Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN


1.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI (Nikmah Abidah Telaumbanua)
Psikologi berasal dari kata bahasa yunani “Psychologi” yang merupakan gabungan “psyche” yang artinya
adalah sebuah jiwa, dan “logos “ yang artinya adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi adalah
ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya, proses terjadinya, maupun latar belakang
kejadian tersebut. Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian psikologi itu sendiri,
diantaranya :
a) Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jilid 13, 1990) Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
perilaku manusia baik yang dapat di lihat secara langsung, ataupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
b) Menurut Dakir, Psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubunganya dengan lingkungannya.
c) Menurut Muhibbin Syah, Psikologi adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka
dan tertutup manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara,
duduk, berjalan, dan sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, keyakinan, perasaan,
dan sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik individu dan kelompok dalam hubungannya terhadap
lingkungan yang berbentuk dua jenis yaitu tingkah laku terbuka dan tingkah laku tertutup.

1.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN


Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mengatakan pendidikan adalah suatu usaha
yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan meningkatkan ilmu
pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-
citanya yang paling tinggi. Agar anak tesebut memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya
dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan
adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab dan
pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju
kedewasaan.
Menurut H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,
seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Setiap negara maju tidak akan pernah terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan
suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan
mengharumkan negaranya.
Menurut Heidjrachman dan Husnah (1997:77), Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuaan umum seseorang termasuk di dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan
dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu
persoalan dalam dunia pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari. Sedangkan, menurut Notoadmodjo (2003:77),
Pendidikan formal dalam suatu organisasi merupakan suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang
diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha yang
dilakukan penuh kesadaran dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala
aspeknya menuju terbentuknya kepribadian dan akhlakh mulia dengan menggunakan media dan metode
pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan pengertian pendidikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengembangkan potensi diri, menambah pengalaman
kemampuan agar menjadi manusia yang berakal, berkarakter, bermoral, bermartabat serta menjadi manusia
seutuhnya.

1.3 PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Secara akademis, Psikologi Pendidikan adalah studi tentang orang yang belajar, pembelajaran, dan
pengajaran (Reynolds & Miller, 2003). Namun, bagi siswa yang merupakan atau berharap menjadi guru,
psikologi pendidikan adalah sesuatu lebih dari itu. Psikologi pendidikan adalah akumulasi pengetahuan,
kebijaksanaan, dan teori yang didasarkan pada pengalaman yang mestinya dimiliki setiap guru untuk
memecahkan masalah pengajaran sehari‐hari dengan cerdas. Psikologi pendidikan tidak dapat memberitahukan
kepada guru apa yang harus dilakukan, tetapi hal itu dapat memberi mereka prinsip untuk digunakan dalam
mengambil keputusan yang lebih baik dan bahasa untuk membahas pengalaman dan pemikiran mereka.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli, terdiri atas:
1. Menurut Whiterington
Menurut Whiterington “1982”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
2. Menurut Sumadi Suryabrata
Menurut Sumadi Suryabrata “1984”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu pengetahuan psikologi
tentang anak didik dalam situasi pendidikan.
3. Menurut Elliot Dkk
Menurut Elliot dkk “1999”, pengertian psikologi pendidikan adalah penerapan teori-teori psikologi untuk
mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam dunia
pendidikan.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, kami menyimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia belajar dalam tatanan pendidikan yang teratur atau intervensi untuk
pembelajaran yang efektif. Dengan kata lain, Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu yang
menggunakan konsep atau prinsip-prinsisp psikologis dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
dunia pendidikan.

1.4 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Ridha Lashtree Putri)


Mengingat bahwa Psikologi Pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan
aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi kedalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi
pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.
Menurut Sumadi Suryobroto (1987), ruang lingkup ilmu psikologi pendidikan dapat meliputi beberapa hal,
antara lain adalah:
1. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan, 8. Pengukuran pendidikan
mulai dari pengertian ruang lingkup, sejarah 9. Hukum dan teori belajar
psikologi pendidikan, dan tujuan untuk 10. Transfer belajar
mempelajari ilmu tersebut. 11. Aspek praktis pengukuran pendidikan
2. Pembawaan 12. Kesehatan mental
3. Lingkungan fisik dan psikologis 13. Ilmu statistik dasar
4. Proses-proses tingkah laku 14. Pendidikan pembentukan watak atau
5. Perkembangan siswa kepribadian
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar 15. Kurikulukum pendidikan sekolah dasar
7. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi 16. Kurikulum pendidikan sekolah menengah
belajar
Ke enam belas pokok bahasan tersebut dikupas oleh hampir semua ahli. Walaupun proporsi yang diberikan
dalam pengupasan itu tidak sama.
Psikologi pendidikan dikembangkan dalam rangka tadisi Amerika Serikat. Sejak psikolog pendidikan lahir
pada awal abad ini, diperdebatkan dalam kalangan pakar-pakarnya apa sebenarnya sifat dari psikologi
pendidikan itu. ada yang berpendapat bahwa psikologi pendidikan ini (educational psychology) hanya
menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari ilmu Psikologi terhadap situasi mengajar dan
belajar disekolah, adapula yang memandangnya sebagai cabang Ilmu Psikologi yang mandiri, yang
mengembangkan teorinya sendiri berdasarkan prinsip dan hukum yang telah ditentukan, memiliki berbagai
metode risetnya sendiri dalam menghadapi beragam persoalan yang khas.
Untuk mengkaji secara spesifik dan secara rinci tentang ruang lingkup kajian psikologi pendidikan, maka
perlu dilakukan pembahasan secara tersendiri dalam suatu topik khusus. Soerjabrata (1974:6-13) mengemukakan
ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak
didik sebagai pusatnya yaitu:
1. Kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis.
Dalam peninjauan secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi pendidikan mencakup kajian
tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia
umumnya, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi,
inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual antar individu-siswa yang
mencakup perbedaan dari segi kepribadian, inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya.
2. Kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan dinamis.
Dalam peninjauan secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses
pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara-cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup:
(1) perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami
proses pematangan dan pendewasaan,
(2) perubahan perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan
pembelajaran,
(3) cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut, khususnya
karena belajar (La Sulo, 1990:16)
Crow&Crow juga secara eksplisit mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha
untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai perilaku manusia yang
telah ditentukan secara ilmiah. Sesuai dengan pendapatnya itu, Crow&Crow mengemukakan bahwa data yang
dicoba didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi
pendidikan, antara lain ialah:
1. Sampai sejauhmana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar
2. Sifat-sifat dari proses belajar
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness)
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
5. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar
8. Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar
insidental dan informal terhadap suatu individu
9. Nilai dan manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah
10. Akibat dan pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh konsidi-kondisi sosiologis sikap para siswa (Ahmad
Fauzi, 2004:14)
Dalam membahas tentang ruang lingkup dari psikologi pendidikan, juga dibahas tentang pusat perhatian
dari psikologi pendidikan sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian integral dari psikologi umum. Suardiman
(1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga
menjadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar, dan
sekilas" belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain. Proses pembelajaran sebagai elemen yang
menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan, merupakan elemen penentu keberhasilan proses pendidikan.
Tanpa ada interaksi yang timbal balik antara guru sebagai pendidik, dan pengajar dengan peserta didik sebagai
objek yang dididik dan diajar tidak mungkin akan terjadi proses ; pembelajaran di kelas atau di tempat belajar
tertentu. Melalui proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan peserta didik akan terjadi perubahan
perilaku kepada peserta didik yang ditandai dengan gejala peserta didik menjadi tahu terhadap materi pelajaran
yang dipelajarinya dari tidak tahu pada waktu sebelum mempelajari materi pelajaran tertentu.
Dengan kata lain ruang lingkup dari kajian psikologi pendidikan ialah mencakup semua penerapan prinsip-
prinsip psikologis dalam proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik diberbagai institusi pendidikan baik
lembaga pendidikan formal (sekolah), non formal (masyarakat), in formal (keluarga).

1.5 MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Alya Najah Zulinda)


Pada dasarnya Psikologi Pendidikan (educational psychology) memiliki banyak manfaat bagi dunia
pendidikan, Menurut Muhammad dan Wiyani “2013” ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
mempelajari psikologi pendidikan tersebut diantaranya yaitu:
1. Memahami Perbedaan Siswa
Pemahaman tenaga pendidik “guru” terhadap masing-masing siswa akan menghasikan interaksi
pembelajaran yang tepat sasaran serta pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Terciptanya Suasana Belajar Yang Kondusif
Efektifitas kegiatan belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif.
3. Strategi Pembelajaran Yang Tepat
Dengan mempelajari educationel psychology maka seorang guru dapat mengenal karakter setiap siswanya.
Dengan begitu maka akan ditemukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga menghasilkan proses
belajar-mengajar yang efektif.
4. Memberikan Bimbingan Bagi Siswa
Ini berkaitan dengan rasa percaya siswa terhadap guru, dengan adanya rasa percaya murid kepada gurunya
maka proses pembelajaran akan lebih efektif dan mudah.
5. Interaksi Yang Tepat Dengan Siswa
Ini sangat berkaitan dengan semua prinsip psikologi yang mendasari cara berkomunikasi yang tepat. Cara
berkomunikasi yang tepat akan berdampak pada proses belajar-mengajar yang lebih baik.
6. Adanya Evaluasi Pembelajaran
Guru yang memiliki psikologi yang baik akan mampu memberikan penilaian atau evaluasi hasil
pembelajaran dengan adil tanpa membedakan setiap siswanya.
7. Memotivasi Belajar
Tenaga pengajar yang mampu memberikan dukungan, dorongan kepada siswanya akan membuat siswa
tersebut belajar lebih giat. Kemampuan tersebut didapatkan dari educationel psychology yang didapatkan
oleh guru sehingga mampu memotivasi siswanya.
8. Penetapan Tujuan Pembelajaran
Dengan adanya educational psychology maka guru dapat menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan
yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran, tujuan pembelajaran tersebut menjadi ukuran apakah proses
belajar-mengajar berhasil atau tidak.
9. Memakai Media Belajar Yang Tepat
Psikologi pendidikan juga dapat membantu dalam menentukan media pembelajaran yang paling tepat untuk
siswa, misalnya penggunaan media visual, audio, motorik dan lainnya, sehingga kegiayan belajar-mengajar
menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
10. Penyusunan Jadwal Pelajaran
Kondisi para siswa merupakan salah satu acuan dalam menyusun jadwal pelajaran, bidang studi yang
membutuhkan pemikiran yang rumit seperti matematika akan lebih efektif bila berlangsung pada jam-jam
awal belajar karena pikiran siswa masih segar dan mudah berkonsentrasi.

1.6 ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Anisa Utami)


Syah (1999: 132) menyatakan bahwa aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa ada tiga
macam, yaitu:
1. Faktor Internal Siswa
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh
dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan
semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, tingkat indera pendengar dan indera penglihat sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga itu seyogyanya selaku guru yang
profesional harusnya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin
(periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain adalah dengan menempatkan mereka di deretan
bangku terdepan secara bijaksana tanpa harus menyampaikan kekurangan siswa tersebut di depan kelas.
Jangan sampai mempengaruhi mental anak tersebut.
b. Aspek Psikologis
Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.
J.P Chaplin ( Mujib, 2002: 318) merumuskan tiga defenisi kecerdasan, yaitu: 1) Kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, 2) kemampuan menggunakan konsep
abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan
mengkritik, 3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Sebagai seorang guru yang profesional harus mampu membaca kondisi Inteligensi anak didiknya. Agar
tidak terjadi kesenjangan dalam belajar. Anak yang cerdas juga tidak terhalang oleh temannya yang
lamban dalam berfikir.
Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun
negatif.
Bakat Siswa
Secara umum, bakat adalah kemamuan potensional yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan latihan. Sehubungan dengan itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajr
bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena itu, sangat tidak bijaksana orang tua yang memaksakan anaknya
untuk memilih jurusan-jurusan keahlian kehendaknya tanpa mengetahui lebih dulu bakat yang dimiliki
oleh anaknya. Ini akan berdampak buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan pembelajar lain, oleh karena itu,
dalam belajar seorang pembelajar haruslah mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki.
Keterampilan personal yag secara khas dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar akan berkembang seoptimal
mungkin sesuai dengan ciri khas atau karakteristik yang ada padanya
Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Sains akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan itu akhirnya
siswa lebih giat dan akhirnya mendapatkan prestasi yang baik. Guru dalam hal ini seyogyanya
membangkitkan minat yang dimiliki oleh anak didiknya.
Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Motivasi
terbagi atas dua macam, yaitu: 1) Motivasi Intrinsik; dan 2) Motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
hal dan keadan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar.
Brown (Imran, 1996: 30) mengemukakan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar adalah 1)
tertarik pada guru, tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, 2) tertarik pada mata pelajaran yang
diajarkan, 3) mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, 4)
ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, 5) ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, 6)
tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, 7) mengingat pelajaran dan mempelajarinya
2. Faktor Eksternal Siswa
a. Aspek Keluarga
Pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
Aspek keluarga terdiri dari:
a) Cara Orang Tua Mendidik Anak
Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
b) Suasana Rumah
Untuk menjadikan anak belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan
tenteram. Jika suasana rumah tenang, seorang anak akan betah tinggal di rumah dan anak dapat
belajar dengan baik.
c) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi belajar anak.
b. Aspek Sekolah
Aspek sekolah yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari:
a. Metode Mengajar
Menurut Slameto (2010:65) Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan yang semenarik mungkin.
b. Relasi Guru dengan Siswa
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa, dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang
lancar.
c. Disiplin
Kedisiplinan sekolah sangat erat hubungannya dengan kerajinan siswa pergi ke sekolah dan juga
belajar.
d. Keadaan Gedung
Jumlah siswa yang banyak serta karakteristik masing-masing gedung harus memadai dalam setiap
kelas.
e. Alat Pelajaran
Guru perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap agar siswa dapat belajar dan
menerima pelajaran dengan baik.
c. Aspek Masyarakat
Aspek masyarakat terdiri dari:
a. Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar juga dapat menpengaruhi belajar anak. Pengaruh tersebut dapat
mendorong semangat anak atau siswa belajar lebih giat atau sebaliknya.
b. Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang
baik dan pengawasan dari orang tua serta pendidik harus cukup bijaksana. Pengaruh-pengaruh dari
teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, dan sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai