ETIKA PROFESI
OLEH KELOMPOK 7
Jurnal 2
PERSPEKTIF KESIAPAN GURU AGAMA KATOLIK DALAM MENGHADAPI
TRANSFORMASI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MENUJU ERA SOCIETY 5.0
(STUDI PADA SMP KOTA PONTIANAK)
Oleh : Theresia Yovita Cendana Sari
Pendidikan di Indonesia pada era Revolusi Industri 4.0 merupakan online learning di
mana internet digunakan sebagai penghubung antara pengajar dan murid. Apalagi di masa
pandemi Covid-19 sekarang ini, proses pembelajaran banyak dilakukan secara virtual atau
daring. Guru sebagai pelaku utama pendidikan, dipacu untuk belajar dengan cepat meningkatkan
kompetensi mengajar yang sesuai dengan tuntutan zaman, yakni dengan belajar mengaplikasikan
materi belajar dengan menggunakan berbagai teknologi komunikasi yang ada. Peran guru atau
pengajar dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh hanya
menitik beratkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan
karakter, moral dan keteladanan (Risdianto, 2019). Transformasi menuju era society 5.0
diharapkan mampu mengembangkan teknologi bidang pendidikan dengan tidak menggantikan
peran guru sebagai pendidik karakter, moral teladan bagi peserta didiknya.
Era Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada
manusia dan berbasis teknologi. Pada bidang pendidikan di era society 5.0 guru agama dituntut
dapat berperan dalam kemajuan teknologi antara lain sebagai berikut:
1. Peran Guru dalam Transformasi Pendidikan
Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu penentu kesuksesan dalam
pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
proses belajar mengajar. Guru harus kreatif mencari cara agar proses belajar mengajar
mencapai hasil sesuai tujuan serta menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam mengajar
dengan tujuan serrta menyesuaikan dengan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan
tuntutan pencapaian tujuan, mengembangkan faktor situasi dan kondisi belajar peserta
didik (Partiwi, Waluyati & Kusniar, 2019).
Menurut pendapat Octavia (2020) Guru adalah orang yang memiliki karakteristik sebagai
berikut: Mempuyai komitmen terhadap profesionalitas, yakni melekat pada dirinya dalam
sikap dedikatif; Mempunyai komitmen terhadap proses dan hasil kerja, serta sikap
continuous improvement; Menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus melakukan transfer ilmu
pengetahuan, internalisasi serta alamiah (implementasi); Mendidik dan menyiapkan
peserta didik agar ampu berkreasi, serta mampu mengatur, memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
2. Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Kerangka Katekese Kontekstual
Peran Guru Pendidikan Agama Katolik sebagai Katekis (pewarta iman) bagi Gereja baik
ad intra (ke dalam) maupun ad extra (keluar) harus berdamai dengan perubahan dan
kebutuhan zaman. Katekese selalu hadir dalam konteks (konteks geografis dan sosial
budaya). Katekese Kontekstual berupaya menyapa manusia dalam seluruh pergulatan
hidupnya (Manfred, 2016). Katekese membantu menghayati iman dalam kenyataan
sosial. Katekese harus menyeluruh, mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi,
Guru Pendidikan Agama Katolik harus tetap meningkatkan kompetensinya seiring sesuai
kebutuhan kekinian peserta didiknya.
Jurnal 3
PENGUATAN LITERASI BARU PADA GURU MADRASAH IBTIDAYAH DALAM
MENJAWAB TANTANGAN ERA REVOLUSI IDUSTRI 4.0
Oleh : Hamidulloh Ibda
Menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 kuncinya pada guru. Zaman berubah cepat,
mengharuskan inovasi belajar mengikutinya. Guru-guru di negeri ini harus bisa menangkap
sinyal itu ketika zaman berubah makin cepat tersebut. Karakteristik model dari Industri 4.0
adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi terbaru seperti sistem siber fisik,
teknologi informasi dan komunikasi, jaringan komunikasi, big data, cloud computing,
pemodelan, virtualisasi, simulasi serta peralatan untuk kemudahan interaksi manusia dengan
computer. Jika dulu literasi hanya berkutat membaca, menulis, dan berhitung, namun di era
Revolusi Industri 4.0 ini, semua serba terdisruspi. Guru harus bisa menjawabnya dengan
kemampuan literasi baru dengan aspek literasi data, literasi teknologi, dan literasi
humanisme/SDM.
Pertama, guru MI harus mampu menerjemahkan perkembangan teknologi. Kedua, guru
harus memiliki kemampuan literasi baru dengan aspek literasi data, literasi teknologi, dan
literasi humanisme atau SDM. Ketiga, salah satu indikator guru ideal memiliki kompetensi
digital. Mereka bisa menjawab hambatan pembelajaran berbasis TIK, dan menemukan solusi
pembelajaran TIK. Keempat, guru harus memiliki kemampuan digital, dan harus bebas dari
penyakit purba. Jika keempat syarat itu terpenuhi, guru MI akan berperan membangun generasi
digital, melek komputer, memiliki kompetensi, karakter, dan literasi baru dalam menjawab
tantangan era Revolusi Industri 4.0.
Literasi baru merupakan literasi usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan menjawab
tantangan zaman dengan aspek kompetensi literasi data, teknologi dan SDM/humanisme. Literasi
baru menjadi penguat dari literasi lama (membaca, menulis, berhitung). Literasi baru harus
dipahami guru MI/SD dengan menerapkan tradisi pilar literasi yaitu “baca, tulis, arsip”.
Tujuannya agar kemampuan literasi peserta didik tidak sekadar pada kemampuan literasi
membaca, menulis, dan berhitung, namun sudah pada tahap menganalisi data, teknologi, dan
humanisme. Semua itu bisa dikuatkan pada prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
atau Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebagai pencetak calon guru MI/SD.
Guru harus mampu menguatkan pembelajaran literasi abad 21 dengan capaian
pembelajaran tahap kreatif, berpikir kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Pengatan literasi
berbasis kemampuan berpikir tinggi bertujuan menguatkan karakter sesuai PPK sebagai
pendukung terwujudnya GNRM.
GLS di MI harus menyesuaikan zaman agar peserta didik bisa menjawab tantangan itu.
Kurikulum berbasis literasi harus direvitalisasi dengan cara menyesuaikan konten sesuai
keterampilan abad 21. Prensky dalam karya Digital Natives, Digital Immigrants (2011)
menyatakan ada dua jenis isi (content), yaitu legacy content dan future content untuk
menguatkan kemampuan literasi. Legacy content di dalamnya membaca, menulis, berhitung,
berpikir logis, memahami tulisan dan pemikiran masa lampau. Future content merupakan segala
digital dan teknologis. Tujuannya, guru MI bisa membangun fondasi keterampilan peserta didik
menjawab zaman. Caranya, merevitalisasi kurikulum di MI tanpa mengubah subtansi.
Jurnal 4
TANTANGAN SEKOLAH DAN PERAN GURU DALAM MEWUJUDKAN
PEMBELAJARAN BAHASA YANG EFEKTIF DI ERA 4.0 MENUJU MASYARAKAT
5.0
Oleh : Mesi Arti
Setiap adanya revolusi tentu akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan tak
terkecuali pada dunia pendidikan. Salah satunya yaitu pendidikan dalam pembelajaran bahasa.
Sebelum adanya revolusi 4.0. Dari penjelasan ini kita paham bahwa sebelum Era 4.0 proses
pembelajaran bahasa dan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa terbatas karena siswa hanya
mengacu pada satu sumber yaitu guru. Dengan adanya pembelajaran era 4.0 diharapakn siswa
akan terus termotivasi untuk belajar terutama pembelajaran tentang bahasa karena sangat banyak
teknologi yang dapat mereka gunakan untuk menggali informasi tentang bahsa dari berbagai
sumber. Peran guru kreatif di era society 5.0 harus mempunyai peran sebagai pembimbing dalam
melaksanakan proses belajar mengajar antara lain :
1. Guru menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peserta didik merasa aman dan
berkeyakinan bahwa skill dan prestasi yang dicapai bisa mendapat penghargaan dan
perhatian sehingga guru dapat meningkatkan motivasi para peserta didik bisa berprestasi.
2. Guru bahasa harus mampu mempersiapkan peserta didiknya melalui berbagai kegiatan.
Hal yang dapat dilakukan membangun kemampuan dan kebiasaan berpikir kritis. Guru
bahasa harus mampu menumbuhkan sikap kritis peserta didik.
3. Guru dapat mengarahkan dan mengaajak peserta didik untuk mencari sumber-sumber
yang bahkan bertolak belakang. Selain itu, mencari alternatif-alternatif pemecahan
persoalan atau isu yang diangkat dalam diskusi.
Untuk itu profesi sebagai guru sangat penting untuk memahami karakteristik peserta
didik, yang meliputi: fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Apabila
komponen-komponen dalam pembelajaran bahasa dilakukan sebagaimana mestrinya di era 4.0
maka untu mewujudkan masyarakat 5.0 dimana teknologi masyarakat yang berpusat pada
manusia akan dengan mudah dilaksanakan sesuai dengan harapan tentunya dengan pemanfaatan
teknologi itu sendiri agar penguasaan bahasa tidak hanya fasih dalam mengucapkan kalimat
tetapi juga mahir dan kreatif serta inovatif dalam pengelolaan bahasa itu sendiri.
Jurnal 5
PENDIDIKAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MENUJU ERA SOCIETY 5.0 DI MASA
PANDEMI COVID 19
Oleh : M. Iksan Kahar, Hairuddin Cikka, Nur Afni, Nur Eka Wahyuningsih
Sistem pembelajaran pada era revolusi 4.0 yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis,
kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, dengan
beberapa aspek dan komponen pembelajaran pendidikan 4.0 Sehingga untuk menghadapi
pembelajaran di revolusi industri 4.0, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis,
pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai
teknologi informasi dan komunikasi Era revolusi industri 4.0 mengakibatkan perubahan
diberbagai bidang termasuk Pendidikan. Era Pendidikan 4.0 menekankan pada ekonomi digital,
intelegensi artifisial, robot dan data . Sehingga dunia pendidikan dan pembelajaran mengala
perubahan. Tuntutan di era pendidikan 4.0 ini, guru mendapatkan tantangan untuk mengubah
cara pandang dan metode dalam pembelajaran.
Guru dalam menghadapi tantangan tersebut juga harus memiliki kompetensi seperti :
1. Merubah sifat dan pola pikir anak didik, bisa mengasah dan mengembangkan bakat anak
dan yang ketiga lembaga pendidikan harus mampu mengubah model belajar disesuaikan
dengan kebutuhan jaman.
2. Guru perlu melakanakan pembelajaran dengan menyenangkan, menarik, kreatif,
bersahabat, dan fleksibel.
3. Guru juga menjadi fasilitator, inspirator, motivator, imajinasi, kreativitas dan tim kerja
serta pengembang nilai –nilai karakter.
4. Guru merupakan empati sosial untuk siswa.
5. Guru menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan
global.
Peran guru tak tergantikan karena guru adalah pembentuk karakter anak didik melalui
pendidikan budi pekerti, toleransi, dan nilai kebaikan. Namun demikian, guru perlu mengubah
cara mengajar agar lebih menyenangkan dan menarik. Demikian juga peran guru berubah dari
sebagai penyampai pengetahuan kepada peserta didik, menjadi fasilitator, motivator, inspirator,
mentor, pengembang imajinasi, kreativitas nilai-nilai karakter, serta team work, dan empati
sosial karena jika tidak maka peran guru dapat digantikan oleh teknologi.
KESIMPULAN
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendy, dalam sambutan tertulis
peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-73 tingkat Provinsi Jawa Barat
mengungkapkan bahwa guru perlu meningkatkan profesionalisme terkait mental, komitmen, dan
kualitas agar memiliki kompetensi sesuai dengan perkembangan revolusi industri 4.0. karena
revolusi industri 4.0 menuntut guru mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang
super cepat untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan mempersiapkan sumber
manusia yang unggul (Tempo.com, 10 Desember 2018). Kompetensi guru harus berkolaborasi
dengan perkembangan revolusi ini. Kompetensi yang dimiliki tentu saja harus mengikuti
berkembangan era revolusi 4.0 dan society 5.0 saat ini juga. Perspektif kebijakan nasional,
pemerintahan telah merumuskan empat kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam
penjelasan Peraturan Pemerintahan No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
yaitu: kompetensi pedagogis, keribadian, social, dan professional.
Peran Guru dalam Transformasi Pendidikan
Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu penentu kesuksesan dalam
pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam proses
belajar mengajar. Guru harus kreatif mencari cara agar proses belajar mengajar mencapai hasil
sesuai tujuan serta menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam mengajar dengan tujuan serrta
menyesuaikan dengan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan,
mengembangkan faktor situasi dan kondisi belajar peserta didik (Partiwi, Waluyati & Kusniar,
2019). Dengan kecanggihan teknologi di jaman sekarang ini guru dituntut untuk bisa
mengkolaborasikan ilmu pengetahuan dengan media dan teknonogi yang ada. Tujuannya adalah
untuk mempermudah, memperlancar segala kegiatan pembelajaran dikelas serta menciptakan
peserta didik yang berilmu dan berteknologi.
Era revolusi industri 4.0 mengakibatkan perubahan diberbagai bidang termasuk Pendidikan. Era
Pendidikan 4.0 menekankan pada ekonomi digital, intelegensi artifisial, robot dan data .
Sehingga dunia pendidikan dan pembelajaran mengala perubahan. Tuntutan di era pendidikan
4.0 ini, guru mendapatkan tantangan untuk mengubah cara pandang dan metode dalam
pembelajaran.
Guru dalam menghadapi tantangan tersebut juga harus memiliki kompetensi seperti :
1. Merubah sifat dan pola pikir anak didik, bisa mengasah dan mengembangkan bakat anak
dan yang ketiga lembaga pendidikan harus mampu mengubah model belajar disesuaikan
dengan kebutuhan jaman.
2. Guru perlu melakanakan pembelajaran dengan menyenangkan, menarik, kreatif,
bersahabat, dan fleksibel.
3. Guru juga menjadi fasilitator, inspirator, motivator, imajinasi, kreativitas dan tim kerja
serta pengembang nilai –nilai karakter.
4. Guru merupakan empati sosial untuk siswa.
5. Guru menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan
global.