Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rachmad Eka Darmawan

NPM : 11522155
Kelas : 1PA16

KEMBANGAN CATATAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental secara
sistematik dan ilmiah yang digunakan untuk mengembangkan kebiasaan, keterampilan, dan
sikap-sikap yang dimiliki seseorang agar menjadi individu yang baik.

B. Bentuk Pendidikan
Pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Pendidikan tradisional, yaitu usaha kaum dewasa untuk mendewasakan anak
yang belum dewasa. Misalnya, pembelajaran dengan metode ceramah, anak
yang diberi pemahaman seperti: “kalau menyapu tidak bersih, nanti dapat suami
brewokan” oleh orang tuanya, dengan beberapa alasan, di antaranya:
 Orang tua menganggap bahwa pria brewokan indentik dengan gambaran
seorang pria yang jahat, maka dari itu para anak perempuan mulai
menyapu dengan bersih sehingga tidak mendapatkan suami yang jahat.
 Agar tidak tergesa-gesa dalam bekerja, maksudnya karena orang tua
ingin anaknya tidak asal-asalan dalam bekerja dan mengharapkan hasil
yang maksimal dari kinerja sang anak.

2. Pendidikan transisi, merupakan bantuan yang diberikan oleh orang dewasa


kepada anak yang belum dewasa dalam rangka mencapai kedewasaannya.
Misalnya, guru yang mendidik anak muridnya agar dapat dengan cepat
beradaptasi dengan lingkungannya. Seorang anak yang baru menginjak bangku
SMP harus diberi bantuan seperti perhatian yang lebih, dukungan untuk maju,
oleh gurunya, agar anak itu dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya pada
masa peralihannya dari SD ke SMP.

3. Pendidikan modern, adalah proses penyadaran yang terjadi karena interaksi


berbagai faktor yang menyangkut manusia dan potensinya, serta alam
lingkungan dan kemungkinan-kemungkinan di dalamnya. Dan juga manusia
menemukan dirinya dengan keampuhan dan kelemahannya, serta menemukan
alam lingkungan dengan kemungkinan dan keterbatasan yang ada. Misalnya,
pembelajaran daring menggunakan video conference, pengisian formulir secara
online, ujian berbasis komputer, dan sebagainya, yang merupakan manfaat
perkembangan zaman di bidang pendidikan.
C. Pandangan Psikologi
Pendidikan mencakup perubahan yang dapat dinyatakan sebagai suatu proses dan suatu
hasil/produk.
Proses merupakan segala bentuk aktivitas yang memudahkan individu dalam hidup
bermasyarakat.
Hasil/produk merupakan segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi/produk
akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan merupakan aplikasi/penerapan
dari hasil-hasil penelitian psikologi di bidang pendidikan dan merupakan suatu ilmu yang
mempelajari secara sistematik perkembangan anak didik dalam setting pendidikan.

D. Tujuan Psikologi Pendidikan


a. Memberikan rekomendasi mengenai lapangan studinya, yaitu eksistensi psikologi
pendidikan sebagai bagian dari psikologi.

b. Membahas masalah-masalah yang terdapat dalam lapangan yang ditelusuri psikologi


pendidikan, seperti:
 hakekat pendidikan dan psikologi pendidikan
 proses dan teori belajar
 proses pembelajaran
 kurikulum
 profesionalitas guru
 kemampuan utama yang diperlukan dalam belajar
 kreativitas dan keberbakatan
 taksonomi kognisi dan afeksi sebagai dasar acuan dalam evaluasi

Catatan:
Kognisi merupakan daya nalar terhadap objek.
Afeksi merupakan perasaan terhadap objek.
Konasi merupakan respon berbuat terhadap objek.

c. Meneliti faktor manusia dalam proses pendidikan dan pengajaran, mempelajari


interaksi pendidik dan peserta didik dalam situasi belajar mengajar, maupun sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.

E. Fungsi Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah:
1. Pengaruh perbedaan individu dalam kemampuan belajar
2. Perubahan batiniah pada peserta didik selama proses pendidikan/pengajaran
3. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil pendidikan/pengajaran
4. Teori dan proses belajar
5. Hubungan taraf kematangan dan kesiapan belajar
6. Taksonomi kognisi dan taksonomi afeksi yang mendasari evaluasi terhadap
prestasi akademik siswa
7. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar
8. Perbandingan hasil pendidikan formal dan informal atas individu
9. Pengaruh kondisi lingkungan sosial peserta didik atas pendidikan yang diterima
10. Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan
11. Pengaruh interaksi antara guru dengan siswa
12. Hambatan, kesulitan, ketegangan dan sebagainya yang dialami peserta didik
selama proses Pendidikan

F. Yang Dapat Diperoleh dari Psikologi Pendidikan


1. Mengerti hakekat belajar
2. Lebih terbuka akan perbedaan individu
3. Mengetahui metode mengajar yang efektif
4. Memahami permasalahan anak didik
5. Memberi dasar bagi pendidik untuk penyusunan kurikulum
6. Membantu pendidik dalam mengevaluasi hasil belajar
7. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan penelitian di bidang pendidikan
8. Membantu pendidik mengarahkan dan mendidik anak-anak luar biasa
9. Mendisiplinkan anak dengan cara yang lebih manusiawi
10. Menganjurkan pemakaian Audio-Visual-Aid dalam proses belajar
11. Menganjurkan para pendidik untuk bersikap kooperatif, terbuka, demokratis, dan lebih
simpatek
12. Penyusunan jadwal yang lebih efektif
13. Perhatian yang lebih untuk aktivitas ekstrakurikuler sebagai wahana ekspresi diri
14. Perancangan dan perencanaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan perkembangan
intelektual, emosi, dan sosial para pelajar

G. Sejarah Psikologi Pendidikan


Tokoh-tokoh:
1. Plato
Pertama kali yang mencetuskan peran bawaan (nature) dan pengalaman
(nurture)

Semua pengetahuan merupakan bawaan dari lahir dan disempurnakan melalui


pembelajaran dari pengalaman selama perkembangan.

2. Aristoteles
Ide-idenya dikembangkan menjadi Psikologi Daya,
Kognitif
Afektif Interpendensi
Konatif

Psikologi daya melahirkan teori discipline formal:


 menekankan pada pendisiplinan jiwa dalam proses pengajaran dan
pendidikan
 berorientasi pada bahan pelajarannya (subject matter oriented) bukan
individu/anak (child/subject oriented)

3. John Locke
Konsep tabula rasa (anak diibaratkan kertas kosong polos)

Menekankan bahwa pengetahuan didapatkan dari pengalaman eksternal.

Mencetuskan empirisme sebagai kriteria pengujian validitas pengetahuan yang


nantinya menjadi kerangka konseptual pengembangan metodologi
eksperimental di ilmu pengetahuan sosial dan alam.

4. Rousseau
Mendasarkan ide-ide pendidikan datas dasar prinsip perkembangan manusia.

Berargumen bahwa anak pada dasarnya baik, dan jika sepanjang


perkembangannya dapat menjadi tidak baik dikarenakan pengaruh lingkungan
yang tidak baik.
Maka harus dilakukan pengontrolan secara ketat hingga anak benar-benar siap
melawan pengaruh-pengaruh negatif lingkungan.

5. John H. Pestalozzi
Menyarankan penyelenggaraan pendidikan secara klasikal (rombongan).

Dikenal sebagai pendidik yang mencoba menggabungkan ilmu-ilmu psikologi


dan pendidikan serta merombak program-program pendidikan untuk calon
pendidik pada waktu itu yang dinilainya tidak sesuai dengan psikologi.

6. Maria Montessori
Pencetus “free-play”

Pendidik/guru lebih bertindak sebagai fasilitator daripada pengarah (director),


artinya:
 Menunjukkan ke anak bagaimana melakukan aktivitas-aktivitas
intelektual.
 Mendemonstrasikan cara-cara yang menarik dalam eksplorasi
kurikulum.
 Menawarkan bantuan kepada anak ketika diminta.
Bertujuan agar anak terdorong untuk membuat keputusan di masa usia awal dan
dapat memecahkan masalah secara mandiri yang dapat mengatur waktunya
secara efektif.

7. John Dewey
Pertama kali yang mendirikan laboratorium psikologi pendidikan besar di
Amerika Serikat.

Berargumen bahwa anak akan belajar secara mudah dengan melakukan


(learning best by doing) atau dapat juga diartikan bahwa anak akan lebih mudah
belajar dari pengalaman yang sudah dialaminya.

Seharusnya anak tidak hanya belajar topik-topik akademik saja, belajar


bagaimana berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah juga
diperlukan.

Semua anak berhak mendapakan pendidikan yang kompeten, tanpa pandang


bulu.

8. Thorndike
Pencetus “The Law of Effect”
Hukum ini berisikan 2 hal, yaitu:
I. Suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas
(menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya suatu
tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa tidak puas (tidak
menyenangkan) akan cenderung tidak diulangi lagi. Hal ini
menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi perbuatan itu
sendiri.
II. Dalam pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan
hukuman. Hadiah menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi
perbuatan yang menghaasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman
cederung menyebabkan seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak
mengulangi perbuatan lagi.

Berargumen bahwa salah satu tugas penting dari sekolah adalah untuk
mengasah kemampuan berpikir/bernalar siswa.

Mempromosikan ide bahwa psikologi pendidikan harus memiliki dasar ilmiah


dan secara kuat berfokus kepada pengukuran.

9. Jean Piaget
Proses-proses kognitif
Skema Asimilasi
Adaptasi
Organisasi Akomodasi
Equilibrium
Skema, mempengaruhi perhatian dan penyerapan pegetahuan baru.
Adaptasi, penyesuaian jiwa sebagai interaksi manusia secara kontinyu dengan
diri, orang lain, dan dunia luar.
Asimilasi, adalah proses di mana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang ada dalam
pikiran mereka.
Akomodasi, adalah modifikasi skema lama agar sesuai dengan stimulus
baru.
Organisasi, merupakan wadah atau teampat berkumpulnya orang.
Equilibrium, merupakan titik temu, yang artinya anak-anak mudah
menyesuaikan diri dan tidak menimbulkan banyak kesulitan.

Menyebutkan tahapan perkembangan kognitif, yaitu:


 Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat
dan mendengar) dengan gerakan (otot) mereka (menggapai, menyentuh)
oleh karena itu disebut sebagai sensorimotor. Menjelang akhir periode
sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia di
sekitarnya, serta menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
 Preoprasional (mulai bicara s/d 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif.
 Operasional konkrit (kelas 1 s/d sekitar 11 tahun)
Pada tahap ini, anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang
sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membalikkan operasi konkrit ini.
Misalnya, ada dua lempung berbentuk bola dengan ukuran sama.
Kemudian bola tersebut diubah menjadi bentuk panjang dan ramping.
Anak itu ditanya lempung mana yang lebih banyak, yang berbentuk bola
atau yang panjang. Jika anak itu berusia 7 atau 8 tahun, besar
kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dalam
kedua bentuk tersebut adalah sama.
 Operasional formal (remaja s/d dewasa)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar
pengalaman konkrit, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis,
dan logis. Pemikir operasional konkrit perlu melihat elemen konkrit A,
B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C,
maka A = C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan
persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal.

10. Albert Bandura


Pencetus “Social Learning Theory” dengan eksperimen BOBO DOLL, yang
bermaksud perilaku anak dipelajari melalui observasi, modelling, imitasi.

Menyebutkan proses dalam pembelajaran melalui observasi, yaitu:


 Atensi, anak harus memberikan atensi atau perhatian. Apapun yang
mengalihkan perhatian akan berdampak buruk pada proses pembelajaran
sosial.
 Retensi, kemampuan untuk menyimpan informasi juga penting. Ada
banyak faktor yang berpengaruh terhadap hal ini, utamanya adalah
kemampuan untuk menyerap hal-hal baru.
 Reproduksi perilaku, setelah memberikan perhatian kemudian
menyimpannya, tiba saatnya untuk melakukan tindakan yang telah
dipelajari. Inilah peran penting dari latihan, sehingga perilaku akan
semakin terasah.
 Motivasi penguatan, untuk meniru perilaku yang telah dilihat. Konsep
pemberian hadiah atau hukuman bisa menjadi cara menggali motivasi.
H. Jenis Pendidikan
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan
dan bahan ajar yang dirumuskan dan diklasifikasikan secara jelas. Misalnya, jenjang
Pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi

2) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah proses belajar yang tidak disadari yang kemudian menjadi
kecakapan dan sikap hidup sehari-hari.

Pendidikan informal merupakan persiapan pendidikan formal karena dalam pendidikan


informal anak akan memperoleh:
 Suatu pengetahuan akan lingkungan sekitar.
 Kontrol (pengendalian) gerak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
 Keterampilan bahasa sehingga memungkinkan ikut serta dalam percakapan
sederhana.
 Suatu pengertian tentang hubungan pribadi dan kelompok.

3) Pendidikan Non Formal


Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan sengeja tetapi
tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal. Misalnya,
kursus menjahit, memasak, dsb.

Anda mungkin juga menyukai