NPM : 1911030433
Kelas :F
MATERI I
1. Psikologi Perkembangan
2. Psikologi Sosial
3. Psikologi Kepribadian
4. Psikologi Kognitif
C. Metode Psikologi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa metode psikologi pendidikan yang umum digunakan :
1. Observasi
2. Tes
3. Eksperimen
4. Kuesioner atau angket
5. Studi Kasus
6. Metode Klinis
7. Proyeksi
8. Instropeksi
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu
lainnya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-
prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002)
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan
tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan
mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.
B. Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
1) Faktor internal (factor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau keadaan jasmani
dan rohani, factor ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Aspek Fisiologis.
b. Aspek Psikologis.
2) Faktor eksternal (factor dari luar diri anak), factor eksternal terdiri atas dua
macam yakni :
a. Faktor Lingkungan Sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara
lain adalah lingkungan keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
b. Faktor Lingkungan non Sosial. Faktor-faktor yang termasuk dalam
lingkungan non sosial yaitu Lingkungan alamiah, Faktor instrumental, Faktor
materi pelajaran.
D. Ragam Belajar
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam – macam. Adapun ragam belajar
dapat dibedakan menjadi 8 ragam yaitu ragam abstrak, ragam keterampilan, ragam
sosial, ragam pemecahan masalah, ragam rasional, ragam kebiasaan, ragam apresiasi
dan ragam pengetahuan.
E. Ciri-Ciri Belajar
Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah (2002:15)
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
MATERI V
A. Pengertian Kerjasama
Kerjasama diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.
Secara umum peranan orang tua bagi anaknya meliputi tiga peranan:
a) Merawat fisik anak agar anak tumbuh kembang dengan sehat
b) Proses sosialisasi anak agar menyesuaikan diri terhadap lingkungan
(masyarakat, keluarga dan kebudayaan)
c) Kesejahteraan psikologi dan emosional diri anak.
Para pendidik dan psikolog sepakat, bahwa sekolah merupakan sistem yang hidup dan
bertugas untuk memenuhi fungsi dasar pembelajaran bagi penerima utama (murid)
dan juga bagi orang lain yang mendukung proses pembelajaran (yang mencakup guru,
pegawai, orang tua, dan anggota komunitas lainnya).
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga, karena
semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya
sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga
dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-
anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga. Oleh karena itu sudah
sepantasnyalah orang tua menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi
perkembangan tingkah laku siswa:
1. Siswa harus hadir di sekolah
2. Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa
perkembangannya (konsep dirinya).
3. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain
di luar rumah.
4. Sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses.
5. Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya
dan kemampuannya secara realistis.
Para pendidik dan psikolog sepakat, bahwa sekolah merupakan sistem yang hidup dan
bertugas untuk memenuhi fungsi dasar pembelajaran bagi penerima utama (murid)
dan juga bagi orang lain yang mendukung proses pembelajaran (yang mencakup guru,
pegawai, orang tua, dan anggota komunitas lainnya).
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga, karena
semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya
sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga
dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-
anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga. Oleh karena itu sudah
sepantasnyalah orang tua menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi
perkembangan tingkah laku siswa:
1. Siswa harus hadir di sekolah
2. Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa
perkembangannya (konsep dirinya).
3. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain
di luar rumah.
4. Sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses.
5. Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya
dan kemampuannya secara realistis.
A. Pengertian Individu
Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan sosial, kesatuan jasmani dan
rohani, dan sebagai makhluk Tuhan. Artinya manusia merupakan kesatuan individu
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan
yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
MATERI VIII
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
a. Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan
membantu mereka mengingatnya.
b. Bantu siswa mengindentifikasi halhal yang paling penting bagi mereka untuk
dipelajari.
c. Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topiktopik yang mereka
pelajari.
d. Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang
dunia.
e. Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif
siswa pada tingkat usia berbeda.
f. Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan
menggunakan mata pelajaran di kelas.
MATERI X
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN