Anda di halaman 1dari 20

Nama : Wiliam Surya Jaya

NPM : 1911030433

Kelas :F

Progam Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Karwanti, M.Pd

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

RESUME MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MATERI I

PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Definisi Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari, meneliti, dan
membahas secara keseluruhan mengenai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan kegiatan pembelajaran dan pendidikan secara umum.

B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Ruang lingkup psikologi pendidikan terbagi menjadi 4 :

1. Psikologi Perkembangan
2. Psikologi Sosial
3. Psikologi Kepribadian
4. Psikologi Kognitif
C. Metode Psikologi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa metode psikologi pendidikan yang umum digunakan :

1. Observasi
2. Tes
3. Eksperimen
4. Kuesioner atau angket
5. Studi Kasus
6. Metode Klinis
7. Proyeksi
8. Instropeksi

D. Tujuan Psikologi Pendidikan


1. Mengembangkan proses perkembangan siswa
2. Mengarahkan cara belajar siswa
3. Menghubungkan proses antara mengajar dengan belajar
4. Mengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar

E. Sejarah Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan sama tuanya dengan psikologi itu sendiri. Beberapa ahli ikut
andil dalam perkembangan psikologi pendidikan baik secara filsafat maupun sampai
dengan metode pengajaran yang efektif. Berikut penjelasannya :
1. Democritus, merupakan filsuf utama yang menekankan bahwa lingkungan dan
suasana rumah membawa pengaruh penting untuk perkembangan kepribadian
seseorang yang membedakan bagaimana individu tersebut berperilaku.
Lingkungan perlu dibina agar tetap kondusif sebagai tempat belajar dan
berkembangnya anak.
2. Plato dan Aristoteles, mengembangkan sistem pendidikan yang didasarkan pada
penggunaan prinsip-prinsip psikologi. Aristoteles merupakan tokoh yang
mengembangkan ide tentang psikologi daya. Psikologi daya memiliki tiga
komponen dalam jiwa manusia dimana ketiganya ini saling bergantung satu sama
lain. Ketiga komponen tersebut terdiri dari penalaran/kognitif, perasaan/afektif,
dan kehendak/konasi.
3. Rousseau merupakan seorang penganut naturalis yang memiliki dasar ide
pendidikan pada prinsip-prinsip perkembangan manusia. Pada dasarnya anak
adalah baik.
4. John Locke merupakan penganut empirisme. Secara kritis John mengemukakan
bahwa individu lahir dengan jiwa yang bersih dan belum ada apa-apanya, tetapi
secara individu sensitif untuk melakukan eksplorasi terhadap dunia luar. John
mengungkapkan bahwa belajar melalui pengalaman dan latihan merupakan hal
utama.
MATERI II

HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Hakekat Dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi


Secara etimologi psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psyche” yang berarti
jiwa, soul,mind, spirit, ruh; dan “logos” yang berarti ilmu, nalar, logika. Oleh karena
itu psikologi adalah satu kajian ilmu mengenai sesuatu yang memberi kesan kepada
jiwa seseorang.

B. Hakekat Dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi Pendidikan


Sebagai salah satu cabang dari psikologi, psikologi pendidikan merupakan suatu
pengetahuan yang perlu dimiliki oleh setiap pendidik.

C. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Pendidikan


Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya,
karena antara psikologi dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan timbal balik.
Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup
manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika
tidak dibarengi dengan psikologi. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang
ditunjukkan oleh psikologi. Oleh karena begitu eratnya hubungan antara psikologi
dengan ilmu pendidikan, maka lahirlah yang namanya psikologi pendidikan.

D. Kontribusi Psikologi Pendidikan Bagi Sistem Pembelajaran


Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam
konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai
pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap
bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak
mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu
lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap


individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam
hal subject matter maupun metode penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian


psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek :
(1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
(2) pengalaman belajar siswa;
(3) hasil belajar (learning outcomes), dan
(4) standarisasi kemampuan siswa
MATERI III

KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM BIDANG PEMBELAJARAN

A. Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Sistem Pembelajaran


Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seper
ti : teoriclassical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori
daya, teorikognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi
yang menyertaikelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya
teori-teori tersebut telahmemberikan sumbangan yang signifikan dalam proses
pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-
prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002)
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :

a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan b.


b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya
dan bukankarena dipaksakan oleh orang lain.
c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan
berusahadengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
d. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
e. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
f. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
g. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun
termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
h. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
i. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami.Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
j. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering
mengejartujuan-tujuan lain.
k. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
l. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.m.
m. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
MATERI IV

HAKIKAT DAN BELAJAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan
tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan
mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

B. Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

C. Tujuan Dan Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Tujuan pembelajarpada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil belajar
(kognitif , psikomotor ,dan afektif) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si
pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

1) Faktor internal (factor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau keadaan jasmani
dan rohani, factor ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Aspek Fisiologis.
b. Aspek Psikologis.
2) Faktor eksternal (factor dari luar diri anak), factor eksternal terdiri atas dua
macam yakni :
a. Faktor Lingkungan Sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara
lain adalah lingkungan keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
b. Faktor Lingkungan non Sosial. Faktor-faktor yang termasuk dalam
lingkungan non sosial yaitu Lingkungan alamiah, Faktor instrumental, Faktor
materi pelajaran.
D. Ragam Belajar
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam – macam. Adapun ragam belajar
dapat dibedakan menjadi 8 ragam yaitu ragam abstrak, ragam keterampilan, ragam
sosial, ragam pemecahan masalah, ragam rasional, ragam kebiasaan, ragam apresiasi
dan ragam pengetahuan.

E. Ciri-Ciri Belajar
Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah (2002:15)
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
MATERI V

KERJA SAMA ORANG TUA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT DALAM


PEMBINAAN

A. Pengertian Kerjasama
Kerjasama diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.

B. Kerjasama Orang Tua, Sekolah Dalam Pembinaan


Orang tua berkewajiban untuk mengembangkan fitrah dan bakat yang dimiliki anak.
Pendidikan dalam perspektif ini, tidak menempatkan anak sebagai objek yang dipaksa
mengikuti nalar dan kepentingan pendidikan, akan tetapi pendidikan anak berarti
mengembangkan potensi dasar yang dimiliki anak yang dimaksud. Dalam Islam,
potensi yang dimaksud cenderung pada kebenaran. Karena ia cenderung pada
kebenaran, maka orang tua dituntut untuk mengarahkan nya.

Secara umum peranan orang tua bagi anaknya meliputi tiga peranan:
a) Merawat fisik anak agar anak tumbuh kembang dengan sehat
b) Proses sosialisasi anak agar menyesuaikan diri terhadap lingkungan
(masyarakat, keluarga dan kebudayaan)
c) Kesejahteraan psikologi dan emosional diri anak.

Para pendidik dan psikolog sepakat, bahwa sekolah merupakan sistem yang hidup dan
bertugas untuk memenuhi fungsi dasar pembelajaran bagi penerima utama (murid)
dan juga bagi orang lain yang mendukung proses pembelajaran (yang mencakup guru,
pegawai, orang tua, dan anggota komunitas lainnya).

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga, karena
semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya
sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga
dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-
anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga. Oleh karena itu sudah
sepantasnyalah orang tua menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.

Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi
perkembangan tingkah laku siswa:
1. Siswa harus hadir di sekolah
2. Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa
perkembangannya (konsep dirinya).
3. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain
di luar rumah.
4. Sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses.
5. Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya
dan kemampuannya secara realistis.

Para pendidik dan psikolog sepakat, bahwa sekolah merupakan sistem yang hidup dan
bertugas untuk memenuhi fungsi dasar pembelajaran bagi penerima utama (murid)
dan juga bagi orang lain yang mendukung proses pembelajaran (yang mencakup guru,
pegawai, orang tua, dan anggota komunitas lainnya).

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga, karena
semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya
sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga
dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-
anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga. Oleh karena itu sudah
sepantasnyalah orang tua menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.

Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi
perkembangan tingkah laku siswa:
1. Siswa harus hadir di sekolah
2. Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa
perkembangannya (konsep dirinya).
3. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain
di luar rumah.
4. Sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses.
5. Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya
dan kemampuannya secara realistis.

Pengertian kerjasama sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan


yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja atau sungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada
umumnya serta dari publik pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah
atau pendidikan semakin efektif dan efesien demi membantu tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.

Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi


tersebut antara lain :

1. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama.


2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa.
3. Pemanfaaatan sumber daya manusia secara mutualism.
MATERI VI

KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Individu
Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan sosial, kesatuan jasmani dan
rohani, dan sebagai makhluk Tuhan. Artinya manusia merupakan kesatuan individu
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

B. Karakteristik Individu Dalam Pembelajaran


Karakteristik individual adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan. Setiap individu memiliki ciri
dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari
pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang
dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis.

C. Perbedaan Individu Dalam Pembelajaran


1) Perbedaan Kognitif
2) Perbedaan dalam Kecakapan Bahasa
3) Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
4) Perbedaan dalam Latar Belakang
5) Perbedaan dalam Bakat
MATERI VII

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN

A. Pengertian Teori Behavioristik


Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap
sebagai perilaku.

B. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran


Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan
yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
MATERI VIII

TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik


Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya

B. Implikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran


Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.

C. Tokoh Teori Belajar Humanistik


1. Carl Rogers
2. Arthur Combs
MATERI IX

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah dengan cara:

a. Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan
membantu mereka mengingatnya.
b. Bantu siswa mengindentifikasi halhal yang paling penting bagi mereka untuk
dipelajari.
c. Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topiktopik yang mereka
pelajari.
d. Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang
dunia.
e. Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif
siswa pada tingkat usia berbeda.
f. Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan
menggunakan mata pelajaran di kelas.
MATERI X
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme


Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

B. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak
(Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori
belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki
kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2)
kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan
selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru
hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
MATERI XI
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

A. Pengertian Teori Belajar Inovatif


Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered.
Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman
sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada
paradigma konstruktivistik. Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma
konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.

B. Model-Model Pembelajaran Inovatif


1. Discovery-Inquiry Rangkaian kegiatan belajar yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
2. Flipped classroom Pembelajaran yang membalik metode tradisional di mana
materi biasanya diberikan pada proses pembelajaran tetapi materi diberikan
sebelum proses pembelajaran.
3. Project based learning Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
4. Blended learning dengan blog Pembelajaran yang menggunakan blog untuk
mencapai tujuan pendidikan.
5. Berbasis gim Pembelajaran yang menggunakan permainan atau gim digital untuk
tujuan pembelajaran. Baca juga: Siswa, Simak Perjalanan Kurikulum di Indonesia
6. Self organized learning environments (sole) Pembelajaran yang menitikberatkan
proses pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan internet dan perangkat pintar
yang dimilikinya.
MATERI XII
MOTIVASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi yakni motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan
adanya feeling, dan dirangsang karena adanaya tujuan.

B. Stategi menumbuhkan motivasi belajar


Ada beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa. Pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan
maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berilah hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang
berprestasi. Ada bermacam-macam hadiah, yaitu ada yang berbentuk simbol,
penghargaan, dan benda.
3. Saingan/Kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses belajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut
mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. Stateginya adalah
dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
9. Menggunakan metode bervariasi.
10. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tiap siswa memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara.
Ada yang lebih senang membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan
media, kelemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi. Untuk
menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara lebih
dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh
konkrit. Dengan variasi seperti ini dapat memberi stimulus terhadap indera
siswa.

Anda mungkin juga menyukai