PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sehingga menjadi individu yang relatif lebih baik, lebih berbudaya dan
kemauan dalam diri peserta didik untuk dapat belajar mengetahui atau
didik.
peserta didik beserta lingkungan sekolah. Atau dengan kata lain, guru
harus memfokuskan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam
proses pembelajaran.
psikologis.
Psikologi perlu juga kita kaji agar kita ebih mudah untuk
kita kelak. Agar kita bisa memiliki sikap kritis terhadap permasalahan-
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat.
bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
B. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa
dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu
jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu
dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan
istilah psikis.
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak
bidang, yaitu
sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek
psikisnya.
pendidikan.
terlibat dalam proses pendidikan ini ialah guru dan siswa, maka objek
yang berkaitan dengan proses. belajar dan tingkah laku guru yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga objek utama yang
pembelajaran.
seorang guru.
individual. Di dunia ini tidak ada dua atau lebih individu yang sama.
pengaiar.
problemnya.
siswanya.
tersebut.
di bawah normal.
antara lain:
Dulu guru tidak pernah menggunakan alat audio visual dalam proses
proses pembelajaran.
3. Jadwal pelajaran. Untuk menyusun jadwal pelajaran diperlukan
siswa yang sudah lelah oleh berbagai materi pelajaran yang berat
sebelumnya.
PEMBAHASAN
Konsep Belajar Bermakna
Belajar bermakna adalah belajar di mana siswa harus
mengkaitkan konsep baru dengan yang diperolehnya dalam bentuk
proposisi (hubungan antar konsep) yang benar.
menurut David P. Ausubel adalah suatu proses pembelajaran dimana
siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu
dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan
mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada
dalam pikirannya. Sehingga belajar dengan “membeo” atau belajar
hafalan (rote learning) adalah tidak bermakna (meaningless) bagi
siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa tidak mampu mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama. Sebagai ahli
psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di
sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada
unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful
verbal learning).
Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi
verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh
karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap
sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses
belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus
siswa menemukan sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa
siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan
mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam mengadakan
penelitian demi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak
ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada.
Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan informasi merupakan tujuan
pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat
mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa.
Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan
mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan
peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan
Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru
kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep
atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan
bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama
seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas
belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan
dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan
lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan
ilustrasi. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses
belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam
menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya
dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur siswa
Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi
baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar
bermakna.
Nasution 1982:158 menyimpulkan kondisi- kondisi belajar
bermakna sebagai berikut :
PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi merupakan konsep hipotesis yang tidak secara langsung dapat
diamati (Fox, 1993), yang dapat diamati adalah perilaku
sesudahnya. Istilah motivasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu
movere yang artinya gerak. Sedangkan secara umum motivasi dapat
diartikan sebagai : “Kondisi psikologis (internal states) yang
menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku
tertentu” (Pintrich dan Schunk, 1996) Motivasi pada individu sangat
penting karena motivasi yang dimiliki akan mempengaruhi perilaku
seseorang termasuk dalam kegiatan belajarnya. Tinggi rendah
motivasi yang dimiliki seseorang mempengaruhi timbulnya
keinginan untuk belajar dan banyaknya materi yang akan dipelajari
karena motivasi inilah yang memberi kekuatan dan arah pada
tingkah laku yang ditampilkan individu (Atkinson, 1964).
Kaitan Motivasi dengan Regulasi Diri Zimmerman (dalam Woolfolk,
2004:478) mendefinisikan regulasi diri sebagai proses dimana kita
terbiasa utnuk mengaktifkan dan menggunakan pemikiran,
perilaku, dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita. Motivasi
merupakan salah proses mencapai regulasi diri. Siswa yang dapat
meregulasi diri sendiri akan termotivasi untuk belajar. Mereka tahu
mengapa mereka belajar sehingga tindakan dan pilihan mereka
memang mereka tentukan sendiri dan bukannya dikontrol orang
lain. Untuk berhasil di sekolah, remaja mengembangkan
ketrampilan regulasi diri yang beragam, seperti motivasi, penetapan
tujuan, melihat diri sendiri, manajemen waktu, dan evaluasi diri
(Zimmerman & Cleary, 2006). Siswa yang menampilkan perilaku
regulasi diri dalam belajarnya, secara pribadi mampu mengarahkan
dirinya untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan baru serta
tidak menunggu guru, orang tua, atau orang lain untuk memberikan
instruksi (Zimmerman, 1989 dalam Anggara, 2002).
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan
berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.
Demikian dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki
dorongan motivasi orang tua untuk berhasil lebih besar dalam diri
siswa itu. Sebab ada kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan tinggi mungkin akan gagal berprestasi karena kurang
adanya motivasi dari orang tua.
1. motivasi intrinsik
2.Motivasi Ekstrinsik
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang
belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar
dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai
pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar
f. Menggunakan materi yang dikenal oleh siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Gunakan kaitan yang unik, dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami
a. Memberi Angka
Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik,
sehingga biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena
itu langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi
angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap pengetahuan.
b. Meberi Hadiah
Hasil belajar akan lebih baik apabila pada siswa tersebut ada hasrat atau tekad
untuk mempelajari sesuatu.
d. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa
menunjukan motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar
merupakan feedback (umpan balik) bagi siswa untuk mengetahui
kemampuan dalam belajar.
e. Memberikan Pujian
Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan
motivasi yang baik pula.
Siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan
minat belajar apabila disertai dengan minat belajar. Dan hai ini tak
lepas dari minat siswa itu dalam bidang studi yang ditempuhnya.
Siswa akan merasa aman dan senag dalam belajar apabila disertai denga
suasana yang menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
1. Teori Internalisasi
a. Pengertian Internalisasi
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam
kaidah bahasa Indonesia akhiranisasi mempunyai definisi proses.
Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai
penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989 , hlm. 336). Internalisasi menurut Kalidjernih
(2010, hlm. 71) “internalisasi merupakan suatu proses dimana individu
belajar dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke
dalam nilai-nilai dan norma-norma sosial dari perilaku suatu
masyarakat”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
internalisasi merupakan proses belajarnya seseorang sehingga seseorang
itu dapat diterima menjadi bagian dari masyarakat, kemudian ia
mengikat dirinya ke dalam nilai dan norma sosial dari perilaku
kelompoknya di masyarakat. Sementara itu menurut Johnson (1986,
hlm. 124) internalisasi adalah “proses dengan mana orientasi nilai
budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem
kepribadian”.
Berdasarkan pendapat di atas, menjelaskan bahwa internalisasi
dapat diartikan sebagai suatu penghayatan nilai-nilai dan atau norma-
norma sehingga menjadi kesadaran yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku.
Secara sosiologis, Scott (1971, hlm. 12) menyatakan pendapatnya tentang
internalisasi yakni:
“Internalisasi melibatkan sesuatu yakni ide, konsep dan tindakan yang bergerak
dari luar ke suatu tempat di dalam mindah (pikiran) dari suatu
kepribadian. Struktur dan kejadian dalam masyarakat lazim membentuk
pribadi yang dalam dari seseorang sehingga terjadi internalisasi”
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi
merupakan suatu proses pemahaman oleh individu yang melibatkan ide,
konsep serta tindakan yang terdapat dari luar kemudian bergerak ke
dalam pikiran dari suatu kepribadian hingga individu bersangkutan
menerima nilai tersebut sebagai norma yang diyakininya, menjadi bagian
pandangannya dan tindakan moralnya. Hal ini sama halnya dengan yang
dikemukakan oleh Mead (1943, hlm. 45) “dalam proses pengkontruksian
suatu pribadi melalui mindah, apa yang terinternalisasi di dalam
seseorang (individu) dapat dipengaruhi oleh norma-norma di luar
dirinya”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
internalisasi pada diri seseorang dapat terjadi atau terkontruksi melalui
pemikiran dan hal tersebut dipengaruhi oleh norma-norma yang terjadi
atau terdapat di luar dirinya. Hal ini mirip dengan penjelasan yang
dilakukan pakar situasionisme melalui kajian empirik (Kalidjernih,
2010b, hlm. 25) yakni bahwa “karakter seseorang sangat bergantung
kepada konteks situasional”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa internalisasi dalam hal
ini pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh situasi. Seseorang
dipengaruhi pembentukan karakternya dari situasi yang terjadi atau
dirasakan oleh dirinya.
Menurut Hornsby (1995, hlm. 624), mengungkapkan internalisasi merupakan :
“Something to make attitudes, feeling, beliefs, etc fully part of one‟s personality by
absorbing them throught repeated experience of or exposure to them”.
Artinya : “sesuatu untuk membuat sikap, perasaan, keyakinan, dll
sepenuhnya bagian dari kepribadian seseorang akan menyerap pikiran
mereka dengan pengalaman berulang atau dengan yang mereka
ucapkan”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa internalisasi dapat
mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperasaan, berkeyakinan dll.
Hal itu terjadi dari proses penyerapan suatu pengalaman, tindakan atau
ucapan yang berulang-ulang.
Sama halnya dengan pendapat Tafsir (2010, hlm. 229), mengartikan internalisasi
sebagai “upaya memasukan pengetahuan (knowing), dan keterampilan
melaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi”.
b. Proses Internalisasi
Proses internalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang
hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah
segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk
kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian
saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan
ia menangis. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam
dirinya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu,
serta emosi dalam kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud
pengaktifan berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi
oleh berbagai macam stimulus yang berada dalam alam sekitarnya dan
dalam lingkungan sosial maupun budayanya. Setiap hari dalam
kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-
macam perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan,
kegembiraan, simpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, kebenaran,
rasa bersalah, dosa, malu, dan sebagainyaa. Selain perasaan tersebut,
berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat
mempertahankan hidup.
Proses internalisasi dapat membantu seseorang mendefinisikan
siapa dirinya melalui nilai-nilai di dalam dirinya dan dalam
masyarakatnya yang sudah tercipta dalam bentuk serangkaian norma
dan praktik. Hal ini sama halnya dengan pendapat Marmawi Rais (2012,
hlm. 10) yang menyatakan bahwa:
“Proses internalisasi lazim lebih cepat terwujud melalui keterlibatan peran-peran
model (role-models). Individu mendapatkan seseorang yang dapat
dihormati dan dijadikan panutan, sehingga dia dapat menerima
serangkaian norma yang ditampilkan melalui keteladanan. Proses ini
lazim dinamai sebagai identifikasi (identification), baik dalam psikologi
maupun sosiologi. Sikap dan perilaku ini terwujud melalui pembelajaran
atau asimiliasi yang subsadar (subconscious) dan nir-sadar
(unconscious)”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa proses internalisasi
lebih mudah terwujud melalui adanya karakter-karakter panutan (peran
model), seseorang akan lebih mudah untuk menginternalisasikan sesuatu
melalui peran-peran keteladanan sehingga seseorang itu bisa dengan
cepat menerima serangkaian norma yang ditampilkan tersebut.
Dalam psikologi, menurut Rais (2012, hlm. 10) proses internalisasi
merupakan “proses penerimaan serangkaian norma dari orang atau
kelompok lain yang berpengaruh pada individu atau yang dinamai
internalisasi ini melibatkan beberapa tahapan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses
internalisasi seseorang akan menerima norma-norma dari seseorang atau
kelompok masyarakat lain yang berpengaruh dan akan melibatkan
beberapa tahapan-tahapan.
Hal itu sama halnya dengan yang disebutkan oleh pakar psikoanalisis, Freudian
(dalam Rais, 2012, hlm.10) yang menyatakan bahwa beberapa tahapan-
tahapan dari proses internalisasi itu yakni “tahap proyeksi (projection)
dan introyeksi (introjections) yang menjadi mekanisme pertahanan”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
internalisasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yakni tahap proyeksi
dan introyeksi. Proyeksi merupakan fase awal dari introyeksi. Introyeksi
mengacu kepada suatu proses dimana individu menyalin atau mereplika
suatu sikap atau perilaku dari orang disekitarnya.
Hal ini biasa disebut pembelajaran sosial (social learning). Di samping itu, suatu
pendekatan secara psikologis diajukan oleh Lev Vigotsky (1978, hlm. 55-
56) melalui kajiannya terhadap perkembangan anak. Vigotsky melakukan
pembatasan yang agak berbeda, yakni bahwa:
“Internalisasi meliputi rekontruksi internal dari suatu operasi eksternal dalam
tiga tahap. Pertama, suatu operasi yang pada awalnya merepresentasikan
kegiatan eksternal yang dikonstruksi dan mulai terjadi pada tahap awal.
Kedua, suatu proses interpersonal ditransformasikan ke dalam suatu
proses intrapersonal. Ketiga, transformasi suatu proses interpersonal ke
dalam suatu proses intrapersonal yang merupakan hasil dari suatu
rangkaian perkembangan peristiwa”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
internalisasi hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu,
keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi perilaku sosial. Namun
proses penanaman tersebut tumbuh dari dalam diri seseorang sampai
pada penghayatan suatu nilai.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa proses internalisasi
hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, keyakinan,
sikap dan nilai-nilai yang menjadi perilaku sosial. Namun proses
penanaman tersebut tumbuh dari dalam diri seseorang sampai pada
penghayatan suatu nilai. Sedangkan nilai itu sendiri adalah hakikat
suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia.
C. ILMU PENGETAHUAN
1. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lau ‘ilman dengan wazan
fa’ala, yaf’ilu yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam
bahasa inggris di sebu science dari bahasa latin scienta (pengeahuan)
scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa yunani
adalah episemel. Jadi pengertian ilmu menuru kamus besar bahasa
indonesia adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat di gunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Adapun beberapa ciri uama menurut terminologi, antara lain adalah :
1. Pengetahuan biasa
Pengetahuan yang dalam istilah filsafat dengan istilah common sense, dan
sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki
sesuatu dimana ia menerima secara baik.
2. Pengetahuan ilmu
Ilmu sebagai terjemahan dari sciense diartikan untuk menunjukan ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
3. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif.
4. Pengetahuan agama
Pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan lewat para utusanya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama.
3. Perbedaan ilmu dan pengetahuan :
Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu
merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan
pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat
objek material dan objek formal
Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode
tertentu seperti observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya
bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi,
mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh
kedirian atau subjektif).
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-
samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian
pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman.
BAB III
KESIMPULAN
INTERNALISASI NILAI-NILAI
(PENDIDIKAN KARAKTER DAN REVOLUSI MENTAL)
A. Internalisasi Nilai-Nilai
Pengertian internalisasi, dalam Bahasa Inggris “internalization” adalah proses
pembejalaran panjang yang dilakukan sejak seorang individu dilahirkan
sampai ia hampir meninggal. Dalam proses ini, seseorang akan kontinu
(berkesinambungan) melakukan belajar dalam untuk mengembangkan
kepribadiannya.
Pengertian Internalisasi Para Ahli
Definisi mengenai internalisasi, menurut pandangan para ahli. Antara lain
adalah sebagai berikut;
1. Sujatmiko (2014)
Pengertian internalisasi adalah pembelajaran selama hidup di dunia, yang
dilakukan oleh seseorang kepada masyarakat atau kelompok-
kelompok sosial. Pembelajaran ini sendiri berupa penyerapan aturan
dalam masyarakat, nilai, dan norma.
2. Kartono (2011)
Definisi internalisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang melalui
prakter dengan kesadaran. Tanpa adanya paksaan, definisi ini
berarti bahwa internalisasi dilakukan secara sadar yang akan
membentuk adat atau kebiasaan dalam diri seseorang.
3. Pupita Sari (2014)
Internalisasi adalah penanaman prilaku, sikap, dan nilai seseorang yang di
dapatkannya dalam proses pembinaan, belajar, dan bimbingan.
Harapannya agar apa yang di dapatkan dan dilakukannya sesuai
dengan keinginan dan harapan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tahap Internalisasi
Adapun tahap-tahap dalam internalisasi adalah sebagai berikut:
1. Transformasi nilai, Pada tahap transformasi nilai, terdapat beberapa
proses yang dilakukan untuk menginformasikan nilai-nilai baik
maupun yang kurang baik. Dalam tahap ini, terjadi komunikasi
verbal antara individu satu dengan individu lainnya.
2. Pertukaran nilai, Dalam tahap penukaran nilai, individu melakukan
komunikasi dua arah, atau informasi yang sifatnya timbal balik.
3. Transinternalisasi, Tahap transinternalisasi jauh lebih mendalam
pada tahap pertukaran nilai. Tidak hanya komunikasi yang bersifat
verbal, namun juga sikap mental dan kepribadian. Pada tahap
transinternalisasi, komunikasi kepribadian berperan secara aktif.
Tujuan contoh internalisasi nilai ini secara tidak langsung akan memberikan
dapat pada masyarakat, maka dari itulah internalisasi sering dikatakan
memiliki dua sisi, baik dan buruk. Akan tetapi yang pasti melalui
serangkaian proses yang panjang dalam internalisasi inilah, tiap
individu belajar menghayati, meresapi, kemudian menginternalisasi
berbagai nilai, norma, polapola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya.
Dari berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki
kecenderungan untuk berperilaku menurut pola-pola tertentu yang
memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan terbentuklah
kepribadian yang ada pada dirinya.
Pada dasarnya proses internalisasi nilai pada manusia tidak hanya berasal dari
bimbimgan keluarga, melainkan dengan adanya media-media yang ada
di masyarakat akan mempengaruhi proses internalisasi tersebut.
Dengan adanya baik dan buruknya proses Internalisasi maka keluarga
berperan penting untuk mengawasi anggota keluarga dalam bergaul
maupun dalam interaksi sehari-hari. Lingkungan yang di maksud
dalam ranah proses internalisasi adalah lingkungan sosial. Secara tidak
sadar kitya telah di pengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat ( kiyai,
guru, tokok desa dan lain-lain ). Dari adanya pengaruh yang ada di
lingkugan sosial masyarakat dapat di petik beberapa hal yang kita
dapatkan dari mereka, yang kemudian kita jadikan sebagai contoh
kepribadian yang baik, sehingga kita harus pandai-pandai untuk
memilah-milah persoalan yang positif dalam masyarakat.
Manfaat Internalisasi
Manfaat internalisasi dalam manusia yaitu untuk mengembangkan,perbaikan,
dan penyaringan dalam hal budaya manusia. Menjadikan
perkembangan sifat atau prilaku pada masyarakat dapat terarah, dan
terkendali dalam menyesuaikan budaya yang ada di lingkungan
masyarakat mereka. Kemudian dalam manfaat perbaikan untuk
memperkuat kepribadian yang kuat dan tanggung jawab dalam
pengenbangan individu yang lebih bermartabat. Dan dalam manfaat
penyaringan bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan
suatu budaya.
Hubungan Internalisasi dan Pembentukan Kepribadian
Internalisasi adalah proses penyerapannilai-nilai dan norma-norma, pola
tingkah laku, dan nilai-nilai kultur secara langsung atau tidak
langsung, guna untuk beradaptasi dengan keadaa, kondisi, dan
lingkungan.
Proses pembentukan kepribadian
Perkembangan manusia dan pertumbuhan kepribadian di pengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor pembawaan ( Gen /DNA )berupa ciri fisik
tubuh, dan kebiasaan. Sedangkan faktor pengalaman terbentuk dari
proses belajar individu di lingkungannya. Misalnya di sekolah,
rumah, tempat bermain, media massa dan lain-lain.
Terbentuknya kepribadian
1. Melalui sosialisasi norma-norma, pola tingkah laku.
2. terbentuknya mental dalam individu
3. Organisasi kepribadian telah terbentuk maka dapat dikatakan
telah terbentuk kepribadian.
Dalam internalisasi maka dapat membentuk pola kepribadian individu.
B. Pendidikan karakter
Tidak dapatdihindaridandipungkiri,perkembanganberbagaiaspek
kehidupanmasyarakat abad ke21 harusdihadapi olehmasyarakat
Indonesia. Dimensiperubahanhampir mencakupseluruhaspek
kehidupan. Perubahan- perubahanyang
terjadisecaratidaklangsungakanmemberkandampakkepada
polahidupdansikapbagimasyarakat. Dampakyangterjaditidaksaja
bersifat positif tetapijuga bisasaja berdampak negatif. Dalamrangka
menghadapi
sekaligusmengantisipasidampaknegatifdarifenomenaabadke-
21,makasalah satu aspek yang dapat dijadikan sebagai ujung
tombaknya adalah dengan
memberikanpenguatanpendidikankarakterpada setiapjenjang
dansatuan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai
perguruan tinggi. Karakteryang
dimaksudmenurutFoerster(Koesoma,2010:42)merupakan
seperangkatnilaiyang telahmenjadikebisaanhidupseseorang
sehinggamenjadi sifattetappadadiriseseorang
tersebut,misalnyakejujuran,sikapkerjakeras,
sopan,sederhana,danlainsebagainya. Sehingga sifattetaptersebutperlu
dikuatkan. Pendidikankarakter sebenarnya bukanprodukbaru,
bukanmata pelajaran, bukan kurikulum baru tetapi merupakan
penguatan atau fokus dari proses pembelajaran dansebagai
poros/ruh/jiwapendidikan.
Nilai-NilaiDasardalam PendidikanKarakter
MenurutKementrianPendidikandanKebudayaan(Nadilla,2015:437)ada
18nilaikarakteryang harusdikembangandisetiapjenjang dansatuan
pendidikan diIndonesia.Nilai-nilaitersebutyaitu:
1. Religius,yaknisikapketaatan dan kepatuhan dalam memahami
dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang
dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
(aliran kepercayaan) lain, serta hiduprukun dan berdampingan;
2. Jujur, yaknisikapdanperilakuyang
menceminkankesatuanantarapengetahuan,
perkataan,danperbuatan(mengetahuiapayangbenar,mengatakanya
ngbenar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang
yang bersangkutan sebagai pribadiyangdapat dipercaya;
3. Toleransi,yakni sikap danperilakuyang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,
suku, adat,bahasa,ras,etnis,pendapat, dan hal-hallainyang
berbedadengandirinya
secarasadardanterbuka,sertadapathiduptenangditengahperbedaan
tersebut;
4. Disiplin,yaknikebiasaandantindakanyangkonsistenterhadapsegala
bentuk peraturanatautatatertibyang berlaku;
5. Kerjakeras,yakniperilakuyang menunjukkanupayasecarasungguh-
sungguh(berjuang hinggatitikdarah penghabisan)
dalammenyelesaikan berbagaitugas,permasalahan,pekerjaan,dan
lain-laindengansebaik-baiknya;
6. Kreatif,yaknisikapdanperilakuyang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah,
sehinggaselalumenemukancara-carabaru,bahkanhasil-
hasilbaruyanglebih baikdarisebelumnya;
7. Mandiri,yaknisikapdanperilakuyang tidaktergantung
padaoranglaindalammenyelesaikanberbagaitugasmaupunpersoala
n.Namun haltersebutbukanberartitidakboleh bekerjasama secara
kolaboratif, melainkan tidakbolehmelemparkantugasdan
tanggungjawabkepadaorang lain;
8. Demokratis,yakni sikapdan caraberpikiryangmencerminkan
persamaanhak dan kewajibansecaraadildanmerata
antaradirinyadenganorang lain;
9. Rasaingin tahu,yaknicaraberpikir,sikap,danperilakuyang
mencerminkan penasarandan
keingintahuanterhadapsegalahalyangdilihat,didengar,dandipelajar
isecara lebih mendalam;
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme,yakni sikap dan
tindakanyang menempatkan
kepentinganbangsadannegaradiataskepentingan
pribadiatauindividudangolongan;
11. Cinta tanahair,yaknisikapdanperilaku yangmencerminkan rasa
bangga,setia,peduli,danpenghargaanyangtinggi
terhadapbahasa,budaya,ekomoni,politik,dansebagainya,sehingga
tidakmudah menerima tawaranbangsa
lainyangdapatmerugikanbangsa sendiri;
12. Menghargaiprestasi,yaknisikapterbukaterhadapprestasiorang
laindan mengakuikekurangandirisendiritanpa mengurangi
semangatberprestasiyang lebihtinggi;
13. Komunikatif,senang bersahabatatau proaktif,yaknisikapdan
tindakanterbukaterhadaporanglainmelaluikomunikasiyang
santunsehingga tercipta kerja samasecara kolaboratif denganbaik;
14. Cinta damai,yaknisikap danperilakuyang
mencerminkansuasanadamai,aman,tenang,dannyamanatas
kehadirandirinya dalamkomunitas atau masyarakattertentu;
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secarakhusus gunamembacaberbagai
informasi, baik buku, jurnal, majalah,
koran,dansebagainya,sehingga menimbulkan
kebijakanbagidirinya;
16. Peduli lingkungan,yakni sikap dan tindakanyangselalu
berupayamenjagadan melestarikanlingkungansekitar;
17. Pedulisosial,yaknisikapdanperbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupunmasyarakatyang
membutuhkannya;dan
18. Tanggung jawab,yaknisikap danperilakuseseorang
dalammelaksanakantugasdankewajibannya,baikyang berkaitan
dengandiri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun
agama.
Dari 18nilaikaraktertersebut,dalamrangka implementasigerakan
penguatanpendidikankarakterdikristalkanmenjadi5nilaidasar
pendidikan karakter yaitu:
Pertama, nilai religius. Merupakan pencerminan sikap
keberimananterhadapTuhanYangMaha
Esayangdiwujudkandalamperilaku
melaksanakanajaranagamadankepercayaanyang
dianut,menghargaiperbedaan
agama,menjujungtinggisikaptoleranterhadappelaksanaanibadaha
gamadan kepercayaanlain,sertahiduprukun dandamaidengan
agama lain.Nilai karakter religiusmeliputitiga
dimensirelisasisekaligus,yaituhubunganindividu dengan Tuhan,
individudengan sesama, dan individu dengan alam semesta. Nilai
karakter religiusditunjukkan dalam perilaku mencintai
danmenjagakeutuhan ciptaan.Secarakeseluruhansub-
subnilaiyangterkandung dalamnilaireligius meliputicintadamai,
toleransi,menghargaiperbedaaanagamadankepercayaan,
teguhpendirian,percayadiri,kerjasama antar-pemeluk agama
dankepercayaan, antibulidan kekerasan,persahabatan,ketulusan,
tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan,sertamelindungiyangkecil dan tersisih.
Kedua,nasionalis.Nilai nasionalismerupakancaraberpikir,bersikap,dan
berbuatyang
menunjukkankesetiaan,kepedulian,danpenghargaanyang tinggi
terhadapbahasa, lingkunganfisik,sosial, budaya, ekonomi, dan
politikbangsa, sertamenempatkan kepentinganbangsadan negara
diataskepentingandiridan kelompoknya.Adapunsubnilainasionalis
yanglain,yaitusikapuntuk mengapresiasibudaya bangsa
sendiri,menjagakekayaanbudaya bangsa,rela
berkorban,unggul,berprestasi,cinta tanahair,menjaga
lingkungan,taathukum, disiplin, menghormatikeragaman
budaya, suku, dan agama.
Ketiga,mandiri.Nilaikarakter
mandirimerupakansikapdanperilakutidak bergantung
kapadaorang lain danmempergunakansegalatenaga,pikiran,dan
waktuuntukmerealisasikan harapan,mimpi,dancita-cita.Juga
ditunjukkan dengan etos kerja atau kerja keras, tangguh, tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjanghayat.
Keempat, gotong royong. Nilai gotong royong merupakan
cerminan tindakan menghargai, semangatkerjasama danbahu
membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, serta memberi
bantuandanpertolonganpadaorang-orangyang
membutuhkan.Nilailainnyadari sikapgotongroyongyang
perludikembangkanadalahinklusif,komitmenatas
keputusanbersama, musyawarahmufakat,solidaritas,
empati,antideskriminasi, antikekerasan, dan sikapkerelawanan.
Kelima,integritas.Nilaiutamapenguatanpendidikankarakteryang
terakhir
adalahnilaiintegritas.Merupakannilaiperilakuyangdidasarkankepa
daupaya menjadikandirinyasebagaiorangyang
selaludapatdipercayadalamperkataan,
tindakan,danpekerjaan,memilikikomitmendankesetiaanpada
nilai-nilai kemanusiaandanmoral.Subnilaidariintegritasantara
lainsikaptanggungjawab sebagaiwarga negara,aktif
terlibatdalamkehidupansosial,serta konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan atas kebenaran.
C. Revolusi mental
Merupakan sebuah perubahan dari sosial maupun budaya secara cepat dan
memiliki nilai utama dari dasar hidup masyarakat. Yang di rencanakan
dan dijalankan tanpa kekarasan ataupun melalui kekerasan. Berikut ini
adalah Pengertian Revolusi menurut para ahli. Pengertian Revolusi
adalah perubahan dari sosial maupun budaya yang berlangsung cepat
dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan masyarakat.
Revolusi yaitu perubahan dari sosial maupun budaya yang berlangsung
cepat dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan
masyarakat. Dalam revolusi, perubahan dapat direncanakan atau tidak
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan
atau melalui kekerasan. Ukuran dari perubahan kecepatan relatif
sebenarnya karena revolusi juga dapat memakan waktu yang lama.
Revolusi Menurut Para Ahli
1. Menurut Wikipedia
Menurut Wikipedia pengertian Revolusi adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar
atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.
2. Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Revolusi adalah
perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang
dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata);
Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menyebutkan bahwa revolusi
merupakan perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang.
3. Menurut Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, Revolusi merupakan usaha untuk dapat hidup
sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
4. Menurut Selo Soemardjan
Selo Soemardjan berpendapat bahwa revolusi adalah Setiap perubahan
dalam lembaga-lembaga sosial di masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosial, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok di masyarakat.
5. Menurut Wijoyo Nitisastro
Pengertian Revolusi menurut Wijoyo Nitisastro adalah proses transformasi
total dari kehidupan tradisional bersama-sama teknologi yang baik
(pra-modern) dalam arti organisasi sosial untuk pola ekonomi dan
politik.
Mendengar kata revolusi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan dalam
pelajaran sejarah pun kita sering menggunakannya, seperti halnya
revolusi industry, pahlawan revolusi, dan lain-lain. Menurut Aristoteles,
revolusi dibagi menjadi 2 macam. Pertama, perubahan total dari suatu
system ke system yang berbeda. Dan yang kedua, modifikasi system
yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun –
tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode,
durasi dan ideology motivasi yang berbeda - beda. Revolusi tersebut
menghasilkan perubahan – perubahan dalam budaya, ekonomi, dan
social politik. Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya
mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau konsep pemikiran manusia
untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan kata
lain dari pikiran. Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara
berpikir tentang suatu hal. Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh
pengalaman, hasil belajar, dan atau lingkungan juga dapat
mempegaruhi pola piker tersebut. Dari makna – makna kata di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental
adalah perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon,
bertindak dan bekerja.
D. Internalisasi Nilai-Nilai
Pengertian internalisasi, dalam Bahasa Inggris “internalization” adalah proses
pembejalaran panjang yang dilakukan sejak seorang individu dilahirkan
sampai ia hampir meninggal. Dalam proses ini, seseorang akan kontinu
(berkesinambungan) melakukan belajar dalam untuk mengembangkan
kepribadiannya.
Pengertian Internalisasi Para Ahli
Definisi mengenai internalisasi, menurut pandangan para ahli. Antara lain
adalah sebagai berikut;
4. Sujatmiko (2014)
Pengertian internalisasi adalah pembelajaran selama hidup di dunia, yang
dilakukan oleh seseorang kepada masyarakat atau kelompok-
kelompok sosial. Pembelajaran ini sendiri berupa penyerapan aturan
dalam masyarakat, nilai, dan norma.
5. Kartono (2011)
Definisi internalisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang melalui
prakter dengan kesadaran. Tanpa adanya paksaan, definisi ini
berarti bahwa internalisasi dilakukan secara sadar yang akan
membentuk adat atau kebiasaan dalam diri seseorang.
6. Pupita Sari (2014)
Internalisasi adalah penanaman prilaku, sikap, dan nilai seseorang yang di
dapatkannya dalam proses pembinaan, belajar, dan bimbingan.
Harapannya agar apa yang di dapatkan dan dilakukannya sesuai
dengan keinginan dan harapan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tahap Internalisasi
Adapun tahap-tahap dalam internalisasi adalah sebagai berikut:
4. Transformasi nilai, Pada tahap transformasi nilai, terdapat beberapa
proses yang dilakukan untuk menginformasikan nilai-nilai baik
maupun yang kurang baik. Dalam tahap ini, terjadi komunikasi
verbal antara individu satu dengan individu lainnya.
5. Pertukaran nilai, Dalam tahap penukaran nilai, individu melakukan
komunikasi dua arah, atau informasi yang sifatnya timbal balik.
6. Transinternalisasi, Tahap transinternalisasi jauh lebih mendalam
pada tahap pertukaran nilai. Tidak hanya komunikasi yang bersifat
verbal, namun juga sikap mental dan kepribadian. Pada tahap
transinternalisasi, komunikasi kepribadian berperan secara aktif.
Tujuan contoh internalisasi nilai ini secara tidak langsung akan memberikan
dapat pada masyarakat, maka dari itulah internalisasi sering dikatakan
memiliki dua sisi, baik dan buruk. Akan tetapi yang pasti melalui
serangkaian proses yang panjang dalam internalisasi inilah, tiap
individu belajar menghayati, meresapi, kemudian menginternalisasi
berbagai nilai, norma, polapola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya.
Dari berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki
kecenderungan untuk berperilaku menurut pola-pola tertentu yang
memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan terbentuklah
kepribadian yang ada pada dirinya.
Pada dasarnya proses internalisasi nilai pada manusia tidak hanya berasal dari
bimbimgan keluarga, melainkan dengan adanya media-media yang ada
di masyarakat akan mempengaruhi proses internalisasi tersebut.
Dengan adanya baik dan buruknya proses Internalisasi maka keluarga
berperan penting untuk mengawasi anggota keluarga dalam bergaul
maupun dalam interaksi sehari-hari. Lingkungan yang di maksud
dalam ranah proses internalisasi adalah lingkungan sosial. Secara tidak
sadar kitya telah di pengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat ( kiyai,
guru, tokok desa dan lain-lain ). Dari adanya pengaruh yang ada di
lingkugan sosial masyarakat dapat di petik beberapa hal yang kita
dapatkan dari mereka, yang kemudian kita jadikan sebagai contoh
kepribadian yang baik, sehingga kita harus pandai-pandai untuk
memilah-milah persoalan yang positif dalam masyarakat.
Manfaat Internalisasi
Manfaat internalisasi dalam manusia yaitu untuk mengembangkan,perbaikan,
dan penyaringan dalam hal budaya manusia. Menjadikan
perkembangan sifat atau prilaku pada masyarakat dapat terarah, dan
terkendali dalam menyesuaikan budaya yang ada di lingkungan
masyarakat mereka. Kemudian dalam manfaat perbaikan untuk
memperkuat kepribadian yang kuat dan tanggung jawab dalam
pengenbangan individu yang lebih bermartabat. Dan dalam manfaat
penyaringan bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan
suatu budaya.
Hubungan Internalisasi dan Pembentukan Kepribadian
Internalisasi adalah proses penyerapannilai-nilai dan norma-norma, pola
tingkah laku, dan nilai-nilai kultur secara langsung atau tidak
langsung, guna untuk beradaptasi dengan keadaa, kondisi, dan
lingkungan.
Proses pembentukan kepribadian
Perkembangan manusia dan pertumbuhan kepribadian di pengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor pembawaan ( Gen /DNA )berupa ciri fisik
tubuh, dan kebiasaan. Sedangkan faktor pengalaman terbentuk dari
proses belajar individu di lingkungannya. Misalnya di sekolah,
rumah, tempat bermain, media massa dan lain-lain.
Terbentuknya kepribadian
4. Melalui sosialisasi norma-norma, pola tingkah laku.
5. terbentuknya mental dalam individu
6. Organisasi kepribadian telah terbentuk maka dapat dikatakan
telah terbentuk kepribadian.
Dalam internalisasi maka dapat membentuk pola kepribadian individu.
E. Pendidikan karakter
Tidak dapatdihindaridandipungkiri,perkembanganberbagaiaspek
kehidupanmasyarakat abad ke21 harusdihadapi olehmasyarakat
Indonesia. Dimensiperubahanhampir mencakupseluruhaspek
kehidupan. Perubahan- perubahanyang
terjadisecaratidaklangsungakanmemberkandampakkepada
polahidupdansikapbagimasyarakat. Dampakyangterjaditidaksaja
bersifat positif tetapijuga bisasaja berdampak negatif. Dalamrangka
menghadapi
sekaligusmengantisipasidampaknegatifdarifenomenaabadke-
21,makasalah satu aspek yang dapat dijadikan sebagai ujung
tombaknya adalah dengan
memberikanpenguatanpendidikankarakterpada setiapjenjang
dansatuan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai
perguruan tinggi. Karakteryang
dimaksudmenurutFoerster(Koesoma,2010:42)merupakan
seperangkatnilaiyang telahmenjadikebisaanhidupseseorang
sehinggamenjadi sifattetappadadiriseseorang
tersebut,misalnyakejujuran,sikapkerjakeras,
sopan,sederhana,danlainsebagainya. Sehingga sifattetaptersebutperlu
dikuatkan. Pendidikankarakter sebenarnya bukanprodukbaru,
bukanmata pelajaran, bukan kurikulum baru tetapi merupakan
penguatan atau fokus dari proses pembelajaran dansebagai
poros/ruh/jiwapendidikan.
Nilai-NilaiDasardalam PendidikanKarakter
MenurutKementrianPendidikandanKebudayaan(Nadilla,2015:437)ada
18nilaikarakteryang harusdikembangandisetiapjenjang dansatuan
pendidikan diIndonesia.Nilai-nilaitersebutyaitu:
19. Religius,yaknisikapketaatan dan kepatuhan dalam memahami
dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang
dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
(aliran kepercayaan) lain, serta hiduprukun dan berdampingan;
20. Jujur, yaknisikapdanperilakuyang
menceminkankesatuanantarapengetahuan,
perkataan,danperbuatan(mengetahuiapayangbenar,mengatakanya
ngbenar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang
yang bersangkutan sebagai pribadiyangdapat dipercaya;
21. Toleransi,yakni sikap danperilakuyang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,
suku, adat,bahasa,ras,etnis,pendapat, dan hal-hallainyang
berbedadengandirinya
secarasadardanterbuka,sertadapathiduptenangditengahperbedaan
tersebut;
22. Disiplin,yaknikebiasaandantindakanyangkonsistenterhadapsegala
bentuk peraturanatautatatertibyang berlaku;
23. Kerjakeras,yakniperilakuyang menunjukkanupayasecarasungguh-
sungguh(berjuang hinggatitikdarah penghabisan)
dalammenyelesaikan berbagaitugas,permasalahan,pekerjaan,dan
lain-laindengansebaik-baiknya;
24. Kreatif,yaknisikapdanperilakuyang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah,
sehinggaselalumenemukancara-carabaru,bahkanhasil-
hasilbaruyanglebih baikdarisebelumnya;
25. Mandiri,yaknisikapdanperilakuyang tidaktergantung
padaoranglaindalammenyelesaikanberbagaitugasmaupunpersoala
n.Namun haltersebutbukanberartitidakboleh bekerjasama secara
kolaboratif, melainkan tidakbolehmelemparkantugasdan
tanggungjawabkepadaorang lain;
26. Demokratis,yakni sikapdan caraberpikiryangmencerminkan
persamaanhak dan kewajibansecaraadildanmerata
antaradirinyadenganorang lain;
27. Rasaingin tahu,yaknicaraberpikir,sikap,danperilakuyang
mencerminkan penasarandan
keingintahuanterhadapsegalahalyangdilihat,didengar,dandipelajar
isecara lebih mendalam;
28. Semangat kebangsaan atau nasionalisme,yakni sikap dan
tindakanyang menempatkan
kepentinganbangsadannegaradiataskepentingan
pribadiatauindividudangolongan;
29. Cinta tanahair,yaknisikapdanperilaku yangmencerminkan rasa
bangga,setia,peduli,danpenghargaanyangtinggi
terhadapbahasa,budaya,ekomoni,politik,dansebagainya,sehingga
tidakmudah menerima tawaranbangsa
lainyangdapatmerugikanbangsa sendiri;
30. Menghargaiprestasi,yaknisikapterbukaterhadapprestasiorang
laindan mengakuikekurangandirisendiritanpa mengurangi
semangatberprestasiyang lebihtinggi;
31. Komunikatif,senang bersahabatatau proaktif,yaknisikapdan
tindakanterbukaterhadaporanglainmelaluikomunikasiyang
santunsehingga tercipta kerja samasecara kolaboratif denganbaik;
32. Cinta damai,yaknisikap danperilakuyang
mencerminkansuasanadamai,aman,tenang,dannyamanatas
kehadirandirinya dalamkomunitas atau masyarakattertentu;
33. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secarakhusus gunamembacaberbagai
informasi, baik buku, jurnal, majalah,
koran,dansebagainya,sehingga menimbulkan
kebijakanbagidirinya;
34. Peduli lingkungan,yakni sikap dan tindakanyangselalu
berupayamenjagadan melestarikanlingkungansekitar;
35. Pedulisosial,yaknisikapdanperbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupunmasyarakatyang
membutuhkannya;dan
36. Tanggung jawab,yaknisikap danperilakuseseorang
dalammelaksanakantugasdankewajibannya,baikyang berkaitan
dengandiri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun
agama.
Dari 18nilaikaraktertersebut,dalamrangka implementasigerakan
penguatanpendidikankarakterdikristalkanmenjadi5nilaidasar
pendidikan karakter yaitu:
Pertama, nilai religius. Merupakan pencerminan sikap
keberimananterhadapTuhanYangMaha
Esayangdiwujudkandalamperilaku
melaksanakanajaranagamadankepercayaanyang
dianut,menghargaiperbedaan
agama,menjujungtinggisikaptoleranterhadappelaksanaanibadaha
gamadan kepercayaanlain,sertahiduprukun dandamaidengan
agama lain.Nilai karakter religiusmeliputitiga
dimensirelisasisekaligus,yaituhubunganindividu dengan Tuhan,
individudengan sesama, dan individu dengan alam semesta. Nilai
karakter religiusditunjukkan dalam perilaku mencintai
danmenjagakeutuhan ciptaan.Secarakeseluruhansub-
subnilaiyangterkandung dalamnilaireligius meliputicintadamai,
toleransi,menghargaiperbedaaanagamadankepercayaan,
teguhpendirian,percayadiri,kerjasama antar-pemeluk agama
dankepercayaan, antibulidan kekerasan,persahabatan,ketulusan,
tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan,sertamelindungiyangkecil dan tersisih.
Kedua,nasionalis.Nilai nasionalismerupakancaraberpikir,bersikap,dan
berbuatyang
menunjukkankesetiaan,kepedulian,danpenghargaanyang tinggi
terhadapbahasa, lingkunganfisik,sosial, budaya, ekonomi, dan
politikbangsa, sertamenempatkan kepentinganbangsadan negara
diataskepentingandiridan kelompoknya.Adapunsubnilainasionalis
yanglain,yaitusikapuntuk mengapresiasibudaya bangsa
sendiri,menjagakekayaanbudaya bangsa,rela
berkorban,unggul,berprestasi,cinta tanahair,menjaga
lingkungan,taathukum, disiplin, menghormatikeragaman
budaya, suku, dan agama.
Ketiga,mandiri.Nilaikarakter
mandirimerupakansikapdanperilakutidak bergantung
kapadaorang lain danmempergunakansegalatenaga,pikiran,dan
waktuuntukmerealisasikan harapan,mimpi,dancita-cita.Juga
ditunjukkan dengan etos kerja atau kerja keras, tangguh, tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjanghayat.
Keempat, gotong royong. Nilai gotong royong merupakan
cerminan tindakan menghargai, semangatkerjasama danbahu
membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, serta memberi
bantuandanpertolonganpadaorang-orangyang
membutuhkan.Nilailainnyadari sikapgotongroyongyang
perludikembangkanadalahinklusif,komitmenatas
keputusanbersama, musyawarahmufakat,solidaritas,
empati,antideskriminasi, antikekerasan, dan sikapkerelawanan.
Kelima,integritas.Nilaiutamapenguatanpendidikankarakteryang
terakhir
adalahnilaiintegritas.Merupakannilaiperilakuyangdidasarkankepa
daupaya menjadikandirinyasebagaiorangyang
selaludapatdipercayadalamperkataan,
tindakan,danpekerjaan,memilikikomitmendankesetiaanpada
nilai-nilai kemanusiaandanmoral.Subnilaidariintegritasantara
lainsikaptanggungjawab sebagaiwarga negara,aktif
terlibatdalamkehidupansosial,serta konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan atas kebenaran.
F. Revolusi mental
Merupakan sebuah perubahan dari sosial maupun budaya secara cepat dan
memiliki nilai utama dari dasar hidup masyarakat. Yang di rencanakan
dan dijalankan tanpa kekarasan ataupun melalui kekerasan. Berikut ini
adalah Pengertian Revolusi menurut para ahli. Pengertian Revolusi
adalah perubahan dari sosial maupun budaya yang berlangsung cepat
dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan masyarakat.
Revolusi yaitu perubahan dari sosial maupun budaya yang berlangsung
cepat dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan
masyarakat. Dalam revolusi, perubahan dapat direncanakan atau tidak
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan
atau melalui kekerasan. Ukuran dari perubahan kecepatan relatif
sebenarnya karena revolusi juga dapat memakan waktu yang lama.
Revolusi Menurut Para Ahli
6. Menurut Wikipedia
Menurut Wikipedia pengertian Revolusi adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar
atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.
7. Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Revolusi adalah
perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang
dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata);
Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menyebutkan bahwa revolusi
merupakan perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang.
8. Menurut Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, Revolusi merupakan usaha untuk dapat hidup
ses uai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
9. Menurut Selo Soemardjan
Selo Soemardjan berpendapat bahwa revolusi adalah Setiap perubahan
dalam lembaga-lembaga sosial di masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosial, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok di masyarakat.
10. Menurut Wijoyo Nitisastro
Pengertian Revolusi menurut Wijoyo Nitisastro adalah proses transformasi
total dari kehidupan tradisional bersama-sama teknologi yang baik
(pra-modern) dalam arti organisasi sosial untuk pola ekonomi dan
politik.
Mendengar kata revolusi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan dalam
pelajaran sejarah pun kita sering menggunakannya, seperti halnya
revolusi industry, pahlawan revolusi, dan lain-lain. Menurut Aristoteles,
revolusi dibagi menjadi 2 macam. Pertama, perubahan total dari suatu
system ke system yang berbeda. Dan yang kedua, modifikasi system
yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun –
tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode,
durasi dan ideology motivasi yang berbeda - beda. Revolusi tersebut
menghasilkan perubahan – perubahan dalam budaya, ekonomi, dan
social politik. Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya
mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau konsep pemikiran manusia
untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan kata
lain dari pikiran. Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara
berpikir tentang suatu hal. Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh
pengalaman, hasil belajar, dan atau lingkungan juga dapat
mempegaruhi pola piker tersebut. Dari makna – makna kata di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental
adalah perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon,
bertindak dan bekerja.