikirkan pemikiran mereka sendiri dan mempelajari cara belajar.
3. Perkembangan Sosioemosi
Bidang-bidang perkembangan pribadi dan sosial yang penting bagi anak-anak sekolah
dasar adalah konsep diri dan harga diri. Kedua aspek perkembangan anak-anak ini akan
sangat dipengaruhi oleh pengalaman dalam keluarga, di sekolah, dan dengan teman
sebaya. Konsep diri meliputi cara kita memahami kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap
dan nilai kita. Perkembangannya dimulai pada saat lahir dan terus dibentuk oleh
pengalaman. Harga diri merujuk ke proses kita mengevaluasi keterampilan dan kemampuan
kitaPada masa sekolah dasar awal, anak-anak mulai terfokus pada sifat yang lebih abstrak
dan internal seperti kecerdasan dan kebaikan hati pada saat menggambarkan diri.
Kelompok sebaya memegang peran penting tambahan. Di kelas-kelas sekolah dasar tingkat
rendah, kelompok sebaya biasanya terdiri atas anak-anak sesama jenis kelamin yang
mempunyai usia yang kira-kira sama. Kecenderungan ini mungkin terjadi karena keragaman
kemampuan dan minat di antara anak-anak kecil. Namun pada kelas enam, siswa sering
membentuk kelompok yang mencakup anak laki-laki maupun anak perempuan.
Persahabatan adalah hubungan sosial terpenting antara teman-teman sebaya selama masa
anak-anak, dan hal itu mengalami serangkaian perubahan sebelum masa dewasa. Antara
usia 3 dan 7 tahun, biasanya anak-anak memandang teman sebagai rekan bermain
sementara. Ketika anak-anak memasuki masa anak-anak pertengahan, persahabatan
menjadi lebih stabil dan timbal balik. Pada usia ini, teman sering digambarkan berdasar
sifat-sifat pribadi dan persahabatan didasarkan pada dukungan satu sama lain, kepedulian,
kesetiaan dan sikap saling memberi dan menerima.
Salah satu aspek penting hubungan sebaya pada masa anak-anak pertengahan ialah
penerimaan atau status dalam kelompok sebaya. Anak-anak yang tidak diterima dengan
baik atau yang ditolak oleh teman sebaya mereka di sekolah dasar mempunyai risiko yang
tinggi. Anak-anak ini lebih mungkin putus sekolah, terlibat perilaku nakal dan mempunyai
masalah emosi dan psikologis pada masa remaja dan dewasa daripada teman sebaya
mereka yang lebih diterima. Anak-anak yang diterima dengan baik dan populer cenderung
bekerja sama, suka membantu dan memberi perhatian, dan jarang mengganggu atau
agresif. Anak-anak yang dibenci oleh teman sebayanya cenderung sangat agresif dan tidak
memiliki kemampuam prososial dan penyelesaian konflik.
Karena penerimaan teman sebaya merupakan alat prediksi yang begitu kuat tentang
penyesuaian diri saat ini dan jangka panjang, banyak teknik intervensi telah dirancang untuk
mendongkrak kemampuan sosial dan tingkat penerimaan anak-anak yang tidak populer
dan ditolak. Pendekatan umum meliputi hal-hal berikut:
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognisi
Ketika seluruh bagian tubuh lain berubah pada masa pubertas, otak dan fungsi lain juga
berubah, dan waktu perubahan intelektual sangat berbeda-beda seluruh individu. Salah satu
indikasinya adalah bahwa nilai ujian intelegensia yang diperoleh selama beberapa tahun
dari orang yang sama paling banyak berfluktuasi selama kurun waktu mulai usia 12 hingga
15 tahun. Dalam teori perkembangan kognisi Piaget, masa remaja adalah tahap peralihan
dari penggunaan penalaran operai konkret ke penerapan operasi formal. Salah satu
karakteristik yang menandai perkembangan pemikiran operasi formal adalah penalaran
hipotesis-deduktif yang muncul pada saat anak-anak berusaha kira-kira 12 tahun. Sebelum
operasi formal, pemikiran pada hakikatnya bersifat operasi konkret.
3. Perkembangan Sosioemosi
Pada masa remaja, anak-anak juga mengalami perubahan penting dalam kehidupan sosial
dan emosi mereka. Penolakan dapat menimbulkan persoalan emosi yang serius. Disinilah
terletak penyebab utama perubahan hubungan praremaja dengan orang tua. Hal itu terjadi
bukan karena anak-anak praremaja tidak peduli dengan orang tua mereka. Hal itu terjadi
hanya karena teman merasa dirasakan lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan akan
penerimaan oleh teman sebaya ini membantu menjelaskan mengapa anak-anak praremaja
sering berpakaian serupa
a. Perkembangan Identitas
Salah satu tanda pertama masa remaja awal ialah kehadiran daya refleksi, yaitu
kecenderungan memikirkan apa yang terjadi ke dalam benak sendiri dan mempelajari diri
sendiri. Remaja mulai memandang diri sendiri dengan lebih dekat dan mendefiniskan secara
terbuka. Mereka mulai menyadari bahwa terdapat perbedaan dari apa yang mereka pikirkan
dan rasakan serta bagaimana mereka berprilaku.
Konsep diri dan harga diri juga berubah ketika anak-anak memasuki dan menjalani masa
remaja. Harga diri juga mengalami fluktuasi dan perubahan selama masa remaja. Harga diri
mencapai titik terendah ketika anak-anak memasuki sekolah menengah pertama atau
sekolah menengah atas dan ketika awal pubertas. Anak perempuan yang mengalami
kedewasaan dini cenderung menderita penurunan harga diri yang paling dramatis dan
berlangsung lama. Pada umumnya, anak-anak perempuan remaja mempunyai harga diri
yang lebih rendah daripada anak laki-laki. Harga diri atau perasaan umum tentang nilai diri
tampaknya dipengaruhi paling kuat oleh penampilan fisik dan kemudian oleh penerimaan
sosial teman sebaya.
c. Hubungan Sosial
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perubahan hakikat persahabatan juga terjadi.
Pada umumnya, jumlah waktu yang dihabiskan bersama teman meningkat tajam; remaja
menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya mereka dari pada bersama
anggota keluarga atau sendirian. Remaja yang mempunyai persahabatan yang memuaskan
dan harmonis juga melaporkan tingkat harga diri yang lebih tinggi, kurang merasa kesepian,
mempunyai kemampuan sosial yang lebih matang dan berkinerja lebih baik di sekolah
daripada remaja yang tidak mempunyai persahabatan yang mendukung.
Hakikat hubungan dengan teman sebaya pada masa remaja dicirikan berdasarkan status
sosial dan pertemanan akrab sebaya. Persahabatan dengan teman sebaya pada masa
remaja juga telah dipelajari berdasarkan klik dan pertemanan akrab yang merupakan
tempat remaja menghubungkan diri. Klik (clique)adalah kelompok yang agak kecil dan akrab
yang ditentukan oleh minat, kegiatan, dan persahabatan anggota-anggotanya. Sebaliknya
pertemanan, akrab (crowd) adalah kelompok yang lebih besar yang ditentukan oleh
reputasinya. Kesetiaan pada klik atau pertemanan akrab lazim ditemukan selama masa
remaja tetapi tidak selalu berjangka panjang atau berlangsung stabil.
e. Perkembangan Emosi
Kebanyakan remaja mengalami konflik emosi pada suatu saat. Hal ini hampir tidak
mengejutkan karena mereka mengalami perubahan yang pesat dan dramatis menyangkut
citra tubuh, peran yang diharapkan dan hubungan dengan teman sebaya. Peralihan dari
sekolah dasar ke sekolah menengah pertama atau sekolah lanjutan pertama dan selanjutnya
ke sekolah menengah atas juga dapat agak memberi tekanan. Bagi kebanyakan remaja,
tekanan emosi bersifat sementara dan berhasil ditangani tetapi bagi beberapa
orang,tekanan tersebut mengakibatkan kenakalan, penyalahgunaan obat-obatan dan
percobaan bunuh diri.
Masa remaja dapat menjadi saat yang berisiko besar bagi banyak orang karena anak-anak
usia belasan tahun kini dapat untuk pertama kali terlibat perilaku atau mengambil
keputusan yang mempunyai konsekuasi negatif jangka panjang. Masalah-masalah yang
terjadi pada masa remaja adalah sebagai berikut:
Gangguan emosi
Bullying
Putus sekolah
Penyalahgunaan obata-obatan dan alkohol
Kenakalan
Risiko kehamilan
Risiko penyakit menular seksual
Identitas seksual
Perbedaan Budaya
Budaya merujuk pada norma, tradisi, perilaku, bahasa dan persepsi bersama tentang suatu
kelompok. Pada saat anak-anak memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya
di tempat mereka dibesarkan, seperti bahasa, keyakinan, sikap, cara berperilaku dan kesukaan
akan makanan. Kebanyakan anak dipengaruhi oleh beberapa budaya. Latar belakang budaya
masing-masing anak dipengaruhi oleh suku bangsa, status sosioekonomi, agama, bahasa
keluarga, jenis kelamin, identitas serta pengalaman kelompok lain.
Banyak perilaku yang terkait dengan pengasuhan budaya tertentu mempunyai konsekunesi
penting bagi pengajaran di ruang kelas. Misalnya, sekolah mengharapkan sisw aberbicara dalam
bahasa Inggris standar. Hal ini mudah dilakukan ssiswa dari kelaurga yang menggunakan bahasa
inggris standar, tetapi sulit dilakukan siswa yang kelaurganya menggunakan bahasa lain atau
dialek bahasa Inggris yang cukup berbeda
Ketika orang bersentuhan dengan budaya yang sangat berbeda dari budaya mereka sendiri,
banyak dari mereka khususnya anak-anak secara bertahap menjalani akulturasi (acculturation),
mengadopsi beberapa nilai dan kebiasaan budaya baru. Beberapa akultruasi sangat penting untuk
keberhasilan dalam lingkungan budaya baru, tetapi akulturasi yang cepat dapat merusak
kesejahteraan sosial dan emosional anak-anak.
Perbedaan Etnis
Faktor penentu utama budaya yang di mana siswa akan dibesarkan adalah asal usul etnis
mereka. Kelompok etnis adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang lebih besar yang
memandang diri mempunyai sejarah, warisan sosial dan budaya serta tradisi bersama yang
didasarkan pada ras, agama, bahasa atau identitas nasional. Etnis tidak sama dengan ras; ras
hanya merujuk ke karakteristik fisik, seperti warna kulit. Kelompok etnis biasanya
mempunyai budaya bersama, yang mungkin saja tidak akan ditemukan pada semua orang
dari ras tertentu.
Perbedaan Status Sosioekonomi
Salah satu hal penting yang membedakan siswa satu sama lain adalah kelas sosial.
Status sosioekonomi adalah kelompok orang berdasarkan karakteristik ekonomi,
individual dan pekerjaannya. Para pakar sosiologi mendefinisikan kelas sosial atau
status sosioekonomi (SSE), berdasar penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan gengsi
seseorang dalam masyarakat.
Kinerja sekolah siswa berkorelasi dengan status sosial ekonomi mereka. Siswa
dengan SSE tinggi cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih tinggi, dan
siswa dengan SSE rendah cenderung memiliki risiko lebih besar untuk putus sekolah.
Ketika siswa dari keluarga SSE rendah naik ke kelas lebih tinggi; mereka cenderung
jatuh lebih jauh dan lebih jauh di belakang rekan-rekan mereka dengan SSE lebih
tinggi. Siswa dengan SSE rendah sering tinggal di lingkungan dengan sumber daya
ekonomi dan pendidikan pas-pasan, yang keduanya berkontribusi pada rendahnya
prestasi siswa.
Siswa dari SSE tinggi, dimana orang tua memiliki harapan yang tinggi untuk prestasi
anak-anak mereka sehingga anak-anak menderita kecemasan dan depresi yang
signifikan. Siswa di rumah tangga berpenghasilan tinggi sering merasakan tekanan
berlebihan untuk berbuat curang agar sukses dan mengikuti rekan-rekan mereka.
Selain itu, beberapa orang tua berpenghasilan tinggi memiliki pekerjaan yang
menjauhkan mereka secara fisik maupun emosional dari anak-anak mereka sehingga
membatasi bimbingan dan dukungan yang seharusnya mereka berikan.
Namun, secara keseluruhan, anak-anak yang hidup dalam kemiskianlah terutama
kemiskinan kronis yang menghadapi hambatan paling signifikan untuk mencapai
keberhasilan akademis dan kesejahteraan pribadi.
Perbedaan Gender
Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita.
Peran gender adalah ekspetasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita
seharusnya berpikir, merasa dan berbuat.
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah perbedaan gender dalam bidang
fisik, kognitif, pribadi dan sosial
Rata-rata, anak laki-laki cenderung lebih aktif daripada anak perempuan; dengan demikian
mereka lebih banyak kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama dan cenderung
kurang menikmati aktivitas menetap seperti membaca. Sebelum pubertas, anak laki-laki dan
perempuan tampaknya memiliki potensi untuk pertumbuhan fisik dan psikomotorik yang
sama, meskipun anak perempuan memiliki sedikit keunggulan dalam keterampilan motorik
halus (misalnya, untuk menulis dengan tangan).
Namun secara keseluruhan, anak laki-laki lebih mengembangkan keterampilan fisik dan
motorik mereka, mungkin melalui partisipasi dalam tim olahraga. Setelah pubertas, anak
laki-laki memiliki keunggulan biologis dalam hal tinggi dan kekuatan otot.
Perbedaan gender yang paling konsisten diamati adalah kemampuan visual-pasial (vitual-
spatil ability), yang merupakan kemampuan untuk membayangkan dan memanipulasi
secara mental figur dua dan tiga dimensi. Rata-rata anak laki-laki menunjukkan kecakapan
yang lebih besar dalam pemikiran visual-spasial, bahkan pada masa bayi. Sebaliknya
perempuan memiliki keunggulan dalam keterampilan verbal tertentu, misalnya rata-rata
anak perempuan memiliki kosakata yang lebih banyak dan dapat lebih cepat memikirkan
kata-kata yang mereka butuhkan untuk mengekspresikan pikiran mereka.
Meskipun tingkat kemampuannya mungkin serupa, anak perempuan secara lebih konsisten
mendapatkan nilai yang lebih tinggi di sekolah. Anak perempuan biasanya memiliki
keunggulan dalam membaca dan menulis, dan setelah pubertas anak laki-laki cenderung
memiliki keunggulan dalam pemecahan soal matematika yang kompleks.
Anak laki-laki dan perempuan menjadi semakin mahir dengan teknologi. Secara
keseluruhan, anak laki-laki tampaknya menghabiskan lebih banyak waktu luang mereka
dengan teknologi daripada anak perempuan. Anak laki-laki lebih cenderung memiliki sikap
positif dengan teknologi dan mereka lebih cenderung bermain video game, hiburan yang
dapat mengganggu perkembangan membaca dan menulis tetapi meningkatkan
kemampuan visual-spasial.
Ketika menggunakan teknologi pendidikan di sekolah, anak laki-laki mungkin lebih percaya
diri pada awalnya karena mereka mungkin memiliki lebih banyak pengalaman
menggunakan teknologi serupa, namun anak perempuan beradaptasi dengan baik dan
umumnya mendapat manfaat yang sama dari teknologi pendidikan.
Rata-rata, anak perempuan lebih terlibat dalam kegiatan kelas, lebih rajin menyelesaikan
tugas sekolah dan lebih mudah lulus dari sekolah menengah atas. Selain itu, anak
perempuan sering lebih tertarik untuk mendapatkan pendidikan tinggi daripada anak laki-
laki dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang mendapatkan gelar sarjana. Anak
perempuan lebih menyukai tugas-tugas yang mereka tahu akan berhasil, sedangkan rata-
rata, anak laki-laki lebih bersedia untuk mengambil tantangan akademis dan risiko serta
lebih cenderung menanggapi kegagalan mereka dengan tenang.
5. Perasaan Diri
Mulai dari kelas sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, anak laki-laki tampaknya
memiliki perasaan diri yang sedikit lebih positif daripada anak perempuan. Anak laki-laki
cenderung menilai diri mereka lebih tinggi dalam matematika dan olahraga, sedangkan
anak perempuan cenderung menilai diri mereka lebih tinggi dalam membaca dan studi
sosial.
Perbedaan yang konsisten juga terlihat dalam kegiatan dan hubungan interpersonal anak
laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki cenderung berkumpul dalam kelompok besar yang
terlibat dalam permainan kasar; permainan tim dan kegiatan pengambilan risiko fisik. Anak
laki-laki cenderung kompetitif, sedangkan anak perempuan lebih cenderung menjadi afiliatif
dan kooperatif. Anak perempuan lebih terbiasa dengan keadaan mental orang lain dan lebih
peka terhadap pesan-pesan nonverbal yang halus, bahasa tubuh yang dikomunikasikan
orang lain. Anak perempuan menghabiskan banyak waktu luang mereka dengan satu atau
dua teman dekat, dengan siapa mereka dapat berbagi pikiran dan perasaan terdalam
mereka.
7. Perilaku Kelas
Anak laki-laki lebih cenderung berperilaku tidak pantas di kelas. Hal ini disebabkan karena
sebagian anak laki-laki cenderung lebih aktif secara fisik daripada anak perempuan. Anak
laki-laki lebih banyak berbicara dan mengajukan lebih banyak pertanyaan, kadang-kadang
tanpa menunggu untuk dipanggil. Mereka juga cenderung mendominasi diskusi kelompok
kecil dan sesi kerja.
Anak perempuan lebih pendiam ketika menjadi peserta di kelas, mereka cenderung tidk
secara sukarela mengajukan gagasan dan mengajukan pertanyaan. Anak perempuan lebih
cenderung mengekspresikan pendapat mereka dalam kelompok kecil daripada diskusi
kelompok besar, dan mereka lebih cenderung mengambil peran pemipin hanya dalam
kelompok sesama jenis kelamin.
Secara historis, anak laki-laki memiliki aspirasi karir yang lebih ambisius daripada anak
perempuan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak gadis juga mulai mengarahkan
pandangan mereka pada profesi yang menantang. Kesenjangan gender telah sangat
menurun dalam ilmu kesehatan, tetapi laki-laki masih lebih banyak daripada perempuan
dalam karier matematika, fisika,teknik dan komputer.
Rangkuman materi hari ini yaitu:
Perbedaan Inteligensi
Para ahli mendefinisikan dan mengonseptualisasikan inteligensi dalam berbagai cara, tetapi
sebagian besar ahli sepakat bahwa Inteligensi memiliki beberapa kualitas berbeda, seperti:
b. Sejumlah kemampuan yang lebih spesifik, seperti kemampuan pemecahan masalah dan
penalaan abstrak (faktor spesifik).
Faktor umum dan faktor spesifik yang relevan bekerja sama saat kita terlibat dengan
berbagai tugas.
Beberapa dekade setelah karya inovatif Spearman, Raymond Cattell (1963, 1987)
menemukan bukti untuk dua komponen berbeda pada inteligensi umum (g) yaitu:
Inteligensi cair lebih penting untuk tugas baru dan asing, terutama yang membutuhkan
pengambilan keputusan cepat dan melibatkan konten nonverbal. Inteligensi terkristalisasi
lebih penting untuk tugas-tugas yang lazim, terutama yang sangat bergantung pada bahasa
dan pengetahuan sebelumnya.
Howard Gardner (1983, 1999, 2011) mengemukakan bahwa orang memiliki setidaknya
delapan kemampuan berbeda atau inteligensi majemuk (multiple intelligences), yang realitf
independen satu sama lain. dalam pandangannya, mungkin juga terdapat inteligensi
kesembilan (eksistensial) yang didedikasikan untuk masalah filosofis dan spiritual. Delapan
kemapuan tersebuat antara lain:
c. Inteligensi Spasial adalah kemampuan untuk memperhatikan detail dari apa yang dilihat
dan dibayangkan serta manipulasi objek visual dalam pikiran seseorang
menari
Inteligensi bermain basket
tubuh-kinestetik menampilkan pantomim
Robert Sternberg (2004, 2010, 2012) berspekulasi bahwa orang mungkin lebih atau kurang
cerdas dalam tiga domain yang berbeda. Teorinya berfokus pada bagaimana keterampilan
dan kemampuan yang kita miliki dalam domain ini membantu kita mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang. Tiga jenis kemampuan inteligensi tersebut yaitu:
Murid yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas.
Sternberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas
pelajaran sesuai dengan harapan guru. Mereka tidak memberi jawaban yang lazim atu tepat,
tetapi jawaban yang unik atau aneh, sehingga sering dimarahi atau disalahkan. Guru yang
baik tidak akan menghambat kreativitas murid, tetapi Sternberg percaya bahwa sering kali
keinginan guru untuk meningkatkan pengetahuan murid justru menekan pemikiran
kreativitasnya.
Seperti murid dengan inteligensi kreatif yang tinggi, murid dengan inteligensi praktis sering
kali kesulitan dalam memenuhi keinginan sekolah. Namun, murid ini sering kali berprestasi
di luar kelas. Mereka mungkin punya keahlian sosial yang bagus dan pemahaman umum
yang baik. Saat dewasa, mereka terkadang menjadi manajer yang sukses, pengusaha atau
politikus, meskipun catatan prestasi sekolahnya biasa-biasa saja.
Sternberg percaya bahwa dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga tipe
inteligensi itu. Artinya, murid harus diberikan kesmepatan untuk belajar menggunakan
pemikiran analitis, kreatif dan praktis, meski tetap diberi pengajaran gaya konvensional yang
hanya fokus pada belajar dan mengingat informasi.
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk
menggunakan kemampuannya. Guru mungkin akan mengatakan bahwa anak melaksanakan
kegiatan belajar dan berpikir dengan berbagai cara. Guru sendiri juga bervariasi dalam gaya
berpikir dan belajarnya. Tak satupun dari kita yang hanya punya satu gaya belajar dan
berpikir, kita punya banyak gaya. Individu itu sangat bervariasi sehingga ada banyak gaya
belajar dan berpikir yang dikemukakan oleh para pendidik dan piskolog. Dua dikotomi gaya
yang paling banyak didiskusikan dalam wacanan tentang pembelajaran adalah gaya
impulsif/reflektif dan gaya mendalam/dangkal.
1. Gaya Impulsif/Reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung
bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan
merenungkan akurasi dari suatu jawaban. Murid yang impulsif sering kali lebih banyak
melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Murid yang reflektif lebih mungkin
melakukan tugas di bawah ini:
Murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan
berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya
tinggi. Murid reflektif lebih efektif dan lebih baik dalam pelajaran sekolah ketimbang murid
impulsif.
2. Gaya Mendalam/Dangkal
Gaya mendalam/dangkal adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu
cara yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut (gaya mendalam)
atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang
belajar dengan menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara
pasif, sering kali hanya mengingat informasi.
Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang
mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang yang perlu untuk diingat. Pelajar
mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu,
pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar
dangkal (surface learner) lebih mungkin termotivasi belajar jka ada penghargaan dari luar,
seperti pujian dan tanggapan positif dari guru.
Perbedaan Kepribadian
Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang menjadi
ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Beberapa peneliti kepribadian percaya
bahwa mereka telah mengidentifikasikan lima faktor utama dari kepribadian, yakni “ciri
bawaan paling menonjol” yang dianggap bisa mendeskripsikan dimensi utama dari
kepribadian yaitu: openness, conscientiousnes, extraversion, agreeableness dan neuroticism.
a. Openness to experience
b. Conscientiousness
c. Extraversion
d. Agreeableness
Kepribadian agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan memiliki
kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik positifnya adalah kooperatif
(dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik, hangat dan berhati lembut serta
suka membantu. Karakteristik kebalikan dari sifat agreeableness adalah mereka yang tidak
mudah bersepakat dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak
ramah.
e. Neuroticism
Membahas kepribadian dalam konteks faktor “lima besar” bisa memberi kerangka untuk
mengkaji kepribadian murid kita. Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk
mengkarakterisasi kepribadian individual bukan hanya dengan berdasarkan pada ciri
bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya. Kepribadian lain adalah
introvert dan ekstrovert.
Misalkan Anda memiliki murid ekstrovert dan introvert di kelas. Menurut teori interasi orang-
situasi, kita tidak bisa memprediksi mana yang akan beradaptasi dengan lebih baik kecuali
kita mempertimbangkan situasinya. Toeri interasi orang-situasi memperkirakan bahwa
murid yang ekstrovert akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja
sama dengan murid lain, sedangkan murid introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih
baik jika dia dimita mengerjakan tugas secara sendirian. Demikian pula,
murid ekstrovert akan lebih senang apabila bersosialisasi dengan banyak orang sedangkan
murid introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu orang
teman.
Perbedaan Temperamen
Temperamen terkait erat dengan kepribadian dengan gaya belajar dan berpikir.
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan
atau respon. Beberapa murid bertemperamen aktif, sedangkan yang lainnya tenang.
Beberapa murid merespons orang lain dengan hangat, sedangkan orang lain secara sambil
lalu. Deskripsi ini menunjukkan bahwa adanya variasi temperamen. Ada tiga tipe atau jenis
temperamen yaitu:
a. Karakteristik Umum
Secara umum, siswa-siswa yang menyandang disabilitas belajar biasanya memiliki banyak
kekuatan, tetapi mungkin juga menghadapi banyak hambatan seperti:
Karakteristik di atas belum bisa secara tepat menggambarkan semua siswa dengan
disabilitas belajar. Sebagai contoh, beberapa anak tidak bersemangat di kelas, dan beberapa
yang lain sangat terampil bersosialisasi dan populer di antara teman sebaya. Terkadang
ketidakmampuan belajar mencerminkan ketidaksesuaian antara kemampuan berkembang
siswa, di satu sisi, dan harapan sesuai jenjang pendidikan terhadap kinerja, di sisi lain.
Sebagai contoh, ketika siswa mencapai jenjang sekolah menengah pertama, mereka
umumnya diharapkan bisa bekerja cukup dengan sedikit atau tanpa pengawasan, namun
siswa dengan ketidakmampuan belajar tidak selalu memiliki keterampilan dalam mengatur
waktu untuk menjalankan tugas yang harus dilakukan.
Beberapa bentuk disabilitas belajar yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
c. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran untuk siswa dengan disabilitas belajar harus dirancang sesuai dengan
kekuatan dan kelemahan siswa. Jika Anda menjadi guru kelas reguler, kemungkinan besar
Anda akan bermitra dengan pendidik siswa berkebutuhan khusus ketika di kelas Anda
terdapat siswa penyandang disabilitas belajar. Anda dan pendidik khusus perlu bekerja
secara kolaboratif untuk menyesuaikan pengajaran. Beberapa strategi yang berguna adalah
sebagai berikut:
Minimalkan gangguan
Sajikan informasi baru secara eksplisit dan terorganisasi dengan baik
Sajikan informasi dalam berbagai modalitas sensorik
Sajikan bahan-bahan baru yang menstimulasi
Analisis kesalahan siswa demi mendapatkan petunjuk untuk mengatasi masalah
kesulitan pemrosesan siswa
Ajarkan keterampilan belajar dan srategi belajar
Sediakan kertas atau alat bantu elektronik yang mendukung siswa saat belajar dan
bekerja
2. ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan ketidakmampuan dimana anak
secara konsisten menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut: (1) kurang perhatian, (2)
hiperaktif dan (3) impulsif. Sebenarnya semua siswa cenderung kurang perhatian, hiperaktif
dan impulsif pada suatu waktu. Akan tetapi, siswa dengan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder-ADHD) mempunyai kekurangan
yang signifikan dan kronis dalam area seperti kriteria berikut:
Siswa dengan ADHD tidak perlu memperlihatkan semua karakteristik ini. Sebagai contoh,
ada siswa yang kurang perhatian tanpa menjadi hiperaktif. Namun, semua siswa dengan
ADHD menunjukkan karakteristik umum: ketidakmampuan untuk menghalangi pemikiran-
pemikiran yang tidak tepat, tindakan yang tidak tepat atau keduanya.
a. Karakteristik Umum
Hiperaktivitas dan masalah impulsif siswa dapat sedikit berkurang pada masa remaja, tetapi
tidak 100 % menghilang sehingga membuat siswa mengalami kesulitan dalam menangani
tuntutan yang meningkat di sekolah menengah atas; bagi banyak penyandang, ADHD ini
dapat terus terbawa sampai masa dewasa.
b. Penyebab
Dalam beberapa hal, ADHD muncul akibat kegagalan otak membatasi kemampuan siswa
memusatkan perhatian dan mengendalikan perilaku mereka. Kadang-kadang kelainan ini
diwariskan, tetapi kadang-kadang, sebaliknya kelainan itu adalah dampak dari keterpaparan
arah terhadap zat beracun d lingkungan awal anak-anak, barangkali dari debu dari cat yang
berkonten racun tinggi dari bangunan yang sudah tua.
Banyak anak-anak dan remaja yang terdiagnosa ADHD diberi resep dengan obat untuk
meringankan gejalanya. Meskipun ada perdebatan mengenai kemungkinan pemberian
resep obat yang berlebihan untuk anak-anak dan remaja penyandang ADHD, penelitian
terakhir menunjukkan bahwa obat bisa membantu dalam beberapa hal:
Bagi beberapa orang, efek obatnya kuat; tetapi bagi yang lain efeknya ringan
Obat mengurangi gejala-gejala ADHD, tetapi tidak menyembuhkannya
Obat paling efektif asalkan dosisnya diawasi dengan ketat dan ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan
Beberapa obat merupakan stimulan sedangkan yang lain tidak. Stimulan mendukung
komunikasi yang lebih efektif antara berbagai jaringan sel otak; nonstimulan terdiri
dari berbagai obat lain.
Obat dapat efektif pada anak-anak prasekolah, terutama ketika pada arah itu
terdapat beberapa gangguan mental tambahan.
Di antara anak-anak prasekolah, beberapa intervensi perilaku dapat diterapkan
dengan lebih sukses ketimbang memberikan pengobatan.
d. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran yang digunakan untuk siswa ADHD adalah sebagai berikut:
Play Video
Play Video
Play Video
a. Karakteristik Umum
Meskipun ada beberapa siswa dengan gangguan berbicara dan berkomunikasi mempunyai
disabilitas lainnya, banyak dari mereka hanyalah tipikal siswa pada umumnya. Berikut adalah
karakteristik umum untuk gangguan berbicara dan berkomunikasi:
Keengganan untuk berbicara; rasa malu dan kesadaran diri saat berbicara
Kesulitan dalam membaca dan menulis
b. Penyebab
Sering kali, tetapi tidak selalu, sumber gangguan tersebut dapat ditelusuri dari hereditas
(warisan keturunan) atau kelainan otaknya.
c. Strategi Pengajaran
Strategi yang dapat membantu siswa yang mengalami gangguan bicara dan komunikasi
adalah sebagai berikut:
Mendorong komunikasi lisan secara teratur
Mendengarkan dengan sabar
Bertanya untuk klarifikasi ketika ada pesan yang tidak jelas
Menggunakan komunikasi argumentatif dan alternatif ketika siswa hanya memiliki
sedikit bahasa lisan atau bahkan tak punya bahasa lisan sama sekali
Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavioral disorders)
diidentifikasi sebagai siswa dengan kebutuhan khusus, dan oleh karena itu memenuhi syarat
untuk layanan pendidikan khusus ketika masalah mereka memiliki dampak negatif yang
signifikan pada pembelajaran di kelas. Gejala gangguan emosi dan perilaku secara khusus
masuk dalam satu dari dua kategori besar yaitu:
a. Karakteristik Umum
Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal
kemampuan dan kepribadian mereka. Namun, selain kesulitan dalam memelihara hubungan
dengan teman sebaya yang sehat seperti yang disebutkan tadi, karakterisktik lain nya
adalah sebagai berikut:
b. Penyebab
Beberapa gangguan emosi dan perilaku disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kondisi
kehidupan yang penuh tekanan, salah asuh atau konsumsi alkohol dan penyalahgunaan
obat dalam keluarga. Selain itu, penyebab biologis (misalnya predisposisi keturunan,
ketidakseimbangan kimiawi, kerusakan otak) dapat juga terlibat, baik oleh mereka sendiri
atau melalui interaksi dengan lingkungan.
c. Strategi Pengajaran
Dari hasil penelitian menujukkan bahwa beberapa perawatan dengan obat tertentu cukup
membantu bagi beberapa anak dan remaja yang mengalami gangguan emosi dan perilaku,
namun dukungan lingkungan tetaplah penting. Intevensi yang efektif harus disesuaikan
dengan kebutuhan unik setiap siswa, tetapi beberapa strategi berikut dapat bermanfaat
bagi banyak siswa:
Tanda-Tanda Depresi
Play Video
Mengatasi Depresi
Play Video
Ciri-ciri utama dari gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) adalah adanya
gangguan kognisi sosial (misalnya, pengambilan perspektif, menafsirkan bahasa tubuh
orang), keterampilan sosial, penggunaan bahasa dan interaksi sosial. Banyak siswa dengan
gangguan ini lebih suka menyendiri dan menunjukkan keterikatan emosional yang lemah.
Beberapa siswa mengembangkan kemampuan bahasa secara terbatas, di saat kemampuan
berbahasa siswa lain berkembang. Ciri-ciri yang umum juga adalah perilaku berulang (yang
sering kali sangat aneh dan jarang terlihat pada usia sebayanya) dan tidak fleksibel,
mengikuti rutinitas tertentu.
Selain dari kesamaan dalam gangguan sosial dan perilaku berulang, individu dengan
gangguan spektrum autisme sangat berbeda dalah hal seberapa parahnya kondisi mereka,
inilah yang dimaksud dengan istilah spektrum. Dalam autis fungsi tinggi (high functioning
autism), suatu bentuk yang agak ringan, siswa biasanya memiliki keterampilan bahasa
normal dan inteligensi rata-rata atau di atas rata-rata. Dalam kasus-kasus yang parah, yang
secara sederhana sering disebut sebagai autisme, anak-anak memiliki keterlambatan besar
dalam perkembangan kognitif dan bahasa serta memamerkan perilaku melanggar aturan,
mungkin secara terus menerus mereka akan menggoyang-goyangkan atau mengayun-
ayunkan jemari, atau mengulangi apa yang dikatakan orang lain, atau menunjukkan
ketertarikan tidak biasa terhadap kategori objek. Siswa dengan gangguan spektrum autis
mungkin kurang dapat peka atau sebaliknya terlalu peka terhadap stimulasi lingkungan.
a. Karakteristik Umum
Siswa dengan gangguan spektrum autisme biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut:
b. Penyebab
Sebagian besar gangguan spektrum autisme kemungkinan disebabkan oleh kelainan pada
otak. Selain itu, kadang-kadang autisme terjadi di dalam keluarga dan dapat memiliki asal
muasal genetik.
c. Strategi Pengajaran
Banyak dari strategi kelas yang dijelaskan sebelumnya dapat diterapkan pada siswa autis.
Dua strategi tambahan yang dapat membantu antara lain:
Secara signifikan memiliki inteligensi di bawah rata-rata inteligensi umum, para siswa
yang memiliki skor tes inteligensi yang cukup rendah, biasanya tidak lebih tinggi dari
70, mencerminkan kinerja di bawah 2 % dari kelompok usia mereka. Selain itu, para
siswa ini belajar dengan lambat dan secara konsisten menunjukkan prestasi buruk di
hampir semua bidang studi akademis.
Kekurangan dalam perilaku adaptif, siswa-siswa ini berperilaku seperti anak-anak
yang jauh lebih muda. Kekurangan mereka dalam perilaku adaptif mencakup
keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu mengelola kehidupan sehari-hari dan
kecerdasan sosial yaitu menempatkan diri dengan tepat dalam berbagai situasi
sosial.
Karakteristik ini harus tampak nyata pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, orang-
orang yang memperlihatkan karakteristik ini baru di awal usia 18 tahun, mungkin sebagai
akibat dari cedera kepala yang serius, tidak dapat digolongkan memiliki retardasi
mental/disabilitas intelektual. Retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
a. Karakteristik Umum
b. Penyebab
Play Video
Mengenal Down Syndrome
Play Video
Penyebab Down Syndrome
Play Video
Play Video
c. Strategi Pengajaran
Beberapa strategi mengajar yang baik untuk berinteraksi dengan anak-anak retardasi
mental adalah:
Membantu anak retardasi mental untuk berlatih menentukan pilihan personal dan
determinasi diri jika dimungkinkan
Selalu ingat level fungsi mental anak
Sesuaikan instruksi pengajaran Anda dengan kebutuhan si anak
Berikan contoh konkret dari suatu konsep dan gunakan instruksi yang jelas dan
sederhana
Beri anak kesempatan untuk melatih apa-apa yang telah mereka pelajari
Perhatikan rasa penghargaan diri si anak, jangan membanding-bandingkan dengan
anak yang tidak terkena retardasi mental
Jangan berprasangka negatif terhadap kemampuan belajar anak
Sadari bahwa banyak anak dengan retardasi mental bukan hanya memiliki
kebutuhan akademik tetapi juga membutuhkan bantuan untuk meningkatkan
keterampilan perawatan diri dan keterampilan sosial
Cari dukungan sumber daya
Jika Anda mengajar di kelas menengah, evaluasilah keahlian vokasional yang
dibutuhkan murid retardasi mental untuk mendapatkan pengajaran
Libatkan orang tua sebagai mitra mendidik anak
Cerebral Palsy
Play Video
a. Karakteristik Umum
Sulit untuk menggeneralisasi siswa dengan gangguan fisik dan kesehatan karena kondisinya
sangat berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada beberapa karakteristik umum yang
bisa diperhatikan yaitu:
b. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran yang dapat diterapkan untuk siswa dengan gangguan fisik dan
kesehatan antara lain:
2. Gangguan Penglihatan/Visual
a. Karakteristik Umum
Siswa dengan gangguan penglihatan mempunyai banyak atau semua karakteristik berikut
ini:
b. Penyebab
Gangguan penglihatan disebabkan oleh abnormalitas kongenital mata. Kerusakan juga bisa
terjadi pada mata atau saluran ke otak.
c. Strategi Pengajaran
Para ahli secara khusus memberikan siswa pelatihan Braille, orientasi dan mobilitas, serta
secara khusus mengadaptasi teknologi komputer. Namun demikian, guru-guru pendidikan
umum memainkan peran penting juga, seperti yang tercermin pada strategi berikut:
Beri kesempatan siswa terlebih dahulu memahami tata letak fisik ruang kelas
Gunakan materi visual dengan kekontrasan yang lebih tajam
Sangat tergantung pada moda yang lain, perangkat lunak cetak-baca atau alat
bacaan portabel yang dapat menerjemahkan teks tercetak ke dalam bahasa lisan
Berikan waktu lebih untuk belajar dan menunjukkan kinerja
Ajarkan strategi belajar kepada siswa Anda
3. Gangguan Pendengaran
Siswa dengan gangguan pendengaran mengalami malfungsi pada telinga atau syaraf-
syaraf berkaitan yang mempengaruhi persepsi suara dalam kisaran frekuensi siswa bicara
orang normal. Siswa yang tuli total tidak mampu memahami bahasa lisan bahkan dengan
alat bantu dengar. Siswa dengan kesulitan pendengaran masih bisa memahami beberapa
perkataan, tetapi akan mengalami kesulitan luar biasa untuk memahami keseluruhan
pembicaraan.
a. Karakteristik Umum
b. Strategi Pengajaran
Ada beberapa hal yang sebaiknya diterapkan demi memfasilitasi kesuksesan siswa dengan
gangguan pendengaran yaitu:
Anak berbakat merupakan anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (biasanya memiliki IQ
130 atau lebih) dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik, sains
atau matematika. Layanan pendidikan khusus diperlukan untuk membantu siswa berbakat
mencapai potensinya secara penuh. Anak berbakat (gifted) kemungkinan hasil dari dua
faktor yaitu predisposisi genetik dan pengasuhan lingkungan. Dalam beberapa kasus, siswa
unggul dan berbakat merupakan hasil dari pelatihan intensif dan mentoring. Kemunculan
dari perkembangan bakat ini juga meningkat seiring dengan banyak dukungan dan
dorongan keluarga untuk mengembangkan bakat-bakat tertentu.
a. Karakteristik Umum
Siswa unggul memiliki berbagai kekuatan dan bakat yang unik, dan mereka yang
memperlihatkan bakat khusus dalam satu bidang mungkin memiliki kemampuan rata-rata
di bidang lain. Meskipun demikian, banyak siswa unggul memiliki karakteristik sebagai
berikut:
b. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran yang dapat dilakukan untuk siswa berbakat antara lain:
2. Pandangan Siegler
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan
informasi yaitu proses berpikir, mekanisme pengubah dan modifikasi diri.
a. Pemikiran
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi. Dalam
hal ini Siegler meberikan perspektif luas tentang apa itu berpikir. Dia mengatakan bahwa
ketika anak merasakan (perceive), melakukan penyandian (encoding), mempresentasikan dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir.
Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan
individu bisa beradaptasi dan menyesuaikam diri dengan perubahan dalam lingkungan,
tugas dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan berpikir manusia. Individu hanya dapat
memperhatikan sejumlah informasi yang terbatas pada satu waktu dan kecepatam kita
memproses informasi juga terbatas.
b. Mekanisme Pengubah
Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah
pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat
mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak
yaitu encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi dan generalisasi.
Encoding
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler mengatakan
bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relevan
dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena biasanya dibutuhkan waktu dan
usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan
penyandian secara otomastis dan memaksimalkan efektivitasnya.
Otomatisitas (automaticity)
Istilah otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau
tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan informasi
menjadi semakin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide
dan kejadian.
Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk pemrosesan informasi. Siegler
mengatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk
memecahkan masalah.
Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, diperlukan generalisasi. Anak perlu
melakukan generalisasi atau mengaplikasikan strategi pada problem lain. Generalisasi
berada di bawah topik transger yang akan dibahas berikutnya. Transfer terjadi saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan masalah dalam situasi yang baru.
c. Modifikasi Diri
Memori atau ingatan adalah retensi informasi dari waktu ke waktu yang
melibatkan encoding, penyimpandan dan pengambilan kembali. Para Psikolog Pendidikan
mempelajari bagaimana informasi diletakkan atau disimpan dalam memroi, bagaimana ia
dipertahankan atau dismpan setelah disandikan (encoded) dan bagaimana ia ditemukan
atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari.
Memori membuat kita terasa berkesinambungan. Tanpa memori, Anda tidak mampu
menghubungkan apa yang terjadi kemarin dengan apa yang Anda alami sekarang. Dewasa
ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa adalah penting untuk tidak memandang
memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan tetapi harus
dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka. Agar memori bekerja, anak
harus mengambil informasi, menyimpannya dan kemudian mengambilnya kembali untuk
suatu tujuan di kemudian hari. Pemrosesan informasi dalam memori mencakup encoding,
penyimpanan (storage) dan pengambilan (retrieval).
2. Encoding
Encoding adalah memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam bahasa sehari-
hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat murid
mendengarkan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik atau bicata dengan
kawan, dia sedang menyandikan informasi ke dalam memori. Ada enam konsep yang
berhubungan dengan encoding yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam,
elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji) dan penataan (organisasi).
a. Atensi
Kemamupuan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain secara tepat adalah tantangan
lain yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus
membutuhkan kemampuan untuk berpindah-pindah dari aktivitas menulis huruf, menata
kalimat, menyusun paragraf dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kemampuan
menggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak yang
yang lebih muda. dan anak kecil.
Problem lain bagi anak kecil adalah mereka terlalu fokus pada usaha memperhatikan aspek
dari suatu tugas atau situasi ketimbang hal-hal yang penting. Mereka lebih fokus pada
aspek yang menonjol dari situasi ketimbang pada aspek yang relevan. Misalnya, saat anak-
anak TK menonton video seorang badut memberi instruksi untuk memecahkan masalah,
anak-anak itu kemungkinan besar lebih memperhatikan pada penampilan badut ketimbang
instruksinya. Pada pertengahan usia sekolah dasar, anak makin baik dalam perhatiannya
pada dimensi yang relevan. Perubahan ini sering kali menandai refklesi yang lebih besar
berkurangnya impulsivitas. Tentu saja,ada perbedaan individual dalam hal atensi ini, dan
beberapa anak SD butuh bantuan untuk memperhatikan dimensi yang relevan dari suatu
tugas ketimbang dimensi yang mencolok.
Salah satu alasan kenapa anak yang lebih tua bisa lebih baik dalam memberi perhatian
adalah karena mereka lebih bisa menyusun rencana aksi untuk memandu usaha atensi
mereka saat mereka akan memecahkan problem. Akan tetapi, anak yang lebh kecil
seringkali bisa secara efektif menggunakan strategi memfokuskan perhatian apabila strategi
itu diajarkan kepada mereka. Pengalaman di sekolah mungkin membantu murid untuk lebih
menyadari kapabilitas atensi mereka atau saat mereka berkembang, mereka mulai
memahami bahwa pikiran mereka akan berjalan baik jika ia aktif dan konstruktif.
b. Pengulangan
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih
lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik apabila murid perlu
menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang singkat. Saat mereka
harus mempertahankan informasi untuk jangka waktu yang panjang, seperti saat mereka
belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi, makan lebih dilakukan
strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan tidak bisa bekerja baik
untuk mempertahankan informasi dalam jangka panjang adalah karena pengulangan sering
kali hanya berupa mengulang-ulang informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu.
Ketika murid mengkonstruksi memori mereka dengan cara yang bermakna, mereka akan
bisa mengingat dengan lebih baik. Mereka juga mengingat dengan lebih baik jika mereka
memproses materi secara mendalam dan mengelaborasinya.
c. Pemrosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efisein untuk
menyandikan informasi untuk memori jangka panjang. Fergud Craik dan Robert Lockhart
(1972) mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level. Teori
mereka yakni, teori level pemrosesan, menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada
kontinum dari dangkal ke mendalam, dimana pemrosesan yang mendalam akan
menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri indrawi atau fisik dari suatu stimulan akan
dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini dilakukan dengan mendeteksi garis, sudut,
dan kontur (contour) dari huruf cetak atau frekuensi, durasi dan kekerasan suara.
Pada level pemrosesan menengah, stimuli tersebut dikenali dan diberi label. Misalnya, objek
berkaki empat dan mengonggong dan diidentifikasi sebagai anjing. Kemudian pada level
yang mendalam, informasi ini diproses secara semantik, dari segi maknanya. Misalnya jika
seorang anak melihat tulisan kapal, pada level dangkal mungkin dia memperhatikan bentuk
huruf itu, pada level menengah dia mungkin memikirkan karakteristik dari kata itu (misalnya
kata itu terdengar seperti kata kadal), dan pada level terdalam dia mungkin memikirkan
kapan dia terakhir kali memancing bersama ayahnya di kapal dan jenis kapal yang
digunakan. Para peneliti telah menemukan bahwa individu mengingat informasi dengan
lebih baik jika mereka memprosesnya pada level yang lebih dalam.
d. Elaborasi
Para psikolog kognitif segera menyadari bahwa ada lebih banyak cara untuk menyandikan
yang lebih baik ketimbang pemrosesan mendalam. Mereka menemukan bahwa ketika
individu menggunakan elaborasi dalam menyandikan informasinya, memori mereka akan
sangat terbantu. Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi,
saat Anda menyajikan konsep demokrasi kepada murid, mereka kemungkinan akan
mengingatnya dengan lebih baik jika mereka diberi contoh yang bagus dari demokrasi.
Mencari contoh adalah cara yang bagus untuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi
diri (self-reference) adalah cara yang efektif untuk mengelaborasi informasi. Jika Anda
berusaha agar murid ingat konsep keadilan, semakin banyak mereka menemukan contoh
dari ketidakadilan dan keadilan dalam kehidupan mereka sendiri, semakin besar
kemungkinan mereka akan mengingat konsep tersebut. Demikian pula, murid akan lebih
mengingat konsep simfoni apanila mereka mengasosiasikannya dengan saat mereka diajak
menonton konser simfoni ketimbang hanya mengulang-ulang kalimat yang mendefiniskan
simfoni. Mencari asosiasi personal dengan informasi akam membuat informasi lebih
bermakna dan membantu murid untuk mengingatnya.
e. Mengkonstruksi Citra
Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi. Allan
Paivio (1986) percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara sebagai kode
verbal atau sebagai kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan unik dari
suatu kode citra, maka semakin baik memori Anda dalam mengingat informasi tersebut.
Para peneliti menemukan bahwamengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat
informasi verbal adalah cara yang lebih baik bagi anak yang lebuh tua ketimbang anak yang
lebih muda. Para peneliti juga menemukan bahwa anak SD yang lebih muda dapat
menggunakan imaji untuk mengingat gambar secara lebih baik ketimbang jika mereka
diminta mengingat materi verbal seperti kalimat.
f. Penataan
Penyimpanan
Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga simpanan
utama yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda yakni memori
sensoris, memori jangka pendek (working memory) dan memori jangka panjang. Anak-anak
mengingat beberapa informasi selama kurang dari satu detik, beberapa informasi diingat
selama setengah menit dan informasi lainnya diingat selama beberapa menit, jam, tahun
bahkan seumur hidup. Tiga tipe memori yang bervariasi sesuai dengan kerangka waktunya
adalah memori sensoris (yang berlangsung hanya beberapa detik); memori jangka pendek
(juga disebut working memory bertahan sekitar 30 detik); dan memori jangka panjang
(bertahan sampai seumur hidup).
1. Memori Sensoris
Memori sensoris (sensory memory) mempertahankan informasi dari dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid
menerima sensasi visual, suara dan sensasi lainnya. Murid punya memori sensoris untuk
suara selama beberapa detik, kurang lebih seperti lamanya suatu gema suara. Akan tetapi,
memori sensoris untuk gambar visual bertahan hanya sekitar seperempat detik. Karena
informasi sensoris bertahan hanya sesaat, adalah penting bagi murid untuk memperhatikan
informasi sensoris yang penting bagi pembelajaran mereka.
Memori jangka pendek adalah sistem memori berkapasitas terbatas di mana informasi
dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulangi atau diproses lebih lanjut, di
mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan
memori sensori, memori jangka pendek kapasitasnya terbatas tapi durasinya relatif lebih
panjang.
Berkaitan dengan memori jangja pendek ini, psikolog Inggris Alan Baddeley (1993)
mengemukakan bahwa working memory adalah sistem tiga bagian yang secara temporer
mempertahankan informasi saat orang melakukan tugas. Working memory adalah adalah
semacam “memori kerja” mental di mana informasi dikelola atau dimanipulasi dan
dipadukan untuk membantu kita membuat keputusan, memecahkan masalah, dan
memahami bahasa tulis dan lisan. Perhatikan bahwa working memory tidak seperti toko
pasif dengan rak-rak penyimpan informasi sampai dia dipindah ke memori jangka panjang.
Sebalinya, working memory adalah sistem memori yang sangat aktif. Baddeley
mengemukakan tiga komponen working memory yaitu:
Dalam satu studi, verbal working memory diganggu oleh emosi negatif. Dengan kata lain,
saat orang sedang tak enak hati terhadap sesuatu, working memory mereka mungkin
menjadi tidak efisien. Dalam studi lainnya, mahasiswa yang menulis tentang emosi
negatifnya menunjukkan peningkatan dalam working memory ketimbang mahasiswa yang
menulis emosi positif dan mereka yang berada dalam kelompok kontrol yang menulis
jadwal hariannya. Efek kegiatan menulis terhadap working memory diasosiasikan dengan
nilai rata-rata yang lebih tinggi. Implikasi penting dari studi ini adalah studi ini
menunjukkan bahwa working memory itu dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh
pengalaman seperti menulis pengalaman seseorang. Misalnya, murid yang “takut” dengan
matematika acak kali mengalami defisiensi dalam working memorynya saat mengerjakan
soal matematika karena adanya pikiran buruk yang masuk dan kecemasan terhadap soal
matematika. Murid tersebut mungkin dapat dibantu dengan cara menyuruhnya menuliskan
kecemasannya terhadap matematika.
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama
periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kapasitas memori jangka panjang
manusia sungguh mengherankan. Ilmuwan komputer John von Neumann menyebutkan
ukurn 2,8 x 10 (280 kuin-tiliun) bit, yang berarti bahwa kapasitas penyimpanan memori
jangka panjang pada dasarnya tidak terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan adalah
efisiensi yang dilakukan seseorang untuk mengambil informasinya. Seringkali tidak
dibutuhkan waktu lama untuk mencari informasi yang kita inginkan dari gudang
penyimpanan yang amat luas ini. Tentu saja, tidak semua informasi dapat diambil kembali
dari memori jangka panjang dengan begitu mudah.
Konsep memori tiga tahap yang telah dideskripsikan di atas dikembangkan oleh Richard
Atkinson dan Richard Shiffrin (1968). Menurut model Atkinson-Shiffrin, memori melibatkan
sekuensi tahap memori sensoris,memori jangka pendek dan memori jangka pajang. Banyak
informasi hanya berada pada tahap memori sensoris seperti suara dan penglihatan.
Informasi ini hanya akan dismpan sebesar. Akan tetapi, ada beberapa informasi terutama
yang kita perhatikan, ditransfer ke memori jangka pendek, di mana ia bisa dipertahankan
selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan). Atkinson dan Shiffrin
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek
dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori
jangka panjang.
Beberapa pakar memori kontemporer percaya bahwa model Atkinson dan Shiffrin teralu
sederhana. Mereka mengatakan bahwa memori tidaak selalu bekerja dalam urutan tiga
tahap yang rapi seperti dalam model Atkinson dan Shiffrin. Misalnya, para pakar ini
menggunakan isi memori jangka panjang secara lebih fleksibel ketimbang hanya sekedar
mengamil informasi darinya.
Sebagaimana tipe memori dapat dibedakan berdasarkan berapa lama memori itu disimpan,
demikian pula memori dapat dibedakan berdasarkan isinya. Banyak piskolog kontemporer
sependapat bahwa ada hierarki isi memori jangka panjang. Dalam hierarki ini, memori
jangka panjang dibagi menjadi subtipe memori deklaratif dan memori prosedural. Memori
deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan memori semantik.
1) Memori Deklaratif
Memori deklaratif adalah rekoleksi atau pengingatan kembali informasi secara sadar, seperti
fakta spesifik atau kejadian yang dapat dikomunikasikan secara verbal. Memori deklaratif
pernah disebut sebagai “mengetahui bahwa”, dan belakangan ini diberi label “memori
eksplisit”. Bentuk memori deklaratif murid misalnya penjelasan ulang atas kejadian yang
telah mereka saksikan atau mendeskripsikan prinsip dasar matematika. Akan tetapi, murid
tidak perlu bicara untuk menggunakan memori deklaratif. Apabila murid duduk dan
merenungkan pengalamannya, maka memori deklaratif mereka sudah bekerja.
Memori Episodik
Metode episodik adalah retensi informasi tentang di mana dan kapan terjadinya suatu
peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah, dengan siapa
mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka seminggu yang lalu
merupakan memori episodik.
Memori Semantik
Memori semantik adalah pengetahuan umum murid tentang dunia. Memori ini mencakup
- Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur dari
pemain catur berumur 15 tahun)
Memori semantik itu independen dari indentitas seseorang dengan masa lalu. Misalnya,
murid mungkin mengakses fakta, seperti Jakarta adalah ibukota Indonesia, tetapi tidak tahu
kapan dan di mana mereka mempelajarinya.
2) Memori Prosedural
2. Teori Skema
Teori skema menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi informasi, kita menyesuaikannya
dengan informasi yang sudah ada di benak kita. Sebuah skema adalah informasi, konsep,
pengetahuan, informasi tentang kejadian yang sudah eksis dalam pikiran seseorang. Skema
dari pengetahuan sebelumnya mempengaruhi cara kita menyandikan, membuat informasi,
dan mengambil informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang berasumsi bahwa
pengambilan informasi melibatkan fakta spesifik, teori skema menyatakan bahwa pencarian
di memori jangka panjang tidak melibatkan fakta yang sangat tepat. Kita sering tak
menemukan secara tepat apa yang kita inginkan dan kita harus mengkonstruksikan fakta
lainnya. Ketika diminta mengambil infomasi dari memori, kita sering kali mengisi gap antara
memori kita yang terfragmentasi dengan bermacam-macam fakta yang akurat dan tidak
akurat.
Teori skema secara akurat memprediksi bahwa orang tidak selalu menyimpan dan
mengambi data seperti komputer mengambil data. Pikiran juga dapat mendistorsi kejadiaan
saat ia menyandikan dan menyimpan kesan dari realitas. Script adalah skema untuk suatu
kejadian. Script sering kali mengandung informasi tentang ciri fisik, orang dan kejadian
tertentu. Jenis informasi ini amat membantu ketika guru dan murid perlu mencari tahu apa
yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk aktivitas seni, murid mungkin
mengingat bahwa Anda akan menyuruh mereka untuk menggamabr, bahwa mereka harus
menghiasi baju mereka, bahwa mereka harus mencari kertas gambar dan melukis dengan
kuas, bahwa mreka harus membersihkan kuas setelah selesai dan seterusnya.
1. Mengambilan Kembali
Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita menelusuri gudang memori
kita untuk menari informasi yang relevan. Seperti halnya dengan penyandian, pencarian ini
bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Misalnya, jika Anda bertanya
pada murid bulan apa sekarang, jawabannya mungkin muncul segera. Artinya, pengambilan
kembali ini bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada murid Anda nama tamu
yang data ke kelas dua bulan lalu, maka proses pengambilan informasinya mungkin
membtuhkan lebih banyak usaha.
Prinsip efek posisi serial merupakan prinsip yang menyatakan bahwa orang lebih mudah
mengingat item yang ada di awal dan di akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada di
tengah. Misalnya, saat Anda memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan
banuan tutoring, Anda mengatkan , “Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Tugu Tani,
belok kiri di Gambir, dan belok kanan di Monas”. Murid kemungkinan besar akan lebih ingat
pada “Belok kiri di Rawamangun” dan “Belok kanan di Monas” ketimbang “Belok kanan di
Tugu Tani”. Primacy effect berarti bahwa item di awal suatu daftar cenderung akan lebih
diingat. Recency effect berarti bahwa item yang berada di akhir dafar juga cenderung lebih
diingat.
Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk daftar, tetapi juga pada kejadian-kejadian. Jika
Anda memberikan pelajaran sejarah selama seminggu dan kemudian menanyakannya
kepada murid pada hari Senin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat
apa yang Anda katakan pada hari Jumat minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat
apa yang Anda katakan pada hari Rabu minggu sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi
pengambilan ini adalah sfat dari petunjuk yang digunakan orang untuk mendongkrak
memori mereka. Murid dapat menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila murid
menghadapi “rintangan” untuk mengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu,
dia mungkin bisa menggunakan alfabet, menciptakan nama untuk masing-masing huruf.
Apabila dia berhasil “tersandung” pada nama yang benar, kemungkinan di akan
mengenalinya.
Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri.
Mengingat (recall) adalah tugas memori di mana individu harus mengambil informasi yang
telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal atau menjawab pertanyaan.
Rekognisi atau pengenalan (recognition) adalah tugas memori di mana individu hanya harus
mengidentifikasi (“mengenali”) informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian
pilihan berganda. Banyak murid lebih suka pilihan ganda sebab soal seperti itu memberi
mereka petunjuk, sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk apapun.
2. Melupakan
Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut decay theory, pembelajaran baru
akan melibatkan pembentukan “jejak memori” neurokimiawi, yang akan terpecah. Jadi, teori
ii menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Peneliti memori
Daniel Schacter (2001) menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu
sebagai transience. Penurunan memori berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda.
Beberapa memori tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama
jika memori itu punya kaitan emosional. Kit sering bisa mengingat memori “yang terang” ini
dengan akurasi yang tepat dan jelas. Misalnya, Anda baru saja menyaksikan kecelakaan atau
mengalami kecelakaan, menjalani acara pesta kelulusan sekolah, mengalami pengalaman
romantis, kemungkinan besar Anda akan mampu mengambil atau mengingat kembali
informasi ini bertahun-tahun sesudah kejadian tersebut terjadi.
Keahlian
Keahlian kita untuk mengingat informasi baru tentang suatu subjek akan tergantung kepada
apa yang telah kita ketahui tentangnya. Misalnya kemampuan murid untuk menerangkan
kembali apa yang telah dilihatnya saat dia di perpustakaan sebagian besar dipengaruhi oleh
apa yang diketahui sebelumnya tentang perpustakaan itu, seperti di mana buku dengan
topik tertentu, bagaimana cara mengecek buku, dan sebagainya. Jadi dia tahu sedikit
tentang perpustakaan, murid itu akan butuh lebih lama untuk menjelakan apa-apa yang ada
di sana. Kontribusi pengetahuan yang sudah ada terhadap kemampuan kita untuk meningat
materi baru tampak jelas saat kita mebandingkan memori pakar dan pemula dalam domain
pengetahuan tertentu. Seorang pakar/ahli jauh berbeda dengan pemula (orang yang baru
saja mulai belajar). Pakar menunjukkan memori yang mengesankan dalam area keahlian
mereka. Salah satu alasan mengapa anak mengingat lebih sedikit ketimbang orang dewasa
adalah karena mereka kurang ahli dalam banyak bidang.
Mempelajari perilaku dan proses mental dari para ahli bisa membantu kita mendapat
pengetahuan tentang bagaimana memandu murid agar menjadi pembelajar yang lebih
efektif seperti yang dilakukan para ahli yaitu:
Memperhatikan ciri dan pola informasi bermakana yang tidak dilihat pemula
Punya banyak isi pengetahuan yang diorganisasikan dengan cara yang merefleksikan
pemahaman yang mendalam atas subjek tersebut.
Bisa mengingat kembali aspek penting dari pengetahuan mereka tanpa banyak
usaha
Bersikap adaptif dalam pendekatan mereka untuk situasi baru
Menggunakan strategi yang efektif
Para pakar atau ahli memiliki kelebihan dalam mengingat kembali informasi di area keahlian
mereka. Proses chunking yang adalah salah satu cara mereka dalam mengingat kembali. Dia
area di mana anak-anak sudah menguasai, memori mereka biasanya sangat baik. Dalam
kenyataannya, sering kali memori mereka melebihi orang dewasa yang masih pemula di
daerah itu.
Pengetahuan seorang ahli lebih banyak diorganisasikan di seputar ide atau konsep penting
ketimbang pengetahuan pemula. Ini membuat seorang pakar memiliki pemahaman yang
lebih mendalam ketimbang pemula.Ahli di area tertentu biasanya punya jaringan informasi
yang lebih luas ketimbang pemula. Informasi yang mereka representasikan dalam memori
punya lebih banyak titik temu, lebih banyak interkoneksi dan organisasi hierarki yang lebih
baik.
Dalam pengajaran, sering kali kurikulum didesain dengan cara yang menyulitkan murid
mengorganisasikan pengetahuan dengan cara yang bermakna. Ini terutama terjadi ketika
hanya ada pembahasan dangal atas suatu fakta sebelum berpindah ke topik selanjutnya.
Dalam konteks ini, murid tidak punya banyak waktu untuk mengeksplorasi topik secara
mendalam dan mendapat pemahaman tentang hal-hal penting dan mengorganisasikan ide.
Tipe penyajian dangkal ini bisa terjadi di mata pelajaran apa saja, tetapi biasanya banyak
terjadi di pelajaran sejarah dan sains yang menekankan pada fakta.
c. Pengambilan cepat
Pengambilan kembali informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha, sedikit
usaha atau tanpa usaha sama sekali. Pakar mengambil informasi dari memori tanpa usaha
sama seklai, sedangkan pemula membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengambil
informasi. Tetapi, walau pakar bisa mengambil informasi dengan tidak banyak usaha, tidak
berarti mereka selalu melakukan tugasnya dengan lebih cepat ketimbang pemula.
Pengambilan tanpa usaha itu penting karena ia tidak memerlukan terlalu banyak atensi
kesadaran. Karena jumlah informasi yang dapat diperhatikan oleh murid dalam satu waktu
itu terbatas, kelancaran dalam pemrosesan informasi dalam beberapa tugas akan memberi
kesempatan murid untuk lebih memperhatikan aspen lain dari tugas itu. Contohnya adalah
pembaca ahli dan pemula. Pembaca ahli bisa dnegan cepat membaca kata dalam kalimat
dan paragraf, dan karenanya mereka dapat mencurahkan perhatian pada pemahaman
sambil membaca. Akan tetapi kemampuan pembaca pemula untuk menguraikan kata tidak
begitu lancar sehingga mereka membutuhkan lebih banyak perhatian dan waktu untuk
tugas ini. Aspek penting dari pengajaran adalah membantu murid mengembangkan
kelancaran yang mereka butuhkan untuk melaksanakan tugas kognitif secara kompeten.
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan
adalah lebih baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel dan
beradaptasi dengan situasi baru. Pakar adaptif mampu untuk memahami situasi baru secara
lebih fleksibel, tidak secara kaku atau tetap.
e. Strategi
Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami informasi di area kehalian
mereka dan dalam mengembangkannya. Murid yang kompeten lebih mungkin
menggunakan strategi pembelajaran yang efektif ketimbang murid yang tidak kompeten.
Berikut ini beberapa ide yang bagus untuk membantu murid meningkatkan strategi studi
dan pembelajaran mereka yaitu:
Proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang arti
penting dari review atas apa-apa yang telah mereka pelajari. Anak-anak yang harus bersiap
untuk ujian akan mendapat manfaat dari pendistribusian pelajaran selama periode yang
lebih panjang ketimbang mempelajari pelajaran sehari sebelum ujian. Belajar dengan buru-
buru cenderung menghasilkan memori jangka pendek yang diproses secara dangkal.
Persiapan jangka pajang jauh lebih sulit ketimbang mempelajari semuanya pada menit-
menit terakhir sebelum ujian.
Ketika anak mengajukan sendiri pertanyaan tentang apa yang telah mereka baca atau
aktivitas apa yang telah mereka lakukan, mereka akan mengembangkan sejumlah asosiasi
dengan iformasi yang perlu mereka ambil dari memori. Sejak pertengahan SD, strategi
pertanyaan pada diri sendiri ini dapat membantu murid untuk mengingat. Misalnya, saat
anak membaca, mereka dapat didorong untuk berhetni secara periodik dan mengajukan
pertanyaan seperti “Apa makna dari apa yang baru saja ku baca?” “Mengapa ini penting?”
dan “Apa contoh dari konsep yang baru saja ku baca?”. Murid dapat menggunakan stratgi
pertanyaan sendiri ini saat mereka mendengarkan pelajaran, mendengar tamu bicara atau
menonton video. Jika Anda secara periodik mengingatkan murid untuk mengajukan
pertanyaan tentang pengalaman mereka sendiri, mereka kemungkinan besar akan
mengingat pengalamannya itu.
Membuat catatan yang baik, entah itu dari pelajaran atau teks akan mebantu dalam
pembelajaran murid. Ketika murid dibiarkan mencatat tanpa diberitahu strategi lainnya,
mereka cenderun akan mencatat secara ringkas dan tak teratur. Beberapa strategi mencatat
dengan baik antara lain:
Berbagai sistem telah dikembangkan untuk membantu orang mengingat informasi yang
mereka pelajari. Salah satu sistem paling awal adalah SQ3R, singkatan
dari survey, question, read, recite dan review. Sistem yang lebih baru adalah PQ4R, singkatan
dari preview, question, read, reflect, recite dan review. Jadi, sistem PQ4R menambahkan
langkah reflect pada sistem SQ3R. Sejak masa sekolah dasar, murid akan mendapat manfaat
dengan mempraktikkan sistem PQ4R. Sistem ini membantu murid dengan membuat mereka
dapat menata informasi secara bermakna, mengajukan pertanyaan, merefleksikannnya dan
mengulasnya. Berikut detail dari langkah sistem PQ4R yaitu:
Preview; suruh murid untuk menyurvei materi secara ringkas guna mendapatkan
pemahaman secara keseluruhan organisasi ide-idenya. Mintalah mereka agar selalu
membaca jdul untuk melihat topik utama dan subtopik yang akan dibahas.
Question; ajak anak untuk mengajukan pertanyaan kepada diri mereka sendiri
tentang materi setelah mereka membacanya. DI awal deskripsi tentang memori dan
strategi studi, kita menandaskan pentingnya mengajukan pertanyaan utnuk diri
sendiri.
Read; kini suruh anak-anak membaca materinya. Dorong murid menjadi pembaca
aktif. Usahakan mereka berkonsentrasi pada bacaannya dan berusaha memahami
apa yang dikatakan oleh penulisnya. Ini membantu murid agar tidak menjadi
pembaca kosong yang hanya menatap teks tanpa menyerap sesuatu yang penting.
Reflect; dengan sesekali berhenti dan merenungkan materi, murid akan dapat
meningkatkan pemahaman akan maknanya. Dorong murid untuk melakukan analisis
pada poin studi ini. Setelah mereka membaca sesuatu, tantang mereka untuk
membuka ide dan menuliskannya. Ini adalah saat yang baik bagi mereka untuk
memikirkan aplikasi dan interpretasi informasi dan menghubungkannya dengan
informasi lain yang sudah ada di memori jangka panjangnya.
Recite; ini berarti murid menguji diri sendiri untuk mengetahui apakah mereka dapat
meningat materi dan merekonstruksikny. Pada poin ini, suruh murid menyusun
serangkaian pertanyaan tentang materi dan menjawabnya.
Review; suruh murid untuk melampaui materi dan mengevluasi apa yang telah
mereka ketahui dan tidak diketahui. Pada poin ini mereka harus membaca ulang dan
mempelajari kembali materi yang tidak mereka ingat atau tidak mereka pahami
dengan baik.
2. Memperoleh Keahlian
Ada beberapa hal yang menentukan seseorang menjadi ahli atau tidak yaitu:
Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwa latihan yang disengaja adalah
syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini
melibatkan latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk individual, memberikan
umpan balik informasi, mengixinkan kesempatan untuk repetisi dan mengizinkan koreksi
kesalahan. Latihan yang panjang membutuhkan motivasi yang besar. Murid yang tidak
termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi paakr dalam area
tertentu. Jadi, murid yang mengeluhkan tugas, tidak gigih dan tidak banyak berlatih
memecahkan soal matematika selama bertahun-tahun tidak akan menjadi ahli matematika.
b. Bakat
Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian berpendapat bahwa keahlian bukan hanya
membutuhkan latihan dan motivasi tetapi juga bakat. Seseorang tidak akan berkembang
menjadi pakar di bidangnya tanpa motivasi dan latihan yang ekstensif karena bakat saja
tidak cukup membuat orang menjadi pakar.
Metakognisi
Metakognisi adalah pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau cara belajar
(“mengetahui tentang mengetahui”). Ada perbedaan antara pengetahuan metakognitif
dengan aktivitas metakognitif. Pengetahuan metakognitif melibatkan usaha monitoring dan
refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual,
seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan atau diri sendiri dan pengetahuan strategis,
seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur spesifik untuk memecahkan
problem. Aktivitas metakognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan
mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan
suatu tujuan. Salah seorang pakar pemikiran anak, Deanna Kuhn (1999) percaya bahwa
metakognisi harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir
yang lebih kritis, terutama di sekolah menengah.
Anak diajari oleh orang tua atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Dengan
latihan, mereka belajar tentang karakteristik dan keuntungan yang mepelajari
pengetahuan spesifik. Lingkungan atau rumah anak yang lebih menantang secara
intelektual akan membuat anak menghadapi dan mempelajari strategi yang juga
lebih spesifik.
Guru bisa mendemonstrasikan kesamaan dan perbedaan beberapa strategi dalam
domain tertentu, seperti matematika, yang memotivasi anak untuk melihat ciri-ciri
strategi yang sama dan berbeda. Ini akan menghasilkan pengetahuan relasional yang
lebih baik.
Pada poin ini, murid mengetahui manfaat umum dari menggunakan strategi, yang
menghasilkan pengetahuan strategi umum. Mereka belajar menghubungkan hasil
pembelajaran yang sukses dengan usaha mereka dalam mengevaluasi, memilih, dan
memonitor strategi yang digunakan (aktivitas dan pengetahuan metakognitif).